Konselor Sebaya Pemberdayaan Teman Sebaya Dalam Se
Konselor Sebaya Pemberdayaan Teman Sebaya Dalam Se
Sarmin
PEMBAHASAN
Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan teman sepermaian yang ada disekitar individu
yang memiliki usia relatif sama. Selain ditinjau dari kesamaan usia, sebaya juga
bisa ditinjau dari kesamaan kedewasaan. Teman sebaya adalah orang dengan
tingkat umur dan kedewasaan yang kira – kira sama (Santrock, 2007:205).
Kelompok teman sebaya adalah sekelompok teman yang mempunyai ikatan
emosional yang kuat dan siswa dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran, dan
pengalaman dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan
sosial dan pribadinya (Usman, 2013:58).
Teman sebaya tidak terbatas pada gender tertentu. Bahkan seringkali
ditemukan grup sebaya yang anggotanya lintas gender. Dalam satu grup yang
cukup besar terdiri dari anak laki-laki dan perempuan dengan rentang usia dan
kedewasaan yang relatif sama. Hubungan demikian sudah dilakukan sejak
seseorang lahir dan akan terus berlanjut. Melalui hubungan – hubungan dengan
teman sebaya orang akan melakukan berbagai hal yang menjadi keyakinan
bersama. Lebih lanjut dikatakan Hidayati (2016:32) Peran teman sebaya sangat
berpengaruh pada perilaku untuk menunjukkan identitas dirinya, agar dapat
diterima dan diakui oleh kelompok.
Sebaya memiliki kecenderungan untuk membuat grup-grup sebaya
berdasarkan kesamaan – kesamaan tertentu. Hal ini dilakukan sebagai upaya anak
dalam kelompok tersebut untuk mempelajari lingkungan disekitarnya,
mendapatkan informasi tertentu serta mengukur kemampuannya. Seperti
dikatakan Santrock (2007:205) bahwa salah satu fungsi terpenting dalam sebaya
adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia luar
keluarga. Teman sebaya merupakan tempat bagi remaja untuk memperoleh
motivasi dan melepaskan ketergantungan dari orangtua dan orang dewasa lain
(Ardi, 2012:2).
Anak –anak menerima umpan balik tentang kemampuan mereka dari
grup sebaya mereka. Dari umpan balik tersebut kemudian anak akan
mengevaluasi apa – apa saja yang telah mereka miliki. Yang mana hubungan
timbal balik tersebut akan sulit mereka temukan dalam lingkungan keluarga.
Dikarenakan perbedaan usia antar individu dalam satu saudara yang biasanya
lebih tua atau lebih muda.
Status Sebaya
Status sebaya diukur dengan pengukuran sosiometrik. Penerapannya
yaitu dengan meminta anak mengujur seberapa jauh mereka menyukai atau tidak
menyukai masing- masing teman sekelas mereka. Dari pengukuran tersebut
didiapt lima status sebaya sebagai berikut, (1) Anak-anak populer, (2) anak-anak
rata-rata, (3) anak-anak yang diabaikan, (4) anak-anak yang ditolak, (5) anak-anak
kotroversial.
Anak – anak populer memiliki sejumlah kemampuan sosial yang
membantu mereka disukai (Santrock, 2007:211). Anak-anak yang ditolak oleh
sebaya mereka cenderung kurang terlibat dalam partisipasi di kelas, lebih
cenderung mengutarakan keinginan untuk menghindari sekolah, dan cenderung
lebih sering merasa kesepian dibanding anak-anak yang diterima oleh sebaya
mereka (Buhs&Ladd, dalam Santrock, 2007:211).
John Coie (dalam Santrock, 2007:211), memberikan tiga alasan mengapa
anak yang agresif memiliki masalah dalam hubungan sosial. Adapaun alasan
tersebut adalah sebagai berikut, (1) Anak anak agresif yang ditolak tersebut lebih
Konselor Sebaya
Kemudian didasari pentingnya dan vitalnya peran teman sebaya dalam
perkembangan anak maka muncullah suatu gagasan tentang konselor sebaya.
Konselor sebaya adalah pendidik sebaya (tutor sebaya) yang secara fungsional
punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling bagi
kelompok remaja/mahasiswa sebayanya, telah mengikuti pelatihan/orientasi
konseling (BKKBN, 2012:13).
Gagasan tersebut dianggap penting mengingat fungsi-fungsi dari tema
sebaya. Juga untuk membantu anak untuk memecahkan masalahnya serta
menghindari pengaruh negatif yang ditumbulkan oleh pertemanan dengan teman
sebaya. Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib yang muncul diantara sesama
remaja dapat menjadi peluang bagi upaya fasilitasi perkembangan remaja. Pada
sisi lain, beberapa karakteristik psikologis remaja (antara lain emosional, labil)
juga merupakan tantangan bagi efektifitas layanan terhadap mereka (Suwarjo,
2008:1). Konseling sebaya memungkinkan siswa memiliki keterampilan guna
mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri
secara bermakna bagi remaja. Secara khusus, konseling teman sebaya tidak
memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan pada proses berfikir,
poses perasaan, dan proses pengambilan keputusan (Wahid, 2013:7).
Dibutuhkan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru
untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan pribadinya. Salah satu
strategi yang dapat digunakan adalah dengan membentuk kelompok konselor
sebaya (Shohib, 2016:35). Hal ini dapat dipahami karena periode remaja
merupakan periode yang sangat dekat dengan peer group, membutuhkan
pengakuan dari kelompok atau teman sebaya dan membutuhkan identitas baru
yang bisa meningkatkan harga dirinya (Hurlock, 2002). Hal ini juga yang
mungkin mendasari suatu perilaku dimana anak (remaja) lebih memilih untuk
menyampaikan curahan hatinya kepada teman sebaya dari pada kepada orang tua.
Diman teman sebaya memiliki persamaan dan bahasa khas sebaya yang lebih
diterima anak.
Dalam layanan bimbingan dan konseling terhadap berbagai fungsi antara
lain (a) Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri
dan lingkungannya, (b) Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang
dapat menghambat perkembangan dirinya, (c) Pengentasan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya, (d) Pemeliharaan
dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan
Analisis Teoritis
Dari praktik tersebut diketahui bahwa pemerintah kota Surabaya dan
memberdayakan Konselor sebaya dalam sekolah guna menanggulangi perilaku
menyimpang remaja. Pada berita tersebut bagaimana keberhasilan kota Surabaya
yang telah menerapkan program konselor sebaya dalam pendidikan. Kota
Surabaya melalui dinas pendidikan menerapkan program konselor sebaya secara
khusus dalam proses belajar mengajar di kelas maupun lingkungan sekolah. Hal
ini menunjukkan bahwa dinas pendidikan memiliki perhatian khusus dan sangat
antisipatif dalam menghadapi dampak-dampak negatif yang bisa timbulkan dari
pergaulan yang salah. Apalagi Surabaya sebagai kota besar tentu menjadi kota
dengan segala permasalahan yang kompleks termasuk perilaku menyimpang anak
atau remaja.
Maka pemerintah Surabaya telah menerapkan program konselor
sebaya. Seperti diketahui konselor sebaya adalah pendidik sebaya (tutor sebaya)
yang secara fungsional punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk
memberikan konseling bagi kelompok remaja/mahasiswa sebayanya, telah
mengikuti pelatihan/orientasi konseling (BKKBN, 2012:13). Konselor sebaya
adalah teman sebaya yang telah dilatih secara khusus untuk dapat memberikan
konseling kepada sebayanya. Mereka selain memiliki kompetensi juga didasari
sifat peduli terhadap sebayanya yang sedang memiliki permasalahan dan ingin
ikut untuk membantu memcahkan permasalahannya.
Seperti dikatakan oleh M. Ikhsan selaku Kepala dinas pendidikan
pendidikan kota Surabaya bahwa dengan adanya program Konselor Sebaya
KESIMPULAN
Teman sebaya memberikan fungsi yang dominan dalam perkembangan
perilaku dan kepribadian remaja. Melalui fungsi-fungsi grup sebaya remaja
mengembangkan dirinya. Terutama dalam upaya untuk menjalin hubungan
pertemanan bahkan percintaan yang mulai tumbuh pada masa remaja. Dari sinilah
pemberdayaan teman sebaya sebagai konseling sebaya perlu digalakkan. Konselor
remaja melalui beberapa penerapan dan penelitian menunjukkan efektivitasnya.
Terutama dalam kaitannya untuk membimbing dan mengarahkan sebanyanya
untuk membentengi diri dari pengaruh negatif lingkungan.
SARAN
Dalam pemberdayaan teman sebaya untuk menjadi konselor sebya hendaknya
pihak guru tetap mendampingi proses pemberdayaan tersebut. Hal ini dikarenakan
teman sebaya juga merupakan anak-anak sesusia yang juga belum sepenuhnya
memiliki pemikiran dan pengalaman yang cukup dalam memecahkan masalah
yang komplek. Sehingga guru hendaknya secara berkala memberikan pelatihan,
pembinaan dan pendampingan guna meningkatkan kompetensi anak yang
dijadikan sebagai konselor sebaya.
DAFTAR RUJUKAN
Ardi, Zadrian., Ibrahim, Yulidar., & Said, Azrul. 2012. Capaian Tugas
Perkembangan Sosial Siswa dengan Kelompok Teman Sebaya dan
Implikasinya terhadap Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling.
KONSELOR: Jurnal Ilmiah Konseling, (Online), 1 (1): 1-5,
(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/522/583),
diakses tanggal 21 November 2016.