Daftar isi:
I. PENDAHULUAN ______________________________________________________________________________ 1
II. INPUT DAN OUPUT ___________________________________________________________________________ 2
A. INPUT _____________________________________________________________________________________________ 2
B. OUTPUT ___________________________________________________________________________________________ 3
III. LANGKAH-LANGKAH MRP ____________________________________________________________________ 3
A. NETTING ___________________________________________________________________________________________ 3
B. LOTTING ___________________________________________________________________________________________ 4
C. OFFSETTING _______________________________________________________________________________________ 4
D. EXPLODING ________________________________________________________________________________________ 4
IV. LOGIKA MRP SHEET DALAM MS. EXCEL ________________________________________________________ 5
V. TEKNIK LOTTING ____________________________________________________________________________ 6
A. TEKNIK LOT FOR LOT (L4L) ______________________________________________________________________________ 6
B. TEKNIK FIXED ORDER QUANTITY (FOQ) _____________________________________________________________________ 9
C. TEKNIK ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) ________________________________________________________________ 10
D. TEKNIK FIXED PERIOD REQUIREMENT (FPR) ________________________________________________________________ 11
E. TEKNIK PERIOD ORDER QUANTITY (POQ) __________________________________________________________________ 12
F. TEKNIK PART PERIOD BALANCING (PPB) ___________________________________________________________________ 13
VI. SAFETY LEAD TIME DAN SAFETY STOCK ______________________________________________________ 15
VII. ANALISIS DAN SINTESIS _____________________________________________________________________ 16
A. PERBANDINGAN TEKNIK ________________________________________________________________________________ 17
B. KETIDAKPASTIAN _____________________________________________________________________________________ 17
C. UPDATING SISTEM MRP _______________________________________________________________________________ 17
Daftar Peraga:
PERAGA 1 Input dan Output MRP ____________________________________________________________________ 2
PERAGA 2 Contoh MPS ___________________________________________________________________________ 3
PERAGA 3 Contoh BOM ___________________________________________________________________________ 3
PERAGA 4 Contoh Inventory Master File ______________________________________________________________ 3
PERAGA 5 Contoh Proses Netting ___________________________________________________________________ 4
PERAGA 6 Contoh Proses Lotting dan Offsetting ________________________________________________________ 4
PERAGA 7 Contoh Proses Exploding _________________________________________________________________ 5
PERAGA 8 Logika MRP Sheet dalam Ms. Excel _________________________________________________________ 5
PERAGA 9 Contoh Kasus L4L: MPS Sepeda ___________________________________________________________ 6
PERAGA 10 Contoh Kasus L4L: Struktur Produk dan BOM Sepeda _________________________________________ 7
PERAGA 11 Contoh Kasus L4L: Item Master Record Files & Time-Phased Product Structure Sepeda ______________ 7
PERAGA 12 Contoh Kasus L4L: Jawaban MRP Chart Sepeda _____________________________________________ 8
PERAGA 13 Contoh Kasus FOQ: Jawaban MRP Chart Sepeda ____________________________________________ 9
PERAGA 14 Contoh Kasus EOQ: Jawaban MRP Chart Sepeda ___________________________________________ 10
PERAGA 15 Contoh Kasus FPR: Jawaban MRP Chart Sepeda ____________________________________________ 11
PERAGA 16 Contoh Kasus POQ: Jawaban MRP Chart Sepeda ___________________________________________ 12
PERAGA 17 Contoh Kasus PPB: Jawaban MRP Chart Sepeda ____________________________________________ 14
PERAGA 18 Contoh Kasus Safety Stock dengan Lot N: Jawaban MRP Chart Sepeda __________________________ 15
PERAGA 19 Analisis Teknik Lotting __________________________________________________________________ 16
I. PENDAHULUAN
MRP pertama kali diperkenalkan oleh Joseph A. Orlicky dari J.I Case Company pada tahun 1960.
< 1960, sistem persediaan formal masih didasarkan pada sistem Reorder Point dgn menerapkan metode tradisional
(EOQ) yg tidak efektif dan efisien, khususnya dalam menangani bahan yg sifatnya saling bergantungan (dependen).
MRP cocok untuk lingkungan manufaktur yang melibatkan suatu proses perakitan (assembling), karena permintaan
barang bersifat dependent sehingga tidak diperlukan peramalan pada tingkat komponen.
Peramalan hanya perlu dilakukan untuk permintaan produk (barang induk) dan kemudian diproyeksikan pada
komponen-komponennya.
∗
Direfer dari 27 publikasi ilmiah dan 4 unpublished article.
1/17
Definisi MRP menurut Orlicky (1975):
Material Requirements Planning consists of a set of record, logically related techniques and procedures and decision
ruler to translate a Master Production Schedule (MPS) for finished product, major subassemblies, or end items into
time-phased net requirement and orders for each component needed to implement this schedule.
(MRP terdiri dari suatu set catatan, teknik dan prosedur yang logis, dan peraturan keputusan yang dirancang untuk
menerjemahkan Jadwal Induk Produksi; untuk produk akhir, subrakitan utama, atau barang akhir, ke dalam tahapan
waktu pada kebutuhan bersih dan pemesanan, untuk setiap komponen yang dibutuhkan dalam rangka
1
mengimplementasikan jadwal tersebut).
Dalam kaitannya dengan “analisis kondisi persediaan”, banyak orang menganggap MRP LEBIH SULIT dari EOQ
klasik (yg benar adalah MRP LEBIH RUMIT),
t e t a p i MRP LEBIH REALISTIK karena seperti hitung-hitungan keluar-masuknya uang dalam akuntansi.
Untuk produk rakitan justru MRP LEBIH MUDAH dibanding EOQ,
karena kita tidak perlu melakukan Forecast untuk item dibawah level 0 (kita cukup meramalkan item pada level 0,
kemudian di-proyeksi-kan ke level dibawahnya).
t e t a p i jika anda menganggap ini sulit, itu wajar..!!! Berikut penilaian umum orang mengenai MRP dibanding tools
atau methods lain yang digunakan dalam Praktikum Sispro:
Tools & Methods Used by Industrial Engineers
Compiled by Akhmad Hidayatno, version 0.1-02/03
Tools Type T-Tools Average
No Names Short Description Explo- Problem Brain- Specific Supporting M- Difficulty Time
ratory Solving storming Control Other Software Methods Level to build
Concept of scheduling
Material
known as push system,
Requirement
30 derived from Bill of Scheduling M High Long
Planning
Material & Process
(MRP)
Times.
Human
31 Time Study V Factors Design Tools M Medium Medium
Analysis
source table: www.ie.ui.ac.id (dok: Manual_Skripsi.pdf)
Inventory
BOM MRP Master
File
A. INPUT
a. Master production schedule (MPS) atau jadwal induk produksi
# MPS menentukan proses MRP dengan jadwal pemenuhan produk jadi
# MPS menunjukkan jumlah produksi bukan demand
# MPS bisa merupakan kombinasi antara pesanan langsung konsumen dan peramalan demand
# MPS menunjukkan jumlah yang harus diproduksi, bukan jumlah yang bisa diproduksi
1
Lihat: Orlicky, Joseph. (1975). Material Requirements Planning. hal.24. NY: McGraw-Hill.
2/17
PERAGA 2 Contoh MPS
Period
Product
1 2 3 4 5 6
XXX 5 20 10 30 10 10
YYY 10 20 20 10 20 10
ZZZ 10 30 20 30 20 20
0 XXX
1 A (4) B
2 C D (2)
3 E (6)
BILL OF MATERIAL
INDUK : item XXX
Level Description Qty/Asyy UOM Source Remarks
1 item A 4 EA Mfg.
1 item B 1 EA Mfg.
•2 item C 1 EA Mfg.
••3 item E 6 FT Purch.
•2 item D 2 INCH Purch.
B. OUTPUT
Output dari MRP adalah adanya informasi mengenai rencana pelaksanaan pesanan persediaan (planned order
releases), yang meliputi informasi mengenai:
a. gambaran persediaan saat dibutuhkan dalam jadwal produksi sehingga dapat memenuhi permintaan (work orders);
b. jumlah dan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian persediaan (purchase orders); dan
c. indikasi waktu yang tepat untuk melakukan penjadwalan ulang (rescheduling).
A. NETTING
Mencari kebutuhan bersih (NET REQUIREMENT)
Selisih antara kebutuhan kotor (GROSS REQUIREMENT) dengan keadaan persediaan (INVENTORY ON HAND)
yang sedang diperiksa. Berikut perhitungannya (berdasarkan rekomendasi LSP IE-ITB):
NR t = GR t − SR t − OH t , dengan NR = 0 bila GR − SR − OH < 0 _______________________________ (Eq.1)
3/17
PERAGA 5 Contoh Proses Netting
(a) Data XXX (b) Proses Perhitungan
Period t GRt SRt OHt GRt – SRt – OHt NRt
Desc.
0 1 2 3 4 5 6 Total 1 5 -- 25 -20 --
Gross Require. 5 20 10 30 10 10 85 2 20 30 20 -30 --
Schduld Rcpts. -- 30 -- -- -- -- 3 10 -- 30 -20 --
On Hand 25 -- -- -- -- -- -- 25 4 30 -- 20 10 10
5 10 -- 0 10 10
(c) Hasil Perhitungan 6 10 -- 0 10 10
Period ∑ 85 30
Desc.
0 1 2 3 4 5 6 Total
Gross Require. 5 20 10 30 10 10 85
Schduld Rcpts. -- 30 -- -- -- --
On Hand 25 20 30 20 -- -- -- 70
Net Require. -- -- -- 10 10 10 30
-----
CATATAN: logika diatas dapat dipertanggungjawabkan, namun tidak realistik (logika terbalik), berikut pernyataan
realistiknya (dan silahkan kalau mau bikin rumus sendiri):
à Kita punya persediaan 25 unit (OH0), di periode 1 kita harus menjual 5 unit (GR1),
jadi sisa persediaan kita adalah: 25-5 = 20 unit (OH1).
à Persediaan kita tinggal 20 unit (OH1), di periode 2 ada permintaan 20 unit (GR2),
jadi sisa persediaan kita adalah: 20-20 = 0,
NAMUN pada periode tersebut, dalam "catatan status persediaan", telah terjadwal bakal datang pesanan sebesar
30 unit. JADI perhitungan sisa persediaan menjadi: OH1+SR-20 = 20+30-20 = 30 unit.
à Persediaan kita tinggal 30 unit (OH2), di periode 3 ada permintaan 10 unit (GR3),
jadi sisa persediaan kita adalah: 30-10 = 20.
à Persediaan kita tinggal 20 unit (OH3), di periode 4 ada permintaan 30 unit (GR4),
jadi sisa persediaan kita adalah: 20-30 = -10, (MINUS, artinya kita kekurangan persediaan).
MAKA untuk mencukupi persediaan itu kita punya KEBUTUHAN BERSIH untuk di-ORDER, sebesar 10 (NR4).
SELANJUTNYA, jika tidak ada SR lagi (OH nggak mungkin ada lagi, kecuali ada SR lagi), kita tinggal menurunkan
GR ke NR, jadi NR5=10; dan NR6=10.
B. LOTTING
Menentukan jumlah pesanan (lot), yaitu menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan
kebutuhan bersih.
Memecah lot kemungkinan bisa menghasilkan ongkos persediaan yang lebih murah. Oleh karena itu, pembahasan
teknik LOTTING (terkait pemecahan ukuran lot) secara lebih khusus akan dibahas pada bab berikutnya.
C. OFFSETTING
Menentukan waktu pesanan, yaitu menentukan rencana pesanan yang dihasilkan proses LOTTING, dengan cara
mengurangkan saat kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan LEAD TIME.
PERAGA 6 Contoh Proses Lotting dan Offsetting
(a) Proses Lotting (lot for lot)
Period
Desc.
0 1 2 3 4 5 6 Total
Net Require. -- -- -- 10 10 10 30
Order Rcpts. (Lot Size) -- -- -- 10 10 10 3
D. EXPLODING
merupakan proses perhitungan GROSS REQUIREMENT untuk level yang lebih bawah pada struktur produk serta
didasarkan atas rencana pemesanan (ORDER RELEASES).
4/17
PERAGA 7 Contoh Proses Exploding
INDUK: XXX
Lot: L4L Level: 0 LT= 2
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 TOTAL
Gross Require. 5 20 10 30 10 10
Schduld Rcpts. 30
On Hand 25 20 30 20 70
Net Require. 10 10 10
Order Rcpts. 10 10 10 3
Order Rleass. 10 10 10
KOMPONEN: A Di KOMPONEN: B
4 ka
Lot: 1 dozen (12 pcs.) lik Lot: FOQ (max)
an
an
ik
1
ik
PERIOD PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 TOTAL DESC. 0 1 2 3 4 5 6 TOTAL
Gross Require. 40 40 40 Gross Require. 10 10 10
Schduld Rcpts. 25 Schduld Rcpts. 8
On Hand 20 20 4 12 21 21 21 99 On Hand 9 17 7 7 7 7 7 52
Net Require. 20 40 15 Net Require. 3 10
Order Rcpts. 24 48 24 3 Order Rcpts. 10 10 2
Order Rleass. 48 24 Order Rleass. 10 10
Source: Jensen, Paul A. (2005). “MRP.xla”. Dalam Excel Add-ins for Operations Management/Industrial Engineering.
http://www.me.utexas.edu/~jensen/ORMM. Dimodifikasi tanpa Add-ins [.xla] untuk semua MRP sheet tanpa safety stock
oleh Eris Kusnadi.
5/17
V. TEKNIK LOTTING
Keputusan LOTTING harus mempertimbangkan biaya persediaan, terutama SETUP COST dan HOLDING COST.
Ada 10 teknik lotting--sebatas penulis ketahui--yang menggunakan pendekatan level by level diantaranya adalah
teknik:
Fixed Order Quantity (FOQ). Part Period Balancing (PPB).
DIKETAHUI:
a) Jadwal induk produksi
PERAGA 9 Contoh Kasus L4L: MPS Sepeda
2
Teknik yang diakui paling sulit, lihat konsep dasarnya:
Silver, Edward A. dan Rein Peterson. 1985. Decision Systems for Inventory Management and Production Planning. Edisi Kedua, hal.227--
232. Singapore: John Wiley & Sons.
Merujuk publikasi: Wagner, H. M. dan T. M. Whitin. 1958. “Dynamic Version of the Economic Lot Size Model”. Dalam Management
Science 5, hal.89--96.
6/17
b) Struktur produk dan BOM
PERAGA 10 Contoh Kasus L4L: Struktur Produk dan BOM Sepeda
Sepeda(1)
0
P/N1000
Roda(2) Frame(1)
2
P/N1003 P/N1004
BILL OF MATERIAL
INDUK : Sepeda
Level P/N Description Qty/Asyy UOM Source Remarks
1 1001 Tangkai Kemudi 1 EA Mfg.
1 1002 Rakitan Frame 1 EA Mfg.
•2 1003 Roda 2 EA Purch.
•2 1004 Frame 1 EA Mfg.
c) Catatan status persediaan dan keterangan “time-phased product structure” (lead time offset)
PERAGA 11 Contoh Kasus L4L: Item Master Record Files & Time-Phased Product Structure Sepeda
Item Master Record Files as of Tuesday, January 1, 2008
P/N Item Order Qty On Hand On Order Due Date Lead Time
1000 Sepeda L4L 2.000 2.500 01-Jan 1
1001 Tangkai Kemudi L4L 3.000 3.000 01-Feb 3
1002 Rakitan Frame L4L 5.000 4.000 01-Mar 2
1003 Roda L4L 1.000 5.000 01-Feb 1
1004 Frame L4L - 2.000 01-Feb 2
Mulai mem-
produksi/me-
mesan #1001 #1001
(3 month)
#1003 #1000
(1 month) (1 month)
#1002
(2 month)
#1004
(2 month) Harus memiliki #1003 dan #1004
untuk menyelesaikan #1002
1 2 3 4 5 6
Time in months
DIJAWAB:
[ ke halaman berikutnya ]
7/17
PERAGA 12 Contoh Kasus L4L: Jawaban MRP Chart Sepeda
PT IMTI BANGUN TIDUR SEJAHTERA
PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN PRODUK SEPEDA
PER JANUARI S/D DESEMBER 2008
ITEM PERIOD
IDEN-
LEAD SA- LOW TIFI-
LOT TIME ON FETY LEVEL CA-
SIZE (month) HAND STOCK CODE TION DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL =SUM(0 s/d 12)
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 Keterangan:
L4L 1 2.000 — 0
Akan di-kali-kan
Schduld Rcpts. 2.500 [ongkos simpan/
SEPEDA
On Hand 2.000 2.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.000 unit/periode]. Untuk
menghitung ongkos
Net Require. 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 simpan selama 1
Order Rcpts. 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 10 tahun. OH periode
Nol tidak dihitung,
Order Rleass. 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 karena sudah
L4L 3 3.000 — 1 Gross Require. 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 dibayar tahun lalu.
TANGKAI KEMUDI Schduld Rcpts. 3.000
On Hand 3.000 3.000 3.500 2.000 0 0 0 0 0 0 0 0 8.500
Net Require. 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 7
Order Rleass. 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
L4L 2 5.000 — 1 Gross Require. 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 =COUNT(0 s/d 12)
RAKITAN FRAME
Keterangan:
Schduld Rcpts. 4.000 Akan di-kali-kan
On Hand 5.000 5.000 2.500 5.000 3.000 0 0 0 0 0 0 0 15.500 [ongkos pesan/
sekali pesan].
Net Require. 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 Untuk menghitung
Order Rcpts. 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500 6 ongkos pesan
selama 1 tahun
Order Rleass. 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
2x
L4L 1 1.000 — 2 Gross Require. 1x 7.000 1.000 8.000 4.000 5.000 3.000
Schduld Rcpts. 5.000
RODA
8/17
B. Teknik Fixed Order Quantity (FOQ)
Teknik FOQ berarti: “Jumlah-Pesanan-Tetap”. Ukuran kuantitas pemesanan barang adalah sama setiap saat, tetapi
periode pesanan selalu berubah (tergantung habisnya persediaan).
Ukuran lot tersebut ditentukan secara sembarang atau berdasarkan faktor-faktor intuitive atau empiric (pengalaman
sebelumnya). Biasanya berdasarkan kebutuhan terbesar.
Metode ini dapat digunakan untuk item-item yang ongkos pesan-nya sangat besar.
Konsep FOQ juga sering digunakan karena keterbatasan akan fasilitas. Misal; kemampuan gudang, transportasi,
kemampuan supplier dan pabrik.
Dengan kasus sama kita akan menghitung FOQ untuk item Sepeda (level 0 saja), berikut MRP chart-nya:
PERAGA 13 Contoh Kasus FOQ: Jawaban MRP Chart Sepeda
MRP Sepeda
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 1.500 0 2.000 3.000 3.500 3.000 3.000 1.000 2.500 1.000 22.500
Net Require. 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 6
Order Rleass. 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
9/17
C. Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
3 4
Teknik EOQ diperkenalkan Ford Harris pada tahun 1915 , kemudian dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934
sehingga sering juga disebut Metode Wilson, merupakan teknik tertua dan paling umum dikenal. Dari EOQ ini kita dapat
mengetahui epistemology manajemen persediaan.
Teknik ini biasa dipakai untuk horison perencanaan selama satu tahun (12 bulan), sedangkan keefektifannya akan
bagus jika pola kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat kebutuhan atau permintaan konstan/stabil.
Sama dengan FOQ hanya saja besarnya Lot ditentukan dengan rumus EOQ. Berikut rumusnya
2SD
EOQ = _______________________________________________________________________ (Eq.2)
H
Karena analisis MRP dilakukan per periode, dimana akan diketahui ongkos simpan adalah per periode (h), maka
5
demand tahunan (D) diturunkan ke demand per period (d), dengan cara merata-ratakan D , sehingga rumusnya
menjadi:
2Sd
EOQ =
h
Dimana :
EOQ = Economic Order Quantity à Lot kuantitas pemesanan ekonomis
D = Demand à Permintaan atau kebutuhan per tahun (unit)
d = Demand per period à Permintaan atau kebutuhan per period (unit), atau rata-rata D
S = Setup cost à Ongkos pesan
H = annual Holding cost à Ongkos simpan per tahun
h = Holding cost per period à Ongkos simpan per periode
Jika contoh kasus “Sepeda” akan dihitung dengan metode EOQ, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
DIJAWAB:
Pemakaian selama 12 bulan sama dengan kebutuhan kotor sejumlah 27.500 unit; oleh karena itu, pemakaian bulanan sama
dengan 27.500/12, berikut perhitungannya:
d1 + d2 + d3 + + d12 2.500 + 2.000 + 2.500 + + 1.500
à d = D = = = 2.292 unit , maka:
n 12
2 × Rp76.980,0 0 × 2.292
à EOQ = = 4.545,35 ≈ 4.545 unit
Rp17,08
Dengan demikian ukuran lotnya bisa dilihat pada Peraga dibawah ini:
PERAGA 14 Contoh Kasus EOQ: Jawaban MRP Chart Sepeda
MRP Sepeda
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 2.045 545 3.090 90 1.135 635 1.180 3.725 1.225 4.270 19.940
Net Require. 0 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 4.545 4.545 4.545 4.545 4.545 4.545 6
Order Rleass. 4.545 4.545 4.545 4.545 4.545 4.545
3
Merujuk publikasi pertama: Harris, F. W. 1915. Operations and Cost (Factory Management Series). Chapter IV. Chicago: A. W. Shaw
Company.
4
Merujuk publikasi pertama: Wilson, R. H. 1934. “A Scientific Routine for Stock Control,”. Dalam Harvard Business Review 13 (1).
5
Lihat cara perhitungan lainnya, dimana Ongkos Simpan per period (h) di konversikan ke Ongkos Simpan tahunan (H), dalam:
Almahdy, Indra dan M. Kholil. (n.d). ”Material Requirement Planning 2/2”. Dalam Production Planning and Control. Lecture Notes. hal.5--6.
Jakarta: PSTI UMB.
10/17
D. Teknik Fixed Period Requirement (FPR)
Teknik ini menggunakan konsep interval order yg konstan, sedangkan ukuran lot boleh bervariasi.
FOQ = ukuran lot tetap dan interval order tidak tetap,
FPR = ukuran lot tidak tetap dan interval order tetap.
Ukuran lot FPR = penjumlahan kebutuhan bersih dari setiap periode yg tercakup dalam interval order yang telah
ditetapkan.
Penetapan interval order dilakukan secara sembarang atau intuisi.
Jika saat order jatuh pada periode yang kebutuhan bersihnya sama dengan nol,
maka order dilaksanakan pada periode berikutnya.
Dengan kasus sama, berikut contoh FPR. Diasumsikan periode order dilakukan setiap 3 periode.
PERAGA 15 Contoh Kasus FPR: Jawaban MRP Chart Sepeda
MRP Sepeda
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 3.500 2.000 0 4.000 500 0 4.500 2.500 0 0 19.000
Net Require. 0 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 6.000 7.000 8.500 1.500 4
Order Rleass. 6.000 7.000 8.500 1.500
11/17
E. Teknik Period Order Quantity (POQ)
Merupakan perbaikan dari teknik EOQ dan FPR.
Prinsip POQ = Prinsip FPR.
Bedanya adalah interval order ditentukan dgn perhitungan yg didasarkan pada logika EOQ yg telah dimodifikasi.
Dibandingkan dgn EOQ, POQ akan memberikan Ongkos Simpan yang lebih kecil dan dgn Ongkos Pesan yg sama
(atau setidaknya selisih satu kali pesan).
Kesulitan: Bagaimana menentukan besarnya interval order apabila sifat kebutuhan adalah discontinue.
Jika ini terjadi, penentuan interval periode yang bernilai nol dilewati.
Interval order ditentukan sebagai berikut:
D
F = ___________________________________________________________________________ (Eq.3)
EOQ
ΣT
I = _____________________________________________________________________________ (Eq.4)
F
Dimana :
I = Interval
T = Time / periode perencanaan
Dengan kasus yg sama, penggunaan teknik POQ ini adalah sebagai berikut:
Dengan interval order 2 (atau 1) periode dan frekuensi order 5 (atau 6)kali,
Interval 1 dan 2 bisa kita pakai dua-duanya, sehingga frekuensi menjadi maksimal 6 dan minimal 5. Hal ini tergantung besar
dan kecilnya Total On Hand dan Pemesanan, sehingga menjadikan biaya persediaan rendah.
Berikut ukuran lot yang harus dipesan menggunakan interval 2 dan frekuensi 5 (sebagaimana disarankan POM for
Windows):
PERAGA 16 Contoh Kasus POQ: Jawaban MRP Chart Sepeda
MRP Sepeda
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 1.500 0 3.000 0 500 0 2.000 0 1.500 0 10.500
Net Require. 0 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 4.000 5.000 4.000 6.000 4.000 5
Order Rleass. 4.000 5.000 4.000 6.000 4.000
12/17
F. Teknik Part Period Balancing (PPB) 6
Sering juga disebut Metode Part Period Algorithm.
Penentuan ukuran Lot dilaksanakan dgn mengakumulasikan demand dari periode-periode yg berdampingan kedalam
suatu Lot Tunggal sampai Ongkos Simpan kumulatifnya melampaui atau sama dengan Ongkos Pesan.
Cocok untuk pembelian material yg mempunyai Ongkos Pesan lebih tinggi dibandingkan dgn Ongkos Simpan.
PPB diawali dgn mengkonversikan Ongkos Pesan menjadi Faktor EPP (Equivalent Part-Period Factor).
EPP = ratio Ongkos Simpan terhadap Ongkos Pesan.
Sehingga kuantitas suatu item persediaan yg bila disimpan dalam persediaan selama satu periode akan menghasilkan
Ongkos Pesan yg sama dgn Ongkos Simpan.
Dengan kasus yg sama, penentuan ukuran lot yang mengintegrasikan periode kebutuhannya ditentukan sebagai berikut:
1. Hitung EPP
Ongkos Pesan Rp76.980,0 0
Equivalent Part - Period = = = 4.507,03 ≈ 4.507 part - periods
Ongkos Simpan Rp17,08
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.000
Net Require. 0 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts.
Order Rleass.
6
Reference: Dilworth, James B. (1989). Production and Operations Management: Manufacturing and Nonmanufacturing. Edisi Keempat.
hal.311--313. NY: Random House, Inc.
13/17
Kebutuhan Lama Accumulated Bakal
Period t Bersih Digudang Part-Period Part-Period Lot
(NR) (t-1) [ (t-1) x (NR) ] (APP) (∑NR)
9 1 4.000 0 0 0 < 4.507 4.000
10 2 2.000 1 2.000 2.000 < 4.507 6.000
11 3 2.500 2 5.000 7.000 > 4.507 8.500
12 4 1.500 3 4.500 11.500 > 4.507 10.000
Diantara APP 2.000 dan APP 7.000 yg paling mendekati EPP (4.507) adalah APP 7.000
maka bakal lotsize terpilih adalah 8.500
untuk kebutuhan bersih selama periode 9, 10, dan 11,
periode selanjutnya tinggal satu periode, jadi Lot terpilih adalah 1.500.
PERIOD
DESC. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 3.500 2.000 0 4.000 500 0 4.500 2.500 0 0 19.000
Net Require. 0 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 6.000 7.000 8.500 1.500 4
Order Rleass. 6.000 7.000 8.500 1.500
14/17
VI. SAFETY LEAD TIME DAN SAFETY STOCK
Jika MPS tidak dapat di-”beku”-kan (dipertahankan tetap) karena factor demand yang tidak dapat diramalkan secara pasti
terkait tekanan dari lingkungan bisnis yg begitu kompetitif, maka kita perlu meng-antisipasi, ada dua cara, yaitu:
Safety Stock: biasanya pada level sub-assembly, dgn tujuan demand terpenuhi dalam keterbatasan lead time.
Safety Lead Time: memanjangkan lead time dari lead time sesungguhnya, sehingga barang datang lebih cepat/awal.
Rekomendasi:
Aplikasi Safety Lead Time dalam MRP Chart akan mudah kita lakukan, lalu bagaimana aplikasi Safety Stock?
Dengan kasus yg sama (sepeda), berikut pengaruh safety stock pada sistem MRP:
DITANYA: Buat perbandingan MRP Chart dengan dan tanpa Safety Stok!
DIJAWAB:
PERAGA 18 Contoh Kasus Safety Stock dengan Lot N: Jawaban MRP Chart Sepeda
(a) Tanpa Safety Stock
Period
Description
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 0 50 50 0 0 100 50 50 0 50 50 2.400
Net Require. 0 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Order Rcpts. 2.550 1.500 1.950 3.000 3.600 450 4.050 1.950 2.550 1.500 10
Order Rleass. 2.550 1.500 1.950 3.000 3.600 450 4.050 1.950 2.550 1.500
Period
Description
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Gross Require. 2.500 2.000 2.500 1.500 2.000 3.000 3.500 500 4.000 2.000 2.500 1.500
Schduld Rcpts. 2.500
On Hand 2.000 2.000 250 200 300 200 300 200 250 250 300 300 250 4.800
Net Require. 200 2.050 1.500 1.900 3.000 3.400 500 3.950 1.950 2.400 1.400
Order Rcpts. 450 2.250 1.800 2.100 3.300 3.600 750 4.200 2.250 2.700 1.650 10
Order Rleass. 450 2.250 1.800 2.100 3.300 3.600 750 4.200 2.250 2.700 1.650
Keterangan:
Lot N, hanya nama lot yg diberikan penulis, maksudnya adalah à perumpamaan:
“jika Anda mau beli rokok (isi 12) di Agen Rokok Pasar Tradisional, Anda tidak dapat serta-merta bisa membeli 1,2,3,
atau 5 batang, Anda harus beli 12 batang (1 bungkus), atau 24 (2 bungkus), atau 36 (3 bungkus), dan kelipatan 12
lainnya”.
15/17
Perhatikan Peraga 18a, pada Order periode 3, Anda tidak diijinkan meng-order sebanyak 2500, Anda harus meng-order
dari kelipatan 150, jadi Ordernya adalah 2550 (yg merupakan kelipatan 150 ≥ 2500).
NR yang dibutuhkan adalah jumlah safety stock minus POH à NRt = Safet Stock - POHt à bukan POHt-1 , dimana:
POHt = POHt-1 - GRt .
Planned Order Releases (OFFSETTING) dihitung seperti biasa.
Titik pemesanaan terjadi pada saat stock (yg merupakan POHt-1 - GRt) berada dibawah 200 (Safety Stock) dan bukan
dibawah 0.
LOTTING diupayakan meninggalkan sisa persediaan ≥ 200 à PORECt - NRt ≥ 200.
Ongkos persediaan FOQ yg paling tinggi. Hal ini dikarenakan kebutuhan yang kecil, pada periode tertentu, terpaksa
dicukupi dengan jumlah pemesan yang sudah ditetapkan secara continue sebelumnya, yang mana nilainya diambil dari
kebutuhan terbesar.
Secara theoretic, EOQ mempunyai konsep menyeimbangkan Ongkos Pesan dan Ongkos Simpan, dan ternyata EOQ
mampu mengungguli L4L,
jadi pada kasus ini Ongkos Simpan bisa dikatakan sangat kecil dibanding Ongkos Pesan.
maka tidak baik bila kita terlalu sering memesan, seperti yg dilakukan L4L, harus ada interval pemesanan.
Teknik LOTTING terbaik untuk kasus dalam tulisan ini adalah POQ.
karena sifat kebutuhan mendekati continue, yg mana sifat kebutuhan continue cocok untuk EOQ. Namun pada data ini,
pada periode-periode tertentu, terdapat nilai yg jauh dari nilai rata-rata D, sehingga membuat EOQ lemah. Kelemahan
EOQ inilah yang di-eliminasi oleh POQ.
Namun!? :
Pesanan kemungkinan dibatasi oleh lot pembelian kepada supplier atau batasan kapasitas transfer pada shop floor, dll
Ukuran lot harus dihitung kapan saja terdapat perubahan jadwal atau ukuran lot di manapun dalam hirarki MRP.
Apabila perubahan ini cukup sering terjadi dan menyebabkan ketidakstabilan sistem, perubahan tidak dilakukan.
Dan berarti semua teknik LOTTING bisa jadi SALAH, karena sistem produksi tidak bisa bereaksi terhadap perubahan.
Modifikasi lot dapat menyebabkan penyimpangan substansial dari kebutuhan yang sebenarnya pada level yang lebih
rendah dalam hirarki MRP.
Maka perhatian harus dicoba sebelum melakukan modifikasi lot, misal: Jika Ongkos Pesan cukup besar dan Demand
cukup lancar, maka PPB atau bahkan EOQ dapat memberikan hasil yg memuaskan.
MRP selalu dinamis, jadi terlalu memperhatikan ukuran lot akan menghasilkan ketelitian yang salah.
Sebuah ukuran lot yang benar dapat ditentukan hanya berdasarkan kepada kebutuhan yang sebenarnya.
16/17
Akhirul qalam, berikut beberapa hal dan review yang kiranya perlu diperhatikan:
A. Perbandingan Teknik
Sebagaimana umumnya metode ilmiah
Tidak ada teknik yang superior
Penggunaan sangat bergantung dari sifat-sifat:
# Fluktuasi demand
# Lead time
# Waktu antar pesan, etc.
Teknik yg umum dipakai adalah L4L, FOQ, dan FPR
Penggunaan yang diinginkan industri adalah teknik LOTTING sederhana di samping software MRP tidak menyertakan
teknik yang rumit
B. Ketidakpastian
Ketidakpastian juga muncul dalam system MRP
Sumber ketidakpastian, yaitu:
Sumber Ketidakpastian
Jenis
Demand Supply
Timing Saat kebutuhan bergeser Order tidak diterima pada waktunya
Quantity Kebutuhan lebih atau kurang dari rencana Order diterima lebih atau kurang dari rencana
“Jika Anda yakin Anda mampu atau tidak mampu melakukan sesuatu
maka Anda benar”
- Henry Ford, pioneer industri
automotive Amerika Serikat
“ Jika ucapan Friedrich Nietzsche (1844-1900) adalah benar, bahwa: ‘Tuhan telah mati’.
Lalu sekarang, siapakah Planner MRP alam semesta ini ?
Apakah supply berkah yang masih kita nikmati ini,
mendadak datang dari otak existensialisme Nietzsche
yang sudah dimakan belatung tanah ? ”
17/17