com/site/operasiproduksi/perencanaan-kebutuhan-bahan
Filosofi MRP adalah “menyediakan” komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu
dan tempat yang tepat.
Keunggulan dan Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
Keunggulan MRP diantaranya
1. Memberikan kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif
2. Mengurangi harga jual
3. mengurangi persediaan
4. Layanan yang lebih baik kepada pelanggan,
5. respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar
6. kemampuan mengubah skedul master
7. mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle time)
Sedang kelemahan yang pokok adalah menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang
disebabkan oleh
1. Kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP
2. MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lain, lebih dipandang sebagai
sistim yang berdiri sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu
sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan atau suatu bagian dari
keseluruhan sistim perusahaan,
3. Mencoba menggabungkan MRP dengan JIT tanpa memahami betul karakteristik kedua
pendekatan tersebut,
4. Membutuhkan akurasi operasi,
5. Kesulitan dalam membuat skedul terinci.
Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product
Structure Tree) adalah salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur
Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara
produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur produk merupakan
suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu perakitan, juga memberikan
informasi tentang semua item, seperti nomor komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap
pembelian. Struktur produk dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
Struktur produk single level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir
komponen-komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut langsung
membentuk produk akhir atau berada satu level di bawah produk akhir.
Struktur produk multi level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir dengan
komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut memerlukan komponen-
komponen lain untuk membuatnya dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan untuk
membuat 1 unit produk akhir X diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit komponen B.
Sementara untuk membuat 1 unit komponen B diperlukan 3 unit komponen C dan 1 unit
komponen D. Dari informasi tersebut dapat dibuat product structure tree sebagimana
tersaji pada gambar di bawah ini:
File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status), berisi data tentang jumlah unit
yang tersedia dan sedang dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan dengan adanya
kerugian akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya File Catatan Keadaan
Persediaan (inventory status) menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan,
dimana semua item persediaan harus diidentifikasikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan,
juga harus berisi data tentang lead time, lot size, teknik lot size, persediaan cadangan dan catatan
penting lainnya.
Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi
sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul
pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
Berikut secara ringkas dapat kita lihat hubungan antara pertanyaan operasional yang dijawab,
basis dan hasil yang diberikan oleh pendekatan MRP :
QUESTION BASIS RESULT
Master schedule
Gross Requirement
What to order Bill of material
Inventory
balances
Net Requirement
How much to order Schedule Receipt
Order Rules
Periods 1 2 3 4 5 N
Gross Requirement
Scheduled Receipts
Net Requirement
Dalam terminologi MRP, periode waktu (time periods) disebut buckets dan biasanya
satu minggu. MRP mengendalikan inventori dan produksi dengan menggunakan konsep Time-
phasing yakni penghitungan waktu penyelesaian produk akhir dimana perhitungan berjalan
mundur untuk menentukan kapan setiap komponen harus dipesan.
Untuk menyusun rencana kebutuhan dan waktu pemesanan serta penyelesaian
pekerjaan, langkah dasar proses material requirement planning adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah tahap menentukan kapan pekerjaan harus selesai atau material
harus tersedia agar jadwal induk produksi (MPS) terpenuhi
2. Netting, yaitu perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara
kebutuhan kotor dan keadaan persediaan.
3. Lotting, yaitu perhitungan untuk menentukan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Dengan demikian Lotting merupakan proses
penentuan ukuran pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bersih untuk satu atau
beberapa periode sekaligus sehingga dapat meminimalkan persediaan.
4. Offsetting, yaitu perhitungan untuk menentukan saat yang tepat dalam melakukan
rencana pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bersih (netting), dimana rencana
pemesanan diperoleh dengan mengurangkan saat awal tersedianya kebutuhan bersih yang
diinginkan dengan Lead Time. Dengan kata lain, menentukan pelaksanaan perencanaan
pemesanan (planned order released), kapan pemesanan atau pembatalan harus dilakukan
dengan mempertimbangkan Lead Time. Waktu tunggu (lead time) yang diperlukan untuk
menentukan saat/tanggal perintah pesanan, di mana untuk menentukan saat/tanggal
perintah pesanan tersebut tergantung pada :
– Waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi.
– Waktu yang dibutuhkan untuk proses administrasi pemesanan atau birokrasi
perusahaan
– Waktu yang dibutuhkan untuk kedatangan pesanan mulai dari saat pemesanan
sampai kedatangan pesanan (tergantung kepada kesanggupan supplier untuk
memenuhi pesanan)
– Waktu yang dibutuhkan untuk proses inspeksi pesanan
– Waktu tunggu tersebut merupakan penjumlahan secara kumulatif dari waktu
tunggu tersebut di atas.
5. Explosion, yaitu perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah,
berdasarkan atas rencana produksi.
6. Mengulangi tahap 1 sampai tahap 5 untuk setiap komponen.
Penentuan ukuran lot dalam MRP merupakan masalah yang komplek dan sulit. Lot
Size diartikan sebagai kuantitas yang dinyatakan dalam penerimaan pesanan dan penyerahan
pesanan dalam skedul MRP. Untuk komponen yang diproduksi di dalam pabrik, lot size
merupakan jumlah produksi, untuk komponen yang dibeli. Lot size berarti jumlah yang dipesan
dari supplier. Dengan demikian Lot size secara umum merupakan pemenuhan kebutuhan
komponen untuk satu atau lebih periode.
Sebenarnya ada banyak metode lot sizing yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut
dikelompokkan berdasarkan karakteristik sifat lot sizing yang diinginkan apakah statis atau
dinamis. Secara singkat pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:
Untuk menjelaskan kesepuluh teknik lotsizing tersebut di atas, berikut diberikan ilustrasi:
Dimisalkan sebuah perusahaan memiliki data-data sebagai berikut:
Data kebutuhan bersih tiap periode (bulan)
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebutuhan bersih
20 40 30 10 40 0 55 20 40
( Rt )
Data Ongkos
Harga perunit (C) = Rp. 50,-
Ongkos Pengadaan (S)/ biaya pesan = Rp. 100,- per pengadaan atau per pesan
Ongkos Simpan = Rp. 4.080/tahun
Ongkos Simpan = Rp. 340/bulan
Ongkos Simpan = Rp. 1,- /unit/bulan
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
dimana :
EOQ = Q* = kuantitas pemesanan yang optimal (yang meminimumkan biaya persediaan)
Co = Cs = S = ongkos Pesan (set up Cost) Rp100,-
R = demand per (255/9) x12 =340
Ch = H = ongkos Simpan per unit per tahun (Rp4080/340) = 12
Jika kita mengasumsikan bahwa periode yang ada pada contoh sebelumnya sama, maka
ukuran lot dengan menggunakan teknik EOQ ini adalah :
= 75 unit
Maka ukuran lot sebesar 75 unit ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan bersih yang ada
sepanjang horizon perencanaan dengan cara sebagai berikut :
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kuantitas 75 75 75 75 300
Pemesanan Xt
Persediaan 55 15 60 50 10 10 30 10 45 285
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik EOQ di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 4 x Rp. 100,- = Rp. 400
Ongkos simpan
= (55+15+60+50+10+10+30+10+45) = 285
= 285 x Rp. 1,-
= Rp. 285,-
Dengan demikian Total ongkos = 400 + 285 = Rp. 685
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kuantitas 20 40 3 10 40 0 55 20 4 255
Pemesanan Xt 0 0
Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik LFL di atas, biaya sehubungan
dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 8 x Rp. 100,- = Rp. 800
Ongkos simpan =0
Total ongkos = 800 + 0 = Rp. 800
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik FPR di atas, biaya sehubungan
dengan penggunaan teknik lot sizing FPR dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Ongkos simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1,-
= Rp. 240,-
diperoleh Total ongkos = 300 + 240 = Rp. 540
dimana :
EOI = interval pemesanan ekonomis dalam satu periode
C = biaya pemesanan setiap kali pesan
H = persentase biaya simpan setiap periode
P = harga atau biaya pembelian perunit
R = rata-rata permintaan per periode
Sebagai contoh, berikut ini merupakan penerapan teknik POQ dengan data pada contoh
sebelumnya.
– Jumlah periode dalam 1 tahun = 12 bulan
– Jumlah unit yang dipesan per tahun = 255 unit
– Rata-rata permintaan (R) = 28,3 unit
– Q (dari teknik EOQ) = 75 unit
– Biaya pesan (C) = 100 rupiah/ pesan
– Ongkos simpan (h) = 1 rupiah/ bulan
– Harga perunit (P) = 50 rupiah/ unit
Pembahasan
Interval pemesanan yang diperbolehkan adalah 2,6 yang berarti interval pemesanan
yangn digunakan boleh 2 atau 3 periode dan frekuensi pemesanan boleh 4 atau 5 kali
pemesanan dalam satu tahun.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 60 40 40 75 40 255
Persediaan 40 0 10 0 0 0 20 0 0 70
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik POQ atau EOI di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Ongkos pengadaan = 5 x Rp. 100,- = Rp. 500
Ongkos simpan = (40+10+20) = 70 x Rp. 1,- = Rp. 70,-
Jadi Total ongkos keseluruhan adalah sebesar 500 + 70 = Rp. 570
Teknik LUC ini dan ketiga teknik berikutnya mempunyai kesamaan tertentu, yaitu
ukuran kuantitas pemesanan dan interval pemesanannya bervariasi. Pada teknik LUC ini
ukuran kuantitas pemesanan ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan
mempertanyakan apakah ukuran lot disuatu periode sebaiknya sama dengan ukuran
bersihnya atau bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan
ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit ditambah ongkos
simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih.
Dari hasil perhitungan tabel tersebut, terlihat bahwa pada kelompok pertama, bakal lot
sebesar 90 terpilih sebagai lot yang pertama sebab menimbulkan ongkos per unit terkecil
yaitu sebesar Rp 2,22. Lot sebesar 90 ini akan mencakup kebutuhan bersih periode ke1,
2, dan 3, sedangkan periode ke-4 dimasukkan kedalam kelompok ke-2. Pada kelompok
ke 2 ongkos perunit terkecil adalah Rp 2,8 sehingga bakal lot sebesar 40 terpilih sebagai
lot ke 2. Lot sebesar 50 ini akan mencakup kebutuhan bersih periode ke 4, 5, dan 6.
Sedangkan periode ke 7 dimasukkan kedalam kelompok ketiga. Pada kelompok ketiga ini
ongkos per unit terkecil adalah Rp 1,6 sehingga bakal lot size sebesar 75 terpilih sebagai
lot yang ke tiga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersih periode ke 7, dan 8,
pada kelompok keempat sebesar 40.
Diketahui :
Ongkos pengadaan : Rp. 100
Ongkos simpan : Rp. 1,-/unit periode
Periode Kumulatif Ongkos Lama Ongkos Ongkos Ongkos
Demand Setup Digudang Total Perunit
Simpan Ket
1 20 100 0 0 100 5
1-2 60 100 1 40 140 2,3
1-3 90 100 2 100 200 2,2 Terpilih
1-4 10 100 3 130 230 2,3
4 10 100 0 0 100 10
4-5 50 100 1 40 140 2,8
4-6 50 100 2 40 140 2,8 Terpilih
4-7 105 100 3 205 305 2,9
7 55 100 0 0 100 1,8
7-8 75 100 1 20 120 1,6 Terpilih
7-9 115 100 2 100 200 1,7
9 40 100 0 0 100 2,5 Terpilih
Keterangan :
Periode penyimpanan adalah periode yang dicakup oleh bakal lot size.
Bakal LS adalah ukuran kuantitas pemesanan (lot size) yang akan dipilih yang besarnya
merupakan kumulatif kebutuhan bersih dari periode yang dicakup.
Ongkos simpan untuk lot adalah Kebutuhan bersih dikali ongkos simpan/unit dikali lama
digudang.
Ongkos total adalah ongkos setup ditambah ongkos simpan.
Ongkos per unit adalah ongkos total dibagi banyak kumulatif demand.
Secara lengkap skedul MRP dengan lot sizing menggunakan teknik LUC adalah sebagai
berikut
Secara lengkap skedul MRP dengan lot sizing menggunakan teknik LUC adalah sebagai berikut.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 75 40 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 20 0 0 160
berdasarkan skedul tersebut di atas, biaya yang timbul sehubungan dengan lot sizing menggunakan
teknik LUC dapat dihitung sebagai berikut
Ongkos pengadaan = 4 x Rp. 100,- = Rp. 400
Ongkos simpan
= (70+30+40+20) = 160
= 160 x Rp. 1, - = Rp. 160,-
dengan demikian Total ongkos sebesar 400 + 160 = Rp. 560
EPP dapat dihitung secara sederhana dengan memberi ongkos setiap kali pesan (S) dengan ongkos
simpan perunit (h). Sebagai contoh, tabel 2.19. di bawah ini adalah contoh pemakaian teknik LTC dengan
menggunakan data yang digunakan pada contoh sebelumnya. Dengan nilai EPP adalah sebagai berikut :
perhitungan di atas memperlihatkan bahwa kelompok yang pertama bakal lot sebesar 90
unit terpilih sebagai ukuran lot pertama sebab menimbulkan ongkos yang sama dengan
EPP yaitu sebesar 100 part period. Dengan demikian alasan yang sama diperoleh lot yang
kedua sebesar 50 unit dan 115 unit ukuran lot ketiga.
Selanjutnya skedul MRP selengkapnya dengan lot sizing menggunakan teknik LTC
adalah sebagai berikut:
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 115 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
dan ongkos sehubungan dengan lot sizing menggunakan teknik LTC adalah
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Ongkos simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1, - = Rp. 240,-
sehingga Total ongkos sebesar 300 + 240 = Rp. 540
Metode PPB sering juga disebut Metode Part Period Algorithm adalah pendekatan jumlah lot untuk
menentukan jumlah pemesanan berdasarkan keseimbangan antara biaya pesan dan biaya simpan. Oleh
karena itu metode ini disebut juga Part Period Balancing (PPB) atau total biaya terkecil. Metode ini
menseleksi jumlah periode untuk mencukupi pesanan tambahan berdasarkan akumulasi biaya simpan
dan biaya pesan. Tujuannya adalah menentukan jumlah lot untuk memenuhi periode kebutuhan.
Penentuan jumlah pesanan (lot) dilaksanakan dengan mengakumulasikan permintaan dari periode-
periode yang berdampingan kedalam suatu lot tunggal sampai carrying cost kumulatifnya melampaui
atau sama dengan setup cost. Teknik PPB ini menggunakan dasar logika yang sama dengan teknik LTC,
perhitungan kuantitas pemesanan juga sama. Pertama mengkonversikan ongkos pesan menjadi
Equivalent Part Period (EPP), dengan rumus :
dimana :
S = ongkos Pesan /ongkos Setup
h = ongkos Simpan per unit per periode
berikut contoh pemakaian teknik PPB dengan menggunakan data yang digunakan pada contoh
sebelumnya. Dengan nilai EPP adalah sebagai berikut :
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 115 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
skedul tersebut memberikan dampak pada ongkos yang dihitung sebagai berikut
Ongkos pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Ongkos simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1,- = Rp. 240,-
sehingga Total ongkos yang ditimbulkan adalah sebesar 300 + 240 = Rp. 540
Metode Silver-Meal atau sering pula disebut metode SM yang dikembangkan oleh Edward Silver dan
Harlan Meal berdasarkan pada periode biaya. Penentuan rata-rata biaya per periode adalah jumlah
periode dalam penambahan pesanan yang meningkat. Penambahan pesanan dilakukan ketika rata-rata
biaya periode pertama meningkat. Jika pesanan datang pada awal periode pertama dan dapat
mencukupi kebutuhan hingga akhir periode T.
Teknik Silver Meal menggunakan pendekatan yang agak sama dengan PPB. Kriteria dari teknik Silver
Meal adalah bahwa lot size yang dipilih harus dapat meminimasi ongkos total per perioda. Permintaan
dengan perioda-perioda yang berurutan diakumulasikan ke dalam suatu bakal ukuran lot (tentative lot
size) sampai jumlah carrying cost dan setup cost dari lot tersebut dibagi dengan jumlah perioda yang
terlibat meningkat. Total biaya relevan per periode adalah sebagai berikut :
dimana :
C = biaya pemesanan per periode
h = persentase biaya simpan per periode
P = biaya pembelian per unit
Ph = biaya Simpan per periode
TRC(T) = total biaya relevan pada periode T
T = waktu penambahan dalam periode
Rk = rata-rata permintaan dalam periode k
Tujuannya adalah menentukan T untuk meminimumkan total biaya relevan per periode.
Berikut ini langkah-langkah dari Metode Silver-Meal.
1. Tentukan ukuran lot tentatif dimulai dari periode T. Ukuran lot tentatif = dt, net req pada periode
T. Hitung ongkos total per periodenya.
2. Tambahan kebutuhan pada periode berikutnya pada lot tersebut. Kemudian hitung ongkos total
per periodenya.
3. Bandingkan ongkos total per periode sekarang dengan yang sebelumnya, jika TRC(L) ≤ TRC(L-
1) kembali ke langkah 2 dan TRC(L) > TRC(L-1) lanjutkan ke langkah 4.
4. Ukuran lot pada periode
5. Sekarang T = L, jika akhir dari horizon perencanaan telah dicapai, hentikan algoritma, jika belum,
kembali ke langkah 1.
Periode T Demand Tambahan Biaya Simpan Biaya Simpan TRC (T) TRC(T)/T
Kumulatif
(Ph(T-1)Rt (C+Kol 5) (Kol 6 /T)
1 1 20 50(1)(0)(20) = 0 0 100 100
2 2 40 50(1)(1)(40) = 2000 2000 2100 1050
2 1 40 50(1)(0)(40) = 0 0 100 100
3 2 30 50(1)(1)(30) = 1500 1500 1600 800
3 1 30 50(1)(0)(30) = 0 0 100 100
4 2 10 50(1)(1)(10) = 500 500 600 300
4 1 10 50(1)(0)(10) = 0 0 100 100
5 2 40 50(1)(1)(40) = 2000 2000 2100 1050
5 1 40 50(1)(0)(40) = 0 0 100 100
6 2 0 50(1)(1)(0) = 0 0 100 50
7 3 55 50(1)(2)(55) = 5500 5500 5600 1867
7 1 55 50(1)(0)(55) = 0 0 100 100
8 2 20 50(1)(1)(20) = 1000 2000 2100 1050
9 3
Dengan demikian skedul MRP dengan lot sizing teknik Silver-Meal adalah
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 20 40 30 10 40 55 20 40 255
Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model programa dinamis. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan strategi pemesanan yang optimum untuk seluruh jadwal kebutuhan bersih dengan
jalan meminimasi total ongkos pengadaan dan ongkos simpan, pada dasarnya teknik ini menguji semua
cara pemesanan yang mungkin dalam memenuhi kebutuhan bersih setiap periode yang ada pada
horizon perencanaan sehingga senantiasa memberikan jawaban yang optimal.
Wagner-Whittin Algorithm memperoleh suatu jumlah maksimum solusi kepada data yang meminimum
masalah ukuran pesanan dinamis di atas suatu perencanaan yang terbatas. itu memerlukan bahwa
semua periode permintaan dicukupi, yang periode waktu di dalam perencanaan b dari suatu panjangnya
pemesanan ditetapkan, dan pesanan itu ditempatkan untuk meyakinkan hasil 0 pesanan produk pada
awal suatu periode waktu. Algorithim Wagner-Whittin suatu pendekatan programming dinamis yang
mana dapat digunakan untuk menentukan biaya yang dapat diawali yang minimum.
dimana :
C = biaya pesan per pesan.
h = biaya simpan.
P = biaya pembelian per unit.
Rk = rata-rata permintaan perperiode.
2. Arti fe untuk biaya yang mungkin yang minimum i periode 1 sampai e, memberi bahwa tingkat
persediaan pada ujung periode e adalah nol. Algoritma mulai dengan f = 0 dan mengkalkulasi f1,
f2, ......... fn di dalam pesanan itu, kemudian f dihitung dalam urutan menaik menggunakan rumusan
Dengan kata lain, untuk masing-masing periode semua kombinasi alternatif pemesanan dan fe
perencanaan pengganti dibandingkan, yang yang terbaik biaya paling rendah kombinasi adalah perekam
sebagai fe strategi untuk mencukupi kebutuhan untuk periode 1 sampai e. nilai fn adalah biaya adalah
jadwal pesanan yang optimal.
3. Untuk menterjemahkan jumlah maksimum solusi (fn) yang diperoleh oleh algoritma untuk memesan
jumlah, menerapkan berikut :
urutan terakhir terjadi pada periode w dan adalah cukup untuk mencukupi permintaan di dalam periode
w sampai N.
pesanan sebelum urutan terakhir terjadi di dalam periode v dan adalah cukup untuk mencukupi
permintaan di dalam periode v sampai w-1.
pesanan yang pertama terjadi di dalam periode 1 dan adalah cukup untuk mencukupi permintaan di
dalam periode 1 sampai u-1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas relatif dari masing-masing teknik ukuran lot diantaranya
adalah :
dimana :
C = biaya pemesanan per periode
h = persentase biaya simpan per periode
dt = kebutuhan pada periode t
T = periode awal dimana lot tentatif mulai dihitung
t = periode ke - t
L = periode terakhir yang ner req nya termasuk dalam lot tentatif
P = jumlah periode yang net req nya termasuk dalam lot tentatif
TRC = total biaya relevan pada periode P