Anda di halaman 1dari 17

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

KELOMPOK 7

I PUTU BUDIANTARA
ANDHIKA BUKTI PRATAMA
ASMALUDDIN

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
POKOK BAHASAN

1. MRP versus Order Point System


2. MRP Element
3. Operating an MRP System
4. The Successful MRP System
5. ERP System
6. Cases
BAHASAN

Permintaan dependen (dependent demand) adalah permintaan


untuk sebuah jenis barang yang berkaitan dengan permintaan jenis barang
yang lain. Untuk dapat melakukan pengendalian terhadap inventori dalam
konteks permintaan yang dependen, salah satu dari beberapa sistim yang
dapat digunakan adalah Material Requirement Planning (MRP) System.
MRP merupakan suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi
dengan menggunakan tenggang waktu sehingga dapat ditentukan kapan
dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu
produk yang akan dibuat.

Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu teknik yang


digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen)
yang tergantung (dependent) pada item ditingkat (level) yang lebih tinggi.
MRP pertama kali ditemukan oleh Joseph Orlicky dari J.I Case Company
pada sekitar tahun 1960.

Metode MRP bersifat Computer Oriented Approach yang terdiri dari


sekumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat
mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan suatu Master
Production Schedule (MPS). MRP selalu berkembang sesuai dengan
tuntutan perkembangan teknologi dan tuntutan terhadap sistem
perusahaan. MRP (Material Requirement Planning) telah berkembang
menjadi dasar bagi Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (Enterprise
Resource Planning – ERP), karena menyediakan struktur yang bersih untuk
permintaan dependen. Sampai saat ini perkembangan MRP terjadi sampai
dengan 4 kali dan tidak tertutup untuk masa yang akan datang.

Adapun perkembangan MRP tersebut adalah:

a. MRP adalah suatu teknik atau set prosedur yang sistematis


dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
pengendalian bahan terhadap komponen-komponen permintaan
yang saling bergantung (Dependent Demand Item).
b. MRP II adalah perluasan dari MRP, lebih dari sekedar proses
penentuan kebutuhan material. Fenomena ini melahirkan konsep
baru yang disebut Perencanaan Sumber daya Manufactur (MRP
II).
c. MRP III adalah perluasan MRP dalam tingkat akurasi peramalan,
permintaan, penggunaan secara tepat dan baik peramalan
permintaan (Forecast Demand), sehingga dapat merubah Master
Production Schedule (MPS).
d. MRP 9000 adalah perluasan MRP yang benar-benar lengkap dan
terintegrasi dengan sistem Management Manufacturing,
termasuk juga inventori, penjualan, perencanaan, pembuatan,
dan pembelian menggunakan buku besar.

MRP adalah lebih dari sekedar metode proyeksi kebutuhan-


kebutuhan akan komponen individual dari suatu produk. Sistem MRP
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu kontrol tingkat persediaan, penugasan
komponen berdasar prioritas, dan penentuan kebutuhan kapasitas
(capacity requirement) pada tingkat yang lebih detail daripada proses
perencanaan. Salah satu keunggulan utama MRP adalah kemampuannya
menentukan dengan tepat kelayakan sebuah jadwal di dalam keterbatasan
kapasitasnya. Proses perencanaan ini dapat memberikan hasil yang
sempurna.
1. MRP versus Order Point System

MRP System Order Point System


Permintaan Tergantung Tidak tergantung
Filosofi Permintaan Kebutuhan Penggantian
Peramalan Berdasarkan MPS Berdasarkan data
yang lalu
Pengendalian Semua item ABC (Activity Based
Costing)
Tujuan Memenuhi Memenuhi
kebutuhan kebutuhan
perusahaan konsumen
Ukuran Lot Pasti EOQ (Economical
Order Quantity)
Model Permintaan Tepat tapi terprediksi Secara acak
Jenis Persediaan Bekerja pada proses Barang jadi dan
dan bahan material spare parts
Perbedaan antara sistem MRP dan Order Point System adalah
dalam hal penggunaan peramalan. Untuk Order Point System, permintaan
yang akan datang diramalkan berdasarkan catatan permintaan di masa
lalu. Peramalan ini digunakan untuk menambah tingkat kesediaan.
Sedangkan pada sistem MRP, permintaan bagian-bagian komponen di
masa lalu adalah tidak relevan. Filosofi pemesanan berdasarkan pada
kebutuhan yang diberikan dari jadwal induk. MRP berorientasi ke masa
depan dengan menetapkan permintaan bagian-bagian komponen di masa
depan berdasarkan peramalan permintaan pada tingkat yang lebih tinggi.
Prinsip ABC (Activity Based Costing) juga kurang cocok untuk sistem
MRP. Dalam pembuatan suatu produk, jenis barang C sama pentingnya
dengan jenis barang A. Rumus EOQ tidak berguna pada sistem MRP. Pola
permintaan yang tidak menentu dari bagian-bagian komponen sangat
bertentangan dengan asumsi dalam menurunkan rumus EOQ. Satuan
pengukuran pada MRP didasarkan pada kebutuhan yang pasti.

2. MRP Element
2.1 Penjadwalan Induk (Master Scheduling)
Tujuan penjadwalan induk adalah menentukan output
(keluaran) fungsi operasi. Penjadwalan induk menggerakan
keseluruhan proses perencanaan bahan. Jadwal induk oleh
George Plossl digambarkan sebagai “pegangan manajemen
puncak dalam bisnis” [Plossl (1974)]. Dengan mengendalikan
jadwal induk, manajemen puncak dapat mengendalikan
pelayanan konsumen, tingkat persediaan dan biaya manufaktur.
Salah satu fungsi penjadwalan induk adalah memastikan
bahwa jadwal induk akhir yang akan dipakai tidak membengkak
dan mencerminkan kendala kapasitas yang realistis.
Pembengkakan jadwal induk sangat berbahaya karena
mengakibatkan tanggal jatuh tempo pesanan tidak sah lagi (tidak
ditepati).

2.2 BOM (Bill of Materials)


Bagan bahan (BOM) adalah daftar terstruktur dari semua
bahan atau barang yang diperlukan untuk membuat barang jadi,
rakitan, subrakitan, bagian yang akan dibuat, atau bagian-bagian
yang dibeli. Bagan bahan mempunyai fungsi seperti resep
makanan, yaitu mendaftar semua ramuan/bahan. Jika ada
kesalahan pada bagan bahan, dapat menyebabkan bagian
tertentu tidak dapat dipesan sehingga produk tidak dapat dibuat.
Pada suatu perusahaan biasanya mempunyai lebih dari satu
bagan bahan untuk satu produk. Bagian teknik mempunyai satu
bagan bahan, sedangkan bagian manufaktur dan bagian lainnya
juga mempunyai versi bagan yang berbeda juga. Pada
perusahaan bagan bahan digunakan sebagai dokumen acuan
dan bukan sebagai alat perencanaan bahan.
2.3 Catatan Persediaan (Inventory Records)
Catatan persediaan terdiri dari:
a. Segmen data induk jenis barang, memuat nomor suku cadang
yang unik untuk tiap jenis barang, dan informasi yang lain seperti
tenggang waktu, harga standar, dll.
b. Segmen status persediaan, memuat suatu perencanaan bahan
lengkap untuk tiap jenis barang.
c. Segmen data tambahan, memuat informasi tentang pesanan
yang belum diselesaikan, perubahan yang diminta, rincian
riwayat permintaan, dll.
Dalam praktiknya, catatan persediaan dituntut agar tetap akurat.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Penghitungan tradisional; dengan menghitung persediaan
fisik tahunan (annual physical inventory count). Pada saat itu
operasi pabrik dihentikan satu atau dua hari, dan semua
persediaan dihitung secara teliti. Cara tradisional ini kadang
menimbulkan kesalahan karena ketidaktelitian penghitung.
Setelah persediaan dihitung secara benar, nilainya
dikonversikan ke mata uang untuk tujuan finansial. Cara ini
dinilai tidak cukup akurat untuk sistem MRP.
b. Penghitungan siklus (cycle counting); sebagai pengganti
penghitungan persediaan fisik tahunan. Setiap hari petugas
ruang penyimpanan menghitung sebagian kecil jenis barang.
Kesalahan dikoreksi dan prosedur yang menyebabkan
kesalahan dibetulkan. Dengan komitmen yang kuat terhadap
ketepatan dan memakai cara penghitungan siklus harian,
banyak kesalahan pada catatan persediaan dapat
dihilangkan. Cara ini memberikan hasil yang dapat dipercaya,
sehingga auditor tidak memerlukan lagi penghitungan
persediaan fisik tahunan.
2.4 Perencanaan Kapasitas (Capacity Planning)
Sistem perencanaan kapasitas (Capacity Planning)
memerlukan jadwal induk, bagan bahan, catatan persediaan dan
pemecahan bagian. Sistem peluncuran-pesanan yang dihasilkan
menentukan tanggal jatuh tempo yang tepat (prioritas pesanan)
bila tersedia kapasitas yang cukup. Bila kapasitas tidak
mencukupi persediaan akan meningkat, terjadi pesanan lewat
jatuh tempo, percepatan dilakukan untuk mendorong pabrik
memenuhi semua pesanan.
Tujuan perencanaan kapasitas adalah memeriksa kelayakan
jadwal induk. Ada dua cara perencanaan kapasitas yang dapat
diterapkan:
a. Perencanaan kapasitas pemotongan kasar (rough-cut
capacity planning). Pada perencanaan ini perkiraan waktu
kerja buruh dan mesin dihitung langsung dari jadwal induk.
b. Pembebanan bengkel (shop leading). Pada perencanaan ini
memerlukan lebih sedikit perincian kalkulasi, namun tidak
seakurat metode pembebanan bengkel.

2.5 Pembelian (Purchasing)


Fungsi dari pembelian (Purchasing) diperluas karena
pemakaian sistem MRP. Pesanan yang lewat jatuh tempo
sebagian besar dihapuskan karena MRP memperbarui tanggal
jatuh tempo (due dates) dan menjaga keaktualannya. Oleh karena
itu, bagian pembelian harus membangun kepercayaan pemasok,
karena bila pemesanan dilakukan berarti bahan/barang itu benar-
benar diperlukan.

2.6 Pengendalian Pengelola Bengkel (Shop - Floor Control)


Pengendalian Pengelola-Bengkel (Shop-Floor Control)
bertujuan menyampaikan pesanan kepada kerja bengkel dan
mengelola pesanan dengan cara mereka di pabrik untuk
menjamin agar selesai tepat waktu. Sistem pengendalian
pengelola-bengkel membantu pihak manajemen mengurus
kesulitan sehari-hari selama proses produksi. Kesulitan antara
lain absennya para buruh, kerusakan mesin, kehilangan bahan
dan lain-lain.

3. Operating an MRP System


MRP memiliki banyak aspek lebih dari sekedar pemasangan
modul komputer yang sesuai. Pihak manajemen harus mengoperasikan
sistem secara cerdik dan efektif. Salah satu keputusan yang dapat
dibuat adalah menetapkan jumlah stok pengaman (safety stock). Tujuan
dari persediaan pengaman adalah untuk mendapatkan fleksibelitas
terhadap perubahan permintaan konsumen.
Tenggang waktu pengaman (Safety Lead Time) adalah suatu
konsep yang perlu dipertimbangkan pada pemesanan bagian-bagian
komponen. Jika pemasok tidak dapat diandalkan dan situasinya tidak
dapat diperbaiki, maka tenggang waktu yang direncanakan dapat
diperpanjang dengan menambah tenggang waktu pengaman. Akan
tetapi, hal ini akan menambah jumlah persediaan bila pemasok
menyerahkan pesanan lebih awal dari yang direncanakan.
Cara lain dalam menangani ketidakpastian adalah
merencanakan suatu kapasitas pengaman (Safety Capacity).
Pendekatan ini memilki banyak keuntungan karena kapasitas cadangan
dapat digunakan untuk membuat jumlah barang secara tepat bila
kebutuhan diketahui. Permasalahan dalam stok pengaman adalah
sering stok yang tersedia tidak benar, satu bagian terlalu banyak dan
bagian lainnya terlalu sedikit, sehingga kapasitas pengaman sebaiknya
dipertimbangkan secara serius sebagai alternatif dari stok pengaman.
Masalah lain dalam pengoperasian sistem MRP adalah sistem
informal (tidak resmi) menggusur sistem formal. Hal ini terjadi bila sistem
MRP yang ditetapkan tidak digunakan oleh pihak manajemen, sehingga
sistem informal akan mengambil alih. Hal ini mengakibatkan beberapa
bagian mengalami percepatan, pesanan yang lewat jatuh tempo
menumpuk dan suasana kacau.

4. The Successful MRP System


Diperlukan banyak usaha untuk membuat sistem MRP berhasil.
Terdapat 5 elemen yang dapat menunjukan kesuksesan MRP, antara
lain:
1. Penerapan perencanaan
2. Dukungan komputer yang memadai
3. Data yang akurat
4. Dukungan pihak manajemen
5. Pengetahuan pemakai
Perencanaan penerapan dapat membantu melancarkan usaha
penerapan sistem melalui penerapan perencanaan lanjutan dan usaha
pencegahan timbulnya masalah. Perencanaan penerapan mencakup
pendidikan bagi manajemen senior dan pemilihan manajer proyek,
pengangkatan suatu tim penilai-penerapan yang mewakili seluruh
bagian perusahaan, penentuan sasaran, identifikasi perkiraan biaya
dan manfaat serta detail rencana pelaksanaan. Setelah rencana diatas
disiapkan, baru dimulai pemilihan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software), meningkatkan keakuratan data dan
melakukan langkah penerapan lainnya.
Sistem komputer yang memadai adalah salah satu elemen
dalam MRP yang bisa dikatakan mudah dilaksanakan. Dewasa ini
terdapat kira-kira 200 paket perangkat lunak di pasaran. Banyak
perusahaan yang memakai paket-paket standar daripada memakai
program komputer buatan sendiri.
Sistem MRP menuntut data yang akurat, dimana hal ini sangat
sulit diperoleh. Hal ini disebabkan perusahaan terbiasa lalai mencatat
data manufaktur karena masih dikelola dengan sistem informal. Data
yang akurat diperlukan bila keputusan dibuat berdasarkan informasi
dari komputer.
Setelah diperoleh bagan bahan yang akurat, suatu sistem
diperlukan untuk memelihara keakuratan. Oleh karena itu, dibutuhkan
seorang koordinator perubahan teknik yang bertanggung jawab
terhadap semua perubahan bagan bahan.

5. ERP System

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem informasi


terintegrasi yang dapat mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan
sistem informasi secara spesifik untuk departemen-departemen yang
berbeda pada suatu perusahaan. ERP Terdiri dari bermacam-macam
modul yang disediakan untuk berbagai kebutuhan dalam suatu
perusahaan, mulai dari modul untuk keuangan sampai modul untuk
proses distribusi. Penggunaan ERP menjadikan semua sistem di dalam
suatu perusahaan menjadi satu sistem yang terintegrasi dengan satu
database, sehingga beberapa departemen menjadi lebih mudah dalam
berbagi data dan melakukan komunikasi.

Perangkat lunak ERP yang beredar di pasaran tidak hanya dalam


versi komersial saja akan tetapi juga sudah tersedia dalam versi open
source. Penerapan ERP dalam suatu perusahaan tidak harus dalam
satu sistem yang utuh, tetapi dapat diterapkan dengan hanya
menggunakan satu modul saja dulu sebagai pilot project. Jika
penerapan satu modul dinilai berhasil, maka dapat menerapkan modul
lain dengan referensi modul yang sudah berhasil. Perangkat lunak pada
ERP mempunyai 4 modul utama sebagai berikut:

Financial System Operation and Logistic


Account receivable and payable Inventory management
Asset accounting Material requirement
Cash management and forecasting Material Management
Financial consilidation Plant Management
Human Resources Sales and Marketing
Human Resources Accounting Order Management
Payroll Pricing
Personal Planning Sales Management
Travel Expenses Sales Planning

Sistem ERP mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:


a. Kelebihan
 Menyediakan integrasi antara proses rantai pasokan,
produksi, dan administrasi
 Menciptakan basis data yang umum dan sama
 Dapat menggabungkan praktik terbaik
 Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara unit
dan lokasi bisnis
 Basis data peranti lunak dengan pengodean yang
dapat diperoleh dengan mudah, tanpa pemesanan
khusus
 Dapat memberikan suatu keuntungan strategis
dibandingkan dengan pesaing

b. Kekurangan
 Sangat mahal untuk dibeli dan lebih mahal lagi untuk
melakukan kostumisasi
 Penerapan mungkin mengharuskan dilakukannya
perombakan besar pada perusahaan dan proses-
proses yang dimilikinya
 Sangat rumit dan banyak perusahaan tidak dapat
menyusaikan diri
 Melibatkan proses berkelanjutan jika ingin diterapkan,
yang mungkin tidak akan pernah berhenti
 Keahlian dalam ERP terbatas sehingga menimbulkan
masalah berkelanjutan dalam ketenagakerjaan

6. Cases
a. Dengan informasi yang telah diberikan, buat perencanaan materi:

Dibutuhkan 1 unit B dan 2 unit C untuk membuat 1 unit A. Pada periode


waktu 1, dengan informasi yang telah diberikan:
Item ID Quantity on Hand Lead Time
A 100 1
B 150 2
C 80 1

Gross requirements pada barang A sebanyak 200 unit dengan periode


waktu 4 dan 250 unit pada periode waktu ke 5.
b. Apabila lead time untuk barang A meningkat pada minggu pertama
dan lead time untuk barang C juga meningkat pada minggu pertama,
apakah ada masalah yang membutuhkan perbaikan? Apakah ada
masalah lain yang perlu segera diperhatikan?
Jawaban:
a. Perencanaan kebutuhan material:

b. Perbaikan perencanaan kebutuhan material


Ya, terdapat masalah yang perlu diperhatikan segera. Barang C
terdapat pada belakang jadwal dan perlu segera dipercepat untuk
meyakinkan barang C tersedia dalam waktu 2 minggu. Alternatifnya,
jadwal utama diperbaiki untuk mengakomodasi kesediaan barang C.
DAFTAR PUSTAKA

Jay Heizer, Barry Render. Operation Management Book 2 Edition 9

Roger G. Schroeder. Manajemen Operasi, Pengambilan Keputusan dalam


Suatu Fungsi Operasi Jilid 2 Edisi 3

Roger G. Schroeder. Operations Management Contemporary Concept and


Cases Fourth Edition

Anda mungkin juga menyukai