Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang
sudah direncanakan.
1
selesai tepat pada waktunya, janji kepada konsumen dapat ditepati dan waktu
tengang pemesanandapatdikurangi.
Menurut Stevenson (2005), Material Requirement Planning (MRP) adalah
suatu sistem informasi berbasis komputer yang menterjemahkan Jadwal Produksi
Induk (Master Production Schedule) untuk barang jadi (produk akhir) menjadi
beberapa tahapan kebutuhan sub-assy, komponen dan bahan baku. Dengan
demikian dapat kita katakan bahwa MRP adalah suatu rencana produksi untuk
sejumlah produk jadi dengan menggunakan tenggang waktu sehingga dapat
ditentukan kapan dan berapa banyak dipesan untuk masing-masing komponen
suatu produk yang akan dibuat
2
penyatuan kebutuhan material (MRP) dan kebutuhan sumber daya untuk proses
produksi.
Tahun 1990-an perkembangan ERP mulai pesat, awal dari perkembangan ERP
dumulai Tahun 1972 dengan dipelopori oleh 5 karyawan IBM di Mannheim
Jerman yang menciptakan SAP yang berfungsi untuk menyatukan solusi bisnis.
Pada dasarnya ERP adalah penambahan module keuangan pada MRP II, sehingga
lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan menentukan keputusan-
keputusannya. Sebelum MRP ada dan sebelum komputer digunakan industri,
metode reorder point/reorder quantity jenis (ROP / ROQ) seperti EOQ
(Economic Order Quantity) telah digunakan dalam manufaktur dan manajemen
persediaan. Pada tahun 1964, Joseph Orlicky sebagai respon terhadap program
manufaktur Toyota, mengembangkan material perencanaan kebutuhan (MRP).
Perusahaan pertama yang menggunakan MRP adalah Black & Decker pada tahun
1964, dengan Dick Alban sebagai pemimpin proyek. Oliver Wight ikut berjasa
mengembangkan MRP ke perencanaan sumber daya manufaktur (MRP II). Pada
tahun 1975 MRP dilaksanakan di 150 perusahaan. Jumlah ini telah tumbuh secara
pesat menjadi sekitar 8.000 pada tahun 1981.
a) Kelebihan MRP
Mengurangi Inventori
3
Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan
order sebelum pesanan aktual dirilis
4
tepat, membutuhkan pengoperasian yang akurat, dan terlalu kaku.
5
sehingga material yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang
dijadwalkan. Tujuannya untuk mencegah biaya yabg timbul akibat
kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan material, karena kebutuhan
material didasarkan atas rencana jumlah produksi. Yang dimaksud dengan
model persediaan dependen adalah model penentuan jumlah pembelian
atau penyediaan bahan atau barang yang sangat tergantung kepada jumlah
produk akhir yang harus dibuat dalam suatu periode produksi tertentu.
Jumlah produk akhir yang harus diproduksi tergantung kepada permintaan
konsumen. Jumlah permintaan konsumen bersifat independent, tetapi suku
cadang atau komponen produk bersifat dependent kepada jumlah produk
akhir yang harus diproduksi. Model penentuan jumlah pembelian atau
penyediaan suku cadang atau komponen produk ini dapat didekati dengan
Material Requirement Planning (MRP). MRP juga dapat diaplikasikan
jika jumlah permintaan produk akhir bersifat sporadis dan tidak teratur
(irregular).
6
(2) Struktur produk implotion merupakan teknik penguraian komponen
struktur produk yang urutannya dimulai dari level atas. Contohnya:
7
produksi, namun juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai
sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau
perakitan.
2.3.1. Format dari Bill of Material
(1) Single-level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan
hubungan sebuah induk dengan satu level komponen pembentuknya.
(2) Multi-level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan struktur
produk lengkap dari level 0 sampai level paling bawah.
(3) Idented BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan informasi level
setiap komponen.
(4) Sumarized BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan jumlah total
tiap komponen yang dibutuhkan.
8
dirakit, dicampur, atau dibuat menjadi produk akhir. Bill of Material (BOM)
untuk struktur produk implotion berbeda dengan BOM untuk struktur produk
explotion. Perbedaannya terletak pada urutan level dan komponen-
komponennya. Komponen-komponen penyusunannya terdiri dari alas bawah,
tiang samping kiri, sekat, alas pendek, tiang samping kanan, alas atas,
sandaran, dan atap sedangkan produk akhirnya adalah rak pajangan. Setiap
komponen memiliki banyak komponen yang digunakan atau kuantitas yang
berbeda-beda dan memiliki pemberian nama simbol yang berbeda-beda pula
untuk setiap komponennya.
9
membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan dan
kuantitas dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit
produk.
2. Proses MRP
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1. Netting, yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk
setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya
merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal
penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
2. Lotting, yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot
size) yang optimal untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan
bersih yang dihasilkan.
3. Offsetting, yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat
yang tepat melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan
kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh
dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia
dengan waktu ancang-ancang (lead time).
4. Exploding, merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah
sebelumnya yaitu netting, lotting dan offsetting yang dilakukan
untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya
berdasarkan atas rencana pemesanan
3. Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari
MRP, yaitu :
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan
jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa
yang akan datang.
2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna
bagi pembeli yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan
pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan
digunakan untuk mengontrol proses produksi.
10
2.4.2. Elemen MRP
11
Meskipun sebagian besar sistem MRP telah terkomputerisasi, prosedur MRP
mudah dan kita dapat mengilustrasikan bagian kecil secara manual. Suatu jadwal
produksi induk daftar bahan, catatan persediaan dan pembelian serta waktu tunggu
atas tiap-tiap barang merupakan unsur dari sistem perencanaan kebutuhan bahan
material.
Jika salah satu dari unsur ini telah tersedia dan akurat maka langkah
selanjutnya adalah membangun sebuah rencana kebutuhan kotor bahan material.
Rencana kebutuhan kotor bahan material atau gross material requirement plan
adalah sebuah jadwal yang digabungkan antara jadwal produksi induk yang
memerlukan 1 unit dengan jadwal berdasarkan pada tahapan waktu. Ini
memperlihatkan ketika suatu barang harus dipesan dari para pemasok jika tidak
terdapat persediaan yang dimiliki atau ketika produksi suatu barang harus dimulai
untuk memenuhi permintaan produk akhir pada tanggal tertentu titik sejauh ini
kita telah mempertimbangkan adanya kebutuhan kotor bahan material, yang mana
mengasumsikan bahwa tidak terdapat persediaan yang dimiliki.
Rencana kebutuhan bersih atau net requirement plan menyesuaikan
persediaan yang dimiliki. Ketika membahas mengenai persediaan yang dimiliki
maka kita harus menyadari bahwa banyak barang dalam persediaan yang terdiri
dari super rakitan atau suku cadang.
12
adalah rencana penambahan stok berdasarkan tahapan waktu bagi seluruh level
rantai pasokan.
Prosedur DRP dan logika aja adalah sejalan dengan MRP, permintaan
yang diharapkan menjadi kebutuhan kotor. Kebutuhan bersih ditentukan
dengan mengalokasikan persediaan yang tersedia kepada kebutuhan kotor.
Prosedur DRP dimulai dengan meramalkan pada level pengecer atau sebagian
besar tempat yang jauh dari jaringan distribusi yang harus dipasok. Seluruh
level lainnya diperhitungkan. Menurut permasalahan dengan MRP, persediaan
akan ditinjau kembali dengan tujuan untuk memenuhi jumlah permintaan. Oleh
karena itu, stop tersebut akan sampai ketika dibutuhkan maka kebutuhan bersih
akan dikompensasikan dengan waktu tunggu yang diperlukan titik jumlah
pesanan yang direncanakan menjadi kebutuhan kotor pada level bawah
berikutnya dari rantai distribusi.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
MRP didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis
untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan dan
pengendalian item barang (komponen) yang tergantung pada item–item tingkat
(level) yang lebih tinggi (dependent demand). suatu sistem informasi yang
terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan
mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
persediaan dan meningkatkan produktivitas.
Permintaan bebas atau independent yaitu permintaan yang bebas dari kontrol
pengoperasian dan hanya dipengaruhi oleh keadaan pasar (permintaan konsumen),
contoh: barang jadi. Permintaan ini tidak tergantung dari waktu atau jumlah
permintaan barang lain. Permintaan seperti ini biasanya seragam dan relatif lebih
teratur dengan pertimbangan empat model persediaan yaitu: Economic Order
Quantity (EOQ), Economic Production Quantity (EPQ), Back Order Inventory
Model, dan Quantity Discount Model. Sedangkan, permintaan tidak bebas atau
terikat (dependent) yaitu permintaan yang tidak bebas dari kontrol pengoperasian
artinya ditentukan oleh perencanaan produksi barang, bukan berdasarkan
kebutuhan konsumen, contoh: bahan baku, komponen suku cadang bahan baku
yang tergantung pada jumlah barang jadi yang ingin diproduksi. Cara
meminimalisir biaya pengadaan permintaan tidak bebas atau terikat yaitu dengan
menggunakan metode MRP.
Struktur produk merupakan daftar dari semua komponen disertai keterangan
mengenai kuantitas per unit produk. Penyajian struktur produk dibedakan menjadi
dua yaitu metode explotion dan implotion. BOM (Bill of Material) adalah sebuah
daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat suatu produk. Bill of Material (BOM) untuk struktur produk implotion
14
berbeda dengan BOM untuk struktur produk explotion. Perbedaannya terletak
pada urutan level dan komponen-komponennya.
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP yaitu: Jadwal Induk Produksi
(Master Production Schedule), Status Persediaan (Inventory Master File atau
Inventory Status Record) dan Struktur Produk (Bill Of Material). Proses MRP terdiri
dari netting, lotting, offsetting,dan exploding. Output MRP sekaligus juga
mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP yaitu jadwal pesanan terencana dan
laporan pengeluaran pesanan.MRP dalam industri perusahaan jasa biasanya
menggunakan DRP
3.2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Sistem Produksi Institut Teknologi Medan. 2018. Struktur dan Bill
of Material (BOM). Diakses pada 22 April 2022, dari
https://sistemproduksiinstitutteknologimedan.blogspot.com/2018/09/
struktur-produk-dan-bill-of-material-bom.html
Paulina Y. 2015. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
http://e-journal.uajy.ac.id/8721/3/2EM18917.pdf, diakses pada 23 April
2022.
Pradhana, F. 2012. Operation Process Chart (OPC), Assembly Process Chart
(APC), dan Bill Of Material (BOM). Diakses pada 22April 2022, dari
https://fariedpradhana.wordpress.com/tag/pelatihan-kerja/
16