Anda di halaman 1dari 10

Material Requirements Planning (MRP) & ERP

Dependent demand: permintaan dari suatu barang berhubungan dan dipengaruhi oleh
permintaan terhadap barang lain.

MRP: sebuah tehnik yang digunakan dalam lingkungan produksi untuk permintaan
dependen (dependent demand). Menggunakan bill of material, inventory, expected
receipts dan master production schedule (MPS) untuk menentukan material apa saja
yang dibutuhkan untuk proses produksi.

Benefits dari MRP:

 Merespon pesanan konsumen dengan lebih baik


 Merespon perubahan pada pasar dengan cepat
 Meningkatkan utilisasi dari fasilitas dan labor
 Mengurangi tingkat persediaan (inventory)

ERP: sebuah sistem informasi untuk mengidentifikasi dan merencanakan sumber daya
perusahaan yang dibutuhkan, untuk membuat, mengantar dan mencatat pesanan
konsumen.

Penggunaan dependent demand inventory model yang efektif membutuhkan hal-hal di bawah
ini:

1. Master Production Schedule (MPS)  apa yang akan di buat, dan kapan di buat
2. Bill of material (BOM)  material dan komponen-komponen yang diperlukan untuk
membuat produk
3. Inventory availability  apa yang ada dalam persediaan yang disimpan
4. Purchase Orders Outstanding  apa yang perlu dipesan (biasa juga disebut expected
receipt)
5. Lead times  berapa lama waktu dari pemesanan barang, sampai barang tersebut
tiba

Master Production Schedule (MPS)

 Menyatakan produk apa yang akan dibuat dan kapan. Bukan merupakan demand
forecast. MPS merupakan jadwal yang bergilir.
 Jadwal harus di sertai oleh durasi waktu yang masuk akal
 MPS harus sesuai dengan perencanaan agregat
Improvement Is A Proof!

 Dapat di ekspresikan dalam berbagai bentuk, yaitu:


- Make-to-order company (process focus)
- Assemble-to-order/forecast company (repetitive focus)
- Stock-to-forecast company (product focus)

Bill of Materials (BOM)

 Daftar dari komponen, bahan, dan material yang diperlukan untuk membuat suatu
produk. BOM juga dilengkapi dengan struktur produk yang dimana terdapat parent
item dan children item
 Modular Bills
 Planning Bills
 Phantom Bills
 Low-Level Coding

Pencatatan Persediaan yang akurat (Accurate Inventory Records)

Dibutuhkan oleh MRP untuk beroperasi dengan baik. Biasanya MRP membutuhkan
lebih dari keakuratan pencatatan sebesar 99%. Purchase order yang outstanding harus
merefleksikan secara akurat jumlah unit dan tagihan yang sudah di perkirakan.

Lead times adalah waktu yang dibutuhkan untuk membeli, memproduksi dan
merangkai sebuah barang. Pada proses produksi, lead times adalah jumlah dari waktu order,
wait, move, setup, store dan run times. Pada proses pembelian barang, lead times adalah
waktu antara titik kesadaran akan kebutuhan barang, dan ketersediaan barang yang
dibutuhkan tersebut untuk diproduksi.
Improvement Is A Proof!

MRP structure (kanan)

MPS, BOM, persediaan, catatan pembelian


dan lead times meruoakan bahan-bahan
yang diperlukan dalam MRP. Setelah bahan-
bahan tersebut telah terpenuhi dan akurat,
maka langkah selanjutnya adalah
menentukan Gross material requirements
plan.

Gross material requirements plan 


asumsinya belum ada inventory on-hand, menunjukkan berapa barang yang harus di order
untuk memenuhi permintaan dari periode tersebut

Net material requirements plan  mempertimbangkan inventory on hand yang sudah ada,
menunjukkkan berapa barang yang harus di order, dikurangi dengan inventory yang sudah
ada, untuk memenuhi permintaan periode tersebut

1) Time-Phased Product Structure


(struktur produk dengan lead times)

2) Gross material
requirements plan
Improvement Is A Proof!

3) Net material requirements plan (Total Requirements – Available Inventory)

Karena BOM, pencatatan persediaan dan pembelian belum sempurna, maka


sebaiknya mempertimbangkan safety stock.

MRP dynamics

Perubahan-perubahan pada input MRP (BOM, MPS, pencatatan persediaan dkk) dapat
menyebabkan system nervousness, dan dampaknya adalah kekacauan pada departemen
purchasing dan production. Dua tools yang dapat mengurangi MRP system nervousness
adalah Time Fences (memperkenankan segmen dari MPS untuk didesain sebagai jadwal
yang tidak dapat di “rescheduled”) dan Pegging (melacak secara upward di BOM dari
komponen sampai parent item).
Improvement Is A Proof!

MRP & JIT

MRP adalah sistem perencanaan yang tidak melakukan penjadwalan secara detail. MRP juga
merupakan perencanaan dengan lead times yang fixed yang mungkin bervariasi dengan
ukuran batch yang dikirmkan. Fixed lead times ini bisa menjadi batasan bagi MRP. Apa yang
diperlukan adalah, suatu cara untuk membuat MRP lebih responsive untuk memindahkan
material dengan cepat dalam batch berukuran kecil. MRP yang dikombinasikan dengan JIT
dapat melakukan itu. MRP menyediakan rencana dan gambaran akurat dari yang dibuthkan,
kemudian JIT dengan cepat dapat memindahkan material dalam batches ukuran kecil, dan
mengurangi persediaan WIP.

4 cara untuk mengintegrasikan MRP dan JIT:

a. Finite Capacity Schedulling (FCS)


MRP biasanya bekerja dengan ukuran buckets (satuan waktu di MRP) yang tidak
terbatas (infinite). MRP juga tidak mempertimbangkan kapasitas ketika meletakkan
pekerjaan. FCS menyediakan penjadwalan terbatas (finite) yang dibutuhkan untuk
perpindahan material secara tepat, dengan kapasitas yang memungkinkan.
b. Small Bucket Approach
Langkah-langkahnya adalah:
- Mengurangi buckets MRP dari per-minggu menjadi per-hari atau per-jam
- Receipts yang sudah direncanakan digunakan untuk merangkai proses
produksi
- Persedaan dipindahkan melalui pabrik dengan basis JIT
- Produk yang sudah jadi dipindahkan ke Finished Goods inventory yang
nantinya mengurangi jumlah unit yang dibutuhkan pada perencanaan
pemesanan selanjutnya di MRP
- Menggunakan back flush untuk mengurangi persediaan yang digunakan saat
produksi. Back flush adalah sebuah sistem untuk mengurangi persediaan
dengan mengurangi apapun yang ada di BOM pada penyeselesaian suatu unit
c. Balanced Flow Approach
Digunakan untuk membantu perencanaan dan penjadwalan yang dibutuhkan pada
repetitive operations seperti pembuatan motor Harley Davidson. Rencana MRP di
eksekusi dengan tehnik JIT dengan menjaga alur flow dari material ke area assembly
agar tetap berpindah dengan ukuran lot yang kecil.
d. Supermarket
Komponen dan perangkat keras yang di kelola di suatu area biasa disebut
“supermarket”, berbatasan dengan area produksi tempat dimana komponen-
komponen tersebut digunakan. Contoh, motor Ducati mengambil komponen yang
Improvement Is A Proof!

dibutuhkan untuk satu mesin dari supermarket, kemudian mengantarnya pada


assembly line dengan basis JIT.

Lot-sizing decisions  proses atau tehnik untuk menentukan ukuran lot pada sistem MRP.
Ada beberapa cara melakukannya yaitu:

 Lot-for-lot technique: memproduksi sesuai dengan apa yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan rencana. Memesan sesuai
dengan kebutuhan. Lot-for-lot dapat efisien jika
diimplementasikan dengan JIT. Lot-for-lot akan sangat mahal
jika setup cost mahal.

 EOQ: lebih preferable kita demand diketahui dan konstan.


Langkah pertama yaitu cari EOQ terlebih dahulu. Jumlah yg
dipesan selalu sama.
Improvement Is A Proof!

 Part Period Balanceing (PPB): mengubah ukuran lot untuk


merelfeksikan kebutuhan untuk ukuran lot di period ke depan.
Pertama cari EPP terlebih dahulu (S/H)

 Wagner-Whitin Alogarithm: program model dinamis yang


menggunakan asumsi horizon waktu tidak terbatas, dimana
tidak ada tambahan net requirements pada strategi peesanan.

Extensions of MRP:

a. MRP II
Data-data yang dibutuhkan dapat diperkaya dengan sumber-sumber lain selain
komponen-komponen barang. Ketika MRP menggunakan cara ini, resource biasanya
di ganti dengan requirements, kemudian MRP berubaj menjadi MRP II. Biasa di sebut
Material Resource Planning. Outputnya dapat berupa scrap, packaging waste, carbon
emissions. Data ini biasa digunakan untuk pembelian, penjadwalan produksi,
perencanaan kapasitas dan persediaan.
Improvement Is A Proof!

b. Closed-Loop MRP
Yaitu sistem yang menyediakan informasi pada perencanaan kapasitas, MPS dan
rencana produksi.

c. Capacity Planning
Smoothing Tactics untuk smoth load barang dan meminimalisir dampak perubahan
lead times:
- Overlapping  mengurangi lead times, mengirim sebagian ke operasi kedua
sebelum seluruh lot diselesaikan pada operasi pertama
- Operations splitting ends  mengirim lot ke dua mesin yang berbeda untuk
operasi yang sama
- Order or lot splitting  memecah urutan menjadi lot yang lebih kecil

MRP pada bisnis jasa

 Biasanya demand pada bisnis jasa tergolong dependent demand


 Membutuhkan product-structure trees, BOM & Bill of Labor, dan juga penjadwalan.

Product structure tree


Improvement Is A Proof!

Distribution Resource Planning (DRP)  menggunakan tehnik dependen deman melalui


supply chain. Dengan DRP, expected demand/sales forecast menjadi gross requirement.
Tingkat inventory di tinjau untuk tetap dapat memenuhi permintaan konsumen, sehingga
barang akan datang ketika dibutuhkan, dan lead times pun akurat.

Enterprise Resource Planning (ERP)  sistem informasi untuk mengidentifikasi dan


merencanakan sumber daya perusahaan yang dibutuhkan untuk membuat, menerima, dan
mengantar pesanan konsumen. ERP ini merupakan ekstensi dari sistem MRP untuk
mengikat konsumen dan suppliers. ERP memungkinkan perusahaan agar:

- Melakukan otomatisasi dan integrasi dari banyak proses bisnis


- Membagi database dan praktik bisnis ke seluruh perusahaan
- Memproduksi informasi di waktu rill

Jadi, Sistem ERP termasuk:

 MRP dasar
 SCM software untuk mendukung komunikasi dengan vendor, e-commerce, dan
aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk warehousing dan logistics yang efisien
 Customer Relationship Management (CRM) software untuk analisa penjualan, target
konsumen dan mengontrol sales force
 Finance
 Human Resource

Advantage ERP:

 Menyediakan integrasi dari supply chain, produksi dan administrasi


 Menciptakan kesamaan dalam database
 Dapat menggabungkan praktik-praktik terbaik
 Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara unit bisnis dan tempat-tempat
 Adanya keuntungan secara strategik

Disadvantage ERP:

o Sangat mahal untuk dibeli dan lebih mahal lagi untuk di ubah sesuai kemauan
o Sangat kompleks, banyak perusahaan yang tidak bisa menyesuaikan dengan itu
o Ahli dalam ERP sangat terbatas, staffing menjadi masalah
Improvement Is A Proof!

Gambar ERP

Anda mungkin juga menyukai