pendapatan, serta rencana produksi utama untuk menentukan persyaratan bahan baku
mana yang akan digunakan.
Schroeder (1994), MRP merupakan sebuah sistem informasi yang berfungsi untuk
perencanaan dan pengendalian inventaris serta kapasitas bahan baku yang digunakan.
https://rumus.co.id/mrp-adalah/#Definisi_MRP_Menurut_Para_Ahli
Filosofi MRP adalah “menyediakan” komponen, material yang diperlukan pada jumlah,
waktu dan tempat yang tepat.
Tujuan Material Requirement Planning (MRP)
Perusahaan khususnya yang bergerak pada sektor manufaktur biasanya menggunakan
MRP dengan beberapa alasan berikut ini,
- Mengurangi jumlah persediaan bahan baku perusahaan
Salah satu fungsi utama dari Material Requirement Planning sendiri yaitu untuk menentukan
jumlah bahan baku serta kapan waktu perusahaan membutuhkannya untuk kemudian
menyesuaikan dengan jadwal produksi perusahaan. Oleh karena itu, tujuan utama dari
menerapkan Material Requirement Planning pada perusahaan yaitu untuk mengurangi jumlah
persediaan yang tersimpan pada perusahaan. Hal ini dapat terjadi dengan berbekal data
analisis oleh sistem MRP, sehingga perusahaan hanya perlu membeli bahan baku saat butuh
saja.
- Metode ini efektif untuk berbagai jenis perusahaan manufaktur, seperti manufaktur
diskrit (pabrik mobil, perkakas atau sejenisnya) dan manufaktur proses (pabrik
makanan atau minuman, pabrik kimia dan sejenisnya). Ini merupakan alasan mengapa
banyak perusahaan manufaktur di berbagai belahan dunia yang menggunakan metode
ini.
- Pada awalnya, material requirement planning menggunakan komputer
mainframe untuk mengelola informasi dari bill of materials untuk produk tertentu dan
di ubah menjadi rencana pembelian dan rencana produksi. Beberapa tahun
kemudian, software MRP menyertakan fitur feedback yang memudahkan manajer
produksi untuk melakukan perubahan atau update langsung ke sistem.
- Seiring tahun berjalan, sistem material requirement planning terus berkembang dan
kini sudah bisa terintegrasikan dengan marketing, keuangan, sampai dengan human
resources dalam pembuatan rencana produksi. Karena kompleksitasnya, Material
Requirement Planning pada tahap ini banyak pihak yang menyebut sebagai MRP II.
-
Perkembangan MRP menjadi ERP
- Karena kemampuannya yang cukup efektif dalam meningkatkan produktifitas
perusahaan manufakturing, beberapa pihak mulai mengembangkan Material
Requirement Planning II agar bisa berjalan atau beroperasi pada sektor industri
lainnya. Inilah cikal bakal sistem ERP dan awal mula penggunaan sistem ini oleh
banyak perusahaan dari berbagai lini industri.
- Jika aplikasi MRP pada umumnya terdapat dalam perusahaan manufaktur, ERP bisa
beroperasi dalam berbagai jenis industri. Retail, konstruksi, perbankan dan perusahaan
jasa mulai mengimplementasikan software ERP di perusahaan mereka. Meski
demikian, MRP masih menjadi bagian tak terpisahkan dari perusahaan
manufaktur sampai dengan hari ini.
Kesimpulan
- Material requirement planning adalah sebuah metode yang efektif untuk menggenjot
produktivitas perusahaan manufaktur. Dalam perkembangannya dari tahun 1964,
sistem ini berhasil terintegrasi ke berbagai aspek perusahaan untuk memudahkan
perusahaan dalam menyusun rencana produksi.
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
https://www.hashmicro.com/id/blog/pengertian-material-requirement-planning-
mrp-dan-gunanya-untuk-bisnis-anda/
Seperti sistem pada umumnya, tentu terdapat INPUT dan OUTPUT. Nah, Input dan Output
yang ada pada sistem MRP adalah:
Input:
– Master Production Schedule (MPS)
– Jadwal Produksi Induk
– Inventory Status File (Berkas Status Persediaan)
– Bill of Materials (BOM) atau Daftar Material
Output:
– Order Release Requirement (Kebutuhan material yang akan dipesan)
– Order Scheduling (Jadwal pemesanan material)
– Planned Order (rencana pesan di masa yang akan datang). Agar lebih mudah dipahami,
intip bagan dari 3 INPUT penting yang ada pada Material Requirement Planning (MRP) atau
Perencanaan Kebutuhan Material.
Prosedur Sistem MRP
Sebenarnya, dalam proses menganalisis MRP bisa dilakukan dengan dua cara, yakni manual
maupun dengan bantuan suatu program aplikasi (software). Berikut empat langkah dasar
prosedur sistem MRP yang bisa kamu terapkan:
Proses Netting
Pertama ada proses netting, yang merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah
kebutuhan bersih. Di mana nilainya adalah selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan
persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan atau tinggal menunggu
jadwal penerimaan).
Proses Lotting
Proses yang kedua adalah lotting atau lot sizing, yang merupakan teknik guna menentukan
besarnya kuantitas pesanan, yang optimal untuk setiap item bahan atau material. Di sini,
proses lotting sangat berperan penting dalam perencanaan kebutuhan bahan, terutama pada
perusahaan yang memiliki keterbatasan fasilitas atau ruang. Selanjutnya, ukuran lot dikaitkan
dengan besarnya ongkos-ongkos persediaan, sebut saja seperti ongkos pengadaan barang
(ongkos setup), ongkos simpan, biaya modal, dan harga barang itu sendiri.
Proses Offsetting
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
Yang ketiga ada proses offsetting, yang berguna untuk menentukan waktu dilakukannya
kegiatan pemesanan sehingga upaya untuk memenuhi tingkat kebutuhan bersih bisa segera
tercapai.
Proses Explosion
Proses yang terakhir adalah explosion yang merupakan sebuah perhitungan kebutuhan tiap
item, di mana perhitungannya menilai tingkat yang lebih rendah dari struktur produk yang
tersedia.
Perhitungan ini juga didasarkan atas rencana pemesanan yang sebelumnya telah disusun pada
proses offsetting.
https://www.mas-software.com/blog/mrp-adalah
Komponen MRP
MRP memiliki komponen dasar yang terdiri dari jadwal produksi induk, daftar material,
dan daftar persediaan, (pada Gambar1). Berdasarkan informasi dari jadwal produksi induk
dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir. Sehingga dapat disusun perencanaan
kebutuhan dari komponen yang diperlukan.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/download/50835/33522
https://scmguide.com/kupas-tuntas-cara-menghitung-material-requirements-planning-mrp/
Dibawah ini terdapat beberapa kelebihan kekurangan dari penerapan Material Requirement
Planning, yaitu diantaranya adalah :
Penggunaan sistem MRP adalah integritas data, yang berarti bahwa jika data dalam
laporan inventaris salah, maka data BOM / master plan juga akan memberikan data
yang salah.
MRP adalah sebuah sistem informasi yang benar-benar membutuhkan data spesifik
mengenai berapa lama perusahaan menggunakan komponen yang berbeda untuk
memproduksi produk tertentu dengan asumsi semua variabel.
Sistem ini juga beranggapan bahwa “lead time” dalam proses produksi sama seperti
setiap produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan.
Terdapat beberapa langkah yang harus dilewati dalam upaya penyusunan Material
Requirement Planning, yaitu diantaranya adalah :
Exploding, dimana tahapan ini berfungsi untuk menentukan jumlah produk jadi yang
dibutuhkan dengan menentukan bill of material dan kebutuhan kotor dari masing-
masing komponen.
https://rumus.co.id/mrp-adalah/#Definisi_MRP_Menurut_Para_Ahli
Struktur Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang
hubungan antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir.
Struktur produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam
suatu perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor
komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi
lagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Struktur produk single level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir
komponen-komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut langsung
membentuk produk akhir atau berada satu level di bawah produk akhir.
2. Struktur produk multi level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir
dengan komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut memerlukan
komponen-komponen lain untuk membuatnya dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan
untuk membuat 1 unit produk akhir X diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit
komponen B. Sementara untuk membuat 1 unit komponen B diperlukan 3 unit
komponen C dan 1 unit komponen D. Dari informasi tersebut dapat dibuat product
structure tree sebagimana tersaji pada gambar di bawah ini:
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status), berisi data tentang jumlah
unit yang tersedia dan sedang dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan
dengan adanya kerugian akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya File
Catatan Keadaan Persediaan (inventory status) menggambarkan status semua item yang
ada dalam persediaan, dimana semua item persediaan harus diidentifikasikan untuk
menjaga kekeliruan perencanaan, juga harus berisi data tentang lead time, lot size, teknik
lot size, persediaan cadangan dan catatan penting lainnya.
Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record
menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana
skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
Berikut secara ringkas dapat kita lihat hubungan antara pertanyaan operasional yang
dijawab, basis dan hasil yang diberikan oleh pendekatan MRP:
QUESTION BASIS RESULT
What to order Master schedule Gross Requirement
Bill of material
How much to Inventory balances Net Requirement
order Schedule Receipt
Order Rules
When to order Lead time Due dates
Item : Order Quantity :
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
Dalam terminologi MRP, periode waktu (time periods) disebut buckets dan
biasanya satu minggu. MRP mengendalikan inventori dan produksi dengan menggunakan
konsep Time-phasing yakni penghitungan waktu penyelesaian produk akhir dimana
perhitungan berjalan mundur untuk menentukan kapan setiap komponen harus dipesan.
Untuk menyusun rencana kebutuhan dan waktu pemesanan serta penyelesaian
pekerjaan, langkah dasar proses material requirement planning adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah tahap menentukan kapan pekerjaan harus selesai atau material
harus tersedia agar jadwal induk produksi (MPS) terpenuhi
2. Netting, yaitu perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara
kebutuhan kotor dan keadaan persediaan.
3. Lotting, yaitu perhitungan untuk menentukan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Dengan demikian Lotting merupakan proses
penentuan ukuran pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bersih untuk satu atau
beberapa periode sekaligus sehingga dapat meminimalkan persediaan.
4. Offsetting, yaitu perhitungan untuk menentukan saat yang tepat dalam melakukan
rencana pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bersih (netting), dimana rencana
pemesanan diperoleh dengan mengurangkan saat awal tersedianya kebutuhan bersih
yang diinginkan dengan Lead Time. Dengan kata lain, menentukan pelaksanaan
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
Didalam pemilihan keputusan teknik lot sizing yang digunakan, hal yang
dipertimbangkan adalah biaya-biaya yang terjadi akibat adanya persediaan (biaya
persediaan), yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding
cost).
Sampai saat ini ada sepuluh teknik lot sizing yang menggunakan pendekatan level
by level yang dapat digunakan, yaitu :
1. Jumlah pesanan tetap atau Fixed Order Quantity (FOQ).
2. Jumlah pesanan ekonomi atau Economic Order Quantity (EOQ)
3. Lot untuk lot atau Lot for Lot (LFL).
4. Kebutuhan periode tetap atau Fixed Period Requirements (FPR).
5. Jumlah pesanan periode atau Period Order Quantity (POQ).
6. Biayaunit terkecil atau Least Unit Cost (LUC).
7. Biayatotal terkecil atau Least Total Cost (LTC).
8. Keseimbangan suatu periode atau Part Period Balancing (PBB).
9. Metode Silver Meal (SM).
10. Algoritma Wagner Whittin (AWW).
Data Ongkos
Harga perunit (C) = Rp. 50,-
Biaya Pengadaan (S)/ biaya pesan = Rp. 100,- per pengadaan atau per pesan
Biaya Simpan = Rp. 4.080/tahun
Biaya Simpan = Rp. 340/bulan
Biaya Simpan = Rp. 1,- /unit/bulan
Waktu ancang-ancang (lead time)
Waktu ancang-ancang =0
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik FOQ di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya pengadaan = 3 x Rp. 100,- maka :
Biaya simpan
= (80+40+10+60+60+105+85+45) = 485
= 485 x Rp. 1,-
= Rp. 485,-
sehingga Total Biaya sebesar 300 + 485 = Rp. 785
Teknik EOQ ini besarnya ukuran lot adalah tetap, melibatkan Biayapesan dan
Biayasimpan. Pemesanan dilakukan apabila jumlah persediaan tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang diinginkan. Teknik ini biasa dipakai untuk horison perencanaan
selama satu tahun (12 bulan atau 52 minggu), sedangkan keefektifannya akan bagus
jika pola kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat kebutuhan konstan. Ukuran kuantitas
pemesanan (lot sizing) ditentukan dengan :
dimana :
EOQ = Q* = kuantitas pemesanan yang optimal (yang meminimumkan biaya
persediaan)
Co = Cs = S = Biaya Pesan (set up Cost) Rp100,-
R = demand per (255/9) x12 =340
Ch = H = Biaya Simpan per unit per tahun (Rp4080/340) = 12
Jika kita mengasumsikan bahwa periode yang ada pada contoh sebelumnya sama,
maka ukuran lot dengan menggunakan teknik EOQ ini adalah = 75 unit
Maka ukuran lot sebesar 75 unit ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan bersih yang
ada sepanjang horizon perencanaan dengan cara sebagai berikut :
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 75 75 75 75 300
Persediaan 55 15 60 50 10 10 30 10 45 285
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik EOQ di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya pengadaan = 4 x Rp. 100,- = Rp. 400
Biaya simpan
= (55+15+60+50+10+10+30+10+45) = 285
= 285 x Rp. 1,-
= Rp. 285,-
Dengan demikian Total Biaya = 400 + 285 = Rp. 685
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik LFL di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya pengadaan = 8 x Rp. 100,- = Rp. 800
Biaya simpan =0
Total Biaya = 800 + 0 = Rp. 800
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 115 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik FPR di atas, biaya
sehubungan dengan penggunaan teknik lot sizing FPR dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Biaya simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1,-
= Rp. 240,-
diperoleh Total Biaya = 300 + 240 = Rp. 540
Keterangan :
EOI = interval pemesanan ekonomis dalam satu periode
C = biaya pemesanan setiap kali pesan
h = persentase biaya simpan setiap periode
P = harga atau biaya pembelian perunit
R = rata-rata permintaan per periode
Sebagai contoh, berikut ini merupakan penerapan teknik POQ dengan data pada
contoh sebelumnya.
- Jumlah periode dalam 1 tahun = 12 bulan
- Jumlah unit yang dipesan per tahun = 255 unit
- Rata-rata permintaan (R) = 28,3 unit
- Q (dari teknik EOQ) = 75 unit
- Biaya pesan (C) = 100 rupiah/ pesan
- Biayasimpan (h) = 1 rupiah/ bulan
- Harga perunit (P) = 50 rupiah/ unit
Pembahasan:
Interval pemesanan yang diperbolehkan adalah 2,6 yang berarti interval pemesanan
yangn digunakan boleh 2 atau 3 periode dan frekuensi pemesanan boleh 4 atau 5 kali
pemesanan dalam satu tahun.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 60 40 40 75 40 255
Persediaan 40 0 10 0 0 0 20 0 0 70
berdasarkan skedul lot sizing dengan menggunakan teknik POQ atau EOI di atas,
biaya sehubungan dengan penggunaan teknik tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya pengadaan = 5 x Rp. 100,- = Rp. 500
Biaya simpan = (40+10+20) = 70 x Rp. 1,- = Rp. 70,-
Jadi Total Biaya keseluruhan adalah sebesar 500 + 70 = Rp. 570
Teknik LUC ini dan ketiga teknik berikutnya mempunyai kesamaan tertentu,
yaitu ukuran kuantitas pemesanan dan interval pemesanannya bervariasi. Pada teknik
LUC ini ukuran kuantitas pemesanan ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
jalan mempertanyakan apakah ukuran lot di suatu periode sebaiknya sama dengan
ukuran bersihnya atau bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya.
Keputusan ditentukan berdasarkan Biaya per unit (Biaya pengadaan per unit ditambah
Biaya simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih.
Dari hasil perhitungan tabel tersebut, terlihat bahwa pada kelompok pertama,
bakal lot sebesar 90 terpilih sebagai lot yang pertama sebab menimbulkan Biaya per
unit terkecil yaitu sebesar Rp 2,22. Lot sebesar 90 ini akan mencakup kebutuhan
bersih periode ke1, 2, dan 3, sedangkan periode ke-4 dimasukkan ke dalam kelompok
ke-2. Pada kelompok ke 2 Biaya per-unit terkecil adalah Rp 2,8 sehingga bakal lot
sebesar 40 terpilih sebagai lot ke 2. Lot sebesar 50 ini akan mencakup kebutuhan
bersih periode ke 4, 5, dan 6. Sedangkan periode ke 7 dimasukkan ke dalam
kelompok ketiga. Pada kelompok ketiga ini Biaya per unit terkecil adalah Rp 1,6
sehingga bakal lot size sebesar 75 terpilih sebagai lot yang ke tiga yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan bersih periode ke 7, dan 8, pada kelompok keempat
sebesar 40.
Diketahui :
Biaya pengadaan : Rp. 100
Biaya simpan : Rp. 1,-/unit periode
Keterangan :
Periode penyimpanan adalah periode yang dicakup oleh bakal lot size.
Bakal LS adalah ukuran kuantitas pemesanan (lot size) yang akan dipilih yang
besarnya merupakan kumulatif kebutuhan bersih dari periode yang dicakup.
Biaya simpan untuk lot adalah Kebutuhan bersih dikali Biaya simpan/unit
dikali lama digudang.
Biaya total adalah Biaya setup ditambah Biaya simpan.
Biaya per unit adalah Biaya total dibagi banyak kumulatif demand.
Secara lengkap skedul MRP dengan lot sizing menggunakan teknik LUC adalah
sebagai berikut.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 75 40 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 20 0 0 160
berdasarkan skedul tersebut di atas, biaya yang timbul sehubungan dengan lot sizing
menggunakan teknik LUC dapat dihitung sebagai berikut
Biaya pengadaan = 4 x Rp. 100,- = Rp. 400
Biaya simpan
= (70+30+40+20) = 160
= 160 x Rp. 1, - = Rp. 160,-
dengan demikian Total Biaya sebesar 400 + 160 = Rp. 560
7. LEAST TOTAL COST (LTC)
Teknik ini didasarkan pada pemikiran bahwa jumlah Biaya pengadaan dan
Biaya simpan (Biaya total) setiap ukuran kuantitas pemesanan yang ada pada suatu
horizon perencanaan dapat diminimasi jika besar ongkos-Biaya tersebut sama atau
hampir sama. Sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah suatu faktor tang disebut
Economic Part Periode (EPP). Pemilihan ukuran lot ditentukan dengan jalan
membandingkan Biaya part period yang ditimbulkan oleh setiap ukuran lot tersebut
dengan EPP, yang paling dekat atau sama dengan EPP dipilih sebagai ukuran lot yang
akan dilaksanakan. Part period adalah satu unit yang disimpan dalam persediaan
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
dalam satu periode. EPP dapat didefinisikan sebagai kuantitas suatu item persediaan
yang bila disimpan di dalam persediaan selama satu periode, akan menghasilkan
Biaya pengadaan yang sama dengan Biaya simpan.
EPP dapat dihitung secara sederhana dengan memberi Biayasetiap kali pesan
(S) dengan Biayasimpan perunit (h). Sebagai contoh, tabel 2.19. di bawah ini adalah
contoh pemakaian teknik LTC dengan menggunakan data yang digunakan pada
contoh sebelumnya. Dengan nilai EPP adalah sebagai berikut :
perhitungan di atas memperlihatkan bahwa kelompok yang pertama bakal lot sebesar
90 unit terpilih sebagai ukuran lot pertama sebab menimbulkan Biaya yang sama
dengan EPP yaitu sebesar 100 part period. Dengan demikian alasan yang sama
diperoleh lot yang kedua sebesar 50 unit dan 115 unit ukuran lot ketiga.
Selanjutnya skedul MRP selengkapnya dengan lot sizing menggunakan teknik LTC
adalah sebagai berikut:
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 115 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
dan Biaya sehubungan dengan lot sizing menggunakan teknik LTC adalah
Biaya pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
Biaya simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1, - = Rp. 240,-
sehingga Total Biaya sebesar 300 + 240 = Rp. 540
Keterangan :
S = Biaya Pesan /Biaya Setup
h = Biaya Simpan per unit per periode
berikut contoh pemakaian teknik PPB dengan menggunakan data yang digunakan
pada contoh sebelumnya. Dengan nilai EPP adalah sebagai berikut :
2 40 1 40 40
3 30 2 60 100 90
4 10 0 0 0
5 40 1 40 40
6 0 2 0 40 50
7 55 3 165 205
7 55 0 0 0
8 20 1 20 20
9 40 2 80 100 115
Untuk menentukan period part, yaitu dengan mengalikan kebutuhan atau demand
dengan periode digudang. Di bawah ini skedul MRP dengan lot sizing teknik PPB.
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 90 50 115 255
Persediaan 70 30 0 40 0 0 60 40 0 240
skedul tersebut memberikan dampak pada Biaya yang dihitung sebagai berikut
Biaya pengadaan = 3 x Rp. 100,- = Rp. 300
Biaya simpan
= (70+30+40+60+40) = 240
= 240 x Rp. 1,- = Rp. 240,-
sehingga Total Biaya yang ditimbulkan adalah sebesar 300 + 240 = Rp. 540
Keterangan:
C = biaya pemesanan per periode
h = persentase biaya simpan per periode
P = biaya pembelian per unit
Ph = biaya Simpan per periode
TRC(T) = total biaya relevan pada periode T
T = waktu penambahan dalam periode
Rk = rata-rata permintaan dalam periode k
Dengan demikian skedul MRP dengan lot sizing teknik Silver-Meal adalah:
Periode ( t ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Kebutuhan bersih (Rt) 20 40 30 10 40 0 55 20 40 255
Kuantitas Pemesanan Xt 20 40 30 10 40 55 20 40 255
Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
C = biaya pesan per pesan.
h = biaya simpan.
P = biaya pembelian per unit.
Rk = rata-rata permintaan per periode.
b. Arti fe untuk biaya yang mungkin yang minimum i periode 1 sampai e, memberi
bahwa tingkat persediaan pada ujung periode e adalah nol. Algoritma mulai
dengan f = 0 dan mengkalkulasi f1, f2, ......... fn di dalam pesanan itu, kemudian f
dihitung dalam urutan menaik menggunakan rumusan
kebutuhan untuk periode 1 sampai e. nilai fn adalah biaya adalah jadwal pesanan
yang optimal.
c. Untuk menterjemahkan jumlah maksimum solusi (fn) yang diperoleh oleh
algoritma untuk memesan jumlah, menerapkan berikut :
urutan terakhir terjadi pada periode w dan adalah cukup untuk mencukupi
permintaan di dalam periode w sampai N.
pesanan sebelum urutan terakhir terjadi di dalam periode v dan adalah cukup
untuk mencukupi permintaan di dalam periode v sampai w-1.
pesanan yang pertama terjadi di dalam periode 1 dan adalah cukup untuk
mencukupi permintaan di dalam periode 1 sampai u-1.
Keterangan:
C = biaya pemesanan per periode
h = persentase biaya simpan per periode
dt = kebutuhan pada periode t
T = periode awal dimana lot tentatif mulai dihitung
t = periode ke - t
Teknik Pengambilan Keputusan Manajerial
Modul 10 : Material Requirement Planning (MRP)
Hery Purnomo, S.E., M.M.
L = periode terakhir yang ner req nya termasuk dalam lot tentatif
P = jumlah periode yang net req nya termasuk dalam lot tentatif
TRC = total biaya relevan pada periode P
Seperti yang sudah dikatakan bahwa Lot sizing merupakan suatu model yang digunakan
untuk menentukan jumlah item yang harus dipesan. Keputusan ini sangat berpengaruh pada
biaya penyimpanan. Oleh karenanya, keputusan pemilihan metode lot sizing memerlukan
analisis biaya sehubungan dengan masing-masing metode. Keputusan metode mana yang
dipilih didasarkan pada pertimbangan metode mana yang memiliki dampak biaya yang paling
kecil dalam hal ini Total Inventory Cost (TIC) paling kecil.
(Hendra Poerwanto G)