Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
KELOMPOK 4
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PROTOKOL
TATA LAKSANA PADA PASIEN YANG BELUM TERKONFIRMASI COVID-19
“ ini dengan tepat pada waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam
Keperawatan dengan dosen pengampu adalah Bapak Ns. Slamet Purnomo,M.Kep.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Samarinda, 2021
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit corona virus 2019 atau Corona Virus Disease-19 (COVID-19) adalah
infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh jenis virus corona. Nama lain dari
penyakit ini adalah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
COV2). Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok, pada Desember 2019. Dalam beberapa bulan saja, penyebaran penyakit ini
telah menyebar ke berbagai negara, baik di Asia, Amerika, Eropa, dan Timur Tengah
serta Afrika. Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia atau World
Health Organization (WHO) mendeklarasikan penyebaran COVID-19 dikategorikan
sebagai pandemi.
Penyebaran virus ini sangat cepat sehingga banyak nyawa yang terenggut. Awal
mulanya, hanya ada beberapa orang saja yang positif terdampak virus ini, namun
karena penyebaran virus ini begitu cepat sehingga setiap hari ada orang yang terjangkit
virus ini. Hingga pemerintah mengambil diharuskan mengambil keputusan secara
cepat dan tepat untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Akibat dari
maraknya virus corona ini mengakibatkan berbagai hal yang seharusnya dikerjakan
dilapangan menjadi sebaliknya yaitu harus dilakukan di rumah atau jarak jauh. Tempat
beribadah, tempat kerja dan sarana pendidikan pun ditutup. Berbagai cara telah
dilakukan oleh pemerintah, seperti physical distancing (jaga jarak) bahkan di beberapa
daerah pun telah diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Namun
masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan tersebut hingga akhirnya
penyebaran virus ini berjalan sangat cepat.
Dengan cepatnya penyebaran virus ini, banyak masyarakat yang belum teredukasi
mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk dapat terhindar dari virus ini sehingga
tak jarang banyak pula masyarakat yang menyepelekannya. Oleh karena itu penulis
membuat makalah ini diharapkan nantinya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan bagi masyarakat mengenai hal – hal yang berkaitan dengan tata laksana
protokol kesehatan pada pasien belum terkonfirmasi virus Covid-19 ini.
6. Apa saja Alat Pelindung Diri yang digunakan untuk penuaran mencegah Covid-
19?
1.3 TUJUAN
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru,
seperti pneumonia. COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru
yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga
sering disebut virus Corona.
Gejala umum yang timbul biasanya berupa demam 380C, batuk kering, dan sesak
napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah
melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat/kontak erat dengan
penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan
laboratorium lebih lanjut untuk memastikan ddiagnosisnya Orang yang tinggal atau
bepergian di daerah di mana virus COVID-19 bersirkulasi sangat mungkin berisiko
terinfeksi. Mereka yang terinfeksi adalah orang-orang yang dalam 14 hari sebelum
muncul gejala melakukan perjalanan dari negara terjangkit, atau yang kontak erat,
seperti anggota keluarga, rekan kerja atau tenaga medis yang merawat pasien sebelum
mereka tahu pasien tersebut terinfeksi COVID-19.Petugas kesehatan yang merawat
pasien yang terinfeksi COVID-19 berisiko lebih tinggi dan harus konsisten melindungi
diri mereka sendiri dengan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.
Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat menyebabkan gejala ringan
termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih
tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita
sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya
muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar
3%), namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis
yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit
jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah. Melihat
perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi telah dinyatakan
membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat.
Orang yang terinfeksi COVID-19 dan influenza akan mengalami gejala infeksi
saluran pernafasan yang sama, seperti demam, batuk dan pilek. Walaupun gejalanya
sama, tapi penyebab virusnya berbeda-beda, sehingga kita sulit mengidentifikasi
masing-masing penyakit tersebut. Pemeriksaan medis yang akurat disertai rujukan
pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk mengonfirmasi apakah seseorang
terinfeksi COVID-19. Bagi setiap orang yang menderita demam, batuk, dan sulit
bernapas sangat direkomendasikan untuk segera mencari pengobatan, dan
memberitahukan petugas kesehatan jika mereka telah melakukan perjalanan dari
wilayah terjangkit dalam 14 hari sebelum muncul gejala, atau jika mereka telah
melakukan kontak erat dengan seseorang yang sedang menderita gejala infeksi saluran
pernafasan.
Tidak ada batasan usia orang-orang dapat terinfeksi oleh coronavirus ini (COVID-
19). Namun orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah
ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, atau tekanan darah tinggi)
tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit parah.
A. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.
B. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala
yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia.
Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit
kepala, diare, mual dan muntah, hilang pembau (anosmia) atau hilang perasa
(ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan.
Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan
kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada
demam.
C. Sedang/Moderat
pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat)
tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara
ruangan ATAU
Pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas,
nafas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia
berat).
distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada
yang sangat berat);
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok
sepsis.
A. Bahaya Covid-19
1) Mudah menular dari satu orang ke orang lain. Penularan dapat terjadi melalui
percikan droplet dari penderita dengan orang yang ada disekitarnya, melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet dari orang terinfeksi.
5) Dapat menyerang siapa saja mulai dari bayi hingga lansia, termasuk ibu hamil
dan menyusui.
6) Pada kelompok tertentu beresiko lebih tinggi terserang Covid-19. Masih dari
CDC, orang berusia 65 tahun ke atas dan yang memiliki rentan untuk
mengalami komplikasi dari Covid-19. Begitu pula pada orang dengan kondisi
medis tertentu dari segala usia, yang akan perlu sedikit lebih waspada dalam
menyikapi penyakit ini. Orang dengan kondisi medis tersebut, termasuk:
o Orang dengan kondisi imun yang lemah, seperti pasien yang menjalani
perawatan kanker, orang yang merokok, orang yang menjalani
transplantasi sumsum tulang atau transplantasi organ, defisiensi imun,
orang yang positif HIV atau AIDS namun tidak terkontrol dengan baik,
serta orang yang mengonsumsi obat kortikosteroid yang berkepanjangan
o Penderita diabetes
o Orang dengan penyakit ginjal kronis dan menjalani prosedur cuci darah
B. Dampak Covid-19
Gangguan Cemas
Kondisi ini sering disebut anxiety. Gejalanya adalah muncul rasa cemas
berlebih, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, dan takut kena hal buruk.
Akibatnya, penderita akan mempersiapkan segala sesuatu dengan
matang, keringat dingin, mual atau sakit perut, hingga gemetar.
Depresi
Mereka yang pernah mengalami gejala infeksi virus corona yang parah
pasti masih sering teringat kondisi tersebut. Hal itu membuat dirinya
trauma dan jadi sering tertekan atau mimpi buruk.
Ketika orang yang terinfeksi Covid-19 batuk, bersin, atau berbicara, droplets atau
partikel kecil yang disebut aerosol membawa virus ke udara dari hidung atau mulut
mereka. Siapapun yang berada dalam jarak 2 meter dari pembawa virus tersebut
dapat menghirupnya ke paru-paru mereka.
B. Transmisi udara
Penelitian menunjukkan bahwa virus dapat hidup di udara hingga 3 jam. Virus
dapat masuk ke paru-paru Anda jika seseorang menghirup udara yang
mengandung virus itu. Para ahli masih menyelidiki atas seberapa sering virus
menyebar melalui jalur udara dan seberapa besar kontribusinya terhadap pandemi.
Cara lain untuk tertular virus corona baru adalah ketika Anda menyentuh
permukaan tempat seseorang yang terkena virus batuk atau bersin. Anda mungkin
menyentuh meja atau gagang pintu yang terkontaminasi lalu menyentuh hidung,
mulut, atau mata Anda. Virus dapat hidup di permukaan seperti plastik dan baja
tahan karat selama 2 hingga 3 hari. Untuk menghindari hal ini terjadi, bersihkan
dan desinfeksi semua meja dapur, kenop, dan permukaan lain yang Anda dan
keluarga sentuh beberapa kali sehari.
D. Feses-oral
Studi juga menunjukkan bahwa partikel virus dapat ditemukan di feses atau tinja
orang yang terinfeksi. Tetapi para ahli tidak yakin apakah infeksi dapat menyebar
melalui kontak dengan tinja orang yang terinfeksi. Jika orang tersebut
menggunakan kamar mandi dan tidak mencuci tangan, mereka dapat menempelkan
virus ke benda yang disentuhnya dan menularkan virus ke orang lain.
Virus paling sering menyebar melalui orang yang memiliki gejala. Namun bukan
tidak mungkin virus menyebar dari orang dengan Covid-19 yang tidak menunjukkan
gejala apa pun. Beberapa orang yang tidak tahu bahwa mereka telah terinfeksi Covid-
19 dapat menularkannya ke orang lain. Ini disebut penyebaran asimtomatik. Anda juga
dapat menularkannya sebelum Anda melihat tanda-tanda infeksi, yang disebut
penyebaran presymptomatic.
Dalam kelompok ini termasuk pasien kontak erat, pasien suspek dan probable
COVID-19.
A. Tanpa Gejala
a) Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki gejala harus
melakukan karantina mandiri di rumah selama maksimal 14 hari sejak kontak
terakhir dengan kasus probable atau konfirmasi COVID19
b) Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
d) Vitamin D
Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) - Obat:
1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah
5000 IU)
f) Khusus petugas Kesehatan yang kontak erat, segera dilakukan pemeriksaan RT-
PCR sejak kasus dinyatakan sebagai kasus probable atau konfirmasi sesuai
dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) Revisi ke-5, Kementerian Kesehatan RI Hal 86.
B. Derajat Ringan
b) Non Farmakologis
Foto toraks
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
1. Pribadi :
Berjemur sekitar 10-15 menit pada sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3
sore
Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam 19 malam
2. Lingkungan/kamar:
Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektasn lainnya
3. Keluarga
c) Farmakologis
Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
Vitamin D
Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 3 hari) kalau tidak ada bisa pakai
Levofloksasin 750 mg/24 jam (5 hari) bila dicurigai ada infeksi bakteri,
sambil menunggu hasil swab.
b) Non Farmakologis
c) Farmakologi
Kasus pasien suspek dan probable yang dicurigai sebagai COVID-19 dan
memenuhi kriteria beratnya penyakit dalam kategori sedang atau berat atau
kritis (lihat bab definisi kasus) ditatalaksana seperti pasien terkonfirmasi
COVID-19 sampai terbukti bukan.
Alat pelindung diri (APD) adalah perlengkapan yang berfungsi untuk melindungi
penggunanya dari gangguan kesehatan tertentu, misalnya infeksi virus atau bakteri.
Bila digunakan sesuai SOP, APD mampu menghalangi virus atau bakteri masuk ke
dalam tubuh melalui mulut, hidung, mata, atau kulit.
Pemilihan APD untuk mencegah infeksi virus Corona tidak bisa dilakukan
sembarangan. APD yang ideal untuk melindungi tubuh dari paparan virus Corona
memiliki kriteria tertentu, yakni:
1. Mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus Corona.
3. Ringan dan tidak membatasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman.
4. Mudah dibersihkan.
Berikut ini adalah beberapa jenis APD yang umumnya digunakan para tenaga
medis dalam menangani ODP (orang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam
pengawasan), pasien suspect (terduga positif), maupun sudah terbukti positif COVID-
19 maupun pada masyarakat yang belum terindentifikasi virus covid-19:
1. Masker
Terdapat dua jenis masker yang dapat digunakan untuk tenaga medis yaitu masker
bedah dan masker N95. Masker bedah terdiri dari 3 lapisan yang digunakan
disposable atau sekali pakai dan efektif dalam mencegah virus masuk melalui
hidung dan mulut. Tetapi masker N95 dikatakan lebih efektif karena masker ini
terbuat dari bahan polyurethane dan polypropylene yang mampu menyaring
hampir 95% partikel berukuran kecil. Masker N95 memiliki bentuk yang dapat
menutup area mulut dan hidung dengan lebih rapat. Maka dari itu mengapa masker
N95 hanya di khususkan kepada tenaga medis yang langsung berhadapan dengan
pasien yang terindikasi covid, dengan tujuan meminimalisir penularan covid19
melalui udara.
2. Pelindung Mata/Kacamata Safety
Pelindung mata terbuat dari bahan plastik transparan yang berfungsi untuk
melindungi mata dari paparan virus. Alat pelindung ini harus pas menutupi area
mata, serta tidak mudah berkabut atau mengganggu penglihatan.
Sama halnya dengan pelindung mata, pelindung wajah juga terbuat dari bahan
plastik jernih dan transparan. Jenis APD ini dapat menutupi seluruh area wajah,
mulai dari dahi hingga dagu. Bersamaan dengan masker dan pelindung mata,
pelindung wajah mampu melindungi area wajah dari percikan air liur atau dahak
saat pasien COVID-19 batuk atau bersin.
4. Gaun Medis
Gaun medis digunakan untuk melindungi lengan dan area tubuh dari paparan virus
selama tenaga medis melakukan prosedur penanganan dan perawatan pasien.
Sarung tangan medis digunakan untuk melindungi tangan para petugas medis dari
cairan tubuh pasien selama merawat pasien COVID-19. Sarung tangan ini idealnya
tidak mudah sobek, aman digunakan, dan ukurannya pas di tangan, tidak kekecilan
dan juga tidak kebesaran.
Penutup kepala berfungsi untuk melindungi kepala dan rambut para petugas medis
dari percikan air liur atau dahak pasien selama mereka merawat atau memeriksa
pasien. Penutup kepala harus terbuat dari bahan yang dapat menahan cairan, tidak
mudah robek, dan ukurannya pas di kepala.
Sepatu pelindung digunakan untuk melindungi bagian kaki petugas medis dari
paparan cairan tubuh pasien COVID-19. Sepatu pelindung umumnya terbuat dari
karet atau kain yang tahan air dan harus menutup seluruh kaki hingga betis.
8. Baju hazmat / Hazardous Material Suit
APD ini digunakan oleh petugas medis saat merawat pasien dengan diagnosis
penyakit yang bisa menular, saat melakukan kontak langsung. Contohnya pada
pasien yang terinfeksi virus corona. Baju ini di desain agar udara dan cairan tidak
bisa menembus permukaannya, sehingga sangat di anjurkan untuk para petugas
medis yang kontak dengan pasien COVID19.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru,
seperti pneumonia. Tatalaksanaan pasien belum terkonfirmasi Covid-19 \Berdasarkan
beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan
kritis.
Alat pelindung diri (APD) adalah perlengkapan yang berfungsi untuk melindungi
penggunanya dari gangguan kesehatan tertentu, misalnya infeksi virus atau bakteri.
Bila digunakan sesuai SOP, APD mampu menghalangi virus atau bakteri masuk ke
dalam tubuh melalui mulut, hidung, mata, atau kulit. Pasien dapat melindungi diri
dengan menggunakan APD yaitu dengan menggunakan masker, Pelindung
Mata/Kacamata Safety, Pelindung Wajah/Krisbow Face Shield, Gaun medis, sarung
tagan medis, Penutup Kepala/Nurse Cap, Sepatu Pelindung / Safety Boots, Baju
hazmat / Hazardous Material Suit.
3.2 SARAN
Pada Tata laksanakan protokol pada pasien belum terkonfirmasi Covid-19 pasien
dapat beristirahat total dapat melakukan pemantauan laboratorium darah perifer
lengkap pasien dapat melakukan pemeriksaan foto toraks serial. pada penatalaksanaan
farmakologi pasien dapat mengkonsumsi banyak vitamin dan asupan cairan dan selalu
menjaga asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung vitamin dan lain
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 3. (2020, December). Retrieved february 10, 2021, from
papdi.or.id: https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-
19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf
Buku Saku Protokol Tatalaksana Covid-19 Edisi 2. (2021, January). Retrieved February 10, 2021, from
covid19.patikab.go.id:
https://covid19.patikab.go.id/v3/download/Buku_Saku_Protokol_Tatalaksana_COVID-
19_Edisi_Kedua.pdf
Maharani, A. (2020, November 12). Penyintas COVID-19 Rentan Kena Gangguan Mental Ini! Retrieved
february 10, 2021, from klikdokter.com: https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/3645429/penyintas-covid-19-rentan-kena-gangguan-mental-ini
Rafie, B. T. (2021, January 21). Kasus Covid-19 RI nyaris 1 juta, kenali 4 cara penularan virus corona.
Retrieved February 10, 2021, from kesehatan.kontan.co.id:
https://kesehatan.kontan.co.id/news/kasus-covid-19-ri-nyaris-1-juta-kenali-4-cara-penularan-
virus-corona?page=all
https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/bahaya-virus-corona-yang-
membuat-kita-harus-waspada/amp
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4953293/mengenal-hazmat-suit-yang-banyak-
dipakai-saat-pandemi-corona
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/who-2019-penggunaan-
rasional-alat-perlindungan-diri-untuk-covid-19-dan-pertimbangan.pdf?sfvrsn=7eb7ebc7_2
https://www.alodokter.com/macam-macam-apd-dalam-menghadapi-wabah-covid-19
https://www.alodokter.com/covid-19
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html
https://kesehatan.kontan.co.id/news/kasus-covid-19-ri-nyaris-1-juta-kenali-4-cara-
penularan-virus-corona?page=all
https://poltekkes-banjarmasin.ac.id/images/content/Laporan_Mitigasi_Covid-
19_Poltekkes_Banjarmasin.pdf