Anda di halaman 1dari 4

Woc DIFTERI Difteri adalah infeksi bakteri 

pada
WOC DIFTERI
Said ahmad farid hidung dan tenggorokan. Meski tidak
selalu menimbulkan gejala, penyakit
P07220419041 ( str Keperawatan tk 2 ) ini biasanya ditandai oleh munculnya
selaput abu-abu yang melapisi
GEJALA tenggorokan dan amandel.
Corynebacterium deptiriase

WOC DIFTERI
Sakit tenggorokan
 Suara serak
 Batuk Kontak dengan orang /
 benda yang
Pilek
terkontaminasi
 Demam
 Lemas
Infuelza
 Muncul benjolan di Masuk kedalam saluran
leher akibat pernapasan
Infeksi Peradangan
nasal mukosa Menghasilkan toksik

lokal Infeksi kelenjar getah Infeksi laring dan trakea sistematik


bening

miokarditis
Penumpukan sekret Penumpukan
Infeksi tonsil dan laring Hipertermia
pseudomembran
Gagal jantung

Nyeri Nyeri pada tonsil Obstruksi jalan napas


menelan
Mual &
muntah
DEFISIT Ketidak efektifan jalan napas
Lemah dan NUTRSISI
lesu
Resiko kekurangan volume cairan
SDKI,SLKI,SIKI SLKI

SDKI & SLKI Luaran Utama :


D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
 Bersihan Jalan Napas
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau Luaran Tambahan : 
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten.
 Kontrol Gejala
 Pertukaran Gas
Penyebab :  REspons Alergi Lokal
Fisiologis :  Respons Alergi Sistemik
1.  REspons Ventilasi Mekanik
3. Disfungsi neuromuskuler.  Tingkat Infeksi. 
4. Benda asing dalam jalan napas.
5. Adanya jalan napas buatan.
SIKI – Intervensi Utama : 
6. Sekresi yang tertahan.
7. Hiperplasia dinding jalan napas.
8. Proses infeksi .  Latihan Batuk Efektif.
 Manajemen Jalan Nafas.
 Pemantauan Respirasi.
Situasional :
1. Merokok aktif.
2. Merokok pasif. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DEFISIT NUTRISI
3. Terpajan polutan. (D.0019)

Gejala dan tanda mayor : DEFINISI


Subjektif :  tidak tersedia.
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
Objektif : metabolisme.

1. batuk tidak efektif PENYEBAB


2. tidak mampu batuk.
3. sputum berlebih.
 Ketidakmampuan menelan makanan
4. Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.
5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.  Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
Gejala dan Tanda Minor.  Peningkatan kebutuhan metabolisme
 Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
Subjektif :  Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)

1. Dispnea. OUTCOME
2. Sulit bicara.
3. Ortopnea. Status nutrisi membaik (L. 03030)

Objektif : INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gelisah. 1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)


2. Sianosis.
3. Bunyi napas menurun.
1. Observasi
4. Frekuensi napas berubah.
5. Pola napas berubah.
 Identifikasi status nutrisi
Kondisi Klinis Terkait   Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
1. Sindron aspirasi mekonium  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Infeksi saluran Napas.  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Identifikasi perlunya penggunaan selang  Hidangkan makan secara menarik
nasogastrik  Berikan suplemen, jika perlu
 Monitor asupan makanan  Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk
 Monitor berat badan peningkatan yang dicapai
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
1. Edukasi
2. Terapeutik
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika namuntetap terjangkau
perlu  Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. dibutuhkan
Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu
ASKEP DENGAN RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN
yang sesuai CAIRAN (D.0036)
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi DEFINISI
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau pecepatan
 Hentikan pemberian makan melalui selang perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi intraseluler

3. Edukasi FAKTOR RESIKO

 Prosedur pembedahan mayor


 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Trauma/perdarahan
 Ajarkan diet yang diprogramkan  Luka bakar
 Apheresis
4. Kolaborasi  Asites
 Obstruksi intestinal
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan  Peradangan pankreas
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu  Penyakit ginjal dan kelenjar
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan  Disfungsi intestinal
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
OUTCOME
jika perlu
 Keseimbangan cairan  meningkat   ( L.03021)
PROMOSI BERAT BADAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Observasi
A. MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah 1. Observasi
 Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-
hari  Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan
 Monitor berat badan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum turgor kulit, tekanan darah)
 Monitor berat badan harian
3. Terapeutik  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
 Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP,
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
PCWP jika tersedia)
makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total
perenteral nutritition sesui indikasi)
2. Teraupetik
DAFTAR PUSTAKA
 Catat intake output dan hitung balans cairan
dalam 24 jam  Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar
 Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi
 Berikan cairan intravena bila perlu
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
3. Kolaborasi  Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar
 Kolaborasi pemberian diuretik,  jika perlu Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
B. PEMANTAUAN CAIRAN (I.03121)
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
1. Observasi
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
 Monitor frekuensi nafas
 https://www.alodokter.com/difteri
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis.
Dyspnea, edema perifer, edema anasarka,
JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojogular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)

2. Terapeutik

 Atur interval waktu pemantauan


sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan

3. Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai