Anda di halaman 1dari 11

Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.

php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN


CITRA PENGINDERAAN JAUH
(STUDI KASUS DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATUBARA)

Darwin P Lubis1, Mbina Pinem1, M.Ali N Simanjuntak1


1Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211 Indonesia


Email : darwinparlaunganlubis@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Laju perubahan garis pantai dengan
menggunakan citra pengindraan jauh dikawasan pesisir pantai Kecamatan Talawi. (2)
Tingkat akurasi dalam menganalisis perubahan garis pantai dikawasan pesisir pantai
Kecamatan Talawi.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Batu Bara Kecamatan Talawi tepatnya di
pesisir pantai Kecamatan Talawi. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan sebagai berikut : (1)
Terdapatnya perubahan pola garis pantai di kawasan pesisir pantai Kecamatan Talawi. (2)
Mengkaji secara mendalam mengenai pola perubahan garis pantai di kawasan pesisir
Kecamatan Talawi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aada rentang waktu tahun 2008 – 2011 terjadi
penambahan luas wilayah pesisir (Akresi) sebesar ,770 Km² dengan laju penambahan 1,192
Km² per-tahunnya. Sedangkan pada rentang waktu 2011 – 2014 besarnya akresi hanya
0,087 Km² dengan laju penambahan sebesar 0,021 Km² atau 21m² per-tahunnya.
Pengurangan garis pantai (abrasi) pada tahun 2011 – 2014 yakni sebesar 0,704 Km² dengan
laju abrasi 0,176 Km² atau 176 m² per-tahunnya. Perhitungan tingkat akurasi interpretasi
Perubahan Garis pantai citra Landsat tahun 2008 – tahun 2014 diperoleh akurasi seluruh
pemetaan sebesar 90,9%.

Kata Kunci: Pantai, Penginderaan Jauh, Kabupaten Batu Bara

PENDAHULUAN pemanfaatan sumberdaya ekonomi


Indonesia merupakan negara yang maupun pemanfaatan ruang.Selain itu,
memiliki kawasan pesisir sangat luas, hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah
karena Indonesia merupakan Negara fakta yang menunjukkan bahwa tidak
kepulauan dengangaris pantai mencapai kurang dari 60% penduduk Indonesia
sepanjang 81.000 km. Selain menempati bermukim di kawasan pesisir (DKP, 2002)
wilayah yang sangat luas, kawasan pesisir Secara ekonomis pantai dapat
yang terdiri dari berbagai ekosistem memberikan pendapatan kepada Negara
pendukung seperti ekosistem hutan dan penduduk karena pantai sangat
mangrove, terumbu karang, padang berpotensi sebagai daerah penghasil ikan,
lamun dan lahan basah tersebut memiliki wisata, kegiatan industri, pemukirnan,
keanekaragaman hayati dan berbagai pelabuhan, pertambangan, konservasi
sumber daya alam seperti ikan, dan lahan dan lain-lain. Tetapi dengan adanya
bahan-bahan tambang yang bernilai proses dan tenaga yang bersifat alami atau
tinggi. Kemudahan akses terhadap non alami maka pantai akan mengalami
kawasan pesisir cenderung meningkatkan perubahan, salah satunya adalah adanya
laju pemanfaatan wilayah pesisir di perubahan garis pantai. Wilayah pesisir
tahun-tahun mendatang, baik dalam hal cenderung mengalami tekanan

Analisis Perubahan….. |21


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

penggunaan yang berlebihan oleh aktifitas pertemuan antara laut dan daratan
kehidupan manusia, terutama menjadi terancam fungsinya sebagai
permukiman, industri dan berbagai habitat maupun sebagai benteng
kegiatan ekstraktif lainnya. Baik secara perlindungan infrastruktur yang ada di
langsung maupun tidak langsung darat.
berbagai bentuk aktifitas tersebut dapat Demikian juga halnya dengan
mengubah keseimbangan proses alami Kabupaten Batu Bara, menurut data
diwilayah pesisir sehingga menimbulkan terakhir dari hasil pemotretan udara (citra
dampak terjadinya kerusakan. satelite) tahun 2001, menunjukan bahwa
Garis pantai merupakan batas dari hutan mangrove yang ada di Kabupaten
ekosistem laut dan ekosistem darat yang Batu Bara adalah seluas 1.598,38 ha. Jika
dalam pengolahannya kedua ekosistem dibandingkan dengan keadaan pada
ini memiliki karakteristik yang berbeda. tahun 2010, dimana luas hutan mangrove
Garis pantai juga berguna dalam yang ada tersisa hanya 876,06 ha.
penentuan batas wilayah Negara atau pun Pengurangan luas hutan mangrove salah
daerah untuk pengolahan sumberdaya satunya disebabkan tingginya laju abrasi,
alam yang ada contohnya ZEE diukur terlihat di sepanjang pesisir pantai
sejauh 200 mil dari garis pantai kearah Kecamatan Talawi yang luas hutan
laut lepas, kemudian UU No. 22 Tahun mangrovenya berkurang dan abrasi air
1999, Pasal 3 menyatakan bahwa " laut mencapai pemukiman penduduk.
Wilayah Daerah Propinsi terdiri atas (Dinas Kehutanan Batu Bara, 2010).Untuk
wilayah darat dan wilayah laut sejauh keperluan perencanaan pengelolaan
duabelas mil laut yang diukur dari garis kawasan pantai, diperlukan penelitian
pantai kearah laut lepas dan/atau kearah tentang perubahan garis pantai sehingga
perairan kepulauan". pembangunan yang dilakukan tidak
Pemanfaatan lahan di Pantai berdampak terhadap lingkungan (Sakkaet
Timur Sumatera Utara sebagian besar al., 2011).
untuk pemukiman, tambak, obyek wisata Perubahan terhadap garis pantai
dan lain - lain. Akibat dari pemanfaatan adalah satu proses tanpa henti (terus
lahan tersebut pantai mengalami menerus) melalui berbagai proses baik
perubahan, hal ini juga disebabkan oleh pengikisan (abrasi) maupun penambahan
pemanfaatan lahan disekitar DAS. (akresi) pantai yang diakibatkan oleh
Perubahan pantai di Pantai Timur pergerakan sedimen, tindakan ombak dan
Sumatera Utara juga oleh proses deposisi penggunaan tanah. Gelombang yang
yang rnengakibatkan perkembangan terjadi akibat pergeseran lempeng dasar
pantai di daerah muara sungai maupun laut atau tsunami menyapu daratan,
sepanjang pantai. Material yang sehingga dapat merubah daratan pantai
mengendap biasanya berasal dari aliran dan penutupan lahan yang ada di pesisir
sungai serta material dari laut yang daratan tersebut. Perubahan daratan
terbawa oleh arus dan gelombang. pantai itu sendiri yaitu akibat tumpukan
Kawasan pantai bersifat dinamis, sedimen yang terbawa oleh gelombang
artinya ruang pantai (bentuk dan lokasi) maupun sedimen pantai yang terkikis dan
berubah dengan cepat sebagai reaksi terbawa oleh gelombang atau arus laut.
terhadap proses alam dan aktivitas Kajian perubahan garis pantai sendiri
manusia (Solihuddin, 2010). Aktivitas penting dilakukan sebagai acuan dalam
manusia dalam memanfaatkan sumber pembangunan wilayah pesisir dan
kekayaan di kawasan pantai sering pelabuhan, pariwisata serta kegiatan
tumpang tindih, sehingga tidak jarang penangkapan dan budidaya perikanan.
kesehatan ekosistem pantai menjadi Berdasarkan kondisi yang terjadi
turun, pantai yang menjadi daerah pada kawasan pesisir pantai Kecamatan

22| Vol 9 No. 1 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Talawi, maka diperlukan kajian atau teknologi penginderaan jauh dengan data
penelitian terhadap perubahan garis citra landsat dari tahun 2008 - 2014.
pantai di kawasan pesisir pantai Penggunaan data satelit merupakan cara
Kecamatan Talawi untuk memberikan yang efektif untuk pemetaan penutup
informasi secara spasial dan akurat. Saat lahan dan vegetasi, karena data satelit
ini metode teknologi penginderaan jauh memiliki rentang waktu yang dapat
dapat mengamati fenomena perubahan diatur untuk pengambilan data citra
garis pantai untuk setiap tahunnya. untuk lokasi yang sama. Perkembangan
Keunggulan metode ini dibandingkan teknologi penginderaan jauh saat
metode yang lainnya yaitu ini,mengarah pada peningkatan resolusi
mengambarkan obyek daerah dan gejala spasial dan temporal untuk perolehan
permukaan bumi dengan wujud dan letak informasi dan keperluan monitoring.
obyek yang mirip dengan wujud dan letak Mengingat sangat terkaitnya
obyek di bumi. Relatip lengkap meliputi permasalahan perubahan lahan ini
daerah yang luas dan permanen dapat dengan aspek keruangan, pendekatan
diwujudkan dalam tiga dimensi sehingga menggunakan Sistem Informasi Geografis
memperjelas kondisi relief dan dapat (SIG) juga diperlukan untuk menambah
dibuat cepat meskipun daerahnya sulit informasi yang akan didapat, seperti
dijangkau dan datanya bersifat up to date. sistem input data peta yangbaik.
Keindahan beberapa pantai yang Pendekatan ini berdasarkan peubah-
selama ini sudah dibuka untuk wisata peubah terukur dan kesisteman yaitu
umum mulai terganggu akibat abrasi air dengan menerapkan teknologi berbasis
laut. Seperti yang terjadi pada salah satu geospasial. SIG memiliki kemampuan
pantai di kecamatan talawi yakni pantai untuk mempresentasikan unsur-unsur
bunga, mesjid lama. Sepanjang pantai yang terdapat dipermukaan bumi dengan
yang mencapai sekitar 1500 m, cara mengumpulkan, menyimpan,
Sebelumnya ada penanaman bakau memanipulasi, menganalisa dan
sepanjang pantai tapi sekarang nyaris tak menampilkan kembali kondisi-kondisi
bersisa dihantam abrasi laut. Tidak alam (bereferensi geografis).
sebatas merusak pohon bakau dan api-api Penerapan SIG dapat
yang banyak tumbuh di sana, abrasi juga mengintegrasikan berbagai karakterisik
dikuatirkan akan mencapai pemukiman lingkungan wilayah pesisir baik secara
penduduk. Kerugian lebih besar dan spasial maupun deskriptif. Dengan
kesulitan penanggulangan bencana akan memperhatikan hal tersebut maka
memakan lebih banyak waktu dan materi. diperlukan data-data spasial kawasan
Persoalan tepi pantai bunga laut indah pesisir yang berguna dalam pemanfaatan
ternyata tidak sebatas gangguan dan pengelolaaan sumberdaya dan ruang
ekosistem. Ancaman lebih besar datang di kawasan pesisir yang direncanakan
dari pihak-pihak yang mengklaim tepi secara berkelanjutan. Maka perlu
pantai itu sudah dikuasai perusahaan diadakan penelitian tentang “Analisa
swasta. Terlebih, keterlibatan dalam Perubahan Garis Pantai dengan
mengurus pantai untuk tempat wisata Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di
umum dianggap sebagai pengganggu di kawasan Pesisir Pantai Kecamatan Talawi
sana ( Harian SIB Batubara, Agustus Kabupaten Batubara”
2014). Tujuan yang akan dicapai dalam
Dengan melihat wacana diatas penelitian ini adalah:
maka dilakukan pengamatan perubahan 1. Mengetahui Laju perubahan garis
garis pantai dipantai Sumatera Utara, pantai dengan menggunakan citra
tepatnya dikawasan pesisir pantai pengindraan jauh dikawasan pesisir
Kecamatan Talawi menggunakan pantai Kecamatan Talaw

Analisis Perubahan….. |23


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

dan dibandingkan dengan keadaan


2. Bagaimana tingkat akurasi dalam nyata untuk melihat sesuai atau
menganalisis perubahan garis pantai tidaknya dengan yang sebenarnya.
dikawasan pesisir pantai Kecamatan Prosedur yang dilakukan dalam
Talawi. penelitian ini adalah sebagai berikut

METODE PENELITIAN 1. Tahap Memperoleh Citra


Penelitian ini akan dilaksanakan di Tahapan awal yang dilakukan dalam
Kabupaten Batu Bara Kecamatan Talawi mengadakan citra adalah dengan
tepatnya di pesisir pantai Kecamatan men-download data citra landsat dari
Talawi. Lokasi ini dipilih atas situs resmi USGS (U.S Geological
pertimbangan sebagai berikut : (1) Survey).
Terdapatnya perubahan pola garis pantai 2. Proses Pra - Interpretasi
di kawasan pesisir pantai Kecamatan Setelah selesai tahap pertama yaitu
Talawi. (2) Mengkaji secara mendalam pengadaan citra maka langkah
mengenai pola perubahan garis pantai di selanjutnya adalah proses pengolahan
kawasan pesisir Kecamatan Talawi. citra sebelum bisa di olah. Proses ini
Teknik analisis data yang di memerlukan Aplikasi bernama ENVI
gunakan dalam penelitian ini adalah dan saya memakai versi 4.7. Pada
dengan analisis deskriptif kuantitatif. tahap ini selain perlu mempersiapkan
Pengolahan datanya meliputi: software, perlu juga di persiapkan
1. Pengorganisasian Data vector file dari daerah penelitian untuk
Data yang akan di gunakan di pilih membuat ROI (region of Interest) yang
dari tahun 2008 sampai tahun 2014 akan diperlukan dalam memotong
yang terbebas dari awan dan dipilih citra yang kita inginkan menjadi
satu citra yang mewakili satu tahun. wilayah penelitian saja sehingga
Citra landsat akan di olah dan di susun memudahkan nantinya dalam
data vektor-nya berdasarkan urutan mengolah data citra tersebut
tahunnya untuk mendapatkan panjang 3. Proses Mendigitasi/Interprerasi Citra
akresi dan abrasi. Setelah selesai menyiapkan citra yang
2. Perhitungan Perubahan Garis Pantai telah di lakukan sebelumnya,
Perhitungan perubahan garis Pantai dilanjutkan dengan mendigitasi
menggunakan formula dari Thieler /interpretasi citra agas bisa di olah
et.al (2008) dengan jarak vektor garis nantinya.proses digitasi akan
pantai ditiap tahunnya di hitung. menghasilkan peta gars pantai dalam
Sehingga pergerakan total garis pantai bentuk Shapefile yang natinya akan
dapat di ketahui. Pengukuran ini di proses lebih lanjut pada ArcGIS
menggunakan program Digital 10.1 sehingga dapat diketahui
Shoreline Analysis System (DSAS). perubahan garis pantainya
3. Penghitungan tingkat akurasi 4. Tahap Meng-Overlay Garis Pantai tahun
Penghitungan tingkat akurasi 2008, 2011, dan 2014
dilakukan setelah analisis dan Pertama-tama adalah membuka
diinterpretasi untuk mengetahui program ArcGIS 10.1 dan akan
keakuratan dari proses analisis dan dihadapkan pada tampilan toolbar
hasil interpretasi yang dilakukan. ArcGIS, kemudian memanggil file shp
Perhitungan dilakukan dengan yang telah didigitasi sebelumnya
menentukan sampel – sampel berupa yaitu Shapefile “Pantai Talawi”,
objek pada citra terbaru yang terdekat 5. Output (Layout Peta)
dengan tahun proses pengolahan citra. Proses akhir dari interpretasi citra
Sampel ini akan dicatat koordinatnya adalah membuat hasil akhir (output)

24| Vol 9 No. 1 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

yang berupa peta perubahan Hasil interpretasi citra Landsat


penggunaan lahan, baik itu dalam tahun tahun 2008, tahun 2011, dan tahun
bentuk softcopy atau hardcopy (print- 2014 yang telah di digitasi, menunjukan
out). Adapun langkah dalam perubahan pada daerah garis pantai yang
membuat layout adalah dengan terdapat di Kawasan Pesisir Kecamatan
memilih View > Layout view. Talawi Kabupaten Batubara pada tahun
Kemudian atur dan sesuaikan bentuk 2008 – tahun 2011 terdapat perubahan
peta dengan atribut yang diinginkan signifikan dalam hal penambahan daratan
sesuai dengan kaidah pembuatan (akresi), sedangkan pada tahun 2008 – 2014
peta yang benar. Setelah semua juga terjadi penambahan daratan (akresi)
selesai simpan data yang telah selesai kecuali pada 5 (lima) titik yang terlihat
di-layout dengan cara pilih file > export pada kurva yang terdapat perubahan yg
map > Jpeg > ok nampak dari daerah penelitian ini, yakni 3
(tiga) titik pada wilayah desa Dahari
HASIL DAN PEMBAHASAN Selebar, dan 2 (dua) titik pada wilayah
Analisis hasil interpretasi citra desa Mesjid Lama seperti yg di tunjukan
LANDSAT pada Gambar 1.

Gambar 1. Daerah terjadinya pengurangan daratan (Abrasi)

Pengelolaan awal citra merupakan lain, dan tidak memungkinkan


tahap awal dari pengelolaan citra satelit dilakukannya perbandingan piksel demi
Landsat untuk meningkatkan kualitas data piksel.
citra dengan lokasi kawasan pesisit Di daerah penelitian terdapat 3
kecamatan talawi kabupaten batubara. (tiga) scene citra satelit Landsat, sehingga
Untuk itu koreksi distorsi atau kesalahan untuk menampilkan visualisasi daerah
data perlu di lakukan sebelum data lebih penelitian perlu di lakukan pem-fokusan
lanjut. Distorsi atau kesalahan geometrik daerah penelitian dengan cara mem-buffer
ini tidak nampak secara nyata dalam citra, sekitar daerah penelitian dengan kisaran
namun kesalahan akibat posisi geometrik sekitar ±1km. Pem-bufferan dan
ini dapat berakibat fatal karena dapat pemotongan citra selain untuk lebih
menyebabkan terjadinya kesulitan dalam memfokuskan daerah penelitian yg di
melakukan pengecekan lapangan amati juga dapat mengurasi kapasitas
terhadap objek yang tampak pada citra, data agar pengolahan data dapat lebih
distorsi ukuran luas, kesulitan dalam cepat dan lebih ringan. Pada proses ini
proses intehrasi citra dengan sumber yang terlebih dahulu dilakukan penentuan

Analisis Perubahan….. |25


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

derah penelitian, kemudia menarik garis yag sepetri terihat pada gambar 2.
yg akan di buffer sepanjang ±6 Km, dan menunjukkan daerah yg semulanya
jarak dari garis ke arah tepian buffer ±1 cukup besar menjadi lebih jelas terlihat.
Km. Pem-bufferan dan pemotongan daerah

Gambar 2. Pemotongan citra sesuai dengan daerah penelitian

Perubahan Garis pantai di Kawasan Digital Shoreline Analysis System. Analisis


Pesisir Kecamatan Talawi pada Tahun dilakukan terhadap perubahan garis
2008, Tahun 2011, dan Tahun 2014. pantai untuk 3 tahun data perekaman
Hasil interpretasi yang dilakukan yang di peroleh dari pengolahan Citra
terhadap citra landsat di kawasan pesisir Landsat thn. 2008, 2011, dan 2014. Sebagai
pantai Kecamatan Talawi dan kemudian referensi terhadap perubahan garis pantai
masing–masing hasil interpretasi tersebut untuk masing - masing tahun tersebut,
di tumpang-tindikan (Overlay) sehingga dibuat garis dasar (baseline) yang sejajar
menghasilkan beberapa garis pantai yang dengan garis pantai. Selanjutnya dibuat
saling – silang. Hasil ini kemudian di garis transek (transect) yang tegak lurus
pilah, kemudian dikelompokan menjadi dengan garis dasar untuk membagi
perubahan bersifat Abrasi atau perubahan bagian – bagian garis pantai dengan
bersifat Akresi. Setelah dilakukan interval 30 meter. Interval 30 meter di
Identifikasi lokasi terjadinya abrasi dan ambil dengan pertimbangan resolusi dari
akresi pantai dengan cara menumpang citra landsat sendiri merupakan 30 meter
susunkan (overlay) garis pantai tahun seperti yang di perlihatkan pada Gambar
terlama dengan garis pantai tahun terkini. 3. Kemudia laju perubahan garis pantai
Analisis laju abrasi dan akresi akan di analisis dengan pendekatan Linear
dilakukan dengan memanfaatkan Regression Rates (LRR).
perangkat lunak (software) DSAS atau

Gambar 3. Garis Pantai Hasil Interpretasi

26| Vol 9 No. 1 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Analisis Laju Abrasi dan Akresi Tahun ditunjukan dengan keseluruhan wilayah
2008 - 2011 terjadi penambahan daratan, sedangkan
Gambar 4 menunjukkan sebagian pada tahun 2011 – 2014 perubahan bersifat
besar pantai Kecamatan Talawi lebih bervariasi antara besarnya akresi
mengalami perubahan yang menunjukan dan abrasi.
tingkat akresi yang signifikan pada tahun
2008 – tahun 2011. Perubahan ini

Gambar 4. Pantai Kecamatan Talawi yang mengalami akresi Tahun 2008 - 2011

Berdasarkan hasil dari interpretasi, dengan luas 1,69 Km². dengan rata – rata
luas wilayah yang bertambah pada tahun akresi sebesar 1,192 Km² per tahunnya,
2008 – 2011 mencapai 4,77 km² dengan penambahan tepi pantai terjauh
.Penambahan tersebut tersebar di 2 (dua) sejauh 1,3 Km di desa dahari selebar dan
desa yang berbatasan langsung dengan terdedekat sejauh 272 meter yang terletak
laut, yakni Desa Dahari Selebar dengan di desa mesjid lama.
luas 3,07 Km² dan desa Mesjid Lama

Tabel 1. Perubahan garis pantai Kecamatan Talawi Thn. 2008 - 2011


No
Luas (Km²)
Nama Desa
Abrasi Akresi
1 Dahari Selebar - 3,071
2 Mesjid Lama - 1,699
Jumlah - 4,770
Sumber : Data Olahan, 2018 - 2011

Analisis Laju Abrasi dan Akresi Tahun overlay yang di lakukan terhadap hasil
2011 - 2014 interpretasi dan digitasi citra landsat pada
Pada rentang waktu tahun 2011 – rentang waktu tahun 2011 – 2014.
2014, perubaha lebih bersifat variatif. Hal
ini seperti yang ditunjukan dari hasil

Analisis Perubahan….. |27


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Gambar 5. Pantai Kecamatan Talawi yang mengalami akresi Tahun 2011 – 2014

Tabel 2. Perubahan Garis Pantai Kecamatan Talawi Tahun 2011 – 2014


No
Luas (Km²)
Nama Desa
Abrasi Akresi
1 Dahari Selebar 0,468 0,012
2 Mesjid Lama 0,237 0,075
Jumlah 0,704 0,087
Sumber : Data Olahan, 2011 - 2014

Dari tabel di atas terlihat, bahwa Citra Landsat merupakan citra yang
pada rentang tahun 2011 – 2014 cocok di gunakan dalam penelitian yang
penambahan daratan tidak sesignifikan bersifat temporal. Satelit Landsat akan
pada rentang tahun 2008 – 2011. Pada memotret tempat yang sama dalam 16
rentang tahun 2011 – 2014 penambahan hari sekali.sehingga memudahkan kita
daratan (akresi) berjumlah 0,087 Km², untuk memilih waktu yang sesuai dengan
dengan luas masing – masing yakni: Desa penelitian kita. Satelit Landsat juga
Dahari Selebar seluas 0, 012 Km², dan memiliki band lengkap, sehingga
Desa Mesjid Lama seluas 0, 075 Km². memudahkan kita juga dalam meng
Sedangkan pada rentang tahun 2011 – kompositkan sesuai dengan kebutuhan
2014 pengurangan daratan (abrasi) kita. Satelit Landsat menggunakan sensor
berjumlah 0,704 Km², dengan luas masing ETM+ (Enhanced Thematic Mapper Plus)
– masing yakni; Desa Dahari Selebar yang merupakan sebuah scanner.
seluas 0,468 Km², dan Desa Mesjid Lama Lebarnya pemotretan seluas 185 Km
seluas 0,237 Km², dengan penambahan dengan arah dari utara keselatan.
tepi pantai terjauh sepanjang 243 meter Kelebihan dari Landsat lainnya ialah
dan terdekat sejauh 34 meter dan untuk menggunakan band pankromatik dengan
pengurangan tepi pantai terjauh sejauh resolusi 15 meter dan band thermal (band
357 meter dan terendah sejauh 25 meter. 6) yang mempunya resolusi 60 meter.
Kawasan Pesisir Pantai Kecamatan
Tingkat Akurasi Interpretasi Citra Talawi merupakan daerah yang memiliki
LandSat batas laut, dimana yang termasuk
langsung berbatasan dengan laut di

28| Vol 9 No. 1 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

kawasan pesisir pantai kecamatan talawi dengan waktu terjadinya perekaman citra,
adalah desa Dahari Selebar dan Desa maka peneliti mengambil beberapa titik
Mesjid Lama. Untuk melihat apakan peta yang mana memiliki waktu terdekat
perubahan garis pantai yang telah di dengan pengamatan, dan diharapkan
digitasi sesuai dengan hasil dilapangan dapat mewakili dari hasil
atau tidaknya, diperlukan uji keakuratan. keseluruhan.titik yang di ambil sebanyak
Uji keakuratan ini dilakukan dengan 50% dari masing – masing perubahan
cara mengambil sampel di peta yang dengan rentang waktu terdekat yakni
didigitasi dari citra kemudian tahun 2014. Titik di ambil secara acak
mencocokan data di lapangan. Di dengan jumlah 11 titik (Lihat Gambar 6.)
karenakan waktu penelitian tidak sama

Gambar 6. Arah Laju Perubahan Garis Pantai

Berdasarkan hasil pengecekan titik akurat. Rumus untuk menentukan nilai


sampel yang di lakukan di lapangan akurasi adalah :
sebanyak 25 titik. Titik sampel yang sesuai
dengan hasil interpretasi dan mengalami Jumlah titik yang benar di lapangan x 100%
perubahan yang tampak sebanyak 10 titik Jumlah seluruh titik yang diambil
sehingga diperoleh nilai akurasinya Penetapan akurasi dari klasifikasi
ebesar 90,9% sedangkan yang tidak citra sangat penting untuk mengevaluasi
tampak dengan jelas perubahannya kualitas peta yang dikembangkan dari
sebanyak 1 titik samperl. Pengecekan data penginderaan jauh. Keakuratan
dilakukan dengan bantuan Global klasifikasi diperoleh dari perbandingan
Positioning System (GPS). Alat ini dapat antara jumlah piksel yang dikelaskan
menentukan keberadaan lokasi contoh secara benar pada setiap kelas dengan
tersebut melalui ketepatan koordinat jumlah contoh yang digunakan. Evaluasi
lokasi yang di Ground Check. Menurut ini menguji tingkat keakuratan secara
Short (1982) dan Estes dalam Harianto visual dari hasil klasifikasi terbimbing
(2011), nilai akurasi yang mempunyai dengan menggunakan titik-titik kontrol
tingkat ketelitian ≥ 80% sudah dianggap lapangan untuk uji akurasi. Titik-titik lain
yang ditentukan sebanyak kelas-kelas

Analisis Perubahan….. |29


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

yang telah ditetapkan dalam klasifikasi Pesisir Kecamatan Talawi Kabupaten


pada lokasi diluar area contoh yang telah Batubara, agar kerusakan lebih lanjut
digunakan sebelumnya. Evaluasi akurasi bisa dicegah dan sebisa mungkin bisa
terhadap besarnya kesalahan klasifikasi mengembalikan berbagai fungsi
area contoh untuk menentukan besarnya ekosistem mangrove bagi kesejahteraan
persentase ketelitian pemetaan. Evaluasi masyarakat pesisir.
ketelitian pemetaan meliputi jumlah 3. Pemerintah daerah bersama-sama
piksel area contoh yang diklasifikasikan dengan masyarakat dapat melakukan
dengan benar atau salah, pemberian nama program penghijauan atau
kelas secara benar, persentase banyaknya penanaman mangrove seluas 100 –
piksel dalam masing-masing kelas serta 200 meter dari pinggir pantai terluar
persentase kesalahan total. untuk menghijaukan kembali daerah
pesisir pantai Kecamatan Talawi
KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Batubara.
Dari hasil dan pembahasan yang
dilakukan dalam peneltian ini, maka DAFTAR PUSTAKA
dapat disimpulkan beberapa hal yaitu
Dinas Kehutanan Batu Bara. 2010. Data
1. Pada rentang waktu tahun 2008 – 2011 Kehutanan Batubara 2010.Batubara :
terjadi penambahan luas wilayah Dinas Kehutanan.
pesisir (Akresi) sebesar ,770 Km²
Harti, Arum Mustika. 2009. Perubahan
dengan laju penambahan 1,192 Km²
Garis Pantai Teluk Jakarta Tahun 1970
per-tahunnya. Sedangkan pada rentang
– 2009.Skripsi, Depok :Fakultas
waktu 2011 – 2014 besarnya akresi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
hanya 0,087 Km² dengan laju
Alam.
penambahan sebesar 0,021 Km² atau
21m² per-tahunnya. Pengurangan garis Http://id.wikipedia.org/wiki/Penginder
pantai (abrasi) pada tahun 2011 – 2014 aan_jauh diakses tanggal 6 Juli 2015
yakni sebesar 0,704 Km² dengan laju pukul 12.15
abrasi 0,176 Km² atau 176 m² per-
tahunnya. Clark, R.J. 1996. Coastal Zone Management
2. Perhitungan tingkat akurasi Hand Book. CRC Lewis Publishers.
interpretasi Perubahan Garis pantai Boca raton, Florida.
citra Landsat tahun 2008 – tahun 2014
diperoleh akurasi seluruh pemetaan Lilisan dan Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh
sebesar 90,9%. dan Interpretasi Citra. Terjemahan
Adapun saran yang diberikan adalah Gajah Mada University
sebagai berikut Press.Yogyakarta.
1. Diperlukan ketelitian dan kesabaran
baik pada saat melakukan digitasi NurYuwono. 1992. Dasar- Dasar
ataupun pada saat melakukan Perencanaan Bangunan Pantai,
identifikasi pada citra. Laboratorium
2. Perlu adanya campur tangan
pemerintah daerah setempat dan Sakka et al. 2011. Studi perubahan garis
semua stake holders terkait untuk pantai di delta sungai Jeneberang,
melakukan upaya peningkatan Makassar.J. Ilmu dan Teknologi
pengamanan yang tegas terhadap Kelautan Tropis: 3(2):112-126.
tindakan penataan dan rehabilitas
ekosistem mangrove sebagai pilar Suci S, Rafiqah. 2012. Perubahan Wilayah
pengembangan wilayah di Kawasan Pantai dan Penutupan Lahan pada

30| Vol 9 No. 1 - 2017


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Muara Sungai Pappa di Kabupaten


Takalar.Skripsi, Makassar :Fakultas
Pertaniam Universitas Hasanuddin.

Sugandi, A.1992. Pendekatan


Pembangunan dan Penataan Ruang
Wilayah Pesisir. Bogor: Makalah
Kursus Pelatihan Pengelolaan
SumberDaya Wilayah Pesisir Secara
Terpadu. PPLH IPB.

Sulistriani, Yunita. 2009. Perubahan


Daratan Pantai dan Penutupan Lahan
Pasca Tsunami Secara Spasial dan
Temporal di Pantai Pangandaran,
Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Skripsi.Bogor. : Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor.

Sutanto.1986. Penginderaan Jauh Jilid I.


UGM Press.Yogyakarta.

Susilo, S. B. dan J. L. Gaol. 2008. Dasar-


Dasar Penginderaan Jauh Kelautan.
Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Taufiqurrahman,dkk. 2012. Analisis


Spasial Perubahan garis Pantai di
Pesisir Kabupaten Subang Jawa
Barat.Jurnal Vol. 4,No. 2, Hlm. 280 –
289, Desember 2012.

Thieler, et all.2009.The Digital Shoreline


Analysis System (DSAS) Version 4.0-An
ArcGIS Extension for Calculating
Shoreline Change.Virginia :US
Geological Survey.

Triatmodjo,Bambang.1999.TeknikPantai.
Yogyakarta :Beta

Yulius,dkk. 2013. Perubahan Garis Pantai


di Teluk Bungus Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan
Analisis Citra Satelit.jurnal Vol.5,No. 2,
Hlm. 417 – 427, Desember 2013

Analisis Perubahan….. |31

Anda mungkin juga menyukai