DASAR MATEMATIKA
1
P(n,r)=n!/(n-r)! atau: …………………………………….(2.2)
Contoh 2.2
Untuk menghitung banyaknya cara menyusun urutan Dua (2) huruf dari Empat (4)
huruf A, B, C, D maka penerapan rumusnya:
4! 4 x 3 x 2 x 1 24
P(4,2) = P(4,2) = = = = 12
(4-2)! 2x1 2
Contoh 2.3
Untuk menghitung banyaknya cara menyusun urutan Dua (2) huruf dari Tiga (3)
huruf A, B, C maka penerapan rumusnya:
AB AC BC
BA CA CB
Contoh 2.4
Terdapat 26 huruf di dalam alphabet (A…Z), jika huruf-huruf tersebut disusun maka
terdapat 26 urutan susunan yang dapat dihasilkan. Jika kita menyusun 3 buah huruf
dari alphabet maka jumlah kemungkinan susunan huruf yang dapat dibentuk adalah:
2
a.3. Permutasi dengan elemen yang identik
Permutasi dengan elemen identik dimana terdapat elemen / unsur yang sama
dituliskan lebih dari satu kali. Elemen-elemen ini adalah unsur yang identik atau sama
secara kualitas.
Contoh 2.5
Misal terdapat untai/ kumpulan AABC terdiri dari 3 macam elemen, yaitu A, B,
dan C, tetapi elemen A muncul sebanyak dua kali.Kedua ‘A’ tersebut disebut identik.
Rumus yang digunakan:
n! 4x3x2x1= 24
= = = 12
k! 2x1 = 2
b. Kombinasi
Contoh 2.6
Apabila terdapat suatu untai/grup terdiri 4 abjad yaitu ABCD, maka untai itu dapat
dituliskan kembali dengan urutan yang berbeda: ACBD, ABCD, DACB, dan
seterusnya. Hasil selengkapnya ada 24 cara untuk menuliskan keempat huruf tersebut
dalam urutan yang berbeda satu sama lain. Rumus yang dapat digunakan adalah n! =
4!= 4×3×2×1 = 24 buah. Namun apabila dari 4 huruf (n=4) tersebut apabila diambil
hanya 3 huruf saja untuk dikombinasikan maka rumusnya.
4x3x2x1 24
C(4,3) = 4!/3!(4-3)! = = = 4 ABC ABD BCD ACD
3x2x1 (1) 6
Apabila 4 huruf tersebut diambil 2 huruf saja untuk dikomibasikan, maka hasilnya:
Setiap karakter ASCII panjangnya 1 byte. Jumlah byte yang mengandung 3 buah bit 1
adalah :
2.2. Invers
Fungsi terbalik atau terbalik adalah kebalikan dari fungsi aslinya. Setiap fungsi
memiliki pembalikan, tetapi tidak harus sebaliknya. Sebuah fungsi f mempunyai
fungsi invers (kebalikan) f-1 jika f adalah fungsi satu-satu dan fungsi pada (bijektif).
Hubungan tersebut bisa dinyatakan seperti berikut: (f-1)-1 = f
Dimana fungsi bijektif berlangsung pada saat jumlah anggota domain sama dengan
jumlah anggota kodomain.
4
Terdapat 3 tahapan untuk menentukan fungsi invers, antara lain:
1. Ubahlah bentuk y = f(x) menjadi bentuk x = f(y).
2. Tuliskan x sebagai f-1(y) sehingga f-1(y) = f(y).
3. Ubahlah variabel y dengan x sehingga akan didapatkan rumus fungsi invers f -1(x).
Rumus khusus fungsi inverst adalah:
5
2.3 Teori Peluang
S= { x1,x2,…xi,…}
Ruang contoh yang jumlah anggotanya terbatas disebut ruang contoh diskrit,
sedangkan peluan terjadinya sebuah titik contoh dinamakan peluanh diskrit p(xi)
1. 0 ≤ p(Xi) ≤ 1, yaitu nilai peluang adalah bilangan tidak negative dan selalu
lebih kecil atau sa,a dengan 1.
Contoh 2.7
Uang logam mempunyai dua buah muka yaitu gambar(g) dan angka(a). Jika dua buah
koin uang logam dilempar maka ruang contohnya adalah S={aa,,gg,ag,ga}. Sehingga
peluang setiap titik contoh adalah p(aa)=p(ag)=p(gg)=p(ga) = 1/4
Contoh 2.8:
GCD dapat ditulis dengan gcd(a,b)=n. Contoh GCD dari 20 dan 24 adalah
gcd(20,24)=4, karena faktor dari 20 adalah 1, 2, 4, 5, 10, 20 dan faktor dari 24 adalah
1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24. Untuk mencari gcd(a,b) dengan nilai a dan b yang cukup besar
dapat menggunakan algoritma Euclidean. Algoritma Euclidean merupakan algoritma
untuk mencari gcd dari dua buah bilangan bulat (Bruce Schneier, 1996). Cara kerja
algoritma Euclidean menggunakan perhitungan modulo, yaitu:
r1 = a mod b
r2 = b mod r1
r3 = r1 mod r2
ri = ri-2 mod ri-1
Sampai dengan ri = 0 , maka gcd(a,b) adalah ri-1 ,
Contoh 2.6 gcd(1812,1572) adalah,
240 = 1812 mod 1572
132 = 1572 mod 240
7
108 = 240 mod 132
24 = 132 mod 108
12 = 108 mod 24
0 = 24 mod 12
Maka gcd(1812,1572) = 12
Modulo invers
Inversi modulo ditulis dengan notasi a -1 mod n atau (a*x) mod n = 1, yaitu
mencari nilai x yang sesuai. Inversi modulo dapat mempunyai solusi dapat juga tidak,
contoh 2.9:
1. Pada saat i=0 dan i=1, berikanlah harga awal untuk g,u,v yaitu:
g0 = n u0 = 1 v0 = 0 g1 = a u1 = 0 v1 = 1
Ui = ui-2 - yi . ui-1
Vi = vi-2 - yi . vi-1
I y g u v
0 - 3220 1 0
1 - 79 0 1
2 40 60 1 -40
3 1 19 -1 41
4 3 3 4 -163
5 6 1 -25 1019
6 3 0 79 -3220
Bilangan bulat positif p (p>1) disebut bilangan prima jika pembagi positifnya
hanya 1 dan p atau hanya dapat difaktorkan oleh bilangan 1 dan bilangan p itu
sendiri. Jumlah bilangan prima yang berhasil ditemukan terus bertambah dan semakin
besar nilainya (Rinaldi Munir, 2006). Bilangan relative prima adalah dua buah
bilangan bulat a dan b yang memiliki gcd(a,b)=1. Contoh 2.9 , 20 dan 3 relatif prima
sebab gcd(20,3)=1.
9
Tabel 2.1 Daftar Bilangan Prima Terbesar
Daftar bilangan prima yang memiliki digit besar dapat dilihat pada alamat
http://primes.utm.edu/largest.html. Informasi yang dapat dicatat meliputi: peringkat
bilangan prima berdasarkan besarnya bilangan, bilangan prima itu sendiri, besarnya
digit, nama penemu dan tahun ditemukan. Contoh lima buah bilangan terbesar yang
berhasil dicatat pada tanggal 23 Juli 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Fungsi ini ditulis dengan (n), adalah bilangan bulat positif yang kurang dari
n dan juga bilangan relatif prima terhadap n (William Stallings,1999). Pada algoritma
kriptografi RSA n berupa bilangan prima. Untuk semua bilangan prima p maka:
(p) = (p-1)
Jika diketahui dua buah bilangan prima p dan q, dimana n=pq, maka:
10
2.5 Teori Informasi
Teori Informasi pertama kali dipublikasikan oleh Shannon pada tahun 1984.
Teori ini mendefinisikan jumlah informasi di dalam pesan sebagai jumlah minimum
bit yang dibutuhkan untuk mengkodekan pesan.
Entropi adalah ukuran yang menyatakan jumlah informasi di dalam pesan dan
dinyatakan dalam satuan bit.Entropi berguna untuk memperkirakan jumlah bit rata-
rata untuk mengkodekan elemen dari pesan.
H(X)= - ………………………………………..(2.5)
Keterangan:
X=pesan
2. H(X) = 0 jika dan hanya jika pi =1 untuk semua I, dan pj = 0 untuk semua j ≠
1
3. H(X) = log2 (n) jika dan hanya jika pi = 1/n untuk setiap I, 1≤ i≤ n
Entropi system kriptografi adalah ukuran ruang kunci K. Misal system kriptografi
dengan kunci 64 bit mempunyai entropi 64 bit. Makin besar entropi makin sulit
memecahkan cipherteks.
11
r = H(X)/ N………………………………………………………..(2.6)
Keterangan:
N= panjang pesan
D= R-r ……………………………………………………………………(2.8)
Contoh 2.11
Dalam Bahasa Inggris ( ambil r=1,3), D= 4,7 -1,3 = 3,4 bit/huruf artinya setiap huruf
dalam bahasa Inggris membawa 3.4 bit informasi redundan.
Aljabar Abstrak adalah cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar atau
dengan kata lain aljabar abstrak mengkaji struktur aljabar dan sifat-sifatnya.
12
Medan Galois adalah medan berhingga dengan pn elemen. Notasi untuk
Medan Galois adalah GF(pn), dimana p adalah bilangan prima dan n >= 1. Medan
Galois yang digunakan dalam algoritma AES adalah GF(2 8) (Joan Daemen, Vincent
Rijmen, 2001). Elemen-elemen dari medan berhingga dapat dinyatakan dalam
polinomial. Misalnya: byte b terdiri dari bit-bit b7 b6 b5 b4 b3 b2 b1 b0 dapat
dinyatakan dalam polinomial dengan koefisien 0 dan 1 sebagai berikut: b 7x7 + b6x6 +
b5x5 + b4x4 + b3x3 + b2x2 + b1x +b0 .................................................(2.9)
Operasi aritmatika yang dilakukan pada medan Galois adalah penjumlahan dan
perkalian.
a. Operasi Penjumlahan
Penjumlahan dari dua elemen dalam suatu medan berhingga (finite field)
dilakukan dengan menjumlahkan koefisien dari pangkat polinom yang
bersesuaian dari dua elemen tersebut. Penjumlahan dilakukan dengan
operasi XOR dan dinotasikan dengan . Dengan operasi ini, maka 1 1
= 0, 1 0 = 1, 0 1 = 1, dan 0 0 = 0.
b. Operasi Perkalian
13
Dalam representasi polinomial, perkalian dalam GF(2 8) yang dinotasikan
dengan • mengacu pada perkalian modulo polinomial sebuah irreducible
polynomial yang berderajat 8. Sebuah polinom bersifat irreducible jika
satu-satunya pembagi adalah dirinya sendiri dan 1. Untuk algoritma AES,
irreducible polynomial ini adalah:
m(x) = x8 + x4 + x3 + x + 1 ……………………..(2.10)
(x6 + x4 + x2 + x + 1) • (x7 + x + 1) =
x13 + x11 + x9 + x8 + x7 + x7 + x5 + x3 + x2 + x + x6 + x4 + x2 + x +1
` x13 + x11 + x9 + x8 + x6 + x5 + x4 + x3 +1
dimana,
x7 + x6 + 1 = 11000001(c1).
c. Perkalian dengan x
Perkalian polinomial persamaan (2.1) dengan polinomial x akan
menghasilkan:
14
maka diperlukan operasi b = xtime(a), kemudian dilakukan pergeseran 1
bit ke kiri dan dilanjutkan operasi XOR dengan 1b ( 00011011).
57 • 02 = xtime(57)=xtime(01010111)
57 • 04 = xtime(ae)=xtime(10100011)
Karena b7=1 maka geser ke kiri 1 bit dilanjutkan operasi XOR dengan
1b(00011011) sehingga menjadi (01000110) (00011011)=47
57 • 08 = xtime(47)=xtime(01000111)
57 • 10 = xtime(8e)=xtime(10001110)
Karena b7=1 maka geser ke kiri 1 bit dilanjutkan operasi XOR dengan
1b(00011011) sehingga menjadi (00011100) (00011011)=07
15
LATIHAN SOAL
16