Relaktasi
Relaktasi adalah upaya untuk mulai menyusui kembali setelah sempat berhenti.
Relaktasi biasanya dilakukan oleh ibu yang sempat berhenti menyusui, namun
memutuskan untuk memulai lagi. Seorang ibu bisa saja berhenti menyusui karena alasan
sakit atau karena sejak awal memang kesulitan untuk menyusui.
Bila ibu sempat berhenti menyusui, tidak ada lagi rangsangan untuk memproduksi
ASI dan tubuh akan mengira bahwa ASI sudah diperlukan lagi. Oleh karena itu, produksi
ASI akan berkurang dan lama-kelamaan berhenti. Namun, ini tidak berarti ibu tidak bisa
menyusui anaknya lagi setelahnya. Walaupun tidak mudah dan membutuhkan ketekunan,
ada cara yang bisa dilakukan untuk ibu relaktasi dan mengembalikan produksi ASI.
1. Faktor yang meningkatkan keberhasilan relaktasi
Bila ASI belum kunjung keluar atau bayi masih lebih memilih minum susu
formula melalui dot, Ibu dapat memberikan susu formula dengan posisi seperti menyusui
dari payudara. Caranya adalah dengan meletakkan dot persis di atas puting. Dengan
begini, bayi bisa terbiasa dengan posisi menyusu seperti ini.
Proses memulai relaktasi hingga bisa menyusui seperti biasa bisa melelahkan dan
sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan niat yang kuat sedari
awal memulainya. Tanamkan pula rasa optimis bahwa Bunda bisa kembali memproduksi
ASI dan Ibu akan terbiasa lagi untuk menyusu.
B. Induksi Laktasi
Induksi laktasi adalah metode untuk merangsang produksi ASI pada wanita yang tidak
mengalami kehamilan. Dengan metode ini, seorang ibu yang mengadopsi bayi memiliki
kesempatan untuk menyusui buah hatinya. Alasan utama dilakukannya induksi laktasi ada dua,
yaitu membangun ikatan kuat antara ibu dan anak yang tidak dilahirkannya, serta mencukupi
kebutuhan gizi bayi hasil adopsi tersebut.
Prosedur yang umum digunakan pada induksi laktasi adalah stimulasi (rangsangan) hormon
dan payudara, atau sering kali kombinasi keduanya. Stimulasi payudara dilakukan secara manual
dengan pompa payudara atau menyusui langsung, guna memicu keluarnya hormon
prolaktin yang merangsang produksi ASI.
Selain itu, dokter akan memberikan obat perangsang hormon, biasanya berupa kontrasepsi
hormonal dan galactagogue. Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron digunakan
untuk meniru tahapan kehamilan, sedangkan galactagogue adalah zat yang memicu produksi
ASI dengan meniru tahapan persalinan.
Proses induksi laktasi harus dimulai sebelum bayi yang hendak diadopsi lahir atau
sesegera mungkin. Untuk meningkatkan keberhasilan proses ini, ibu adopsi harus
memiliki hal-hal sebagai berikut:
Apabila induksi laktasi dimulai setelah bayi lahir, maka ibu adopsi harus lebih
sering menyusui dan memompa ASI untuk meningkatkan produksinya. Apabila bayi
tidak puas karena produksi ASI kurang, dapat dibantu dengan alat berbentuk selang
yang ditempelkan pada payudara ibu agar bayi tetap mau menyusu.
A. Peeling
.
Peeling adalah prosedur perawatan kulit yang dilakukan untuk mengangkat atau
menghilangkan sel kulit mati dan menggantinya dengan lapisan kulit baru. Prosedur perawatan
ini digunakan untuk memperbaiki penampilan, keindahan, dan kebersihan area kulit wajah, leher,
atau lengan. Perawatan yang bisa dilakukan setelah melahirkan untuk mengembalikan kondisi
tubuh setelah melahirkan, sehingga kulit kembali kencang dan kembali terlihat cantik adalah
peeling. Seringkali perubahan tubuh setelah melahirkan, mulai dari munculnya stretchmark atau
selulit, perut kulit jadi kendur, kerontokan rambut, dan lain-lain, membuat perempuan kurang
percaya diri. Meskipun perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangatlah wajar dan pasti
dialami oleh hampir semua perempuan setelah melahirkan, tetap saja hal tersebut membuat
kepercayaan diri sebagian perempuan menurun. Saat hamil, biasanya kulit akan mengalami
perubahan warna. Perubahan pada kulit ini disebabkan karena berbagai faktor, antara lain
meningkatnya hormon ekstrogen selama kehamilan. Perubahan warna kulit ini disebut
hiperpigmentasi. Peeling berguna untuk mengangkat sel kulit mati yang tidak bisa diagkat
dengan menggunakan sabun atau toner. Peeling biasanya dilakukan dengan menggunakan scrub
atau AHA (Alfa Hidroksil Acid) yang biasa dilakukan di klinik kecantikan. Untuk lebih
amannya, sebelum melakukan peeling, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter karena tidak
semua jenis kulit cocok dengan perawatan ini.
Tak hanya di wajah, peeling juga bisa dilakukan pada tangan, leher dan dada bagian atas,
bahkan dapat dilakukan juga di hampir semua bagian tubuh. Prosedur perawatan ini dilakukan
dengan menggunakan larutan kimia yang dioleskan di area kulit yang akan menjalani perawatan.
Jenis larutan kimia yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi kulit pasien dan jenis
peeling yang akan dilakukan. Larutan kimia tersebut akan menyebabkan lapisan kulit terkelupas,
namun akan tumbuh kembali dan digantikan dengan sel kulit baru yang lebih halus dan lebih
muda. Prosedur peeling umumnya dilakukan oleh dokter kulit.
1. Jenis-Jenis Peeling Wajah
Peeling wajah terbagi menjadi tiga berdasarkan kedalaman lapisan kulit yang dikelupas,
yaitu superficial, medium, dan deep.
a. Superficial
Peeling wajah superficial berfungsi mengangkat lapisan luar kulit (epidermis)
guna mengobati kerutan halus, jerawat, warna kulit yang tidak merata,
dan kulit kering. Hasil peeling jenis ini mungkin tidak akan terlalu terlihat
pada awalnya, untuk itu diperlukan perawatan rutin guna mempertahankan
khasiat yang bersifat sementara. Setelah melakukan peeling superficial,
disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari sampai kulit baru
benar-benar menutupi daerah wajah yang dikelupas.
b. Medium
Peeling wajah medium menghilangkan sel-sel kulit dari epidermis dan dermis
(lapisan kulit di bawah epidermis). Peeling ini dapat mengatasi keriput, bekas
jerawat, dan warna kulit yang tidak merata. Untuk mempertahankan hasil
yang maksimal, peeling medium dapat diulang setelah 6 atau 12 bulan
kemudian dan hindari terkena paparan sinar matahari selama beberapa bulan.
c. Deep
Peeling wajah jenis deep menghilangkan sel kulit dari epidermis hingga
lapisan bawah dermis. Mereka yang memiliki keriput yang lebih dalam, bekas
luka, atau pertumbuhan prakanker kemungkinan direkomendasikan untuk
melakukan peeling jenis ini. Selain itu, lindungi kulit dari sinar matahari
secara total guna mencegah perubahan warna kulit.
Selain itu, perlu juga diingat bahwa peeling wajah dapat menimbulkan efek
samping seperti kulit kemerahan, munculnya jaringan parut, perubahan warna kulit,
infeksi, dan aktifnya kembali infeksi virus herpes simpleks. Tidak ada prosedur
kecantikan yang tanpa risiko. Oleh karena itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter
spesialis kulit sebelum melakukan peeling wajah.
2. Peeling Wajah Alami
Mengaplikasikan bahan kimia secara langsung seperti metode chemical peeling dapat
meningkatkan risiko iritasi dan mungkin memperburuk kondisi kulit. Terlebih lagi
jika memiliki jenis kulit yang sensitif. Sebagai alternatif, dapat membuat peeling kulit
dari bahan-bahan alami seperti alpukat, kopi, jeruk, gula, dll. Peeling wajah alami
sama efektifnya dengan chemical peeling apabila tetap rutin merawat kulit wajah.
1. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat peeling kulit alami:
a. Setengah cangkir minyak.
b. Setengah cangkir minyak zaitun.
c. Satu cangkir gula tebu.
2. Cara membuat peeling wajah alami, sebagai berikut:
a. Campurkan semua bahan-bahan tersebut.
b. Aplikasikan scrub gula tersebut pada kulit wajah.
c. Gosokan secara lembut dan merata
d. Setelah selesai ke semua bagian kulit, diamkan selama 10 menit.
e. Bilas dengan air hangat.
Bulir-bulir gula yang kasar dapat membantu eksfoliasi kulit secara alami.
Kandungan pada minyak esensial juga mampu untuk membersihkan kulit, mengurangi
tanda-tanda penuaan dini, serta merawat kulit agar bersih dan merona. Peeling kulit
alami juga minim efek samping dan tidak menyakitkan seperti chemical peeling.
B. Bengkung