Anda di halaman 1dari 8

A.

Relaktasi
Relaktasi adalah upaya untuk mulai menyusui kembali setelah sempat berhenti.
Relaktasi biasanya dilakukan oleh ibu yang sempat berhenti menyusui, namun
memutuskan untuk memulai lagi. Seorang ibu bisa saja berhenti menyusui karena alasan
sakit atau karena sejak awal memang kesulitan untuk menyusui.
Bila ibu sempat berhenti menyusui, tidak ada lagi rangsangan untuk memproduksi
ASI dan tubuh akan mengira bahwa ASI sudah diperlukan lagi. Oleh karena itu, produksi
ASI akan berkurang dan lama-kelamaan berhenti. Namun, ini tidak berarti ibu tidak bisa
menyusui anaknya lagi setelahnya. Walaupun tidak mudah dan membutuhkan ketekunan,
ada cara yang bisa dilakukan untuk ibu relaktasi dan mengembalikan produksi ASI.
1. Faktor yang meningkatkan keberhasilan relaktasi

Tingkat keberhasilan relaktasi berbeda-beda pada tiap orang. Kegagalan


relaktasi mungkin saja terjadi. Namun, ada ibu yang berhasil mengeluarkan ASI
kembali dalam beberapa hari atau minggu, meskipun ada pula yang membutuhkan
waktu lebih lama dari itu. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan keberhasilan
ibu menyusui dalam melakukan relaktasi adalah:

a. Usia bayi masih di bawah 3–4 tahun


b. Adanya kemauan yang tinggi untuk kembali menyusui bayi
c. Cara melakukan relaktasi yang tepat
d. Dukungan yang besar, baik dari pasangan, keluarga, atau teman
2. Tips Melakukan Relaktasi
a. Sering menempelkan puting ke mulut bayi
Cobalah untuk menyusui setiap 2 jam sekali, selama 15–20 menit,
walaupun ASI tidak keluar. Semakin sering menempelkan puting ke mulut
bayi, semakin besar kemungkinan ASI akan kembali mengalir. Apabila
bayi belum tertarik untuk menyusu, jangan memaksanya dan coba lagi di
jam-jam berikutnya.
b. Sering memerah payudara untuk merangsang produksi ASI
Memerah payudara dapat dilakukan 3–4 kali sehari dengan menggunakan
pompa maupun tangan. Tindakan memerah ini sama dengan saat bayi
mengisap puting ibu sehingga dapat merangsang payudara untuk
memproduksi ASI kembali.
c. Rutin mengonsumsi makanan peningkat produksi ASI
Konsumsilah makanan-makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI
(booster  ASI), seperti bayam, alpukat, bawang putih, kacang-kacangan
dan biji-bijian. Bila perlu bisa berkonsultasi dengan dokter untuk
mengonsumi suplemen penambah ASI.

Bila ASI belum kunjung keluar atau bayi masih lebih memilih minum susu
formula melalui dot, Ibu dapat memberikan susu formula dengan posisi seperti menyusui
dari payudara. Caranya adalah dengan meletakkan dot persis di atas puting. Dengan
begini, bayi bisa terbiasa dengan posisi menyusu seperti ini.

Proses memulai relaktasi hingga bisa menyusui seperti biasa bisa melelahkan dan
sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan niat yang kuat sedari
awal memulainya. Tanamkan pula rasa optimis bahwa Bunda bisa kembali memproduksi
ASI dan Ibu akan terbiasa lagi untuk menyusu.

Jika Ibu tidak kunjung berhasil melakukan relaktasi, berkonsultasilah


dengan dokter atau ahli laktasi. Kemungkinan Ibu memerlukan pemeriksaan atau
bimbingan dari tenaga profesional untuk bisa menyusui kembali.

B. Induksi Laktasi

Induksi laktasi adalah metode untuk merangsang produksi ASI pada wanita yang tidak
mengalami kehamilan. Dengan metode ini, seorang ibu yang mengadopsi bayi memiliki
kesempatan untuk menyusui buah hatinya. Alasan utama dilakukannya induksi laktasi ada dua,
yaitu membangun ikatan kuat antara ibu dan anak yang tidak dilahirkannya, serta mencukupi
kebutuhan gizi bayi hasil adopsi tersebut.

Prosedur yang umum digunakan pada induksi laktasi adalah stimulasi (rangsangan) hormon
dan payudara, atau sering kali kombinasi keduanya. Stimulasi payudara dilakukan secara manual
dengan pompa payudara atau menyusui langsung, guna memicu keluarnya hormon
prolaktin yang merangsang produksi ASI.
Selain itu, dokter akan memberikan obat perangsang hormon, biasanya berupa kontrasepsi
hormonal dan galactagogue. Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron digunakan
untuk meniru tahapan kehamilan, sedangkan galactagogue adalah zat yang memicu produksi
ASI dengan meniru tahapan persalinan.

1. Faktor Keberhasilan Induksi Laktasi

Proses induksi laktasi harus dimulai sebelum bayi yang hendak diadopsi lahir atau
sesegera mungkin. Untuk meningkatkan keberhasilan proses ini, ibu adopsi harus
memiliki hal-hal sebagai berikut:

a. Keinginan yang kuat.


b. Sugesti positif, keyakinan, dan rasa percaya diri.
c. Perasaan tenang dan tidak stres.
d. Asupan gizi yang baik agar stamina selalu terjaga.

Apabila induksi laktasi dimulai setelah bayi lahir, maka ibu adopsi harus lebih
sering menyusui dan memompa ASI untuk meningkatkan produksinya. Apabila bayi
tidak puas karena produksi ASI kurang, dapat dibantu dengan alat berbentuk selang
yang ditempelkan pada payudara ibu agar bayi tetap mau menyusu.

A. Peeling
.

Peeling adalah prosedur perawatan kulit yang dilakukan untuk mengangkat atau
menghilangkan sel kulit mati dan menggantinya dengan lapisan kulit baru. Prosedur perawatan
ini digunakan untuk memperbaiki penampilan, keindahan, dan kebersihan area kulit wajah, leher,
atau lengan. Perawatan yang bisa dilakukan setelah melahirkan untuk mengembalikan kondisi
tubuh setelah melahirkan, sehingga kulit kembali kencang dan kembali terlihat cantik adalah
peeling. Seringkali perubahan tubuh setelah melahirkan, mulai dari munculnya stretchmark atau
selulit, perut kulit jadi kendur, kerontokan rambut, dan lain-lain,  membuat perempuan kurang
percaya diri. Meskipun perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangatlah wajar dan pasti
dialami oleh hampir semua perempuan setelah melahirkan, tetap saja hal tersebut membuat
kepercayaan diri sebagian perempuan menurun. Saat hamil, biasanya kulit akan mengalami
perubahan warna. Perubahan pada kulit ini disebabkan karena berbagai faktor, antara lain
meningkatnya hormon ekstrogen selama kehamilan. Perubahan warna kulit ini disebut
hiperpigmentasi. Peeling berguna untuk mengangkat sel kulit mati yang tidak bisa diagkat
dengan menggunakan sabun atau toner. Peeling biasanya dilakukan dengan menggunakan scrub
atau AHA (Alfa Hidroksil Acid) yang biasa dilakukan di klinik kecantikan. Untuk lebih
amannya, sebelum melakukan peeling, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter karena tidak
semua jenis kulit cocok dengan perawatan ini. 
Tak hanya di wajah, peeling juga bisa dilakukan pada  tangan, leher dan dada bagian atas,
bahkan dapat dilakukan juga di hampir semua bagian tubuh.  Prosedur perawatan ini dilakukan
dengan menggunakan larutan kimia yang dioleskan di area kulit yang akan menjalani perawatan.
Jenis larutan kimia yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi kulit pasien dan jenis
peeling yang akan dilakukan. Larutan kimia tersebut akan menyebabkan lapisan kulit terkelupas,
namun akan tumbuh kembali dan digantikan dengan sel kulit baru yang lebih halus dan lebih
muda. Prosedur peeling umumnya dilakukan oleh dokter kulit.
1. Jenis-Jenis Peeling Wajah
Peeling wajah terbagi menjadi tiga berdasarkan kedalaman lapisan kulit yang dikelupas,
yaitu superficial, medium, dan deep.
a. Superficial
Peeling wajah superficial berfungsi mengangkat lapisan luar kulit (epidermis)
guna mengobati kerutan halus, jerawat, warna kulit yang tidak merata,
dan kulit kering. Hasil peeling jenis ini mungkin tidak akan terlalu terlihat
pada awalnya, untuk itu diperlukan perawatan rutin guna mempertahankan
khasiat yang bersifat sementara. Setelah melakukan peeling superficial,
disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari sampai kulit baru
benar-benar menutupi daerah wajah yang dikelupas.
b. Medium
Peeling wajah medium menghilangkan sel-sel kulit dari epidermis dan dermis
(lapisan kulit di bawah epidermis). Peeling ini dapat mengatasi keriput, bekas
jerawat, dan warna kulit yang tidak merata. Untuk mempertahankan hasil
yang maksimal, peeling medium dapat diulang setelah 6 atau 12 bulan
kemudian dan hindari terkena paparan sinar matahari selama beberapa bulan.
c. Deep
Peeling wajah jenis deep menghilangkan sel kulit dari epidermis hingga
lapisan bawah dermis. Mereka yang memiliki keriput yang lebih dalam, bekas
luka, atau pertumbuhan prakanker kemungkinan direkomendasikan untuk
melakukan peeling jenis ini. Selain itu, lindungi kulit dari sinar matahari
secara total guna mencegah perubahan warna kulit.
Selain itu, perlu juga diingat bahwa peeling wajah dapat menimbulkan efek
samping seperti kulit kemerahan, munculnya jaringan parut, perubahan warna kulit,
infeksi, dan aktifnya kembali infeksi virus herpes simpleks. Tidak ada prosedur
kecantikan yang tanpa risiko. Oleh karena itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter
spesialis kulit sebelum melakukan peeling wajah.
2. Peeling Wajah Alami
Mengaplikasikan bahan kimia secara langsung seperti metode chemical peeling dapat
meningkatkan risiko iritasi dan mungkin memperburuk kondisi kulit. Terlebih lagi
jika memiliki jenis kulit yang sensitif. Sebagai alternatif, dapat membuat peeling kulit
dari bahan-bahan alami seperti alpukat, kopi, jeruk, gula, dll. Peeling wajah alami
sama efektifnya dengan chemical peeling apabila tetap rutin merawat kulit wajah.
1. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat peeling kulit alami:
a. Setengah cangkir minyak.
b. Setengah cangkir minyak zaitun.
c. Satu cangkir gula tebu.
2. Cara membuat peeling wajah alami, sebagai berikut:
a. Campurkan semua bahan-bahan tersebut.
b. Aplikasikan scrub gula tersebut pada kulit wajah.
c. Gosokan secara lembut dan merata
d. Setelah selesai ke semua bagian kulit, diamkan selama 10 menit.
e. Bilas dengan air hangat.

Bulir-bulir gula yang kasar dapat membantu eksfoliasi kulit secara alami.
Kandungan pada minyak esensial juga mampu untuk membersihkan kulit, mengurangi
tanda-tanda penuaan dini, serta merawat kulit agar bersih dan merona. Peeling kulit
alami juga minim efek samping dan tidak menyakitkan seperti chemical peeling.

B. Bengkung

Bengkung adalah sebuah kain panjang yang panjangnya sekitar 10 meter,


digunakan khusus untuk menjaga perut ibu pasca melahirkan. Bengkung ini membantu
untuk menjaga posisi tubuh ibu saat menyusui dan bisa juga sebagai pereda nyeri pada
punggung. Penggunaannya dimulai setelah 40 hari pasca melahirkan dan saat-saat
menyusui.
Bengkung juga dipercaya dapat memulihkan luka pasca melahirkan, makanya
sejak dulu bengkung digunakan oleh para ibu. Karena pada dasarnya manfaat dari
bengkung ialah untuk mempersempit ruang gerak ibu-ibu, sehingga posisi duduknya
dapat tertahan dan tidak mengangkang. Hal inilah yang membantu pemulihan kondisi
tubuh pasca melahirkan. Bagi yang melalui proses Caesar, bengkung ibarat sebuah gips
yang berfungsi untuk merawat tulang yang telah patah. Penggunaannya diyakini akan
mempercepat rapatnya tulang dan kembali pada kondisi yang sebelumnya.

1. Cara Penggunaan Bengkung

Penggunaan bengkung dilakukan pemasangannya dengan cara dililitkan dari


bawah payudara sampai ke daerah paha. Lalu, untuk para ibu yang melahirkan
secara Caesar, penggunaanya sedikit beda yaitu dililitkan dari bawah luka
bekas proses operasi setinggi panggul, hingga sedikit ke arah atas pusar. Demi
kenyamanan dan keamanan, Ibu yang melahirkan normal ataupun Caesar
harus memerhatikan bahwa penggunaan bengkung jangan terlalu tinggi karena
ini dapat menekan paru – paru dan lambung. Bila dilakukan, kinerja keduanya
bisa – bisa terhambat karena penggunaan bengkung yang tidak tepat. Lalu, hal
penting lainnya yang harus diperhatikan adalah melepas bengkung sebelum
tidur. Selain dapat menghambat proses pernafasan bengkung juga dapat
memberikan efek buruk bagi ibu yang memiliki kulit sensitif. Bila tidak
dilepas, resiko yang akan didapatkan diantaranya yaitu alergi, dermatitis dan
penyakit kulit lainnya.

2. Bengkung dari Sisi Medis

Seorang ahli obstetric dari Amerika Serikat, Dr. Saul Weinreb MD


mengatakan bahwa penggunaan bengkung pasca melahirkan memiliki
kegunaan dan tujuan yang sama dengan korset lainnya, yaitu untuk
mengembalikan perut yang kendor menjadi seperti sedia kala. Namun, tetap
saja pola hidup sehat harus tetap dijaga untuk mendukung penggunaan
bengkung tersebut.
Karena hal itu, Dr. Saul menyarankan kepada para ibu agar melakukan diet
lemak jenuh dan melakukan olahraga secara teratur. Dengan saran itu, ibu bisa
melakukan beberapa latihan fisik ringan seperti berikut.

1. Jogging. Aktivitas menyusui dan merawat anak memang melelahkan dan


membuat otot bisa – bisa menjadi kaku. Jogging dan berjalan kaki bisa
memberikan manfaat yang baik dan mengembalikan otot ibu menjadi
lebih rileks, dan juga dapat membantu memperlancar metabolisme dan
kinerja sistem lain dalam tubuh.
2. Senam kegel. Senam ini dapat mengembalikan otot kaku ibu – ibu yang
menjadi kendor setelah proses mengandung dan pelahirkan. Dengan ini
juga, ibu bisa lebih fit dan terlihat lebih ramping.
3. Sit up. Bila kondisi fisik ibu telah dinyatakan membaik dan siap untuk
beraktifitas normal kembali, maka dapat memulai dengan latihan otot
perut seperti sit up ini. Dimulai dari intensitas yang ringan, dan setelah itu
baru bisa ditingkatkan intensitasnya secara perlahan tergantung dengan
kondisi dan kesiapan diri.

Anda mungkin juga menyukai