Anda di halaman 1dari 4

DASAR TEORI

Infeksi Genital Non Spesifik (IGNS)

1. Definisi
Infeksi genital non spesifik merupakan peradangan pada uretra, rektum atau serviks
yang disebabkan oleh mikroorganisme nonspesifik, atau infeksi traktus genital yang
disebabkan oleh penyebab yang non spesifik.
Uretritis Non Spesifik (UNS) adalah peradangan pada uretra yang disebabkan oleh
kuman non spesifik, dengan kata lain tidak dapat dipastikan atau diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium sederhana. Infeksi Genital Non Gonore (IGNG) adalah
peradangan di uretra, rektum atau serviks yang disebabkan oleh mikroorganisme bukan
kuman gonokokal.
Uretritis Non Gonore (UNG) adalah peradangan di uretra yang disebabkan oleh
mikroorganisme bukan kuman gonokok. Semua UNS adalah non gonore, tetapi tidak
semua UGN adalah non spesifik. Namun pada umumnya kedua istilah ini sering
dianggap sama.
2. Etiologi
Penyebabnya paling sering adalah Chlamydia trachomatis (30-50%). Kemudian
disusul oleh Ureaplasma urealyticum (10-40%). Trichomonas vaginalis, yeast, Virus
herpes simplex, Adenovirus, danHaemophilus sp. Sekitar (20-30%). Selain itu 12 ada
beberapa yang lainnya, tetapi sangat jarang, antara lain; Mycoplasma genitalium,
Mycoplasma hominis, Bacteroides ureolyticus, Gardnerella vaginalis.
3. Patogenesis
Patogenesis yang dibahas hanya mengenai Chlamydia trachomatis karena
mikroorganisme ini yang paling sering menyebabkan IGNS. Chlamydia trachomatis
merupakan bakteri obligat intraselular. Menyerupai bakteri gram (-), mempunyai dua
fase perkembangan, yaitu:
a. Fase noninfeksiosa: Intraselular, di dalam vakuol, melekat pada inti sel hospes,
disebut badan inklusi.
b. Fase penularan: Vakuola pecah keluar dalam bentuk badan elementer menginfeksi sel
hospes yang baru.
4. Manifestasi Klinis
Pada wanita umumnya asimtomatik, lebih sering terjadi di serviks, bila disertai
dengan gejala, maka gejala yang ditimbulkan sangat ringan. Apabila ada keluhan,
bisanya berupa keluarnya duh tubuh vagina berwarna kekuningan, disuria ringan &
sering berkemih, nyeri daerah pelvis, dispareunia.
 Infeksi pada pria
o Masa inkubasi 1-5 minggu
o Gejala umumnya lebih ringan dibanding gonore
o Gejala : duh tubuh uretra berupa lendir jernih –keruh, umumnya pagi
hari/morning drops
o Disuria
o Gatal di saluran kencing
o Oliuria atau nokturia
o Pembesaran KGB inguinal yang terasa nyeri
o Pemeriksaan fisik :
  Edema dan eritem ringan-berat di muara uretra
 Duh tubuh uretra serosa, sedikit – banyak, kadang hanya bercak di
celana dalam
 Infeksi pada wanita
o Sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan
o Gejala : duh tubuh genital kekuningan
o Pemeriksaan fisik : eksudat serviks mukopurulen, erosi serviks, atau
folikel kecil
 Perbandingan diantara UG dan UNG
No Variabel UG UNG
1. Masa inkubasi 2-5 hari 1-5 mgg (rerata 2-3 mgg)
2. Duh tubuh, disuria, gatal + +
uretra
3. Duh tubuh : jenis purulen mukoid
                    jumlah <  <<< 
4. Onset > mendadak dan cepat –
berobat
5. Diagnosis
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Tidak ada diplokokus Gram negatif


b. Pemeriksaan laboratorium :
 Pulasan Gram sekret uretra pria (1000 x) : leukosit > 5/LPB
 Pulasan Gram sekret serviks (1000 x)       : leukosit > 30/LPB
 Pemeriksaan sediaan basah tidak ditemukan Trikomonas vaginalis
6. Penatalaksanaan  
 Obat pilihan : tetrasiklin atau doksisiklin  selama 7 – 21 hari
 Jika pasangan seksual diobati bersamaan : tetrasiklin 1 minggu
Infeksi Chlamidya tracomatis di uretra, endoserviks, atau rektum tanpa komplikasi
 Regimen yang direkomendasikan :
o Doksisiklin 100 mg per oral 2 x/hr selama 7 hari, atau
o Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal
 Regimen alternatif :
o Ofloksasin 300 mg per oral 2 x/hr selama 7 hari, atau
o Eritromisin basa 500 mg per oral 4 x/hr selama 7 hari, atau
o Eritromisin etilsuksinat 800 mg per oral 4 x/hr selama 7 hari
o Sulfisoksazol 500 mg per oral 4 x/hr selama 10 hari (ES eritromisin)
o Obat lain : rifampisin, sulfonamida, klindamisin, dan fluorokuinolon
 Regimen wanita hamil  : eritromisin basa 500 mg per oral 4 x/hr, selama 7 hari
7. Komplikasi
a. Bartholinitis.
b. Proktitis.
c. Salpingitis, menyebabkan Kehamilan Ektopik (KE), infertilitas.
d. Sistitis.
8. Prognosis : Bonam. Biasanya sembuh sendiri walaupun tanpa terapi.
9. Pencegahan
 Pasien dan pasangan harus diidentifikasi dan diobati adekuat.
 Pasien disarankan memilih pasangan seksual secara hati-hati dan memakai kondom.
DAFTAR PUSTAKA

Lumintang H. Infeksi genital non spesifik. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso
J, penyunting. Infeksi menular seksual. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2007.h.77-83.
Earlia N, Rosita C, Rahmadewi, Lumintang H. Detection of chlamydia trachomatis in urine
specimen and endocerical swab of non specific genital infection patients with
amplicor PCR kit. Abstract and program “STI: obstacles and challenges”. 16th
International Union Against Sexually Transmitted Infection (IUSTI). Bali; 2010:123.
Blake DR, Maideis N, Barnes MR, Hardick A, Quinn TC, Gaydos CA. Cost-effectiveness of
screening strategies for Chlamydia trachomatis using cervical swabs, urine and selft-
obtained vaginal swabs in a sexually transmitted disease clinic setting. Sex Transm
Dis. 2008;35(7):649-55.
Murtiastutik D. Infeksi Chlamydia pada wanita. Dalam: Barakbah J, Lumintang H,
Martodihardjo S, penyunting. Infeksi menular seksual. Surabaya: Airlangga
University Press; 2008.h.89-100.

Anda mungkin juga menyukai