Anda di halaman 1dari 2

[iagi-net-l] Ofiolit : Tak Sesederhana Dulu Lagi Page 1 of 2

   iagi-net
Terurut Topik Terurut Waktu batuan ofiolit Cari

[iagi-net-l] Ofiolit : Tak Sesederhana Dulu Lagi


Awang Satyana
Tue, 29 Jul 2008 02:44:00 -0700

Saat saya melakukan penelitian petrotektonik ofiolit di Ciletuh dua puluh tahun
yang lalu (1988) untuk kepentingan skripsi, model pembentukan (formation) dan
pengalihtempatan (emplacement) ofiolit sederhana saja : dibentuk di pematang
tengah-samudra (mid-oceanic ridge - MOR), maju mendekati pinggir benua melalui
pemekaran dasar samudra, dan dialihtempatkan ke pinggir benua melalui mekanisme
penyuguan (scrapping off) kerak samudra di zone penunjaman atau terobduksi
dalam mekanisme benturan (collision) antar benua. Begitu seluruh model yang
banyak dikemukakan ahli-ahli ofiolit yang bisa dibaca dalam berbagai jurnal
internasional (model Gass, 1963, Wyllie 1967, Coleman, 1971, Hsu 1971, Gansser
1974, Miyashiro 1975, dan lain-lain).
 
Maka, saya pun menganggap bahwa ofiolit di Ciletuh berasal dari suatu MOR jauh
di tengah Samudra Hindia di selatan yang dialihtempatkan ke Ciletuh pada Kapur
Akhir-awal Tersier. Begitu juga kesimpulan para peneliti sebelumnya (misalnya
Suhaeli dkk., 1977). Karena secara tektonik Ciletuh dihubungkan ke Luk Ulo,
maka ofiolit Luk Ulo pun dianggap dibentuk dan dialihtempatkan dalam cara yang
sama dengan ofiolit Ciletuh (misalnya Asikin, 1974, Ketner et al., 1976).
Hampir semua ofiolit di Indonesia pun ditafsirkan pembentukan dan
pengalihtempatannya seperti tersebut di atas (Hamilton, 1979; Katili, 1980).
 
Dari model-model itu bisa disebut bahwa ofiolit selalu merupakan massa alokton
dan eksotik sifatnya terhadap batuan sekitarnya. Massa ofiolit adalah salah
satu penyusun melange – kompleks batuan bancuh (chaotic) yang umum ditemukan di
wilayah akresi pinggir benua.
 
Untuk sebuah penelitian lain, saya belakangan ini kembali melihat-lihat
publikasi ofiolit dan menemukan bahwa kini pembentukan dan pengalihtempatan
ofiolit ditafsirkan tidaklah tunggal, sungguh tidak sesederhana dulu. Bahkan,
review publikasi2 terakhir tentang hal ini membuat saya berpikir bahwa apa
yang dulu pernah disebutkan van Bemmelen (1949) dan semua perintis teori
geosinklin bahwa batuan ultrabasa (ofiolit) merupakan intrusi autokton di jalur
pegunungan mungkin tidak seluruhnya salah – jadi sebaiknya jangan mengubur dulu
teori ini. Kita uji lagi semua teori tentang pembentukan dan pengalihtempatan
ofiolit.
 
Sebelum itu, sebaiknya kita segarkan kembali ingatan kita bersama tentang
ofiolit.
 
Ofiolit bukanlah nama satu batuan, tetapi nama yang diberikan kepada
sekelompok/runtunan/kerabat/sekuen batuan. Batuan-batuan ofiolit sering
terdapat di jalur pegunungan, yaitu tempat benturan dua benua. Karena terdapat
di wilayah benturan yang deformasinya kuat, maka jarang sekuen ofiolit lengkap.
 
Kalau lengkap, seperti di MOR, ofiolit dari bawah ke atas : sheared garnet
lherzolite (bagian mantel; disusun oleh olivine-clinopiroksen, ortopiroksen,
dan salah satu spinel atau garnet), garnet lherzolit yang telah lebur;
peridotit (terbentuk ketika mineral olivine dan piroksen mengkristal dari
leburan basaltik); gabro (material kristalin kasar berkomposisi basaltik);
sheeted dykes (lembaran basalt intrusive vertical dan tipis); lava bantal
(bantal-bantal basalt yang terbentuk ketika lava dierupsi ke dalam air); rijang
merah yang sama dengan sedimen yang ditemukan di lantai samudra. Kalau
dilakukan survey seismik, maka ofilit terbagi ke dalam 3 lapisan : lapisan 1 :
peridotit-gabro, lapisan 2 sheeted dykes dan pillow lavas, lapisan 3 sedimens
dasar samudra.
 
Apakah seluruh ofiolit di pinggir benua berasal dari MOR ? Di sini mulai ada
masalah.
Pengukuran komposisi ofiolit dan kerak samudra menunjukkan bahwa ofiolit
sedikit berbeda dalam komposisi dari kerak samudra ‘sebenarnya’.Walaupun
beberapa kerak samudra moderen setua 200 juta tahun, kebanyakan ofiolit umurnya
hampir sama dengan pegunungan tempat ofiolit itu terdapat. Faktor-faktor ini
telah menyebabkan beberapa peneliti menyimpulkan bahwa ofiolit merupakan kerak
samudra yang terbentuk berhubungan dengan peristiwa pembentukan-pegunungan.
Ketika lempeng samudra tua tenggelam, ada gaya regangan terjadi di lempeng di
bawah ia tenggelam, yang kadang-kadang menghasilkan pemekaran untuk membentuk
suatu pematang samudra baru dengan kerak samudra baru di cekungan belakang
busur. Adalah mungkin bahwa ofiolit merupakan cekungan belakang busur muda yang
telah terperangkap selama benturan dua benua. Teori ini sudah menyimpang dari
teori klasik bahwa ofiolit berasal dari MOR. Ternyata, ofiolit bisa berasal
dari kerak samudra di back-arc basin. Ini
kita sebut saja back-arc basin ophiolites.
 
Teori ofiolit lainnya dikemukakan oleh Hawkins (2003), yaitu supra-subduction
zone ophiolites. Pada tepi lempeng samudra yang konvergen, litosfer oseanik
yang tua menunjam ke mantel. Di atas zone subduksi, kerak oseanik yang baru
dibentuk di forearc, volcanic arc, and backarc basins melalui leburan magma
bersifat basa. Magma, produk supra-subduction zone (SSZ) processes ini membawa
ciri kimia dan isotop yang khas SSZ sources dan dapat dibedakan dengan
mid-ocean ridge magmas. Asosiasi yang dekat antara ophiolite assemblages jenis
ini dengan arc volcanic dan volcaniclastic material, granitoids, dan silicic
extrusives membuat asal MOR untuk ofiolit ini diragukan.
 
Ada juga teori yang mengatakan bahwa ada ofiolit-ofiolit yang berhubungan
dengan tepi pasif benua (passive margin) – ini suka disebut tipe Tethyan,

http://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg22683.html 2/14/2011
[iagi-net-l] Ofiolit : Tak Sesederhana Dulu Lagi Page 2 of 2

misalnya Troodos di Cyprus dan Semail di Oman, yang sekuennya relatif lengkap
dan dialihtempatkan ke tepi pasif benua. Ada juga ofiolit yang disebut tipe [iagi-net-l] Ofiolit : Tak
Cordilleran, yaitu ofiolit yang duduk di atas subduction zone accretionary Sesederhana Dulu Lagi
complexes (subduction complexes) dan tak punya kaitan dengan passive
Awang Satyana
continental margin. Tipe Cordilleran misalnya Coast Range ophiolite,
California, Josephine ophiolite, Klamath Mountains (California, Oregon), dan
ofiolit di southern Andes, South America. Walaupun tipe pengalihtempatannya
berbeda, kedua tipe ofiolit ini dibentuk sebagai SSZ ophiolites (misalnya :
Shervais, 2001).
 
Ophiolite assemblages di pegunungan-pegunungan hasil benturan seperti Alpen dan
Papua tak dibentuk selama subduksi, tetapi merupakan thinned margin suatu benua
yang terbentuk selama rifting dan continental drift. Jadi, ofiolit ini sebagai
Kirim email ke
incipient oceanic crust yang terperangkap ke tepi benya ketika cekungan samudra Awang Satyana
menutup, sehingga incipient oceanic crust dialihtempatkan ke collision zone
sebagai ofiolit.
.
Ciri kimia subduction-related ophiolites dan asosiasinya di jalur pegunungan
menunjukkan bahwa pembentukan dan pengalihtempatannya berhubungan dengan
oceanic closure dan continental collision (tahap akhir Wilson Cycle) daripada
sebagai produk oceanic opening dan seafloor spreading seperti model-model
klasik yang telah kita ketahui.
 
Di SE Asia, termasuk Indonesia, sebagian besar ophiolites kelihatannya dibentuk
di convergent margins, dan secara khusus di backarc atau island arc settings,
yang berevolusi di sepanjang tepi Sundaland atau Australian cratons, atau di
Philippine Sea Plate. Ophiolites ini kemudian diakresikan ke tepi benua selama
Tersier. Jadi, ofilit ini bisa digolongkan sebagai “relatively autochthonous
ophiolites” sebagai akibat penutupan marginal basins seperti South China Sea
atau Coral Sea, dan “highly displaced ophiolites” yang berkembang di oblique
convergent margins, dilepas-lepaskan dari sekuennya, ditransportasi dan
terdeformasi secara kuat dalam final docking.
 
Monnier et al. (1999) memperkenalkan teori berdasarkan petrokimia batuan, bahwa
ofiolit di beberapa tempat di SE Asia bisa berasal dari fragment subkontinental
lithospheric mantle yang mengalami fractional melting selama continental
rifting phase, yang dicirikan oleh pengayaan metamorphic K- dan Cr-rich
amphiboles di dalam peridotitnya.
 
Maka, ketika kita berhadapan dengan ofiolit di mana pun, ingatlah bahwa
pembentukan dan pengalihtempatannya tidaklah pernah tunggal (sebagai dibentuk
di MOR lalu dialihtempatkan lewat subduksi/obduksi di pinggir benua) tetapi
kompleks. Data petrotektonik dan petrokimia bisa menunjukkan kemungkinan mana
yang paling benar.
 
Perdebatan asal ofiolit di suatu tempat dengan demikian menjadi terbuka lebar
bila ada beberapa alternatif mekanisme pembentukan dan pengalihtempatannya.
Sebagai contoh perdebatan tentang hal itu, saya tampilkan untuk ESO (East
Sulawesi Ophiolites) – salah satu singkapan ofiolit terbesar di dunia (dikutip
dari Satyana et al., 2007) :
 
“The East Sulawesi Ophiolite is one of the three largest ophiolites in the
world (Monnier et al., 1995; Kadarusman et al., 2004). It comprises, from base
to top, residual mantle peridotite (spinel lherzolite, intercalated with
harzburgite and dunite), mafic-ultramafic cumulate through layered to isotropic
gabbro, to sheeted dolerites, and basaltic volcanic rocks (lavas) of normal
mid-oceanic-ridge basalt (MORB) composition. Major and trace element
geochemistry of basalt and dolerite suggests origins of MOR, oceanic plateau
(major), and supra-subduction zone (minor). Based on the chemical similarity
between the ESO lavas and those from the Eocene Celebes Sea back-arc basin
crust together with their identical age, Monnier et al., (1995) suggested that
the ESO was initially generated in a back-arc tectonic environment representing
a fragment of the Eurasian Plate obducted onto the East Sulawesi basement of
Australian origin. However, Kadarusman et al.
(2004) based on published paleolatitude data of lava sequence in the Balantak
area reconstructed using plate trajectory analyses, indicated that the site of
generation of the ESO was somewhere at area located 2000 kms south from the
present position (it is also possible 10,000 kms SW from the present position).”
 
Demikian, semoga berguna.
 
salam,
awang

http://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg22683.html 2/14/2011

Anda mungkin juga menyukai