KALA 2 LAMA
Npm : 1914201110062
BANJARMASIN
2020/2021
1
IDENTITAS MAHASISWA
NPM : 1914201110062
HP/WA : 082354438643
FOTO
BERWARNA
3X4
2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
NPM : 1914201110062
2. Kehamilan Gamelli
2. Kehamilan Gemelli
Mahasiswa
( Siti Ulpah )
Menyetujui
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
3
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1914201110062
2.
2.
3.
Banjarmasin, 2020
Mahasiswa
( Siti Ulpah )
Mengesahkan
Ka.Prodi S1 Keperawatan
Izma Daud.,Ns.M.Kep
NIDN.1116068402
4
LAPORAN PENDAHULUAN
KALA 2 LAMA
A. Definisi/deskripsi penyakit
Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri
dengan kelahiran bayi, tahap ini dikenal dengan kala ekspulusi. Kala II lama
adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi dan lebih 30
menit sampai 1 jam pada multi, dimana kala II lama persalinannya tidak ada
penurunan kepala >1 jam untuk nulipara dan multipara. (Saifudin: 2014)
Kala 2 lama atau partus lama adalah persalinan yang lebih dari 24 jam dan
sebagian besar partus lama ini menunjukkan pemanjangan kala satu. (Mariam,
E.:2018). Menurut (Winkjosastro:2002). Persalinan (partus) lama ditandai
dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih tanpa kelahiran bayi dan dilatasi serviks dikanan garis waspada pada
partograf. Jadi partus lama atau kala 2 lama adalah persalinan yang terjadi
lebih dari 8 jam atau 24 jam tanpa kelahiran bayi.
Menurut Depkes RI (2013), beberapa tanda dan gejala persalinan II adalah ibu
merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, ibu merasakan
peningkatan tekanan pada rektum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol
dan peningkatan pengeluaran lender bercampur darah.
a. Etiologi
Menurut (Prawirohardjo:2005). Sebab-sebab terjadinya partus lama ini
adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi
hamil, pertolongan persalinan yang baik dan pelaksanaannya. Faktor-faktor
penyebabnya antara lain:
1. Faktor His tidak adekuat
2. Faktor janin ( janin besar)
3. Faktor jalan lahir ( pannggul sempit)
4. Faktor stress
5. Faktor lain (usia)
5
b. Patofisiologi
Menurut (Ananda,.dkk:2020). patofisiologi partus lama tergantung pada
penyebabnya, baik itu kekuatan kontraksi, obstruksi pada jalan lahir, dan
kelainan janin. Penyebab ini sering disingkat menjadi 3P (power,
passage, dan passenger). Pada intinya, kelainan pada tiga hal tersebut akan
menyebabkan hambatan dalam kemajuan persalinan. Hambatan ini dapat
berupa perlambatan penipisan serviks atau penurunan janin.
1. Power
Pada abnormalitas kontraksi, seringkali ditemukan adanya
kontraksi inefektif yang seringkali disebabkan kekuatan kontraksi
yang tidak optimal sehingga dorongan janin ke arah jalan lahir tidak
maksimal. Kontraksi yang diharapkan terjadi pada fase aktif adalah
sekitar 3-5 kontraksi dalam 10 menit dengan kekuatan berkisar antara
200 Montevideo, diukur menggunakan kateter tekanan intrauterin.
2. Passage
Abnormalitas dari jalan lahir seperti adanya disproporsi antara besar
rongga panggul dengan kepala bayi yang disebut dengan Cephalopelvic
Disproportion (CPD), akan membuat janin tidak dapat melewati jalan
lahir dan persalinan tidak mengalami kemajuan. Demikian halnya jika
ditemukan adanya massa pada jalan lahir yang menutupi jalur bayi.
3. Passenger
Faktor janin juga dapat menyebabkan partus lama. Misalnya pada
keadaan di mana bayi sangat besar, atau terjadi malposisi.
6
B. Pathway
Faktor His Faktor Janin Faktor Jalan lahir Faktor stres Faktor lain
Hisnya lemah pendek dan jarang Mal presentasi & Aktifitas hormonal
Serviks kaku Panggul sempit Usia >35
Kelainan bentuk
Penurunan persentasi janin Degenarasi organ
Hormon adrenalin
lambat Obstruksi jalan lahir rep. & serviks kaku
mempengaruhi
Proses penipisan portio
reseptor beta otot
terhambat
Pembukaan servik Distosia uterus
Pembukaan
lambat
berlangsung lama
Pembukaan
Kontraki otot
berlangsung lama
uterus terhambat
PROLOG LABOUR
7
Tindakan vacum Ibu kelelahan atau
ekstraksi keletihan
Penekanan pada Ibu merasa cemas akan
jaringan dan syaraf Perdarahan Robekan serviks uteri persalinannya
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
Saifuddin, abdul Bari. (2014). ILMU KEBIDANAN SARIWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
8
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal (Domain 12, Kelas 1, Kode
diagnosis 00132, NANDA I hal 445)
a. Nyeri terkontrol (Dari tidak puas [1] ditingkatkan menjadi sepenuhnya puas
[5])
b. Mengambil tindakan untuk mengurangi nyeri (Dari tidak puas [1]
ditingkatkan menjadi sepenuhnya puas [5])
c. Memberikan pilihan-pilihan untuk manajemen nyeri (Dari tidak puas [1]
ditingkatkan menjadi sepenuhnya puas [5]
Intervensi dan Rasional (NIC, Hal 198)
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus
Rasional : Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
b. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti , biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan, sebelum,
sesudah, dan jika memungkinkan, ketika melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersamaan
dengan tindakan penurunaan rasa nyeri lainnya.
Rasional : Mengurangi rasa nyeri dengan teknik non farmakologi
c. Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi nonfarmakologi sebelum
dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dengan pemberian analgesik
2. Ansietas b/d ancaman pada status terkini (Domain 9, kelas 2, kode diagnosis
00146, NANDA-I Hal 324)
9
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang dengan kriteria hasil (NOC, hal 244) sebagai berikut:
a. Mengurangi penyebab kecemasan dari tidak pernah dilakukan[1] menjadi
dilakukan secara konsisten[5]
b. Menggunakan strategi koping yang efektif dari tidak pernah dilakukan[1]
menjadi dilakukan secara konsisten[5]
c. Menggunakann teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dari tidak
pernah dilakukan[1] menjadi dilakukan secara konsisten[5]
Intervensi dan Rasional (NIC, Hal 319)
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Rasional: menenangkan pasien dengan pendekatan agar mengurangi
kecemasan
b. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
Rasional: mengurangi kecemasan dengan metode koping yang sesuai
c. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
Rasional: mengurangi rasa kecemasan dengan teknik relaksasi seperti
menarik nafas atau mendengarkan musik
d. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
Rasional: untuk data tambahan jika ada kelainan dalam kecemasan
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Domain 2, kelas 5, kode diagnosis
00195, NANDA-I, Hal 179)
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan manajemen cairan
dan elektrolit dapat terkontrol dengan kriteria hasil (NOC, Hal 192) sebagai
berikut:
a. TTV dari sangat terganggu[1] menjadi tidak terganggu[5]
b. Turgor kulit dari sangat terganggu[1] menjadi tidak terganggu[5]
c. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam dari sangat terganggu[1]
menjadi tidak terganggu[5]
Intervensi dan Rasional(NIC, hal 167)
a. Monitor TTV
Rasional: perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia
10
b. Evaluasi turgor kulit, capiler refill dan kondisi mukosa
Rasional: sebagai indicator status dehidrasi
c. Lakukan pemasangan IV line
Rasional: untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
4. Resiko Infeksi b/d prosedur invasif (Domain 11, Kelas 1, kode diagnosis 00004,
NANDA-I, Hal 382)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko infeksi
menjadi normal dengan kriteria hasil (NOC,Hal 337) sebagai berikut:
a. Penyembuhan luka dari deviasi berat dan kisaran normal[1] menjadi tidak
ada deviasi dari kisaran normal[5]
b. Robek jahitan luka dari deviasi berat dan kisaran normal[1] menjadi tidak
ada deviasi dari kisaran normal[5]
Intervensi dan Rasional (NIC, Hal 354)
a. Monitor proses penyembuhan luka didaerah robekan
Rasional: Memantau penyembuhan luka terkait luka robekan
b. Bersihkan daerah sekitar robekan (perineum) dengan kapas steril agar tidak
terjadinya infeksi
Rasional: Guna menghindari terjadinnya infeksi serta tetap menja
kebbersihan daerah luka
c. Monitor vital sign
Rasional : progressive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam
sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun transfusi
11
C. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mariam, E. : 2018) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada kala 2 lama atau partus lama yaitu:
2. Pemeriksaan Kadar Air Ketuban 60 mL (12 Minggu), 175 Mengetahui volume air
mL (16 minggu), 400 ketuban dan melihat
mL(34-38 minggu). kemungkinan
ditemukan meconium
atau tinja janin pada air
ketuban
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala 2 lama atau memanjang
menurut Enkin, et al: 2000) adalah:
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tetap melakukan asuhan sayang ibu yaitu:
1. Anjurkan ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses
persalinan dan kelahiran bayi
12
2. Memberikan dukungan dan semangat serta mententramkan hati
ibu dalam menghadapi atau menjalani kala II persalinan. Lakukan
bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan
3. Bantu ibu dengan posisi nyaman dan anjurkann ibu beristirahat
diantara kontraksi
4. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya menean apabila
ada doronan kuat dann spontan untuk meneran. Jangan anjurka
untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas
b. Mendiagnosa kala II persalinan dan memulai meneran
1. Cuci tangan ( Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
2. Pakai sarung tangan DTT atau steril
3. Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam serta
lakukan pemeriksaan dalam secara hati-hati
4. Berikan cukup cairan dan anjurkan atau perbolehkan ibu untuk
berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit sekali.
5. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya
kepala bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala panggul
(CPD)
2. Penatalaksanaan Medis
1. Jika kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
2. Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala di antara stasion (O) - (2), lakukan ekstraksi vakum
3. Jika kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis atau bagian tulang
kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, S. N., Ugi, S., Warliana, W., & Irna, T. (2020). Gambaran Penyebab
dan Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada G3P1A1 dengan Kala II
Memanjang di Klinik AZ Bekasi Tahun 2020 (Doctoral dissertation,
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Bandung).
Depkes RI. (2013). Buku Pelayanan Kesehatan Nasional Esensial. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Prawiroharjo.
lama di RSUD Jenderal Ahmad Yani kota Metro tahun 2016. Jurnal
Kesehatan,3(2), 7-7
14
Prawirohardjo. ( 2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Preseptor Akademik
Preseptor Klinik
15