Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi yang
paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas. Mereka mendapatkan kepercayaan untuk
menjalankan dan mengembankan amanat-Nya serta memperoleh kasih sayang-Nya
yang sempurna. Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah
setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar, sebagai hamba Allah dan
sebagai pemimpin.
Kepemimpinan adalah suatu ikhtiar untuk mengambil keputusan saat ini,
menginformasikan dan mengkomunikasikan kepada yang lain serta menggerakkan
berbagai potensi dan kekuatan sumber daya supaya mau dan mampu mengatur atau
mengadministrasi atau memanajemen untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
dimasa depan. Pembentukan pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak
diciptakan, dan merupakan bakat bawaan yang melekat dengan sendirinya. Ada pula
yang dibentuk secara struktural karena berdasarkan permainan politik yang diatur
oleh landasan legal formal atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Misalnya, presiden yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemimpin
yang formal ataupun non formal, yang natural ataupun structural, harus memiliki satu
sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk
mengelola organisasi dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
2. Apakah filosofi dari kepemimpinan ?
3. Apa sajakah konsep dasar dari kepemimpinan ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filosofi Kepemimpinan
1. Filosofi Kepemimpinanmenurut al-Quran dan as-Sunnah Islam
Islam memberi gambaran tentang sosok pemimpin yang benar-benar layak
memimpin umat menuju kemaslahatan dan keselamatan dunia dan akhirat, baik dari
Al-Qur’an, Hadist, maupun keteladanan Rasul SAW dan para sahabat sebagai sosok
pemimpin ideal bagi umat Islam. Pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya
dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin
negara. Rasulullah SAW merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para
pemimpin karena dalam diri beliau yang ada hanya kebaikan. Hal ini sejalan dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an yang Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(QS
Al-Ahzab:21) Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah amanah yang akan
dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, Islam telah
menggariskan beberapa kaedah yang berhubungan dengan kepemimpinan. Kaedah-
kaedah tersebut dapat diringkas sebagai berikut:1
 Kepemimpinan Bersifat Tunggal. Dalam khazanan politik Islam,
kepemimpinan negara itu bersifat tunggal. Tidak ada pemisahan, ataupun
pembagian kekuasaan di dalam Islam. Kekuasaan berada di tangan seorang
Khalifah secara mutlak.
 Kepemimpinan Islam Itu Bersifat Universal. Kepemimpinan Islam itu bersifat
univeral, bukan bersifat lokal maupun regional. Artinya, kepemimpinan di

1
Hafniati, Aspek-Aspek Filosofi Dan Kepemimpinan Dalam AL-Qur’an Dan As-Sunnah.
(Jurnal Al-Adyan. Volume 13. Nomor.01. Januari-Juni 2018), hlm. 127

2
dalam Islam diperuntukkan untuk Muslim maupun non-Muslim. Sedangkan
dari sisi konsep kewilayahan, Islam tidak mengenal batas wilayah negara yang
bersifat tetap sebagaimana konsep kewilayahan negara bangsa. Allah SWT
berfirman dalam surat as Saba’:28 yang artinya:“Dan Kami tidak mengutus
kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”
 Kepemimpinan itu adalah amanah Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah
amanah yang membutuhkan karakter dan sifat-sifat tertentu. Dengan karakter
dan sifat tersebut seseorang akan dinilai layak untuk memegang amanah
kepemimpinan. Atas dasar itu, tidak semua orang mampu memikul amanah
kepemimpinan, kecuali bagi mereka yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan.
Amanah merupakan kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan
memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan
masyarakat yang telah dibebankan sebagai amanah mulia di atas pundaknya.
Kepercayaan masyarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada
pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama.

2. Filosofi Kepemimpinan dalam Trilogi Ki Hajar Dewantara


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dalam karya, karsa, dan sumber
daya yang tidak kalah dari bangsa lain. Bahkan karya dan karsa bangsa kita banyak
diakui oleh bangsa lain di dunia. Ketika berbicara karsa/ ide, tentang kepemimpinan,
ternyata Indonesia juga memiliki filosofi kepemimpinan yang memiliki makna yang
cukup mendalam, dan sesuai dengan nilai-nilai budaya dan yang di anut oleh bangsa
Indonesia. Filosofi tersebut dijabarkan dalam tiga kalimat berbahasa Jawa : ”Ing
Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Ki Hajar
Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, yang menciptakan filosofi ini saat
mendirikan Taman Siswa sebagai tempat belajar bagi pribumi pada masa penjajahan

3
Belanda. Pada mulanya filosofi ini ditujukan kepada para pendidik agar bisa
menginspirasi, memberikan suri teladan dan dapat membangkitkan motivasi
siswanya. Namun filosofi ini tepat pula untuk seorang pemimpin , karena sejatinya
seorang pemimpin bersesuaian dengan figur seorang guru yang mendidik murid-
muridnya.
Kartono dan Suradinata memberikan gambaran tentang tiga prinsip dasar
(trilogi) kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara adalah:2
 Ing ngarsa sung tuladha artinya, di depan memberi teladan. Seorang
pemimpin adalah lokomotif yang berada pada bagian paling depan, yang akan
mengarahkan pada rel yang seharusnya dilalui. Pemimpin merupakan orang
yang akan dilihat oleh seluruh orang yang dipimpinnya, sehingga ia harus
menjadi contoh, pembimbing bagi yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin,
kadang-kadang kita perlu berdiri di depan dan memimpin pasukan. Ini
penting, terutama jika pasukan kita terdiri dari orang-orang yang kurang
berpengalaman. Cara paling mudah memimpin pasukan adalah dengan
menjadi teladan baik dalam ucapan, tutur kata, maupun perbuatan sehingga
bisa merangsang para bawahan untuk bersikap seperti pemimpin.
 Ing madya mangun karsa artinya di tengah membangun kehendak atau niat.
Karsa artinya kemauan, kehendak atau niat. Bisa juga karsa diarikan sebagi
ide. Terkadang, sebagai pemimpin, kita perlu ditengah-tengah pasukan untuk
membangkitkan semangat berjuang. Dalam menghadapi kesulitan pemimpin
tidak perlu mengambil alihnya tetapi biarkan mereka menghadapi dan
menyelesaikannya sendiri. Yang perlu dilakukan pemimpin adalah
membangun, membangkitkan semangatnya agar mereka tidak jatuh terpuruk,
sehingga mereka akan menjadi kuat. Seorang pemimpin dalam hal ini

2
Lina Marliani dan R. Didi Djadjuli, Menakar Trilogi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara
Di Era Globalisasi. (Jurnal Ilmu Administrasi. Vol 10. No 2 Juni 2019), hlm.76

4
bertindak sebagai motivator yang menggugah semangat, seperti matahari yang
mampu memberikan energi kepada semua mahluk hidup di bumi.
 Tut Wuri Handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan
kekuatan. Seorang pemimpin harus bisa menempatkan diri di belakang untuk
mendorong individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya berada di
depan untuk memperoleh kemajuan dan prestasi. Berada dibelakang bukan
berarti pemimpin bersembunyi di balik pengikutnya atau pengecut, mengekor
dibelakang yang dipimpinnya, akan tetapi harus diartikan sebagai dorongan
yang memberikan kebebasan kepada orang yang didepannya untuk
berekspresi, berprakarsa, berinisiatif dan memiliki kepercayaan diri, tidak
tergantung pada orang lain, bekerja tidak hanya berdasarkan pada perintah
atasan saja. Pemimpin demikian bertujuan untuk mendidik dan
mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta proses regenerasi.
Sesuai dengan kata pepatah yang menyebutkan pemimpin yang baik adalah
yang mampu menyiapkan pemimpin selanjutnya yang lebih baik dari dirinya,
memberi bawahan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan
dan kepintaran mereka, memberi kesempatan orang lain untuk maju. Biasanya
pemimpin ini memiliki para pengikut yang cerdas, gigih, memiliki semangat,
sehingga pemimpin tinggal memberikan petunjuk, mengikuti dan mengoreksi
apabila terjadi kesalahan. Jika dikaitkan dengan hasthabrata pemimpin ini
seperti bayu atau angin, memiliki sifat ambeg, dinamis, terbuka dan tidak
ragu-ragu atau memberikan kepercayaan kepada para pengikutnya. Dengan
demikian meskipun pemimpin berdiri di belakang, namun fungsinya adalah
memberikan daya kekuatan dan dukungan moril untuk memperkuat setiap
langkah dan tindakan para pengikutnya.
Makna yang terkandung dalam filosofi kepemimpinan menurut Ki Hajar
Dewantara di atas memberikan gambaran bahwa seorang pemimpin harus memiliki
sifat-sifat kebaikan, dan keunggulan/kelebihan agar dapat memberikan ketaatan para

5
bawahannya. Kelebihan atau keunggulan tersebut menurut Suradinata minimal
meliputi empat hal, yaitu :
1) Kelebihan dalam hal moral dan akhlak
2) kelebihan dalam jiwa dan semangat
3) kelebihan dalam ketajaman intelek dan persepsi
4) kelebihan dalam ketekunan dan keuletan jasmaniah.

3. Filosofi Kepemimpinan Hasta Brata


Hastabrata sendiri berasal dari bahasa Sansekerta. Hasta artinya delapan dan
Brata yaitu perilaku atau tindakan pengendalian diri. Hastabrata melambangkan
kepemimpinan dalam delapan unsur alam yaitu bumi, matahari, api, samudra, langit,
angin, bulan, dan bintang.
Hasta Brata merupakan ilmu delapan perwatakan alam yang menjadi dasar
laku seorang pemimpin. Delapan perwatakan alam tersebut yaitu: 3
 Hambeging Kisma (Watak Bumi). Watak ini menggambarkan bahwa seorang
pemimpin harus meneladani sifat bumi yang kuat, kaya dan murah hati.
Artinya seorang pemimpin haruslah tangguh, tidak mudah mengeluh serta
siap untuk mengabdikan diri apapun resikonya..Pemimpin yang memiliki
watak bumi akan mendorong dirinya untuk selalu peduli terhadap sesama. Hal
ini didasarkan pada analogi bumi yang menjadi tempat tumbuh berbagai
tanaman yang memberi manfaat kepada manusia.
 Hambeging Tirta (Watak Air). Watak ini menggambarkan seorang pemimpin
harus selalu mengalir dinamis dan rendah hati. Dalam konteks kepemimpinan
pendidikan mengalir dapat diartikan kepala sekolah harus mampu
mendistribusikan kekuasaannya agar tidak merangsangnya untuk melakukan
korupsi. Bagaikan permukaan air rata, kepala sekolah harus berlaku adil
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya yang melibatkan seluruh anggota.

3
Ahmad Febri Kurniawan, Falsafat Kepempinan Pendidikan,.(Jurnal Ri’Ayah Vol 04. No 02.
Juli-Desember 2019), hlm.201

6
 Hambeging Samirana (Watak Angin). Watak ini menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus meneladani sifat angin yang ada dimanapun dan
mampu menyusup ke celah yang kecil sekalipun. Artinya seorang pemimpin
haruslah selalu dekat dengan seluruh rakyat tanpa memberi sekat, pemimpin
juga harus meneliti dan mengetahuipermasalahan yang ada secara aktual tidak
mendasarkan dari perkataan orang semata.
 Hambeging Samodra (Watak Lautan). Watak ini menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus meneladani sifat lautan yang luas serta menyejukkan.
Artinya seorang pemimpin harusmemiliki hati yang lapang, siap menerima
keluhan dari seluruh rakyat, mendasarkan setiap kebijakan dan tindakan
berdasarkan kecintaan kepada rakyatnya.
 Hambeging Candra (Watak Bulan). Watak ini menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus meneladani sifat bulan yang menjadi penerang dalam
kegelapan. Artinya seorang pemimpin haruslah mampu memberi keindahan
spirit (dukungan moril atau spiritual) baikdi saat suka maupun kondisi
kedukaan.28 Pemimpin yang memiliki sifat Bulan adalah pemimpin yang
bijak, dapat memberi rasa aman dan menjadi sinar dibalik gelap malam,
memimpin dengan kearifan dan visioner.
 Hambeging Surya (Watak Matahari). Watak ini menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus meneladani sifat matahari yang memberi cahaya dan
energi kehidupan di bumi. Matahari merupakan sumber kehidupan yang
menyinari tanpa pilih-pilih, menyibak kegelapan dan memberi kehidupan
alam semesta. Artinya seorang pemimpin haruslah mampu memberi kekuatan
atau power kepada orang lain, membimbing dan mendidik anggotanya agar
terhindar dari gelapnya kebodohan tanpa pilih kasih.
 Hambeging Dahana (Watak Api). Watak ini menggambarkan bahwa seorang
pemimpin harus meneladanisifat api yang panas dan membakar apapun yang
disentuhnya. Artinya seorang pemimpin harus memiliki wibawa dan mampu

7
menegakkan keadilan dengan menyelesaikan permasalahan secara adil tanpa
pandang bulu. Api juga dapat mematangkan beberapa bahan makanan, dan
menggambarkan keberanian dan keyakinan yang kuat.
 Hambeging Kartika (Watak Bintang). Watak ini menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus meneladani sifat bintang yang memiliki sinar terang
di ketinggian dan dapat menjadi petunjuk arah. Artinya seorang pemimpin
harus memiliki tujuan yang baik, bijaksana dan dapat dijadikan tauladan.
Kepemimpinan Hasta Brata yang digambarkan dengan delapan dewa atau
alam merupakan kesatuan konsep yang integral. Artinya delapan perwatakan yang
diajarkan konsep Hasta Brata harus menyatu dalam diri pemimpin. Bukanperkara
yang benar jika pemimpin hanya mengambil atau menerapkan sebagian ajaran dan
mengabaikan sebagian yang lain. Jika kedelapan watak tersebut dapat diterapkan
dalam laku kepemimpinan maka watak tersebut dapat dikatakan sebagai wolu-
woluning ngatunggal (delapan dalam satu).

B. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan


1. Pengertian dan Hakikat Kepemimpinan Pendidikan

Pendidikan dalam proses kepemimpinan memiliki arti ranah kepemimpinan


itu berlangsung, serta menjelaskan sifat dan ciri kepemimpinan itu. Ibarat garam
dengan rasa asinnya, kepemimpinan dan kekuasaannya merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Kepemimpinan mampu menggerakkan seluruh bagian organisasi
sekaligus pemilik mutlak atas kekuasaan dan kebijakan yang ada.4

Kepemimpinan kata dasarnya adalah pimpin, artinya “tuntun dan


bimbing”.5Jadi kepemimpinan adalah penuntun dan pembimbing.Seacara istilah,
kepemimpinan menurut Faichild “kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang
melekat pada diri seorang yang memimpin, tergantung dari macam-macam faktor,

4
Ibid, hlm.196
5
Asnawir, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, (Padang: IAIN Press, 2003), hlm.52

8
baik intern maupun ekstern”.Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial
dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci. Karena kepemimpinan
seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja
samaantarmanusiadalamorganisasi.

Kepepmimpinan merupakan satu bentuk dominasi yang berdasarkan


kapabilitas/kemampuan pribadi, yakni mampu mengajak dan mengarahkan orang lain
untuk bekerja unutk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan menjadi tokoh central
yang menentukan apakah organisasinya mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian kepemimpinan menjadi faktor penentu atas
keberhasilan organisasi/lembaga pendidikan.

Mulyono dalam bukunya mendefinisikan kepemimpinan sebagai usaha yang


dilakukan untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan melalui komunikasi.Definisi tersebut menunjukan tiga implikasi penting
dalam proses kepemimpinan yakni; Pertama, adanya proses interaksi antara
pemimpin dan anggotanya sebagai proses penggunaan pengaruh. Interaksi ini
menunjukan distribusi tidak merata, artinya ada perbedaan status pemimpin sebagai
pemberi pengaruh dengan anggota yang dipengaruhi. Proses mempengaruhi diatas
seolah menggambarkan bahwa pemimpin bertugas memotovasi, mengarahkan,
merubah, menyuruh, bahkan berhak memberikan hukuman (jika memang diperlukan)
anggotanya untuk bekerja dalam rangka mencapai tujuan. Kedua, proses
mempengaruhi tersebut harus sampai dan dapat diterima anggotanya, agar hal ini
dapat tercapai maka diperlukan komunikasi yang tepat dan jelas. Ketiga, kejelasan
tujuan serta kemampuan pengorganisian untuk mencapai tujuan.

a. Pengertian Kepemimpinan Dalam Islam

9
Kepemimpinan (leadership) adalah proses mempengaruhi yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain untuk dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan atau
sasaran bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin dapat didefinisikan sebagai
individu yang memiliki pengaruh terhadap individu lain dalam sebuah system untuk
mencapai tujuan bersama dalam Islam terdapat beberapa istilah yang digunakan
untuk membahasakan istilah pemimpin, diantaranya sebagai berkut :6

 Khalifah
Dilihat dari segi bahasa, khalifah tiga macam makna yaitu mengganti
kedudukan, belakangan dan perubahan. Dalam al-Qur`an ditemukan dua
bentuk kata kerja dengan makna yang berbeda. Bentuk kata kerja yang
pertama ialah khalafa-yakhlifu dipergunakan untuk arti “mengganti”, dan
bentuk kata kerja yang kedua ialah istakhlafa-yastakhlifu dipergunakan untuk
arti “menjadikan”.Pengertian mengganti di sini dapat merujuk kepada
pergantian generasi ataupun pergantian kedudukan kepemimpinan. Tetapi ada
satu hal yang perlu dicermati bahwa konsep yang ada pada kata kerja khalafa
disamping bermakna pergantian generasi dan pergantian kedudukan
kepemimpinan, juga berkonotasi fungsional artinya seseorang yang diangkat
sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi mengemban fungsi dan tugas-
tugas tertentu.

 Amiir (Ulul Amr)


Kata al-Amr itu sendiri merupakan bentuk mashdar dari kata kerja amara-
ya`muru artinya menyuruh atau memerintahkan atau menuntut seseorang
untuk mengerjakan sesuatu. Dengan demikian Ulu al-Amr dapat kita artikan
sebagai pemilik kekuasaan dan pemilik hak untuk memerintahkan sesuatu.

6
Hafniati, Aspek-Aspek Filosofi Dan Kepemimpinan Dalam AL-Qur’an Dan As-Sunnah.
(Jurnal Al-Adyan. Volume 13. Nomor.01. Januari-Juni 2018), hlm. 120

10
Seseorang yang memiliki kekuasaan untuk memerintahkan sesuatu berarti
yang bersangkutan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengendalikan
keadaan.

 Imam (imaamah)
Menurut Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, kata Imam berarti pemimpin, ikutan,
atau panutan, sedangkan imaamah berarti keimaman atau kepemimpinan. Kata
imam dalam kepemimpinan Islam lebih spesifik terhadap aspek keteladanan,
artinya seorang Imam adalah seorang figur yang mampu menjadi panutan dan
memberi keteladanan (uswatun hasanah) bagi rakyatnya.

 Al-Wilayah
Kalimat wali kadangkala artinya mutawali (orang yang mengatur) semua
urusan dan memiliki otoritas untuk bertindak terhadap suatu perkara, orang
yang mempunyai kekuasaan negara/ wilayah, yang memotivassi rakyat, dan
sebagainya. Terkadang kata wali artinya penolong atau kawan, dan diartikan
juga pelindung dan penolong.Ketika Al-Qur’an memerintahkan mencintai
orang-orang yang beriman dan melarang mencintai di luar orang-orang
mukmin dariorang-orang kafir dan ahli kitab, maka muwalah diartikan
memberikan pertolongan dan kecintaan.

 Ar-Ri’ayah
Ro’i mencakup kepemimpinan negara, masyarakat, rumah tangga,
kepemimpinan moral, yang mencakup juga kepemimpinan laki-laki maupun
wanita. Oleh karena itu, tak seorang pun di dunia ini lepas dari tanggung
jawab kepemimpinan, minimal terhadap dirinya sendiri. Setiap orang
mengemban amanah, dan setiap amanah pasti akan dimintai
pertanggungjawabannya.Ro’i berasal dari bahasa arab bersuku kata ro’a-
yar’a-ro’yan-ri’ayatan. Kepemimpinan dalam terminologi ro’i menyiratkan

11
pentingnya makna ri’ayah yang artinya menggembala, memelihara,
mengarahkan, dan memberdayakan orang-orang yang ada dipimpinnya
(ra’iyah). Kata rakyat dalam bahasa Indonesia berasal dari kata ra’iyah.

Kepemimpinan adalah suatu ikhtiar untuk mengambil keputusan saat ini,


menginformasikan dan mengkomunikasikan kepada yang lain serta menggerakkan
berbagai potensi dan kekuatan sumber daya supaya mau dan mampu mengatur atau
mengadministrasi atau memanajemen untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
dimasa depan.Manusia diciptakan Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi untuk
mengatur, menata, mengelola atau mengadministrasi alam semesta yang disediakan-
Nya demi kemaslahatan dalam mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan.7

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi untuk


mengatur, menata, mengelola atau mengadministrasi alam semesta yang disediakan-
Nya demi kemaslahatan dalam mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Prinsipnya semua manusia adalah khalifah (pemimpin) dalam kepemimpinan dengan
kata-kata kunci mengambil keputusan (visi,misi, program) menginformasikan dan
mengkomunikasikan serta menggerakkan berbagai kekuatan sumber daya supaya
mau dan mampu beradminidtrasi atau bermanajemen atau mencapai kehidupan yang
lebih baik di masa depan di dunia dan akhirat kelak.
Kepemimpinansemacaminiberlaku untuk semua manusia, minimal memimpin dirinya
sendiri.

Alasan utama mengapa perlu kepemimpinan adalah bahwa manusia makhluk


yang tidak bisa hidup menyendiri. Selalu membutuhkan orang lain untuk saling tukar
pikiran, tolong menolong, bahu membahu dalam menghadapi masalah, tantangan,
harapan dan upaya mengataasinya untuk kehidupan yang
lebihbaik.Tujuanutamasuatuorganisasi ialah untuk mencapai produktivitas organisasi.
Produktivitas dalam arti mencapai prestasi dan suasana organisasi yang efektif dan
7
Asnawir, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, (Padang: IAIN Press, 2003), hlm.53

12
efisien. Efektivitas ialah pengaruh sistem yang dipergunakan atau diterapkan dalam
suatu organisasi supaya mencapai hasil yang diharapkan berbentuk prestasi dan
suasana kerja. Prestasi dapat berupa masukan yang baik dan merata secara
demokratis. Hasil yang banyak, berkualitas, relevan dan ekonomik. Selain dari itu
masuk prestasi ialah suasana yang meggairahkan, menyenangkan dan menantang
serta mencapai tingkat kepercayaan yang tinggi. Sedangkan efisiensi adalah mencapai
prestasi yang tinggi dengan menggunakan tenaga, fasilitas, dana, dan waktu yang
sedikit mungkin.

Mencapai tujuan yang demikian memerlukan prinsip-prinsip atau teori yang


baik sehingga mendasari perbuatan dan menghasilkan yang baik pula. Prinsip-prinsip
itu diantaranya:
a. Siddiq(benar dalam ucapan maupun perbuatan)
b. Tabligh ( menyampaikan apa yang terkandung dalam Alqur’an,
undang-undang dan peraturan yang berlaku sebaik-baiknya)
c. Fatonah (Jujur dan tidak menghianati)
d. Amanah (dapat dipercaya)
e. Saja’ah ( berani karena benar dalam menyampaikan pendapat dan
keyakinan).
Suatu inovasi kepemimpinan masa depan yang sederhana yang dilandasi
trilogi karakter bangsa berbudaya pancasila. Kepemimpinan ini dilandasi oleh etika,
logika dan estetika.
Suatu kepemimpinan masa depan yang dilandasi dan dikomando oleh etika
(iman dan damai), logika ( ilmu amaliah dan mandiri) dan estetika (seni yang indah
dan adil). Kepemimpinan yang berikhtiar membuat suatu keputusan untuk kebijakan
saat ini dan merencanakan masa depan, menginformasikan dan mengkomunikasikan
serta menggerakkan berbagai kekuatan bermanajemen dan beradministrasi supaya
mencapai kehidupan yang lebih baik.
Veithzal Rivai mengatakan bahwa, hakikat kepemimpinan sebagai berikut:

13
a. Proses memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b. Seni memengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama.
c. Kemampuan untuk memengaruhi, memberi, inspirasi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
d. Melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.
e. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai
tujuan. Sumber pengaruh dapat secara fomal atau tidak formal.
Pengaruh formal ada bila seseorang pemimpin memiliki posisi
manajerial di dalam sebuah organisasi. Adapun sumber pengaruh tidak
formal muncul di luar struktur organisasi formal.
f. Pemimpin formal (lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif), artinya
seorang yang dipimpin sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan
pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur
organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang melekat dan
berkaitan dengan porsinya.
g. Pimpinan informal (tokoh masyarakat, pemuka agama, LSM, guru,
bisnis, dan lain-lain), artinya seseorang yang ditunjuk secara tidak
formal, karena memiliki kualitas unggul, dia mencapai kedudukan
sebagai seorang yang mampu memengaruhi kondisi psikis dan
perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu.
Dari beberapa pengertian kepemimpinan di atas dapat disimpilkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain
agar mau melaksanakan tugasnya untuk mencapai organisasi.8

8
Rendy Adiwilaga, Kepemimpinan dan Pemerintahan Indonesia (Teori dan Prakteknya),
(Sleman: Deepublish, 2018), hlm. 11

14
2. Teori-Teori Kepemimpinan
Pemahaman tentang teori-teori kepemimpinan sangat penting, sebagai tolok
ukur untuk melihat tipe kepemimpinan seorang pemimpin9. Seorang pemimpin yang
ingin meningkatkan kepemimpinannya perlu mengkaji literatur dengan pendekatan
atau model kepemimpinan. Hellriegen dan Slocum membagi tiga model
kepemimpinan kepada tiga bentuk:
a. Pendekatan Sifat (Traits Model)
Pendekatan dengan sifat didasari asumsi bahwa kondisi fisik, dan karakteristik
personal tertentu adalah penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal-hal tersebut akan
menjadi faktor penentu yang membedakan pemimpin dengan seseorang yang bukan
pemimpin. Sifat-sifat pokok itu biasanya: kondisi fisik, latar belakang sosial,
kepribadian, dan karakteristik yang berhubungan dengan tugas-tugas.
b. Model Perilaku (Behavioral Model)
Model gladi manajerial blake dan mouton, mengidentifikasi variasi gaya dari
kombinasi antara orientasi hasil dengan orientasi pada orang yang menghasilkan lima
macam gaya;
1. Gaya kurang efektif yang ditandai dengan rendahnya hubungan dan orang
dan hasil.
2. Gaya moderat yang ditandai dengan memperrhatikan keseimbangan terhadap
orientasi hubungan dengan orang dan hasil kerja pada tingkat yang cukup
memuaskan.
3. Gaya yang menekankan kepuasan pegawai dengan mengorbankan
penyelesaian tugas.
4. Gaya yang menekankan hasil kerja dengan menggunakan orientasi pada
hubungan orang.

9
Samsul Nizar & Zainal Efendi, Kepemimpinan Pendidikan Dalam Perspektif Hadis,
(Jakarta: Kencana, 2019), hlm. 4

15
5. Gaya yang berorientasi tinggi terhadap pencapaian hasil kerja dan gaya yang
tinggi terhadap hubungan sesama orang.
c. Model Kontigensi
Maksudnya adalah teori kepemimpinan yang menekankan peranan situasi dan
pengaruhnya terhadap gaya kepemimpinan.
d. Pemimpin dalam Islam
Islam adalah agama yang memandang penting eksistensi pemimpin dalam
segala aktivitas dan rutinitas. Kepemimpinan dalam pandangan Islam bukan suatu
keistimewaan, tetapi tanggung jawab. Ia bukan fasilitas, tetapi pengorbanan, ia juga
bukan berleha-leha tetapi kerja keras. Ia juga bukan kesewenang-wenangan bertindak,
tetapi kewenangan melayani. Selanjutnya kepemimpinan adalah keteladanan berbuat
dan kepeloporan bertindak. 10
Menurut Jusuf Amir Feisal, kepemimpinan dalam Islam adalah suatu hal yang
inheren, serta merupakan salah satu subsistem dalam sistem Islam yang mencakup
pengaturan seluruh aspek kehidupan secara prinsipel. Islam mengatur niat amal
tujuan sekaligus mengatur sumber kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur
proses hidup, perilaku dan tujuan hidup.11
M. Quraish Shihab, mengatakan bahwa, para pakar setelah menelusuri
Alqur’an dan Hadis, menetapkan empat sifat yang harus dipenuhi oleh para nabi,
yang pada hakikatnya adalah pemimpin umatnya, yaitu shiddiq, amanah, fathonah,
dan tabligh.

C. Tujuan Kepemimpinan Dalam Islam


Kepemimpinan dalam Islam memiliki dua tujuan pokok yang harus
direalisasikan, yaitu :12

10
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 47
11
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm.
284.
Hafniati, Aspek-Aspek Filosofi Dan Kepemimpinan Dalam AL-Qur’an Dan As-Sunnah,
12

( Jurnal Al-Adyan, Volume 13, Nomor.01, Januari-Juni,2018), hlm.135-136

16
1. Menegakkan Agama Islam (Iqamatuddin)
Imam Al-Kamal Bin Hammad Al-Hanafi berkata, “Tujuan pertama dalam
penegakkan imamah (kepemimpinan) adalah untuk menegakkan agama.
Maksudnya adalah menegakkan syi’ar-syi’ar agama sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah, yaitu dengan memurnikan segala ketaatan kepada Allah,
menghidupkan sunnah-sunnah, dan menghilangkan bid’ah agar seluruh manusia
bisa sepenuhnya menaati Allah Ta’ala.” 5 Syaikh Ad-Dumaiji menjelaskan bahwa
penegakkan Islam bisa dicapai dengan dua cara yang dilaksanakan secara serentak,
yaitu:

2. Menjaga Kemurniaan Agama (Hifzhuddin)


Yaitu menjaga kemurnian pemahaman Islam dari segala keyakinan yang
menyimpang atau pemikiran-pemikiran sesat yang dapat menghilangkan
keotentikan ajaran Islam. Seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk menjaga
kemurnian akidah rakyatnya. Menjaga pemahaman mereka agar sesuai dengan apa
yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam tataran pelaksanaannya, ada beberapa hal yang harus dilaksanakan
oleh pemimpin agar kemurnian ajaran Islam tetap terjaga:

1. Menyebarkan dakwah di tengah kaum Muslimin dan senantiasa menyeru


umat-umat non Muslim kepada ajaran Islam.
2. Mendakwahi penguasa kafir dan bangsa-bangsa non Muslim melalui jalan
jihad, yaitu dengan menawarkan tiga pilihan: masuk Islam, bayar jizyah,
atau perang.
3. Menolak segala macam bentuk bid’ah, syubhat dan pemikiran- pemikiran
batil yang menyelisihi sunnah.
4. Melaksanakan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan.
(Tanfidzuddin)

17
Syariat Islam diterapkan oleh imam dengan cara menegakkan hukum-
hukum Allah serta membimbing masyarakat untuk menaati perintah-perintah
syar’i dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ibnu Taimiyah berkata, “Penegakkan
hudud adalah kewajiban pemimpin, yaitu dengan menetapkan hukuman bagi siapa
saja yang meninggalkan kewajiban atau melakukan perbuatan haram.” Dalam hal
ini, di antara hal yang menjadi kewajiban pemimpin adalah:
1. Mengelola zakat, fa’i, ghanimah, jizyah, kharaj, wakaf dan sedekah.
2. Mengatur dan mengirim pasukan-pasukan jihad fi sabilillah.
3. Menegakkan hukum-hukum hudud dan jinayat (pidana) atas perilaku
kriminal.
4. Mendirikan pengadilan syariat dan mengangkat para qadhi (hakim
syariat) yang mengadili perkara-perkara syariat.
5. Mendirikan lembaga hisbah yang bertugas melaksanakan amar ma’ruf
nahi mungkar.

3. Mengatur Dunia Berdasarkan Syariat Islam


Para ulama sepakat bahwa seorang pemimpin wajib mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia berdasarkan syariat Allah, baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, maupun militer. Semuanya harus sesuai dengan petunjuk Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Karena seluruh aturan manusia telah Allah tetapkan di
dalamnya.

Oleh karena itu, hal ini menuntut seorang pemimpin untuk melaksanakan
tugas-tugas berikut ini:

a. Menegakkan Keadilan Dan Memberantas Kezhaliman

b. Menjaga Persatuan Umat Islam Dan Mencegah Perpecahan

18
Menjaga persatuan kaum Muslimin termasuk dasar tujuan tegaknya
kepemimpinan. Diantara tujuan dari adanya kepemimpinan dalam Islam adalah
mengelola kekayaan alam yang telah diciptakan oleh Allah. Sebagaimana firman-
Nya yang Artinya:“…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya…”(QS. Hud: 61)

Dengan demikian, di antara tujuan yang paling mendasar adanya konsep


kepemimpinan dalam Islam adalah seorang pemimpin dipilih untuk melanjutkan
tugas kenabian yang bertanggung jawab untuk menegakkan agama dan mengatur
kemaslahatan dan keselamatan umat manusia dunia dan akhirat.

BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan

Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama,
sebagai seorang hamba (‘abdullah) yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah
kepada-Nya sebagai bentuk tanggung jawab ‘ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah
menciptakannya. Kedua, sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan ilahiyah
sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam. Dengan kata lain, manusia
sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan,
dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.
Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat ketuhanan yang sungguh
besar dan berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan di bumi menolak
amanat yang sebelumnya telah Allah tawarkan kepada mereka. Akan tetapi, manusia
berani menerima amanat tersebut, padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya.

Kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting bahkan menentukan dalam


pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi, untuk mengarahkan dan mengatur
orang-orang untuk mencapai tujuan, karena sebaik apapun sumberdaya yang dimiliki
organisasi, tanpa adanya pemimpin yang mampu mengelola, maka organisasi tidak
akan dapat berjalan pada arah yang tepat.

20

Anda mungkin juga menyukai