Anda di halaman 1dari 17

RESUME FGD

REVIEW PEDOMAN DAN REGULASI IMPLEMENTASI


BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)
DI KEMENTERIAN PUPR
Jakarta, 08 September 2020

Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi


Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Arahan Pembukaan oleh Bapak Ir. Nicodemus Daud, M.Si
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksii

1. PUPR termasuk sangat cepat manfaatkan teknologi aplikatif dari luar, pemanfaatan masih bersifat
“silo” dimana semua berjalan sendiri-sendiri di setiap unor;
2. Pemanfaatan secara “silo” kedepannya perlu dibuatkan standar yang berlaku di seluruh
Kementerian PUPR;
3. Kita memiliki prinsip satu data Indonesia, yaitu dengan adanya Perpres 39 Tahun 2019 tentang
satu data Indonesia. penerapan BIM harus juga mengikuti Perpres tersebut;
4. Masing-masing Unor di PUPR sudah memiliki standarnya masing-masing, namun perlu kita
samakan standar yang ada agar bisa digunakan seragam untuk satu PUPR;
5. Tujuan utamanya adalah bagaimana agar pemanfaatan dan penggunaan BIM bisa standar di
semua unor PUPR.
Paparan Pengantar : Dr. Yolanda Indah Permatasari, S.E., M.M.
Koordinator Pelaksana Tugas Pengelolaan MPTTKDNK

1. Diperlukan pembahasan standar protokol BIM karena masih belum seragamnya penerapan BIM di setiap
unor, peraturan yang ada masih bersifat sektoral di masing-masing unor;
2. Belum ada protokol yang mengatur standar informasi yang diinginkan untuk dituangkan dalam KAK;
3. Permohonan informasi sebanyaknya terkait BIM yang sudah diterapkan di Unor;
4. Permohonan masukan apa yang perlu ditambahkan dalam penyusunan standar protokol agar dapat
diterapkan di setiap Unor;
5. Beberapa waktu lalu PUPR menjalin kasama dengan Tim GIP dari UK, namun pelaksanaan kerjasama antara
PUPR dengan Tim GIP UK dihentikan sementara karena adanya kondisi pandemi covid19;
6. Sesuai dengan Tusi maka nantinya diharapkan kami dapat membentuk suatu standar protokol yang dapat
digunakan di seluruh Kementerian PUPR.
Bpk. Marsudi - mewakili Ir. Deded P. Sjamsudin, M.Eng.Sc.
Kasubdit Data dan Pengembangan Sistem Jalan dan Jembatan Ditjen Bina Marga

1. BIM ini berguna bagaimana kita mencitakan Good Governance;


2. Fokus saat ini pada tahap perencanaan / desain, khususnya yang memiliki resiko tinggi;
3. Sudah dilaksanakan di hampir seluruh balai, namun saat ini belum sampai pada tahap konstruksi;
4. Secara legalitas saat ini sedang disusun draft surat edaran Dirjen Bina Marga, diharapkan dengan adanya
legalitas ini nantinya dapat mewajibkan semua balai menerapkan BIM dari tahap desain, konstruksi sampai
pemeliharaan;
5. BIM saat ini di tahun 2020, untuk pilot project difokuskan pada paket pekerjaan yang memiliki kompleksitas
tinggi dan mencoba untuk masuk pada level 2 BIM Bina Marga;
6. Untuk paket-paket yang tidak beresiko tinggi seperti misalnya preservasi, saat ini dibatasi pada level 1 BIM
Bina Marga;
7. Kendala implementasi BIM : persepsi BIM sesuatu yang rumit, adanya keterbatasan SDM untuk
pengaplikasian BIM dan keterbatasan dalam hal teknologi;
8. Usulan standar yaitu dalam hal: standar pemodelan 3D, standar format gambar, standar file pertukaran data,
standar direktori penyimpanan file
Ir. Dian Irawati, M.T.
Ditjen Cipta Karya

1. Ditjen CK melakukan endorsemen pada bangunan gedung negara, karena pembangunan BGN (jumlah sd
saat ini 435 buah) biasanya didampingi Ditjen CK, sehingga sekaligus sebagai media sosialisasi penerapan
BIM;
2. Adanya teknologi konstruksi yang baru atau unik perlu pemanfaatan BIM untuk akurasi penerapannya,
dengan BIM dapat membantu kelancaran perencanaan dan pelaksanaan konstruksi;
3. Acuan terkait BIM diperlukan karena menjawab isu strategis akselerasi pembangunan yaitu penerapan
inovasi teknologi;
4. Pemanfaatan BIM diharapkan dapat mengurangi resiko kerugian akibat rework dan dapat menghemat waktu;
5. Akar permasalahan konstruksi bangunan gedung ada di perencanaan yang kurang baik;
6. Perlu penyusunan Juklak implementasi BIM sebagai peraturan turunan Permen 22/2018;
7. Penyerahan BIM Model dari penyedia jasa kepada pengguna jasa perlu dituangkan dalam KAK sebagai
bagian asset management;
8. Standar implementasi BIM yang lebih spesifik harapannya tetap ada/dibuat oleh masing-masing unor teknis
karena adanya perbedaan spesifikasi jenis pekerjaan
Prof. Dr. Ir. Eko Winar Irianto, M.T.
Ditjen Sumber Daya Air

1. Target pembangunan infrastruktur SDA paling besar ada di pembangunan bendungan;


2. Pembangunan bendungan relatif kompleks, dimulai dari daya dukung sifat tanah, sistem pengairannya,
elektrikal mekanikalnya dan bangunan pendukung lainnya;
3. Diharapkan sampai 2024 untuk proyek konstruksi SDA terutama bendungan sudah dapat menerapkan BIM
sampai 5D;
4. Sampai saat ini ada 10 bendungan dan 1 PLTMH yang sudah menerapkan BIM dalam konstruksinya;
5. BIM mengurangi potensi rework dalam konstruksi, pekerjaan menjadi lebih terintegrasi, efektif dan efisien;
6. Diperlukan adanya Big Data misalnya terkait hydrological, terrain dan geological data karena pembangunan
bendungan membutuhkan informasi yang lengkap mengenai daya dukung tanah;
7. Diperlukan pelatihan BIM untuk para owner, karena kondisi saat ini masih sangat minim sekali pengetahuan
owner terkait BIM. selain itu tentunya diperlukan juga pelatihan BIM untuk perencana karena yang paling
memahami tahapan perencanaan.
Bpk Prastoyo mewakili Dr. Ir. Maryoko Hadi, Dipl.E.Eng., M.T.
Ditjen Perumahan

1. Masih terdapat defisit perumahan di tahun 2020 dan tingginya target pembangunan Rusun 2020-2024
sehingga perlu strategi percepatan pembangunan Rusun;
2. Penerapan BIM diharapkan dapat mendukung dalam proses pelelangan;
3. Kolaborasi dalam penerapan BIM diharapkan dapat menjamin kelancaran proses dan meningkatkan kualitas
pekerjaan;
4. Banyaknya software yang digunakan menjadi salah satu tantangan, perlu adanya aturan yang dapat
menjembatani bagaimana standarisasinya, karena masing-masing memiliki kelebihan sehingga perlu ada
penyeragaman standar minimal yang diperlukan;
5. Regulasi mengacu pada Permen PUPR 22/2018, karena Rusun merupakan Bangunan Gedung Negara dan
memiliki lebih dari 2 lantai. Pemanfaatan BIM diperlukan karena banyak kerumitan dalam desain bangunan
gedungnya, diharapkan dengan BIM dapat mengurangi rework dan clash pekerjaan;
6. Diperlukan pelatihan BIM bagi SDM Perumahan, pembentukan Tim Pelaksana BIM di Ditjen Perumahan,
pelaksanaan pilot project BIM;
7. Saat ini sedang disusun Surat Edaran Dirjen Perumahan Pedoman Penerapan BIM dalam Pembangunan
Rumah Susun
Kharis Alfi
PT Waskita Karya

1. Dibutuhkan tidak hanya implementasi teknologi namun juga ada mindset yang harus diubah, agar menjadi
ekosistem yang akan salin mendorong implementasi BIM;
2. Pemanfaatan BIM tidak serta merta berdampak pada efisiensi biaya, namun efisiensi lebih dari proses
kolaborasi dalam proyek konstruksi yang kita rubah;
3. Agar pemanfaatan BIM tidak hanya berfokus pada outputnya namun lebih fokus kepada prosesnya;
4. Manajemen kebutuhan informasi, standar informasi minimal yang diperlukan agar dimasukkan ke dalam
model yang dibuat agar tepat sasaran;
5. Perlu adanya kesepakatan pengelolaan data bersama;
6. Proses approval, audit dan aspek legal lain perlu diatur dan disepakati bersama;
7. AHSP menjadi penting saat bicara kedalaman informasi yang ingin kita lekatkan, perlu penyeragaman pada
penerapan BIM di proyek konstruksi;
8. Owner nantinya yang akan mendapatkan manfaat paling besar dari penerapan BIM, bukan penyedia jasa;
9. perlunya standarisasi proses bisnis agar semua pihak memahami apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan
dan bagaimana pemenuhan kebutuhan bisa disampaikan dengan tepat;
Riky Budiman
GIP

1. Harus ada dukungan dari pihak pemerintah dalam penerapan BIM;


2. Salah satu pilar penting yaitu perlunya membuat collaborative framework;
3. Empat prinsip dalam konsep BIM meliputi kebijakan, teknikal, proses dan SDM;
4. Terkait kebutuhan standar dan protokol, perlu adanya kelengkapan dokumen-dokumen lain untuk melengkapi
regulasi, pedoman dan template yang sudah ada saat ini;
5. Sebagai tambahan kelengkapan untuk dokumen standar nasional misalnya dokumen adaptasi ISO 19650
1+2, Universal BIM Guide, detailed BIM Guide, kemudian template-template untuk OIR, EIR, AIR, dsb
Amy Rachmadani
IBIMI

1. Dokumen pedoman yang saat ini ada sudah sangat layak digunakan untuk acuan penerapan BIM, karena
saat ini sudah banyak digunakan oleh para pihak yang ingin menerapkan BIM di organisasinya;
2. Peranan dalam BIM perlu disesuaikan lagi dengan perkembangan SKKNI, hal ini penting karena diperlukan
dalam penyusunan KAK, salah satunya misalnya standarisasi dalam penentuan upah;
3. Pedoman yang ada dan yang akan dibuat perlu dilihat kesesuaiannya dengan ISO 19650 yang ada;
4. BEP yang umum digunakan adalah yang dibuat bersama oleh para pemenang tender;
5. Rekomendasi kebutuhan dokumen panduan pada prinsipnya terbagi dua yaitu terkait apa yang dibutuhkan
PUPR dan apa yang dibutuhkan oleh penyedia jasa;
6. Dalam KAK perlu dijelaskan lebih jelas, apa saja yang dibutuhkan dari penerapan BIM, perlu disesuaikan
dengan kebutuhan informasi owner (EIR);
7. EIR atau informasi yang diperlukan pemilik kerja harus tepat sasaran dan benar-benar disiapkan di awal agar
tidak ada permintaan mendadak di tengah proses;
Daftar Pertanyaan

Bapak Rema:
1. Interoperability dari mana, diharapkan dengan FGD kedua sampai saat ini bisa lebih mengkerucut;
2. Target untuk menjadikan protokol kapan waktunya;

Bapak Aminuddin Aziz:


1. Apakah sudah ada mapping pemetaan atau riset terkait kesiapan penyedia jasa;
2. Pada masing-masing unor apakah sudah ada Tim khusus yang mendevelop BIM;
3. Kebutuhan data apa saja yang dibutuhkan pada tiap tahapan proyek konstruksi;

Ibu Yumnawarni, ST, MT:


apakah ada format khusus atau standarisari bentuk pelaporan untuk perencanaan yg telah menggunakan BIM..
krn masih diminta pelaporan secara manual/hardcopy dalam pelaksanan pekerjaan di lapangan.
Tanggapan

Ibu Amy
1. Riset yang scientific saat ini belum ada, kesiapan penyedia jasa tentunya harus dapat cepat beradaptasi
apabila ada kebutuhan proyek maka tentunya harus segera dapat dipenuhi;

Pak Kharis:
1. dalam pelaksanaan jasa konstruksi ada nilai-nilai yang sifatnya lokal, terkait standar nasional Indonesianya.
Tentunya nantinya diharapkan perlu dipertimbangkan agar dapat disesuaikan dengan konsep standar
protokol;
2. PPK dan Satker agar ikut dalam kolaborasi BIM, untuk ikut melakukan approval terhadap dokumen yang
dihasilkan BIM, walaupun saat ini belum ada standar dokumen yang baku dan masih tetap dibutuhkan
dokumen print out konvensional.

Pak Riky
1. Perlu ada semacam BIM working group atau commitee untuk merumuskan dokumen yang diperlukan dan
konsistensinya dalam pengembangan standar protokol bisa dijaga.

Enni Soetanto
1. Kolaborasi sangat penting dari ketiga pihak, baik klien, kontraktor dan konsultan.
2. Bila ada working group maka harus melibatkan ketiga pihak tersebut
Tanggapan

Enni Soetanto
3. Dalam persiapan tender, biaya software dan perangkat pendukung BIM harus sudah dimasukan;
4. Terkait riset, konsultan lokal belum ada progres lebih jauh terkait penerapan BIM.

Ibu Dian Irawati


Bila ada surat edaran, antara Ditjen CK dan Perumahan perlu ada sinergi karena sama-sama bentuk
bangunannya, agar tidak ada dua SE yang dibentuk sehinggatetap ada integrasi;

Ibu Yolanda
Ada usulan jika bisa kedepannya yang akan membuat panduan BIM untuk level teknis adalah di tiap-tiap unor,
sehingga mungkin untuk standar protokol yang akan dibuat oleh Direktorat Kelembagaan maka nantinya akan
pada level manajemen;
Arahan Penutup Bapak Ir. Nicodemus Daud, M.Si
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksii

1. Konsep standar protokol berusaha mengakomodir semua masukan yang ada, agar tidak ada poin
yang terlewat, nantinya draft dokumen konsep agar dikirimkan ke semua unor untuk dikoreksi;
2. Konsep standar protokol yang dibuat oleh Direktorat Kelembagaan dan SDK sifatnya umum dan
dapat berlaku untuk semua unor di PUPR;
3. Apabila dari unor memiliki hal-hal yang sifatnya khusus silahkan dibuat oleh masing-masing unor;
TERIMA KASIH
08 September 2020

Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya konstruksi

Anda mungkin juga menyukai