043 Hiperbilirubinemia
043 Hiperbilirubinemia
Disusun Oleh :
Nova Windarti (1915471043)
Tingkat 2 Reguler 1
Modul Teori ini disusun untuk membantu dan memfasilitasi peserta didik dalam
mempelajari Konsep penanganan awal kegawatdaruratan maternal pada pasca salin. Salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran di kelas adalah modul teori
oleh karena itu keberadaan dan pemberdayaan buku ini menjadi baguan yang penting
Modul teori ini terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran dengan topik bahasan sebagai
berikut :
Kegiatan pembelajaran : Hiperbilirubinemia
Modul ini masih belum sempurna, oleh karena itu penyusun berharap agar para
pemakai modul ini dapat memberikan sumbangan saran untuk perbaikan modul ini. Semoga
modul ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak, semoga modul teori ini dapat bermanfaat.
Penyusun
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
Materi
Hiperbilirubinemia
1. Pengertian Hiperbilirubinemia
2. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.
Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan
dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui
traktus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum
terdapat bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi
bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin
terus bersirkulasi.
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya
dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Neonatus mempunyai
kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin
yang rendah dan kapasitas ikatan molar yang kurang. Bilirubin yang terikat dengan
albumin tidak dapat memasuki susunan syaraf pusat dan bersifat toksik.
Pigmen kuning ditemukan di dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin, reduktase, dan agen pereduksi
non enzimatik dalam sistem retikuloendotelial. Setelah pemecahan hemoglobin,
bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler “Y protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein.
Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam
uridin disfoglukuronat (uridine disphoglucuronid acid)glukurinil transferase menjadi
bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air (bereaksi direk).
Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melaui ginjal.
Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melaui membran kanalikular.
Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali menjadi
sirkulasi enterohepatik.
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang
melebihi kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin yang telah diekskresikan
dalam jumlah normal. Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan oleh
obstruksi saluran ekskresi hati. Apabila konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL
maka bilirubin akan tertimbun di dalam darah. Selanjutnya bilirubin akan berdifusi
ke dalam jaringan yang kemudian akan menyebabkan kuning atau ikterus.
Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut
lemak, tak terkonjugasi, non polar (bereaksi indirek). Pada bayi dengan
hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya
glukoronil transferase. Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena
penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatic.
3. Penyebab Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir sering timbul karna fungsi hati masih belum
sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah. Hiperbilirubin juga bisa
terjadi karna beberapa kondisi klinis, diantaranya adalah:
a. Ikterus fisiologis, merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir. Jenis bilirubin yang menyebabkan pewarnaan kuning pada ikterus disebut
bilirubin tidak terkonjugasi, merupakan jenis yang tidak mudah di buang oleh
bayi.
b. Breastfeeding jaundice, keadaan ini dapat terjadi pada bayi yang mendapat air
susu ibu (ASI) eklusif. Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada
hari kedua atau ketiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan.
c. Ikterus ASI (breastmilk jaundice), ikterus ini berhubungan dengan pemberian ASI
dari seorang ibu tertentu biasanya akan timbul pada setiap bayi yang
disusukannya bergantung pada kemampuan bayi tersebut mengubah bilirubin
indirek.
4. Tanda dan Gejala Hiperbilirubinemia
Soal Pilgan
1. Terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah mencapai lebih dari 10mg%
disebut…..
a. Ikterus
b. Hiperbilirubinemia
c. Politsemia
d. Sepsis
e. Dehidrasi
1. B
2. E
3. D
4. C
5. D
Essay
1. Mengapa pemeriksaan bilirubin direct harus tepat dalam waktu 3 menit?
Jawaban:
Karena hasil pembacaan dapat meningkat perlahan karena fraksi indirect
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, dkk.2005. Buku Ajaran Keperawatan Edisi 4.jakarta: EGC
2. Maryuni anik, dan puspita eka.2013. Buku Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal Edisi 1: Jakarta TIM
3. Apriastuti, D. A. 2007. Kejadian Hiperbilirubinemia Akibat Inkompatibilitas ABO di
R.S.U.D pandang arang boyolali. Solo: Fakultas Kedokteran UNS
4. Dahlan, M.S. 2005. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medik
5. Wiknjosastro, 2018. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Jakarta
6. Gunawan J, Teddy S. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta:
EGC
7. Rohani, S dan Wahyuni, R.R. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Ikterus Pada Neonatus
8. Subekti, N. 2008. Buku Asuhan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC