Anda di halaman 1dari 35

PERTANIAN INOVATIF (IPB 10C)

Kuliah III
AGRARIAN, AGROMARITIM
DAN KEBIJAKANNYA
Oleh:
Tim Pengajar
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo ARIFIN, MS (Koordinator)
Tujuh Tips Mengikuti Video Conference
1. Menggunakan akun dengan nama aseli-lengkap
2. Menggunakan Profile Picture/Display Picture dengan portrait diri aseli (tidak
menggunakan gambar binatang, pemandangan atau lainnya)
3. Memakai busana yang sopan, sesuaikan dengan agenda Forumnya (terutama
busana atas yang akan tertangkap kamera)
4. Mengatur posisi yang baik di depan layar komputer atau layar handphone, posisi
duduk menghadap frontal ke layar/kamera
5. Tidak melakukan aktivitas makan, minum, bicara dengan orang lain maupun
dengan telepon yang tertangkap mic dan kamera.
6. Karena itu selalu matikan mode suara - mute dan matikan mode video saat sedang
tidak berbicara. Atau HOST berhak me-mute mic semua peserta di saat Pembicara
Utama sedang berbicara.
7. Pada saat diskusi, silakan mengacungkan tangan atau menulis di Chat Room untuk
mendaftar bertanya dan menuliskan pertanyaannya secara singkat. Jika
moderator meminta, baru unmute dan nyalakan mode videonya. Host akan
mencatat pertanyaan yang paling signifikan untuk dibacakan oleh moderator.
Learning Outcome:

Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa Mahasiswa mampu:


• merumuskan contoh-contoh makna sumber agraria nasional,
• pola-pola pengaturan pengaturan sumber-sumber agrarian dan
kebijakan, dan permasalahan yang dihadapi dalam sistem agrarian dan
kebijakan pertanian, dan
• memahami konsep agromaritim

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 3


KEAGRARIAAN
• Indonesia merupakan negara kepulauan yang agraris.
• Sumberdaya alam di daerah tropis seperti Indonesia sangat melimpah.
• Sumberdaya alam menjadi perebutan untuk keberlangsungan hidup bangsa.
Apa yang dimaksud dengan agraria?
Banyak yang mengasosiasikan istilah “agraria” dengan “pertanian” saja, bahkan lebih
sempit lagi, hanya sebatas “tanah pertanian”.
Ini merupakan salah tafsir (Fallacy).
Secara estimologi, istilah “agraria” berasal dari Bahasa Latin:
• “Ager”, yang artinya (a) lapangan; (b) pedusunan (sebagai lawan perkotaan); (c)
wilayah; (d) tanah negara.
• “Agger” (dengan dua huruf ‘g’), yang artinya: (a) tanggul penahan; (b) pematang;
(c) tanggul sungai; (d) jalan tambak; (e) reruntuhan tanah; (f) bukit

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 4


AGRARIA?
• Dari pengertian tersebut:
Istilah “agraria” itu bukan sekedar “tanah” atau “pertanian”
saja.
• Kata-kata “pedusunan”,”bukit”,”wilayah”, dan lain-lain itu
jelas menunjukan arti yang lebih luas, karena di dalamnya
tercakup segala sesuatu yang terwadahi olehnya.
• “Pedusunan”, misalnya, di situ ada tumbuh-tumbuhan, ada
air, ada sungai, mungkin juga ada tambang, ada hewan, dan
ada masyarakat manusia!

Undang-Undang 5/1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria (dikenal dengan UUPA):
AGRARIA adalah Bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan
yang terkandung di dalamnya

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 5


Sumber-sumber Agraria (SSA)
Berdasarkan ketentuan yang dinyatakan empat ayat dalam Pasal 1 UUPA, dirumuskan lima
jenis sumber-sumber agraria sebagaimana diringkaskan berikut ini:

1. Tanah atau permukaan bumi yang merupakan modal alami utama bagi kegiatan
pertanian dan peternakan.
2. Perairan baik berupa sungai, danau atau laut yang merupakan modal alami utama bagi
kegiatan perikanan, baik perikanan budidaya atau tangkap.
3. Hutan yang berarti kesatuan flora dan fauna dalam suatu wilayah di luar kategori tanah
pertanian yang merupakan modal alami utama bagi komunitas-komunitas perhutanan
yang hidup dari pemanfaatan hasil hutan menurut kearifan tradisional.
4. Bahan tambang yang mencakup beragam bahan mineral seperti emas, bijih besi, timah,
tembaga, minyak, gas, intan, batu-batu mulia, fosfat, pasir, batu, dan lain-lain.
5. Udara yang mencakup bukan saja “ruang di atas bumi dan air”, tetapi juga materi udara
itu sendiri yang arti pentingnya terasa semakin besar di tengah perubahan iklim global
belakangan ini.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 6


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Perairan Laut

Pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis kearifan lokal

Masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia


mengenal dan mempunyai pengalaman, pengetahuan dan praktik
dalam pengelolaan sumber agrarianya.
Praktik pengelolaan tersebut:
• Panglima Laot di Aceh,
• Sasi di Maluku dan Papua,
• Awig-awig di Nusa Tenggara Barat, dan
• istilah kearifan lokal lainnya di beberapa tempat lain di Indonesia.

Di sebagian tempat pengelolaan oleh masyarakat lokal tersebut telah


hilang atau setidaknya meluntur tapi pada sebagian yang lain
direvitalisasi atau direkonstruksi ulang agar dapat jalankan kembali

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 7


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Perairan Laut

Zaman kolonial

• Kehadiran Belanda dalam pelayaran membawa konsep


mare liberium (laut bebas) yang bertentangan dengan
konsep mare clausum (laut tertutup) berdasarkan doktrin
dominio maris (laut sebagai milik) dari Portugis, Spanyol,
Inggris (Mare Anglicanum) dan Denmark

• Pertentangan antara mare liberium dan mare clausum


memperoleh titik temu melalui ajaran van Bynkershoek
bahwa laut dapat dimiliki oleh suatu negara pantai sejauh
dapat dikuasai dari darat (misalnya, sejauh tembakan
meriam), dan laut di luar itu dianggap bebas untuk
semua orang

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 8


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Perairan Laut
Deklarasi Djuanda dan Wawasan Nusantara

• Mengacu pada Territoriale Zee en Maritieme Kringen


Ordonantie 1939: 22 tentang Laut Teritorial dan
Lingkungan Maritim: laut territorial Indonesia sepanjang 3
mil merugikan Indonesia.

• Pada 13 Desember 1957 diterbitkan Undang-Undang No 4


(Prp)/1960 Tentang Perairan Indonesia (Deklarasi
Djuanda): merevisi lebar laut 3 mil menjadi 12 mil diukur
dari garis pangkal kepulauan Indonesia. Diatur pula
mengenai hak lintas damai bagi kapal-kapal asing
sepanjang tidak bertentangan dengan kedaulatan dan
keselamatan negara Indonesia.

• Deklarasi Djuanda diperjuangkan di antaranya pada


Konferensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 9


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Perairan Laut
Pengaturan Wilayah Laut: WPP-NRI dan HP-3

• Wilayah Pengelolaan Perikanan Negera Republik Indonesia (WPP-


NRI) digunakan dalam rangka penyatuan wilayah pengelolaan perikanan
untuk penangkapan ikan yang meliputi wilayah perairan dan wilayah
yurisdiksi. Di seluruh laut Indonesia berjumlah 11 WPP-NRI.
• Melalui WPP-NRI pula dapat diketahui estimasi potensi sumberdaya ikan
utama, tangkapan ikan dominan dan informasi tingkat eksploitasi ikan.

• Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) tertera dalam UU No 27/2007


tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP-PPK).
• Secara umum HP-3 sebagai pintu masuk dan alas (hak) yang kuat bagi
swasta dan pemerintah untuk menguasai dan memanfaatkan SSA pesisir
dan pulau-pulau kecil.
• Secara operasional HP-3 dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber
agraria pesisir dan pulau kecil yang mencakup atas permukaan laut dan
kolom air sampai dengan permukaan dasar laut.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 10


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan
Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dan Hak Tunggal

• kongsi dagang bersama Belanda yang didirikan pada tanggal 20 Maret


1602.
• VOC diberi kuasa oleh Parlemen Belanda dengan kewenangan yang
disebut hak octrooi (hak tunggal).
• Hak/kewenangan dalam memonopoli pelayaran dan perdagangan,
mengumumkan perang, mengadakan perdamaian, dan mencetak uang.
• Hak tunggal diberikan kepada VOC: menguasai perdagangan sampai
pada penguasaan sumber agraria seperti tanah dan hutan, dan tenaga
kerja.
• Penguasaan tanah oleh VOC, misalnya, dilakukan dengan cara-cara
penaklukan melalui kekuatan militer, perjanjian dengan kesultanan atau
organisasi politik di pribumi, dan penerbitan izin/larangan pada sumber
agraria seperti hutan.
• Pada tahapan selanjutnya, hak tunggal ini mempunyai kaitan erat dengan
Prinsip Domein Verklaring.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 11


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan
Preanger Stelsel dan Cultuurstelsel

1. Kebijakan Preanger Stelsel dilaksanakan oleh VOC di


tanah Pasundan pada tahun 1720. Rakyat Pasundan
diwajibkan menanam kopi, dan harga kopi yang telah
ditentukan (Luthfi, 2011).

2. Pada Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) yang


diberlakukan pada masa kekuasaan Johanes van den
Bosch tahun 1830, rakyat dipaksa untuk menanam
tanaman ekspor. Tanaman ekspor tersebut ditanam
pada lahan yang dimilikinya, hasilnya wajib diserahkan
kepada pemerintah dengan harga yang telah
ditentukan.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 12


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan
Sistem Landrente

1. Thomas Stamford Raffles (1811-1816) menerapkan


landrente (pajak tanah) di Hindia Belanda. Pola
penguasaan tanah dalam masyarakat pribumi berada
dalam kekuasaan raja.
2. Kesimpulan ini tidak sepenuhnya benar karena terdapat
sekolompok masyarakat dan tanahnya yang tidak berada
di bawah raja.
3. Penyelidikan pola penguasaan lahan oleh Raffles ini
dilakukan untuk menertibkan administrasi kadastral
pertanahan, dan memuluskan usahalandrente (pajak
tanah).
4. Tanah-tanah tersebut disewakan melalui kepala desa, dan
selanjutnya dikenakan pajak tanah.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 13


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan

Domein Verklaring oleh Agrarische Wet 1870 (Belanda)

1. semua tanah yang di atasnya tidak dapat dibuktikan adalah hak eigendom oleh seseorang,
adalah milik dari negara (Arizona, 2014).
2. Artinya, pembuktian atas klaim penguasaan/ pemilikan tanah yang sah dibebankan kepada
orang lain yang merasa menguasai/memiliki tanah, bukan pemerintah Hindia Belanda.
3. Domein verklaring disebut juga dengan istilah Domein Beginsel, Prinsip Domein, Asas
Domein, Doktrin Domein, Teori Domein, Konsep Domein atau Deklarasi Domein.
4. Pemberlakuan Domein Verklaring berkonsekuensi pada pembagian status tanah menjadi
dua yaitu:
a) Tanah negara bebas
b) Tanah pribumi sebagai tanah negara tidak bebas

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 14


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan
Landreform dan Reforma Agraria

• Landreform dan reforma agraria (agrarian reform) seringkali digunakan secara berganti
sekalipun dengan makna yang berbeda.
• Landrefom merujuk pada penataan ulang distribusi penguasaan atau pemilikan SSA
sedangkan reforma agraria bermakna landreform dan dilengkapi dengan perbaikan sosial
ekonomi dan politik para subyek petani.

• Perbaikan distribusi SSA dan relasi sosio-agraria pada tahun 1960 dilakukan pada empat aras.
1) penyusunan peraturan perundang-undangan dengan diterbitkan Undang-Undang No
5/1960 tentang Peraturan Pokok Agraria (UUPA).
2) penataan ulang distribusi penguasaan dan pemilikan sumber-sumber, dan perbaikan relasi
penyakapan (land refom dan tenancy reform).
3) penataan peruntukan penggunaan SSA (land use).
4) program penunjang landreform di antaranya koperasi konsumsi dan produksi, dan
pembangunan infrastruktur jalan dan waduk untuk pertanian.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 15


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan

Revolusi Hijau dan urgensi Reforma Agraria

• Revolusi Hijau bertumpu pada modernisasi teknologi


pertanian di antaranya bibit unggul, pupuk, dan mekanisasi
(traktor dan huller).
• Munculnya program Bimbingan Massal (BIMAS)
• Swasembada pangan hasil produksi beras memang tercapai
tapi pada aspek sosial-ekonomi revolusi hijau lebih banyak
memberikan manfaat pada petani lapisan menengah dan atas
saja.
• Petani mendapatkan banyak manfaat dari masuknya
teknologi dalam modernisasi pertanian.
• Revolusi hijau dijadikan solusi teknokratis untuk peningkatan
kesejahteraan petani tanpa diawali dengan melakukan
pembaruan agraria.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 16


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan
Pengakuan Masyarakat Adat

• Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 35/PUU-X/2012 dalam


Pengujian Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar
1945. disebutkan di antaranya bahwa ‘Hutan adat adalah hutan
yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat’. Hutan Adat Baduy
• Kalimat ini mengubah kalimat berikut: ‘Hutan adat adalah hutan
negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat’ dalam
UU No 41/1999.
• Terdapat tiga hutan yaitu: hutan negara, hutan hak, dan hutan
adat.
• Putusan MK ini sebagai bentuk perlindungan, pengakuan dan
penghormatan terhadap masyarakat adat dan hak ulayatnya.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 17


Cuplikan Sejarah Relasi Sosial Agraria: Daratan

Perhutanan Sosial

• Permen LHK No P.83/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/10/2016 tentang


Perhutanan Sosial
• Perhutanan sosial merupakan pemberian akses wilayah kelola
secara legal kepada kelompok masyarakat tertentu dalam
pengelolaan hutan lestari agar masyarakat memperoleh manfaat
untuk peningkatan kesejahteraan.
• Skema Perhutanan Sosial yaitu Hutan Desa (HD), Hutan
Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR),
Kemitraan Kehutanan (KK), Hutan Adat (HA).
• Pada wilayah perhutanan mempunyai skema Izin Pengusahaan
Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) dan Pengakuan Perlindungan
Kemitraan Kehutanan (Kulin KK).

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 18


Relasi Tata Kepengurusan SSA

Hubungan manusia dengan SSA secara sederhana dapat dibedakan


dalam dua ciri utama, yaitu:

1. hubungan teknis antara manusia dengan SSA (aktivitas manusia).


Contoh: pembuatan terasering agar tidak terjadi degradasi
lingkungan.
2. hubungan sosial antara manusia dengan manusia berkaitan
dengan SSA (relasi sosial ekonomi). Contoh: sistem bagi hasil.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 19


Potensi SSA
Kondisi dunia pertanian saat ini:
• Pada tahun 2015-2018 impor beras meningkat (Santosa, 2018).
• Terjadi peningkatan volume impor pangan untuk 21 komoditas subsektor tanaman pangan
tahun 2018.
• Penguasaan dan penggunaan/pemanfaatan di wilayah kehutanan hingga tahun 2016
menunjukkan jumlah wilayah hutan di Indonesia sebesar 194,786 ha yang dibagi kawasan
hutan dan perairan seluas 126.029 ribu ha (65%) dan APL 68.757 ribu ha (35%) (KLHK,
2016).
• Distribusi alokasi pemanfaatan hutan berdasarkan fungsi hutan terdiri atas Kawasan
Suaka Alam-Kawasan Pelestarian Alam (KSA-KPA), KSA-KPA, Hutan Lindung, Hutan
Produksi Terbatas, HP, dan HPK.
• Luas penggunaan kawasan hutan dan distribusi penguasaanya pada tahun 2015 yaitu:
kegiatan non kehutanan, kegiatan kehutanan skala besar mencakup Hutan Alam, Hutan
Tanaman Industri dan Restorasi Ekosistem; dan kegiatan kehutanan skala kecil yang terdiri
atas Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 20


Potensi SSA
Pada bagian sumber agraria perairan laut:

• lautan seluas 3.257.483 km2 dimanfaatkan di antaranya untuk perikanan tangkap, budidaya
dan kawasan konservasi.
• Jumlah nelayan 2.265.859 orang pada tahun 2016: nelayan penuh 1.165.284 orang, nelayan
sambilan utama 772.887 orang, dan nelayan sambilan tambahan 327.688 orang.
• Kapal yang digunakan dalam penangkapan ikan pada tingkat nasional yaitu: tanpa motor
190.923 kapal, motor temple 181.178 kapal, dan kapal motor 171.744 kapal.
• Rumah tangga perikanan (RTP) tangkap dan budidaya pada tahun 2016 sebagai berikut:
perikanan tangkap laut 683.249 RT; pembudidaya laut 167.680 RT, dan tambak 263.530 RT.
• Budidaya laut pada tahun 2015 memiliki potensi sebesar 12.123.383 ha namun baru
dimanfaatkan seluas 281.474 ha, sehingga masih tersedia peluang pengembangan
11.841.909 ha (BPS, 2018)

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 21


Masa depan pemanfaatan SSA
• Indonesia mempunyai kelimpahan SSA mulai dari daratan, perairan laut hingga
udara termasuk kekayaan yang terkandung di dalamnya. Dengan dipandu oleh
semangat dan prinsip dalam UUD 1945 dan Pancasila, ragam SSA dan
potensinya tersebut dipergunakan untuk kemakmuran rakyat secara material
dan spiritual.

• Kemakmuran mencakup terpenuhinya kebutuhan pangan, energi, sandang,


dan papan; kebutuhan pendidikan dan kesehatan; dan kebebasan dalam
berkumpul/berserikat dan dalam menunaikan keyakinan religiusitas.

• Agar kemakmuran setiap orang/kelompok tercapai, maka perbaikan tata kuasa


dan tata kepengurusan SSA mutlak dijalankan.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 22


Definisi IPB: Agro-Maritim 4.0
❖Darat, laut & udara sebagai
kesatuan sistem sosial,
ekonomi dan ekologi
kompleks
❖Dikelola dengan pendekatan
transdisiplin, terpadu dan
transformatif
❖Diarahkan pada karakteristik
industri 4.0

IPB 113 | lms.ipb.ac.id 03/09/2020 23


Revolution of Industry 4.0 :
➢ Disruption
➢ Great shifting
➢ New Challenges
➢ Comptetitive
Agriculture

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 24


Millennieal Age & Industry 4.0

➢ Disrupsi,
➢ Great shifting,
➢ Tantangan baru dan
kompleks,
➢ Ketangkasan/agileness
➢ Daya saing/competitiveness

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 25


Agroindustri 4.0

✓ Keterhubungan & Keterpaduan (Hulu Hilir)


✓ Real-time
✓ Beracuan data & informasi
✓ Frontier Technologies (IT, Un-Manned Machines, HPC, IoT, Smart Field Sensors, Big Data,)

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 26


CYBER-PHYSICAL SYSTEM (CPS)

CPS: Integrasi
komputasi dengan
proses fisik yang
perilakunya
ditentukan oleh
bagian cyber dan
fisik sistem.

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 27


Tahapan Teknologi menuju Smart Agro-system 4.0

Smart
agrosystem

Automated
Tingkat capaian

agrosystem
technology

Integrated
agrosystem

Instrumented
Agrosystem

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 28


Tahapan Teknologi menuju Smart Agro-system 4.0
Data driven

Tingkat capaian technology


Smart
ICT-based
agrosystem
Precision-based
Multi-disiplin
Transformatif & participative Automated
Paradigma bisnis agrosystem
Big data building
Robotics
Artificial Inteligent Integrated
Network/IoT agrosystem
Sensors

Instrumented
Agrosystem

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 29


Technologies should specifically
contribute to productivity &
sustainability
Klaster Riset berbasis Tipologi Output

AGRO-
MARITIM SERVICE

4.0
PRODUCTION 4.0

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020 31


Agro-maritim 4.0: Contoh Roadmap Klaster Produksi
Agrosystem Production 4.0
IoT Agrosystem Solutions
Precision Smart Smart Smart Genetic Smart Production Smart Smart Plant
Agriculture Weather Tools Breeding Systems Plantation Protection
Smart Soil Optimization of Pesticides Smart Smart Plant
Detection and Fertilizers Greenhouses Factory
Powered by Artificial intelligent, Machine Learning, Robotics and Automation

Agrosystem Internet of Things (IoT) Platform

Data Storage (Cloud Technology), Processing, Analysis BIG DATA


Gateways
Environmental Weather Soil Water Plant Animal
sensors sensors sensors sensors sensors sensors
… Automated tools
Farm Green
Weather Tools and sensors for data
Energy
collection
Agro-maritim 4.0: Contoh Roadmap Klaster Jasa
Agrosystem Management and Services 4.0
Integrated Stakeholders Solution
Intelligent Smart market Smart Finance Intelligent consumer Smart
Blockchain
e-commerce analysis Technology behavior analysis e-governance
Customer Relationship Enterprise Resource Human Resource Content Management
Management (CRM) Planning (ERP) Management (HRM) System (CMS)

Powered by Artificial intelligent, Machine Learning, Robotics and Automation

Agrosystem Internet of Things (IoT) Platform

Data Storage (Cloud Technology), Processing, Analysis BIG DATA


Gateways
Consumer Market sensors Price sensors Production Other data
sensors and data and data and data data

Business
… Automated tools
Government Fund and and sensors for data
sectors and Customers Farmers
Investors
marketplace collection
Model Agrosistem Cerdas 4.0
Selamat Belajar….
Sampai Bertemu Kembali pada
Kuliah Minggu ke-4

Unduh materi di : course.ipb.ac.id

IPB 10C | newlms.ipb.ac.id 03/09/2020

Anda mungkin juga menyukai