Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Mozaik

Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390


Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI BERDAMPAK PADA GENERALISASI


UNSUR SOSIAL BUDAYA BAGI GENERASI MILENIAL

NURLAILA SUCI RAHAYU RAIS1


M MAIK JOVIAL DIEN2
ALBERT Y DIEN3

1) Dosen AMIK Raharja


2) Alumni Magister Hukum Universitas Gajah Mada
3) Dosen AMIK Raharja

E-mail: nurlaila@raharja.info1, joialdien@yahoo.com2, albert@raharja.info3

ABSTRAK
Teknologi informasi melaju dengan pesatnya mendorong terjadinya perubahan perspektif sosial
budaya pada generasi muda yang lebih populer sebagai para milenial (Gen Y), perkembangan
teknologi menjadi momentum lahirnya era globalisasi yang juga berdampak semakin terbukanya
beragam budaya-budaya bangsa secara global. Respon set yang ditampilkan oleh berbagai budaya
terutama pada segmentasi milenial kini akan sama dan ini yang menjadi permasalahan serius bangsa
Indonesia karena memicu degradasi budaya yang dapat membahayakan kelestarian budaya asli. Ciri
khas milenial yang kreatif dan inovatif, namun sisi negatifnya materialistis, konsumtif, dan cenderung
lebih mengagungkan budaya bangsa lain dari pada budaya sendiri dengan model kehidupan yang
bebas, hedonis, individualistis, serta pragmatis. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
kualitatif melalui pendekatan sosiologi hukum dan penerapan teori psikologi perilaku (behaviour),
dengan maksud agar penelitian ini mampu menjawab apakah globalisasi informasi terhadap unsur
sosial budaya bangsa lain yang diserap oleh generasi milenial akan berpengaruh pada berubahnya
karakter dan perilaku mereka terhadap unsur sosial budaya nasional. Penelitian ini mengambil satu
kesimpulan, bahwa efek informasi global dapat memberikan perubahan signifikan terhadap pola
pandang generasi milenial, oleh karenanya sebagai generasi penerus bangsa dan penyelamat budaya
bangsa, para milenial perlu dibekali dengan pemahaman dan pengimplementasian ajaran nilai-nilai
Pancasila melalui pembinaan dan kaderisasi disertai upaya memperkokoh rasa nasionalisme dan
menjaga kebhineka tunggal-ika-an, dengan demikian degradasi unsur sosial budaya dapat
diminimalisir. Diperlukan peran pemerintah agar dapat menerapkan peraturan-peraturan yang jelas
dan tegas berikut sanksi-sanksinya untuk melawan penyalahgunaan internet, membuat kebijakan
hukum yang tepat berkaitan dengan pesatnya kemajuan teknologi sebagaimana hukum harus dapat
bersifat elastis pada permasalahan yang dihadapi sehingga degradasi budaya akan dapat dicegah.

Keywords : dampak teknologi, generalisasi unsur sosial budaya, generasi milenial

ABSTRACT

The rapid development of information technology encourages the occurrence of changes


in socio-cultural perspective on the youth generation known as millennial (Gen Y),
technological developments become the inception momentum of globalization era which
influential as well the more revealing the diverse cultures around the world. The response
sets performed by various cultures, especially on millennial segmentation will be the same
and this is a serious problem in this country as it triggers cultural degradation that can

61
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

endanger the cultural continuity in Indonesia. Millennial characteristics are creative and
innovative, but the negative side of materialistic, consumptive, and tend to feel very
prestigious imitate the cultures of other nations from its own culture with a free lifestyle,
hedonist, individualistic, and pragmatic. This study was conducted using qualitative method
through the approach of legal sociology and the application of behavioral psychology theory,
it is intended that this study was able to answer whether the information globalization of
foreign social-cultural elements accepted by millennial generation will have an impact on
changing their character and behavior towards national socio-cultural elements. This
research takes a conclusion that the effect of global information can provide significant
changes to the millennial-generation viewpoint, therefore as the next nation generation and
the nation's culture savior, the millennial need to be prepared with appreciation and deep
understanding of Pancasila through education and regeneration with the effort to strengthen
nationalism and preserve Bhinneka-Tunggal-Ika, thus the degradation of socio-cultural
elements could be minimized. It takes the government's role to make strict rules and sanctions
against the misuse of the internet, making appropriate legal policies related to the rapid
technological advancement as the law must be adaptable in the phenomena so that cultural
degradation will be prevented.

Keywords: impact of technology, socio-cultural element generalization, millennial


generation

PENDAHULUAN yang dapat membantu meringankan kegiatan


Globalisasi tidak dapat dielakkan lagi, manusia dalam beragam aspek kehidupan
pasti akan terjadi dan harus dihadapi oleh seperti pekerjaan, hiburan, belajar dan lain
masyarakat dunia, tidak terkecuali di Indonesia. sebagainya. Mulanya teknologi berkembang
Merupakan keharusan bagi suatu negara untuk secara perlahan tapi pasti seiring dengan
mengikuti perkembangan demi perkembangan, lajunya kebudayaan itu sendiri dan tingkat
berlomba menjadi yang termaju dan pada peradaban manusia, namun pada akhirnya
kenyataannya globalisasi mampu memaksa perkembangan teknologipun melesat dengan
kepada setiap negara untuk membuka diri sangat cepat. Semakin maju kebudayaannya,
dalam setiap lini kehidupan yaitu bidang semakin berkembang teknologinya karena
politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu teknologi merupakan perkembangan dari
pengetahuan dan teknologi (IPTEKS). kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib,
Kemajuan teknologi saat ini sudah menyatu 2011:254).[1]
dengan kehidupan masyarakat dan pengaruhnya Dalam ilmu sosial khususnya Psikologi,
pun dari masa ke masa berbeda-beda dikenal beberapa kelompok generasi manusia,
berdasarkan pada kecanggihannya, sehingga, masing-masing memiliki keunikan dan
semua kejadian yang terjadi di dunia ini atau identitasnya tersendiri, yang antara lain: Baby
informasi apapun langsung tersebar melalui boomers (kelompok yang lahir tahun 1945
internet yang tanpa batas. hingga 1960), Generasi X (1961-1980),
Kini di era kehidupan masyarakat digital kemudian Generasi Y (1981-1995), bahkan saat
sangat tidak mungkin dan bahkan dikatakan ini mulai dikenal Generasi Z. Masyarakat
sangat tidak bijaksana bila orang mengatakan Indonesia yang lahir sekitar tahun 1980 hingga
say no to technology. Tidak dipungkiri lagi, 1995 juga disebut dengan Generasi Milenial,
memang teknologi dibutuhkan, namun yang yaitu generasi yang lahir dan dibesarkan
terpenting perlu mempertimbangkan dampak bersamaan dengan majunya teknologi
baik-buruk yang ditimbulkannya serta (termasuk teknologi komunikasi). Aktivitas
memahami bahwa penggunaan teknologi kehidupan generasi milenial yang begitu akrab
haruslah berlandaskan etika. Teknologi dengan suasana globalisasi, memperlihatkan
haruslah bermanfaat dan menjadi suatu alat beragam informasi yang begitu mudah diakses

62
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

melalui perangkat teknologi yang melekat bertentangan atau tidak cocok dengan karakter
secara individu, bahkan begitu mudahnya akses dan tatanan hidup bangsa.
publik memunculkan istilah “banjir informasi”, Penelitian ini mencoba melihat apakah
yaitu ketika seorang individu tidak mampu lagi telah terjadi generalisasi unsur budaya asing
membedakan informasi mana yang baik dan terhadap nilai luhur bangsa, ditengah pesatnya
dibutuhkan dengan informasi yang harus laju berkembangnya teknologi informasi di
dihindari atau diragukan kebenarannya, semua masyarakat, termasuk efektifitas regulasi atas
ditelan tanpa lebih dahulu melalui fase seleksi penerapan teknologi informasi yang berlaku di
dan verifikasi. Indonesia. Secara terperinci penelitian ini
Indonesia adalah negara yang kaya dengan dimulai dengan pertanyaan apakah globalisasi
ragam budaya, suku, etnis dan keragaman ini informasi budaya asing yang diserap oleh
yang membentuk luhurnya nilai budaya yang generasi milenial akan berpengaruh dan
sangat membanggakan. Landasan kehidupan mengakibatkan karakter dan perilaku berubah
budaya bangsa begitu apik tercantum dalam sehingga mereka akan melupakan budaya
dasar falsafah dan ideologi bangsa Indonesia, nasional? Apakah derasnya arus kemajuan
yaitu Pancasila. Moderenisasi identik dengan teknologi informasi juga berpotensi dalam men-
perkembangan pola hidup masayarakat dan generalisir budaya asing dengan budaya asli
kemajuan teknologi, namun demikian masih Indonesia yang berdasarkan Pancasila? Kondisi
ada satu pernyataan yang pasti, yaitu Pancasila seperti ini dikhawatirkan mengakibatkan
tidak pernah lekang oleh waktu untuk terjadinya ketimpangan sosial budaya, dimana
senantiasa menjadi landasan bangsa ini. Namun masyarakat terutama generasi milenial sudah
apakah hal ini hanyalah sebuah metafora tidak mengenal budayanya sendiri dan
belaka? Apakah perubahan generasi dan pola mengakibatkan pengikisan budaya asli. Oleh
komunikasi mengancam nilai-nilai Pancasila? karenanya menjadi relevan jika terdapat
Faktanya, kian hari semakin jelas terlihat pertanyaan, sejauh mana hukum yang berlaku
perubahan yang terjadi pada masyarakat, mampu menjadi pelindung budaya bangsa atas
terutama dalam hal gaya dan pola hidupnya, gradasi nilai yang semakin terasa? Kondisi ini
sikapnya lebih mengarah ke egois dan diduga terjadi atas imbas begitu bebasnya arus
prakmatis. Lebih lanjut pola kehidupan modern informasi yang diserap oleh generasi milenial,
mulai menunjukan perkembangan ke arah sehingga mulai terbentuk paradigma dan upaya
masyarakat yang bersikap individualis, mengeneralisasi unsur sosial budaya nasional
konsumtif dan materialistis, terlihat semakin dengan unsur sosial budaya asing, meskipun
pudar nilai-nilai gotong royong, bahkan belum jelas apakah dapat diterima atau tidak
masyarakat menunjukkan sikap sekuler. bertentangan dengan nilai budaya sendiri yang
Terdapat kesamaan dengan generasi milenial berlandaskan Pancasila. Satu hal yang pasti,
yang digambarkan berkarakter positif, kreatif bahwa fenomena degradasi budaya yang mulai
dan inovatif, namun memiliki ciri negatif terasa ditengah masyarakat kita kini harus
seperti materialistis, konsumtif, hedonis dan segera dicari solusinya agar dapat diminimalisir
lebih bangga atau merasa bergengsi apabila atau dicegah.
dapat menampilkan atau meniru gaya budaya
bangsa lain dengan gaya dan pola hidup yang METODE PENELITIAN
bebas dibandingkan dengan budaya sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Budaya Indonesia yang khas dan unik kualitatif. Sukardi (2013:19)[2] mendefinisikan:
selaras dengan landasan berdirinya bangsa ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian
Kebudayaan lokal (daerah) di Indonesia yang berdasarkan mutu atau kualitas dari tujuan
sangat beranekaragam juga terbukti selaras sebuah penelitian itu. Secara umum penelitian
dengan nilai Pancasila, hal ini yang perlu kualitatif didesain untuk obyek kajian yang
dilestarikan dan diwariskan kepada generasi sangat luas dan tidak menggunakan metode
selanjutnya. Globalisasi merupakan jendela ilmiah sebagai patokan. Penelitian dikatakan
untuk melihat dunia dengan segala menggunakan pendekatan kualitatif,
keragamannya, namun bukan untuk sebuah sebagaimana data yang dibutuhkan tidak berupa
penyamarataan, karena budaya asing belum angka-angka dan penganalisaannya
bisa diberlakukan di Indonesia atau bahkan ada menggunakan kata-kata tanpa rumus statistik.
kemungkinannya tidak bisa karena Menurut Creswell (dalam Emzir, 2012:9)[3],
salah satu alasan mengapa seseorang

63
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

melakukan penelitian kualitatif adalah karena inilah yang menjadi karakteristik utama
topik yang diteliti perlu dieksplorasi. Pendapat penelitian kualitatif.
Kirk dan Miller dalam Moloeng (2013:4) [4]
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu LANDASAN TEORI
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara Di era digital ini, masyarakat disibukan
fundamental bergantung dari pengamatan pada oleh penggunaan gadget seperti handphone dan
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam lain sebagainya, sudah menjadi pemandangan
peristilahannya. Penelitian kualitatif sebagai yang tidak asing lagi, dimana setiap orang tanpa
salah satu metode yang secara primer memandang usia asyik dengan peralatan
menerapkan paradigma pengetahuan yang komunikasinya. Penggunaan sosial media
berlandaskan pada pandangan konsrtuktif layaknya facebook, tweeter, instagram dan
dengan mengembangkan suatu teori atau lainnya sudah menjadi kebiasaan hidup sehari-
pandangan partisipatori dalam orientasi politik harinya. Teknologi dapat dipahami sebagai
atau perubahan. Srategi penelitian yang pengetahuan bagaimana caranya membuat
digunakan dalam pendekatan ini seperti naratif, sesuatu (know-how of making things) atau
fenomenologis, etnografis, studi grounded bagaimana melakukan sesuatu (know-how of
theory, atau studi kasus. Peneliti doing things), maksudnya adalah kemampuan
mengumpulkan data penting secara terbuka untuk melakukan sesuatu yang memiliki nilai
terutama dimaksudkan untuk mengembangkan manfaat dan nilai jual yang tinggi. (Martono,
tema-tema dari data. (Emzir, 2013:28)[5] 2012: 276)[9].
Selain menggunakan pendekatan kualitatif, Hal yang mencirikan eksistensinya
pendekatan sosiologi hukum dan teori psikologi generasi milenial adalah generasi gadget,
perilaku (behaviour) juga diterapkan maksudnya adalah generasi yang kesehariannya
sebagaiman hukum dipandang timbul dari tidak terlepas dari peralatan yang berteknologi
permasalahan yang ada dalam masyarakat dan canggih. Berbagai peralatan high-technology
hukum memberikan gejala-gejala sosial dalam tersebut telah menjadi bagian terpenting dan
perilaku masyarakat. Menurut Jenisnya, tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka.
penelitian ini termasuk dalam studi kepustakaan Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
(library research) karena mengkaji sumber data bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial)[10]
dari materi atau literatur dan sumber pustaka. mendeskripsikan bahwa: Milenial atau Generasi
Data sekunder diperoleh dengan meneliti arsip, Y adalah kelompok demografi setelah Generasi
dari buku-buku yang relevan dengan pokok X atau Gen-X. Tidak diketahui secara pasti
permasalahan yaitu kemajuan teknologi kelompok ini kapan berawal dan berakhirnya.
informasi, dampaknya pada budaya asli dan Menurut para ahli maupun para peneliti tahun
generasi milenial, undang-undang yang relevan 1980-an sebagai awal tahun kelahiran
seperti UUITE dan UUD 1945, teori-teori kelompok ini dan pertengahan 1990-an sampai
perilaku, media elektronik atau internet, dan awal 2000-an sebagai tahun akhir kelahiran.
juga diperoleh dari pengolahan dan analisis Milenial secara umum dideskripsikan sebagai
pada penelitian sejenis yang sudah diterbitkan anak-anak dari generasi Baby Boomers dan
di berbagai media. Gen-X yang tua. Milenial kadang-kadang
Menurut Sugiyono (2013:63 [6], secara dikenal dengan istilah "Echo Boomers" sebagai
umum ada empat macam teknik pengumpulan akibat meningkatnya kelahiran atau 'booming'
data, yaitu menggunakan teknik observasi, di tahun 1980-an dan 1990-an.
melakukan wawancara, teknik dokumentasi dan Generasi Milenial dianggap spesial karena
dapat menggunakan teknik terutama kemampuan mereka dalam hal yang
gabungan/triangulasi. Dokumentasi menurut berkaitan dengan teknologi jauh berbeda
Afifuddin dan Saebani (2012:141)[7] dalam dengan generasi sebelumnya, sebagaimana
mengumpulkan data yaitu dengan cara mencari ditulis Yoris Sebastian: (Sebastian, 2016:17-
bukti-bukti dari sumber nonmanusia terkait 30)[11] Generasi Millenials memang berbeda
dengan obyek yang diteliti. Dokumentasi antara lain love learning, tech-savvy multy-
menurut Sugiyono (2013:82)[6] merupakan cara tasker, dan challenge seeker.
pengumpulan data berupa tulisan, gambar atau Masyarakat dan budaya merupakan dua hal
karya-karya nonumental dari seseorang. Data yang menyatu dan tidak terpisahkan. Artinya,
dikumpulkan pada kondisi yang alamiah karena kebudayaan itu melekat dalam diri manusia.
menurut Creswell (2012:261)[8] konteks natural Begitu eratnya hubungan kebudayaan dengan

64
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

masyarakat, Melville J. Herskovits dan sebagainya. Menurut pendapat Paul B. Horton


Bronislaw Malinowski (dalam H. Sulasman, (1987:208)[16] yang mengatakan bahwa secara
2013:29)[12] berpendapat bahwa segala sesuatu mendasar konsep perubahan sosial dan
yang ada dalam masyarakat ditentukan oleh perubahan budaya itu tidak terpisahkan dan
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. saling berhubungan satu dengan yang lainnya
Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural- meskipun mempunyai perbedaan. Perubahan
Determinism. Seorang budayawan yang sosial meliputi perubahan struktur dan relasi
bernama Herskovits melihat kebudayaan sosialnya, sedangkan apabila budaya
merupakan sesuatu yang turun temurun masyarakatnya saja yang berubah ini
diturunkan dari satu generasi kepada generasi dinamakan perubahan budaya. Kebudayan yang
lain, yang disebut sebagai superorganic. ada di masyarakat cepat atau lambat pasti akan
Budaya menurut LeCompte dkk. (dalam mengalami perubahan. Adanya perubahan
Creswell, 2012:462)[13] adalah semua hal yang budaya dipicu oleh kedinamisan sifat budaya
berhubungan dengan tingkah laku manusia dan sebagaimana pendapat Ki Hajar Dewantara
keyakinan, termasuk didalamnya adalah bahasa, (1994:74-75) (dalam H. Sulasman,
ritual, ekonomi, struktur politik, tahapan 2013:151)[12] bahwa budaya itu mengalami
kehidupan, interaksi dan gaya komunikasi. perubahan, yaitu ada waktunya lahir, tumbuh,
David Matsumoto (2004:5)[14] menjelaskan maju, berkembang, berbuah, menjadi tua dan
bahwa teknologi terus berkembang dengan di mati, seperti hidup manusia.
dukung oleh inovasi dan kreatifitas manusia, Banyak faktor penyebab perubahan sosial,
dan manusia tumbuh dalam lingkungan yang diantara salah satu pendorongnya adalah
disebut budaya. Nadjamuddin Ramly teknologi sebagaimana dikatakan oleh Oghburn
(2010:38)[15] menjelaskan bahwa dalam dalam buku karangan Soerdjono Soekanto,
prespektif John Locke dalam pembelajaran mengemukakan bahwa teknologi merupakan
psikologi manusia layaknya “Tabularasa” (a faktor yang mempengaruhi adanya perubahan
blank sheet of paper) ibarat seperti selembar sosial (H. Sulasman (2013:151)[12] Penggunaan
kertas kosong yang akan digoreskan oleh teknologi sosial media telah menjadi mayoritas
dirinya. Artinya manusia yang dilahirkan di di Indonesia, Google trends terbanyak
dunia tidak membawa penawaran apapun membicarakan budaya terdapat di Jawa Tengah,
bahkan bakat apapun yang menjadikannya dan Nusa Tenggara Barat. Stereotype dalam
polos seperti kertas putih, secara tidak langsung suatu kelompok dapat menjadi suatu label pada
pemahaman ini menjadi dasar pemikiran bahwa kelompok tersebut mulai dari persepsi,
manusia dengan kepribadian serta bakatnya pencitraan tentang suatu hal. Lalu stereotype ini
dibentuk oleh basis pendidikan di terjadi pada Indonesia dimana teknologi
lingkungannya. Sifat manusia yang selalu ingin menjadi isu yang lebih dikemukakan
mengadakan perubahan dari satu situasi ke dibandingkan budaya.
situasi yang lain ini sebagai bentuk respon Menurut pakar psikologi Thorndike (John
manusia terhadap tantangan perubahan Santrock, 2012:30)[17] yang mencetuskan teori
lingkungannya. Sebagaimana teknologi yang behavior, bahwa adanya stimulus dan respon.
mengubah lingkungan dan bahkan sebagai Dalam fenomena ini teknologi berperan sebagai
sarana pembentukan pola pikir bagi generasi stimulus bagi masyarakat dan apapun yang
milenial menyikapi fenomena yang terjadi ditampilkan oleh para milenial ini adalah wujud
sudah dapat dipastikan dapat mempengaruhi respon terhadap teknologi. Bukannya
dalam interaksi dengan individu lainnya. menghindari teknologi namun masyarakat kini
Pada hakekatnya manusia selalu ingin dapat lebih memanfaatkan teknologi dalam
mengadakan perubahan. Manusia, sebagai penggunaannya. Sebagai seorang yang sangat
makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sadar akan perkembangan teknologi, contoh
sosial, mau tidak mau akan selalu mengalami adanya "Big Data" [18] sebagai sesuatu yang
proses perubahan baik secara langsung maupun sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam
tidak. Perubahan sosial menyangkut hasrat mengembangkan potensi budayanya. Sebagai
hidup manusia dapat berupa bentuk-bentuk contoh banyak sekali ke-khas-an dari budaya
model prilaku organisasi, tata nilai masyarakat, khas daerah yang dapat dieksplorasi untuk
lembaga kemasyarakatan dalam hal susunannya dipelajari melalui bantuan big data.
maupun lapisan atau tingkatan masyarakatnya, Budaya yang terpelihara kelestariannya
kekuasaan/wewenang, interaksi sosial dan lain akan tetap eksis meskipun terguncang akibat

65
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

derasnya laju teknologi informasi, padahal tidak normatif, padahal kejayaan Indonesia
globalisasi teknologi mendorong terjadinya terletak di tangan mereka para milenial,
generalisasi budaya, sebagaimana teknologi sebagaimana masyarakat Indonesia memiliki
berdampak menyamaratakan budaya-budaya beranek-ragam budaya yang terbentang di
bangsa yang ada di dunia ini menjadi satu. seluruh Nusantara. Indonesia selalu menjadi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prototype mengenai bentuk tatanan kehidupan
(KBBI) Online, makna dari generalisasi dalam yang heterogen namun dapat hidup bersama
konteks ini sesuai dengan pengertian yang ke-4 dengan rukun dan damai, terlebih sejarah
yaitu: penyamarataan mencatat betapa kemerdekaan bangsa ini diraih
(https://kbbi.web.id/generalisasi).[19] dari persatuan bangsa yang memiliki kesatuan
Dalam perspektif hukum, dalam landasan sikap dan tindakan dalam memandang
konstusi tertinggi, pengaturan budaya dan kehidupan bermasyarakat, satu bangsa dan satu
pelestarian budaya sudah terkandung dalam negara, serta menujunjung satu cita-cita
Pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar kedaulatan negara. Saat ini bangsa Indonesia
1945 yaitu: Ayat (1) Negara memajukan sedang menjalani proses mengisi kemerdekaan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah yang telah diperjuangkan dan diaraih melalui
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan kesatuan dan pengorbanan seluruh elemen
masyarakat dalam memelihara dan bangsa, yang seharusnya bangsa ini memiliki
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Ayat kearifan sosial dan dapat membagi seluruh
(2) Negara menghormati dan memelihara pengalaman kepada bangsa lain atau setidaknya
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya memperkenalkan budaya asli bangsa Indonesia
nasional. Dalam UUD 1945 ini menunjukkan yang sangat luhur.
bahwa Indonesia memiliki masyarakat dengan Perbedaan budaya sebagai ciri khas
kekayaan budaya yang beraneka-ragam yang identitas bangsa Indonesia sebagaimana
disebut masyarakat multikultural. Secara umum semboyan Bhineka Tunggal Ika yang
multikultural berarti memiliki budaya yang membedakan dengan bangsa lain. Kehidupan
beraneka-ragam yang berbeda diantara satu sosial dengan perbedaan budaya dapat dilihat di
dengan yang lainnya. Pelestarian budaya tetap berbagai tempat seperti sekolah, kampus,
berjalan dan teknologi pun tetap berkembang, rumah, juga di kantor yang lama kelamaan akan
sehingga akan tercipta keseimbangan. diketahui perbedaannya lewat titik pandang
Terkait dengan regulasi pemanfaatan yang berbeda-beda seperti halnya cara belajar,
teknologi informasi, secara khusus Undang- persepsi, maupun kebiasaan, bahkan logat
Undang Tentang Informasi Dan Transaksi bahasa. Apabila dilihat dari sudut pandang
Elektronik, huruf f. bahwa pemerintah perlu psikologi, sepertinya terdapat pertimbangan lain
mendukung pengembangan Teknologi mengapa dalam ilmu psikologi dikemas
Informasi melalui infrastruktur hukum dan sedemikian terbatasnya mengenai budaya, salah
pengaturannya sehingga pemanfaatan satunya karena psikologi Barat cukup
Teknologi Informasi dilakukan secara aman etnosentris. Psikologi hanya berdasarkan apa
untuk mencegah penyalahgunaannya dengan yang diperhatikan di Barat dan mengabaikan
memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial yang ada di luar wilayahnya dan bersikap acuh
budaya masyarakat Indonesia. (UUITE) terhadap budaya lain. Banyaknya keragaman
budaya di wilayah Nusantara ini mendorong
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk lebih jelas dalam melihat lebih dalam
Indonesia yang penduduknya tercatat lebih bagaimana proses belajar pada setiap budaya itu
dari 250 juta, diperkirakan lebih dari terjadi, namun karena minimnya kesadaran
sepertiganya yaitu kira-kira 80 juaan berusia akan perbedaan etnis, perbedaan kultural, juga
antara 17 - 37 tahun yang dapat dikategorikan kurangnya hasrat untuk belajar budaya dan
sebagai generasi milenial. Melihat begitu melestarikannya menjadi pembatas kita untuk
besarnya jumlah generasi muda Indonesia memperdalam hal itu semua. Banyaknya
berarti bangsa ini berpeluang memiliki potensi konflik antar etnik budaya yang disebabkan
yang besar untuk membangun negaranya. karena keaneka-ragaman budaya sempat
Namun fakta yang menyedihkan akibat menjadi viral, hal inipun belum menggugah dan
pengaruh budaya global generasi milenial justru memotivasi banyak orang untuk mempelajari
menghabiskan watunya dengan menyaksikan dan memperdalamnya. Padahal bangsa ini
tayangan-tayangan budaya bangsa lain yang seharusnya bersyukur karena keragaman

66
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

budaya merupakan anugerah terbesar dari karena mereka harus selalu berinteraksi dengan
Tuhan YME. Sebaliknya, semakin beragam sesama dimanapun berada dan kapanpun. Mau
budayanya maka semakin memiliki potensi tidak mau generasi milenial terpaksa mengikuti
peluang konflik yang cukup besar, apabila tren perkembangan gadget yang sangat pesat
perbedaan tersebut tidak disikapi sebagai dari hari ke hari, sehingga ketergantungan pada
kekayaan bangsa dan sebagai anugerah Tuhan. alat ini membawa berbagai dampak negatif
Konflik dapat terjadi apabila stereotype suatu seperti pola hidup konsumtif. Tugas utama para
budaya tertentu di pukul rata kepada budaya generasi milenial adalah mengubah hal-hal
lainnya atau diperlakukan sama. negatif menjadi hal-hal yang positif, yaitu mulai
Dampak melajunya teknologi informasi mengurangi penggunaan gadget untuk hal yang
dan komunikasi yaitu dapat memberikan tidak penting dan lebih memanfaatkan
potensi generalisasi pada budaya di Indonesia. kecanggihan teknologi ini untuk hal yang lebih
Indonesia dengan keaneka-ragaman budaya bermanfaat.
lama kelamaan akan kehilangan identitas Milenial menjadi generasi yang
aslinya sebagai ciri khas bangsa Indonesia, materialistis, artinya menurut mereka materi
karena teknologi dapat memiliki dampak yang adalah segala-galanya. Pola dan gaya
cukup serius seperti menyamaratakan budaya- kehidupan (lifestyle) para milenial khususnya
budaya global menjadi satu. Dampak yang hidup dikota besar lebih mengutamakan
globalisasi budaya pada intinya menyangkut mencari kesenangan semata atau menganut
berubahnya kondisi masyarakat dan budaya itu paham hedonis, sebagai cara untuk
sendiri sebagai gejala umum yang selalu mengekspresikan kesenangan, mereka haus
dialami sepanjang masa oleh masyarakat dunia akan dunia hiburan, berhura-hura dan tidak
yang kini disebabkan karena teknologi terlepas dari teknologi internet. Gaya hidup,
informasi yang melaju sedemikian dahsyat hobi dan olahraga, menjadi rutinitas sehari-hari
sebagai faktor pendorong utamanya. Perubahan dan tingkah laku terhadap internet dan interaksi
sosial akan berlangsung apabila terjadi kontak online mereka di social media sudah tidak bisa
dengan budaya luar. Perubahan ini sangat dielakkan lagi. Ciri pengikut aliran hedonisme
berpengaruh bagi generasi milenial yaitu adalah bergaya hidup yang lebih
menyebabkan berubahnya karakter dan perilaku mengutamakan materi daripada hal-hal lain.
mereka. Ciri khas generasi milenial mereka Gaya hidup milenial selalu ingin mencari
lahir dalam kondisi sudah ada TV berwarna, perhatian dan ingin eksistensinya diakui lewat
sudah ada handphone dan yang lebih canggih benda yang dimilikinya, akibatnya tidak sedikit
lagi internet sudah tersedia, sehingga mereka dari mereka terlibat persaingan yang tidak
sangat mahir dalam berteknologi. Mereka sehat. Semua dampak-dampak negatif tersebut
cenderung lebih merasa hebat dan bangga saat ini menjadi tantangan bagi generasi
apabila beraktivitas meniru budaya asing yang milenial untuk dapat merubah lifestyle nya dari
dianggap modern dengan menganut gaya hidup hedonis menjadi bergaya hidup sederhana yang
bebas dibandingkan dengan kebudayaan sendiri tidak haus akan pengakuan yang bersifat
yang eksistensinya mulai terancam karena sementara.
dianggap sudah ketinggalan jaman atau sudah Generasi milenial sebagian besar menganut
kuno. Para milenial merespon dampak negatif pola hidup bebas yang sudah sangat
globalisasi budaya kini akan sama dan ini yang mengkhawatirkan, padahal kehidupan bebas
menjadi permasalahan serius karena memicu bukanlah mencirikan budaya kita, bahkan tidak
degradasi budaya yang dapat membahayakan bermanfaat sama sekali bagi kita yang masih
kelestarian budaya di Indonesia. berpedoman pada keluhuran budaya timur.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa gadget Kehidupan bebas membuat para milenial dapat
seperti handphone, ipad dan sejenisnya saat ini melakukan banyak hal yang menurut keyakinan
menjadi benda-benda yang sangat berperan dan budaya kita sebenarnya tabu dilakukan.
dalam kehidupannya. Seakan-akan manusia Akan tetapi oleh karena adanya degradasi
modern tidak bisa hidup tanpa gadget, sehingga budaya, prilaku yang dikatakan tabu itu tetap
alat ini diibaratkan tabung oksigen yang harus dilakukannya dan dianggap biasa-biasa saja.
dibawa ke mana-mana, bahkan apabila lupa Perilaku seperti ini tidak dapat dibiarkan terus
membawa handphone saja mereka rela bersusah berlangsung, karena lama kelamaan akan
payah mengambilnya. Rasanya seakan-akan berimbas pada masyarakat berupa kerusakan
manusia tidak bisa hidup tanpa handphone, diri yang bisa berakibat cacat mental.

67
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

Mengurai pertanyaan apakah globalisasi masa mendatang dengan tingkat


informasi budaya asing yang diserap oleh implementasi teknologi yang tinggi;
generasi milenial akan berpengaruh pada Konsekuensi, perubahan yang terjadi
berubahnya karakter dan perilaku mereka dalam suatu struktur unsur-unsur
terhadap budaya nasional? Maka terlebih berubahnya budaya masyarakat sebagai
dahulu, kita harus mengurai unsur-unsur dalam bentuk hasil dari penerimaan maupun
perubahan sosial, yang antara lain adalah: (l) penolakan inovasi. Fakta: Generasi
Nilai-nilai sosial; (ll) Organisasi; (lll) Pola milenial, mengadopsi penuh inovasi
perilaku; (lV) Susunan dari lembaga teknologi informasi di bidang komunikasi
kemasyarakatan; (V) Kekuasaan serta dan membuka lebar pintu globalisasi di
wewenang; (Vl) Lapisan di dalam lingkungan bidang akulturasi budaya asing.
masyarakat; (Vll) Hubungan sosial, dan; (Vlll) Perubahan tersebut akan terjadi jika
Interaksi sosial. Dalam kaitannya dengan adanya penggunaan maupun penolakan pada
karakteristik generasi milenial, maka unsur- ide-ide baru tersebut dapat menimbulkan
unsur yang relevan sebagai parameter ialah, sebuah akibat, sehingga dapat dikatakan jika
nilai-nilai masyarakat, pola-pola perilaku, perubahan sosial merupakan akibat dari adanya
hubungan sosial dan interaksi sosial. Jelas komunikasi sosial, sehingga jika mayoritas
terlihat dampak melajunya teknologi dalam generasi milenial sudah begitu jauh dalam
kehidupan tidak dapat dielakkan lagi, berimbas memahami hakekat Pancasila, maka potensi
pada kehidupan masyarakat yang tercermin bergesernya nilai luhur budaya akan sangat
pada pola pikir dan gaya hidup para milenial. besar.
Nilai-nilai budaya masyarakat ketimuran Paradigma akulturasi serta upaya
dikalangan generasi milenial mulai bergeser mengeneralisasi unsur sosial budaya nasional
beralih ke budaya barat yang mereka anggap dengan unsur sosial budaya asing memang
lebih modern. belum seutuhnya terjadi, namun dikalangan
Lalu, apakah lajunya kemajuan teknologi generasi milenial nuansa degradasi nilai
informasi juga berpotensi dalam men- Pancasila sudah makin jelas terasa, bahkan
generalisir budaya asing dengan budaya asli berdasarkan pengamatan peneliti, tercatat
yang berdasarkan Pancasila? Pengaruh beragam unsur negatif bahkan telah terjadi
canggihnya teknologi yang membuat informasi dalam lingkungan masyarakat, seperti:
lebih cepat tersebar, tentunya potensi semakin Terjadinya disintegrasi sosial, yaitu berupa
besar generasi muda di Indonesia sudah perbedaan kepentingan hingga perbedaan
mengalami pergeseran budaya juga semakin tingkat sosial masyarakat yang mencolok
nyata. Namun kita dapat mempelajari mengenai sehingga dapat menimbulkan sebuah
proses berubahnya kehidupan sosial masyarakat perpecahan;
yang dikenal dalam ilmu sosiologi, khususnya Adanya kondisi dan situasi ketegangan di
pada generasi milenial, tahapan proses tersebut daerah/kawasan (chauvinisme, extrimisme
berlangsung secara berurutan, dengan ketentuan dan radikalisme);
berikut: Muncul sebuah permasalahan unsur-unsur
Invensi, adalah proses mulai dari ide-ide berubahnya budaya masyarakat yang baru
yang baru tersebut diciptakan dan diakibatkan adanya perubahan nilai,
kemudian dikembangkan. Fakta: Generasi norma, serta kondisi kebudayaan yang
milenial, menjadikan information berbeda. dapat menjadi penyebab rusaknya
technology sebagai opsi utama interaksi lingkungan masyarakat;
sosial di masyarakat, hal ini yang membuat Makin tersisihnya adat kebiasaan
perkembangannya menjadi begitu disebabkan karena keberadaan budaya-
signifikan dan begitu diterima; budaya asli yang dianggap kuno dan ingin
Difusi, merupakan proses ditinggalkan;
mengkomunikasikan segala ide-ide baru Munculnya kesenjangan sosial;
tersebut ke dalam sebuah organisasi sosial. Budaya konsumtif yang meningkat drastis
Fakta: Generasi milenial, cenderung kreatif akibat adanya anggapan keterkaitan antara
terhadap bidang dan wacana baru terkait tingkat konsumsi dengan status seseorang.
teknologi, generasi ini yang akan menjadi
unsur yang penting dalam tatanan sosial di Melihat besarnya potensi generalisasi
budaya, maka tepat bila kita mulai bertanya

68
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

sejauh mana aturan hukum yang berlaku teknologi sebagai suatu konsekuensi modernitas
mampu menjadi pelindung budaya bangsa atas dan upaya eksistensi manusia di muka bumi,
gradasi nilai yang semakin terasa? Berbicara dengan demikian dampak negatif yang timbul
hukum, artinya kita berbicara mengenai peran dari kuatnya pengaruh advance technology ini
penguasa dan aparatnya untuk menegakkan menjadi tugas kita semua seluruh manusia
hukum. Pemerintah sebagai penguasa yang untuk mencari pemecahannya. Diperlukan
bertugas mengatur dan fasilitator negara adanya kesadaran bersama (consciousness)
diharapkan dapat menerapkan aturan khusus sehingga kita memiliki harapan agar generasi
yang berkaitan dengan pembatasan situs-situs di yang akan datang menjadi generasi yang lebih
internet yang dapat merusak nilai budaya pintar dan cerdas (smart) serta bermartabat.
masyarakat Indonesia. Contohnya, melalui Tentunya, untuk mewujudkan harapan tersebut
menkominfo melakukan tindakan blocking diperlukan beberapa peran antara lain peran
terhadap lokasi yang mengandung konten keluarga, sekolah (institusi pendidikan),
negatif, melakukan tindakan atas penulisan masyarakat, dan pemerintah untuk mencari
artikel yang bernuansa SARA, membuat solusi sehingga pengaruh negatif dari kemajuan
peraturan yang tegas beserta pemberian teknologi pada masyarakat postmodern ini
sanksinya terhadap penyalahgunaan internet dapat diatasi. Adapun peran keluarga yang
dan kejahatan internet, memperkuat gugus kerja dapat dilakukan:
siber (cyber-task-force) aparat penegak hukum, Keluarga seharusnya dapat menanamkan
menyusun strategi pengembangan IPTEKS nilai-nilai dan norma-norma positif kepada
yang tidak bebas nilai akan tetapi value based anak dengan membekali dan meletakkan
(berdasarkan nilai) terutama nilai-nilai agama pondasi keimanan yang kuat kepada anak.
serta nilai luhur budaya dan kepribadian Disinilah penanaman agama kepada anak
bangsa, oleh karena teknologi yang bebas nilai agar anak memilik sifat rendah hati tidak
akan membahayakan kehidupan umat manusia sombong dan selalu mengingat Tuhan
itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar di abad dalam aktifitas kehidupan modern yang
teknologi ini kita tetap menjadi bangsa yang serba canggih;
religius dan berkepribadian unggul, tidak Keluarga seharusnya membatasi kebutuhan
menjadi negara sekuler yang mendewakan dan penggunaan teknologi, perlu menyeleksi
menempatkan teknologi diatas segala-galanya dan menentukan sebatas mana teknologi
tanpa mengingat keberadaan Tuhan dalam yang dibutuhkan oleh anak-anaknya,
setiap aktivitas kehidupannya. sehingga terhindar dari sifat konsumtif
Konsep hukum yang melindungi budaya yang mencirikan gaya hidup masyarakat
dalam wadah yang sudah tepat sebagai acuan modern.
bersama, namun masih tertinggal dalam Mempertimbangkan manfaat penggunaan
mengikuti perkembangan teknologi yang kini teknologi dengan mendahulukan
sudah semakin pesat dengan banyaknya pemakaian yang penting-penting saja
modifikasi dunia komunikasi membuat untuk menghindari pemborosan yang
jangkauan menjadi sangat luas hanya dengan merupakan pola hidup yang tidak efektif
gadget. Sebagaimana majunya teknologi yang dan efisien; Orang tua harus selalu update
berkembang hukum pun sebaiknya dapat terhadap perkembangan teknologi
bersifat elastis pada fenomena yang terjadi. setidaknya mereka mengerti teknologi
Perlu diakui bahwa landasan hukum tidak buta sama sekali (gaptek). Dengan
perlindungan sosial budaya masih bersifat kata lain, setidaknya orang tua modern
sumir dan umum, ketentuan menganai sosial harus memiliki kemampuan dalam
budaya hanya terlihat sebagai "pemanis" dalam penggunaan smartphone, basic internet (e-
UUITE, diharapkan para penyusun peraturan mail, browsing, blogging, and cathing),
dapat memahami permasalahan ini di kemudian akan lebih baik dapat menggunakan media
hari dan mengeluarkan produk-produk legislatif sosial online seperti yahoo messenger,
atau peraturan hukum yang bersifat dinamis facebook, twitter, skype, dan internet relay
pada setiap permasalahan yang dihadapi chatting.
sehingga degradasi budaya akan dapat dicegah. Anak-anak perlu mendapat bimbingan dan
Solusi mengatasi dampak negatif kemajuan pengawasan dari orang tua dalam
teknologi (advance technology) terlebih dahulu pemanfaatan teknologi, seperti peran orang
kita harus memahami bahwa kemajuan tua untuk menentukan acara televisi apa

69
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

saja yang layak ditonton oleh anak- harus menyadari betapa pentingnya
anaknya, dengan cara membatasi chanel pemanfaatan teknologi yang canggih ini
televisi yang dapat ditonton sehingga anak- untuk kemajuan bangsa, tanpa harus
anak terhindar dari tontonan yang berbau meninggalkan budaya timur.
pornografi, dan kekerasan; Selain itu 2. Masyarakat yang berperan sebagai produsen
anak-anak juga perlu ditemani pada waktu produk teknologi canggih ini seharusnya
menonton TV; Orang tua harus pandai- tidak hanya memikirkan pemasaran (market
pandai mengontrol pemakaian handphone oriented) dan keuntungan (profit oriented)
untuk memastikan bahwa mereka saja, namun harus peduli pada dampak
memanfaatkan teknologi komunikasi negatif dari produk teknologi yang
secara benar dan bertanggungjawab. dihasilkannya bagi masyarakat. Dengan kata
Meletakkan komputer dan saluran internet lain produk teknologi yang dihasilkannya
di ruang publik rumah seperti di ruang hendaknya bermanfaat bagi kemanusiaan
keluarga yang terbuka dan bisa dikontrol sehingga dapat meningkatkan peradaban
agar anak-anak lebih mudah diawasi oleh manusia bukan sebaliknya malah
orang tua dan menutup akses situs-situs menghancurkan kehidupan manusia.
internet yang berbahaya bagi Contohnya, di bidang kedokteran telah
perkembangan anak. mengembangkan teknologi nuklir yang
Orang tua perlu mencari cara agar dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat
berperan sebagai teman anaknya dalam kedokteran, bukan hanya untuk membuat
ber-social media online. bom atom pada perang dunia kedua yang
Orang tua perlu mengatur tentang waktu digunakan untuk memusnahkan manusia
atau jadwal untuk bermain komputer dan secara massal.
internet, ini penting agar kelak dapat 3. Manfaat praktisnya untuk melatih
disiplin dan mampu melakukan pembuatan website/blog/group facebook
manajemen waktu dengan baik. Selain itu, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media
diharapkan dengan belajar disiplin waktu komunikasi online bagi masyarakat, untuk
anak dapat terhindar dari kecanduan pada menjalin silaturahmi warga; Ikut melakukan
komputer dan internet sekaligus mengajar pengawasan pembuatan ijin pendirian
untuk berhemat. warnet (warung internet), game online, dan
Orang tua perlu menyisihkan waktu agar play station agar tidak meresahkan
dapat berkumpul, bermain, dan bercanda masyarakat; Melestarikan kebiasaan yang
dengan keluarga, sehingga akan tercipta dinilai baik untuk ajang menjalin keakraban
keharmonisan dalam keluarga. antar warga seperti menggelar acara “nonton
Peran keluarga yang penting lagi adalah bareng” pada even-even tertentu,
menyadarkan kepada anak-anaknya akan menggalang pertemuan rutin di warga
pengaruh negatif atas canggihnya teknlogi setempat untuk membicarakan berbagai
di kemudian hari bagi kehidupan mereka masalah di lingkungan terkecil ditingkat
apabila tidak dinamfaatkan secara tepat. RT/RW.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara
memberi keleluasaan dalam memanfaatkan
teknologi bagi anak-anaknya namun KESIMPULAN
mereka harus bisa Kemajuan teknologi informasi yang luar
mempertanggungjawabkan pemakaiannya. biasa cepatnya berpotensi terjadi generalisasi
budaya, sebagaimana teknologi berdampak
Adapun peran masyarakat adalah: menyamaratakan budaya bangsa-bangsa yang
1. Masyarakat sebagai user teknologi atau ada di dunia menjadi satu dan ini berdampak
konsumen hendaknya terlebih dahulu negatif yaitu terjadinya degradasi budaya.
menyaring teknologi yang diterima oleh Globalisasi budaya berpengaruh pada
masyarakat. Di era digital ini tentu berubahnya karakter dan perilaku para generasi
masyarakat juga harus tanggap teknologi milenial. Milenial yang berciri khas kreatif dan
bukan menolak teknologi modern seperti inovatif, namun pada umumnya bersifat
yang dilakukan oleh salah satu suku yang materialistis, konsumtif, dan cenderung lebih
ada di wilayah Banten. Namun demikian, membanggakan budaya asing disbanding
sebagai bagian dari masyarakat modern juga dengan budaya sendiri dengan mengikuti pola

70
Jurnal Mozaik
Vol. X Edisi 2 E-ISSN: 2614-8390
Desember 2018 P-ISSN: 1858-1269

dan gaya hidup bebas, hedonis, individualistis, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
serta pragmatis. Sebagai aset bangsa yang Bebas,
dipersiapkan untuk berperan sebagai https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial)
penyelamat budaya bangsa, generasi milenial Diakses pada 3 Januari 2018.
seharusnya dapat berfikir lebih kritis dalam Sebastian, Yoris, dkk., 2016. Generasi Langgas
melihat kenyataan adanya proses perubahan Millenials Indonesia. Jakarta: Gagas Media.
budaya di masyarakat Indonesia, agar dapat Sulasman dan Gumilar. 2013. Teori-Teori
mengurangi dampak generalisasi budaya Kebudayaan Dari Teori Hingga Aplikasi.
khususnya dalam menjaga kebhinekaan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Solusinya, para milenial perlu diberi [Cresswell, Jhon W. 2012. Research Design:
pemahaman untuk menghayati nilai-nilai Pendekatan Kualitati, Kuantitatif dan Mixed.
Pancasila agar dapat diimplementasikan dalam Matsumoto, David, 2004. Pengantar Psikologi
kehidupan sehari-hari melalui pembinaan dan Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
kaderisasi. Degradasi budaya dapat Ramly, Nadjamuddin. 2010. Pendidikan
diminimalisir dengan upaya memperkokoh rasa Pembangunan Karakter Bangsa, Strategi,
nasionalisme dan menjaga kebhineka tunggal- Masalah dan Prospek Masa Depan
ika-an. Pemerintah perlu menerapkan peraturan Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu,
yang tegas berikut sanksinya untuk menindak Horton, Paul B. dan Chester L Hunt, 1987.
penyalahgunaan internet. Di bidang hukum, Sosiologi, Jilid I. Terj. Aminudin Ram &
memang sudah tersedia perangkat hukumnya Tita Sobari. Jakarta: Erlangga, 1987. 208.
dengan UUITE dan UUD 1945, namun belum Santrock John. 2012. Life Span Development.
dapat menjadi pelindung budaya bangsa atas Erlangga
gradasi nilai yang semakin nyata, oleh karena Big Data 2016 Universitas Aerlangga
itu pemerintah perlu membuat kebijakan hukum Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online
yang tepat berkaitan dengan pesatnya kemajuan https://kbbi.web.id/generali Diakses pada
teknologi sebagaimana hukum harus dapat 3 Januari 2018
bersifat dinamis pada fenomena yang terjadi Berry, John W. 1999. Psikologi Lintas Budaya.
sehingga degradasi budaya akan dapat dicegah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budimansyah, Dasim. 2011. Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Karakter; Nilai Inti bagi upaya Pembinaan
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Onto- Kepribadian Bangsa. Bandung: Widaya
logi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Aksara Press.
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Jess Feist, Gregory J. Feist, 2011. Teori
Pelajar. Kepribadian: Jakarta, Salemba Humanika.
Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Slavin Robert. 2011. Psikologi Pendidikan
Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Undang Dasar 1945.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif :
Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Emzir. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2012.
Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung:Pustaka Setia
Cresswell, Jhon W. 2012. Research Design:
Pendekatan Kualitati, Kuantitatif dan Mixed.
Martono, Nanang. (2012). Sosiologi Perubahan
Sosial: Perspektif Klasik, Modern,
Postmodern, dan Postkolonial. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

71

Anda mungkin juga menyukai