SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 445/267.c /LT.10/2018
TENTANG
PANDUAN KESERAGAMAN PELAYANAN PASIEN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
ii
1996 Tentang Kualitas pangan yang dikomsumsi harus
memenuhi beberapa kriteeria, diantaranya adalah aman,
bergizi, bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 Tentang Kesehatan & Kepmenkes Nomor 715 /
Menkes / SK / V / 2003 Tentang Persyaratan hygiene
sanitasi jasaboga.
9. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 16 ayat (1) “ Setiap
orang yang memproduksi pangan untuk diedarkkan dilarang
menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang
dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia “ dan ayat (3) “Pemerintah menetapkan bahan yang
dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara
penegemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129 / MENKES / SK / II / 2008 tanggal 6 Februari Tentang
Standart pelayanan minimal Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374 / MENKES / SK / III / 2007 tanggal 27 Maret 2007
Tentang Standart Profesi Gizi.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161 / MENKES / PER / 2010 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098 / MENKES / SK / VII / 2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / MENKES / SK / X / 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
794a / MENKES / PER / XII / 1989 Tentang Rekam Medis.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722 / MENKES / PER / IX / 1988 Tentang Bahan
iii
Tambahan Makanan.
17. Peringatan Publik BPOM Nomor KH.00.02.1.55.2888
Tahun 2009 Tentang “Plastik Kresek” dan Keterangan Pers
BPO, Nomor KH.00.02.1.55.2888 Tahun 2009 Tentang
“Kemasan Makanan Styrofoam” (lampiran) ditambah
dengan penelitian-penelitan yang pernah dilakukan terhadap
bahaya plastik dan styrofoam, semakin perlu diawasi.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519 / MENKES / PER / III / 2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anastesiologi dan terapi
intensif di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
iv
Pringsewu, 07 April 2018
Direktur RSUD Pringseewu
TEMBUSAN YTH :
1. Kepala Instalasi Rawat Inap
2. Kepala Seksi Keperawatan
3. Kepala Bidang Bidang keperawatan
4. Arsip
v
DAFTAR ISI
6. Pelayanan Instalasi..................................................................................................3
15. Pemberitahuan Kepada Pasien dan Keluarga Tentang Hasil asuhan Dan
Pengobatan ....................................................................................................................9
vi
20. Pelayanan Pasien Tahap Terminal ...................................................................11
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Panduan Keseragaman
Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu ini dapat
terselesaikan.
viii
LAMPIRAN PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
NOMOR : 445/ 267.c /LT.10/2018
TANGGAL : 07 April 2018
BAB I
UMUM
RUANG LINGKUP
2
kurang dari 24 jam setelah pasien diopname di Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu.
Rencana asuhan pasien bersifat holistik dan berdasarkan data
assesman awal pasien.
Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis untuk melihat
pelayanan apa saja yang sudah diberikan oleh praktisi pelayanan
kesehatan.
Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan,
berdasarkan hasil assesman ulang pasien oleh praktisi pelayanan
kesehatan
Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan diverifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya.
Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam
medis oleh pemberi pelayanan.
5. Komunikasi Efektif
6. Pelayanan Instalasi
3
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan
Rawat jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar
Operasi dilaksanakan dalam jam kerja (efektif/terencana) dan
dilanjutkan dengan sistem on call.
Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien.
Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar
prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi,
etika Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu yang berlaku.
Seluruh Staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam
melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).
4
9. Asesmen Pasien
Kasus Emergency
Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahan
tubuhnya turun.
6
Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien
yang tidak mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan
geriatri, pasien gelisah dan kesadaran menurun.
Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Setiap penggunaan dan pemberian darah dan atau produk darah harus
berdasarkan atas permintaan dokter.
Pemberian darah dan atau produk darah harus selalu memperhatikan
keselamatan pasien.
Darah atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin
bebas dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah dan atau dari produk darah. Oleh
sebab itu produk darah yang akan diberikan untuk pasien sudah
diskrining dari unit transfusi darah Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu.
Sebelum melakukan pemberian darah atau produk darah (transfusi)
pasien harus melakukan serangkaian pemeriksaan kelayakan dan
memberikan persetujuan (Inform consent).
7
Pada pelaksanakan pemberian darah dan atau produk darah harus
dilakukan secara aman dan rasional serta meminimalkan resiko
transfusi.
Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat di dalam rekam
medis.
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit
dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan standar prosedur
operasional.
Komunikasi terapetik dan mendidik pasien dan keluarga tentang
pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing – masing.
8
Rumah Sakit menentukan Tim Medis yang bertanggung jawab selama
proses rujukan serta pembekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi.
Sebelum pasien dirujuk, maka Tim Medis menjelaskan kepada keluarga
pasien dan meminta persetujuan keluarga dengan menanda tangani
form inform consent.
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu merujuk ke rumah sakit yang
tipenya lebih tingggi
Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
Setiap pasien yang dirujuk membawa surat rujukan dan disertai dengan
resume medis.
9
Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan
klinik mereka.
10
20. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
21. Transportasi
11
BAB III
TATA LAKSANA
12
Mengembalikan dokumen rekam medik ke unit rekam medik dengan
buku ekspedisi.
Menjumlahkan pembayaran jasa pelayanan poliklinik dan jasa tindakan
poliklinik berdasarkan bukti pembayaran dari kasir untuk dicocokkan
dengan catatan di kasir.
13
Apabila hasil asuhan dan pengobatan pasien telah disampaikan, dan
tidak ada lagi pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan keluarga
pasien maka dokter akan berdiri ketika pasien hendak pulang.
Dokter akan memberikan resep untuk jadwal makan obat dirumah atau
jadwak kontrol ulang untuk datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan
kembali.
14
Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat
darurat di meja operasi
Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anastesi.
Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhiran anastesi.
Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anasteasi.
Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intra anastesi.
15
BAB IV
DOKUMENTASI
Disetujui Oleh
Direktur RSUD Pringsewu
16