-M Rojhi Afkar(18)
KELAS :X MIPA 3
CERITA TENTANG SOEKARNO
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di
Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah
Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.
Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar
di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus
HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische
Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi IT. Ia
berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai
Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Akibatnya, Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29
Desember 1929.
Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh
kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung
Soekarno, Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Saat
dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin
keras dan ketat.
Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi
Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para
tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda
yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan
dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang
bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang
dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting.
Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung
Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi
sebenarnya, ada berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap
mendapat informasi dari luar.
Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman
makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu
selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno. Seperti yang
dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda'
terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk
mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin,
artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun
dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa
menjelaskan secara detail.
Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara
yang lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur.
Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih
detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di
telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap,
dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis
pergerakan kemerdekaan.
Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada
tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua
orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat
anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam
posisi yang tidak berdaya.
Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian
kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya
menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk
memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari,
lembab, gelap, dan dingin. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam
pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan
Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930,
PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung
dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali
ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun
kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang
dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno
dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam
sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai
Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian
menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya
mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-
bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di
Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan
penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat
Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada
hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di
Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam
ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai
“Pahlawan Proklamasi”.
Presiden Soekarno dan Ibu fatmawati
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan
mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah
mencatat Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu
wanita seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu. Untuk urusan kriteria
ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung Karno
akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan.
Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah
di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno
bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-
benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.
"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati
bertanya padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro
dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung
Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana dan
sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut
mendengar pertanyaan itu. "Aku memandang kepada gadis desa ini yang
berpakaian baju kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan
dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai perempuan dengan
keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju ketat dan
gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.
"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan
senatiasa mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita
Amerika dari generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya
mencuci piring," tambahnya. Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona
mendengar jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya jodoh
mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun
1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati,
dan Guruh. "Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak
banyak. Saya sangat mencintai anak-anak," katanya.
Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah
merayakan ulang tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas,
ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak
lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi
karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu
Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah
Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami
anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-
persoalan besar yang hebat dan dahsyat," begitu cerita Ibu Fatmawati di buku
Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan
gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai
kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai
puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting
perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur
Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun.
Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri
Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat
Bung Karno adalah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati
sangat pandai menari.
Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita
wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang
jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar
wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah
wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot
Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-
kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat
Indonesia.
"Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan
menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada
diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku
bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan
menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy
Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan
Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya
Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu
takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena
kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka
lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno
selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap
seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan
waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di
samping bicara politik.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan
penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat
Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas
G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-
musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang.
Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil
menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus
memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di
RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar,
Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
PENCULIKAN SOEKARNO (RENGAS DENGKLOK)
PROKLAMASI RI
Buat Squad yang tinggal di Jakarta, pasti kamu pernah melewati lapangan
Monumen Nasional (Monas) ‘kan? Semula, pembacaan teks Proklamasi akan
dilaksanakan di lapangan tersebut. Dulu, namanya adalah Lapangan Ikada.
Namun, Bung Karno merasa jika diadakan di tempat yang luas dan ramai, hal
itu dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang.
Kemudian ia mengusulkan untuk menyelenggarakan proklamasi di rumahnya di
Jl. Pegangsaan Timur No. 56.
Proklamasi Kemerdekaan RI
Pagi harinya rumah Soekarno sudah dipadati oleh banyak orang. Shudanco
Latief Hendraningrat menugaskan anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitar
rumah Ir. Soekarno. Bung Karno menunggu kedatangan Bung Hatta untuk
membacakan naskah tersebut. Setelah Bung Hatta datang, upacara dimulai.
Berita proklamasi disebarluaskan melalui siaran radio dari kantor berita Domei.
Mendengar berita ini, pihak Jepang melarang penyiaran berita proklamasi itu.
Kemudian pada tanggal 20 Agustus 1945 alat pemancar di Domei diputus dan
disegel sehingga pegawainya dilarang masuk. Tanpa kehilangan akal, para
pemuda kemudian membuat alat pemancar baru yang mereka ambil dari alat-
alat pemancar dari kantor berita Domei. Alat pemancar ini dibawa ke Menteng
dan berita tersebut segera disiarkan ke seluruh Indonesia. Selain dari radio
penyebaran berita proklamasi dilakukan lewat pers dan surat selebaran. Hampir
seluruh harian Jawa pada tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi
dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Wah, untung para pemuda tidak
kehabisan akal, ya.
SOAL
1.Biografi Tokoh
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 - 8 - '05
Wakil2 bangsa Indonesia.
-Indonesia MERDEKA