Elin Liamita Malau - 18020029 - 3K2
Elin Liamita Malau - 18020029 - 3K2
Npm : 18020029
Group : 3k2
Identifikasi Unsur Dari 4 Pewarna Ungu pada
jenis Moluska Alami
• TUJUAN PENELITIAN
• tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan empat spesies moluska
utama yang ditemukan di wilayah pesisir Eropa, dengan menggunakan metode
HPLC-UV-Vis tunggal. Sejauh ini, perbandingan dibuat dengan menggunakan hasil
dari penyelidikan berbeda yang tampaknya menggunakan metode yang berbeda.
• PENDAHULUAN
• Pewarna ungu bisa didapatkan dari berbagai jenis moluska. Yang paling umum
dijumpai di wilayah pesisir benua Eropa adalah: Hexaplex trunculus (Murex
trunculus), Murex brandaris (Bolinus brandaris), Thais haemastoma (Stramonita
haemastoma), dan Nucella lapillus (Purpura lapillus). Yang terakhir ada di pantai
Atlantik sementara tiga lainnya juga dapat ditemukan di Mediterania.
Bahan pewarna utama Ungu Tyrian adalah 6,60-dibromoindigotin dan tergantung
pada jenis moluska yang tepat, konstituen indigoid lainnya. Identifikasi senyawa ini
terutama dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan deteksi
spektrofotometri (UV-Vis).
HPLC UV VIS yang telah digunakan dalam upaya untuk membedakan berbagai
spesies moluska berdasarkan komposisi kuantitatif relatif dari konstituen indigoid,
dengan keberhasilan relatif. Dalam laporan ini, senyawa berikut diidentifikasi dan
digunakan sebagai dasar untuk membedakan berbagai jenis moluska: indigotin,
indirubin, 6-bromoindigotin, 6,60-dibromoindigotin, dan 6,60-dibromoindirubin.
• Metodologi yang lebih teliti, yang akan mempertimbangkan beberapa
parameter lain, seperti asal geografis dan jenis kelamin moluska,
diperlukan untuk pengembangan strategi yang efektif yang akan mampu
membedakan cangkang. Metode analisis yang lebih rumit yang terdiri dari
deteksi spektrometri massa (MS) jarang digunakan untuk menyelidiki,
terutama, prekursor dari bahan pewarna.
Larutan bahan referensi dan ekstrak zat warna dianalisis menggunakan program
elusi gradien. Proses analisis selalu diikuti dengan injeksi sampel kosong, untuk
memastikan bahwa tidak ada puncak endogen atau efek sisa yang mungkin
mengganggu indigoid bahan terdeteksi.
• PEMBAHASAN
• Pada penelitian ini menggunakan metode HPLC-UV-Vis tunggal. Sejauh ini,
perbandingan dibuat dengan menggunakan hasil dari penyelidikan berbeda yang
tampaknya menggunakan metode yang berbeda. Pendekatan tersebut terdiri dari
tiga langkah sebagai berikut. Pertama, senyawa (bahan referensi) disintesis,
kecuali indigotin, yang tersedia secara komersial. Kemudian, metode HPLC
dikembangkan untuk mencapai pemisahan yang cukup dari bahan referensi dan
memungkinkan deteksi spektrofotometri UV-Vis. Hasil ini didukung oleh
penyelidikan awal yang dilakukan menggunakan LC-MS yang digabungkan
dengan mode ionisasi APCI. Akhirnya, ekstrak zat warna diproduksi dan
dianalisis dengan HPLC-UV-Vis, sehingga mengidentifikasi unsur pewarnaannya.
• Metode kromatografi yang dikembangkan melibatkan fase gerak yang
mengandung asam kuat, yang menghasilkan penekanan sinyal untuk
spektrometri massa.Pengukuran awal menggunakan larutan standar indigotin
(satu-satunya bahan referensi yang tersedia dalam jumlah besar)
• KESIMPULAN
• Identifikasi pewarna alam dengan jenis moluska sangat bermanfaat bagi kehidupan
sehari hari karena dapat digunakan untuk membuat pewarnaan ungu dan kita dapat
membuatannya dari jenis moluska yang ada di pesisir benua Eropa. Menggunakan
HPLC yang dikombinasikan dengan deteksi spektrofotometri UV-Vis kemudian
digunakan untuk mengidentifikasi pewarna organik dari sampel yang diekstraksi dari
empat moluska, yang dapat ditemukan di daerah pesisir benua Eropa. Secara
khusus, sampel yang diekstraksi dari Hexaplex trunculus, Murex brandaris, Nucella
lapillus, dan haastoma Thailand dianalisis. Moluska yang diteliti telah banyak
digunakan untuk produksi pewarna ungu (Ungu Tyrian) sejak jaman dahulu. Ekstrak
yang berasal dari Hexaplex trunculus ditemukan sebagai yang terkaya berdasarkan
variasi senyawa indigoid.
• TERIMA KASIH