puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa atas
kasih karunianya serta pemeliharaannya nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam penulisan atau penyelesaian makalah
ini banyak sekali hambatan-hambatan yang penulis alami namun terlepas dari itu
semua berkat bantuan serta masukan dari pihak-pihak yang memberikan dorongan
diantaranya teman sekelas kakak-kakak tingkat dan lain-lain.
Adapun Makalah ini membahas tentang cinta kasih. Ini juga merupakan tugas yang
dibebankan kepada mahasiswa sebagai tugas mandiri dan sebagai syarat untuk
mengikuti ujian tengah semester mata kuliah kehidupan kristen di kampus STT IKAT
JAKARTA.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini ini
disebabkan oleh keterbatasan wawasan dan materi ataupun referensi. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan paper untuk
kedepannya. Mudah-mudahhan paper ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Jakarta,.... September
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
Bab II pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sejak semulanya telah mendapatkan Kasih yang begitu dalam dari Allah.
Ketika masa penciptaan Allah tidak ingin manusia sendiri sehingga Allah menempatkan
perempuan di samping manusia karena Allah berkata bahwa manusia tidak baik
seorang diri saja. Bahkan ketika manusia telah jatuh ke dalam dosa, Allah tetap
menunjukkan kasih setia-Nya kepada manusia dengan mengorbankan Anak-Nya yang
tunggal, Yesus Kristus karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.
Hukum yang terutama dalam hidup kita dalam lingkup Kristen adalah Hukum
Kasih yaitu mengasihi Allah dan sesama sebagaimana tercantum dalam kitab Matius
22:37-40. Manusia tidak hanya mengasihi Allah dan sesama tetapi juga mengasihi diri
sendiri dalam hal menerima diri dengan apa adanya dan mampu untuk menjaganya.
Bahkan Yesus juga mengharapkan agar kita juga mengasihi musuh kita dan
mendoakan mereka. Karena kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak
memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah,
tidak mendendam, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, dan sabar
menanggung segala sesuatu sebagaimana yang tercantum dalam kitab 1 Korintus
13:4-7.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita uraikan dalam makalah ini, yaitu:
C. Tujuan
2. Mengetahui tanda-tanda cinta
3. Mengetahui macam-macam cinta
PEMBAHASAN
1. Agape
Agape adalah kata yang digunakan ketika merujuk kepada kasih Allah (lihat 1
Yohanes 4:7-12, 16b; atau Yohanes 3:16). Agape juga adalah kasih karena apa yang
seseorang lakukan dan bukan apa yang seseorang rasakan.
2. Phileo/philia
3. Storge
B. Tanda-tanda Cinta
Cinta merupakan hal yang sangat subyektif, satu orang dengan orang lainnya
akan memaknakan secara berbeda. Namun ada tanda-tanda yang menunjukkan
adanya perasaan cinta:
Biasanya cinta didahului oleh rasa ketertarikan dan kekaguman, baik itu karena
penampilan fisik, sifat, kemampuan atau materi. Hal mana yang menjadikan seseorang
itu tertarik tiap orang itu berbeda-beda.
Perasaan cinta membuat bayangan tentang orang yang dicintainya selalu ada
dalam ingatan. Tanda cinta ini jangan dianggap bahwa hal ini hanya berlaku pada
pasangan saja tetapi juga pada semua orang. Ketika Allah mengadakan perjanjian
dengan Nuh mengenai keturunan Nuh dan air pemusnah bumi tidak akan ada lagi
dijelaskan di dalam Kejadian 9:14-15 “14Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas
bumi dan busur itu tampak di awan, 15maka Aku akan mengingat pernanjian-Ku yang
telah ada antara Aku dan kamu beserta segala makhluk yang hidup...”
3. Adanya pengorbanan
Perasaan cinta menimbulkan perasaan ingin berbuat apa saja yang dapat
membahagiakan dan menyenangkan orang yang dicintai. Dalam hal pengorbanan,
Tuhan rela mengorbankan nyawanya demi menebus dosa manusia karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini (Lihat Yoh. 3:16).
C. Macam-macam Cinta
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang
menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri
ini bernilai negatif. Namun apabila diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus
dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang ini
bernilai positif. Dengan demikian cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi
harus berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik.
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa Yunani) itu
merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku atau
perbuatannya kepada sesama manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada
sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela, menyetujui, mendukung
dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari hati nuraninya yang ikhlas disertai
tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang mencintai sesama
manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian
(manusia sebagai makhluk social) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
4. Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat
pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan
fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih
sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan
psikis.
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat
memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik
dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta
menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan
menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral,
maupun berbagai sifat luhur lainnya.
a) Perasaan terhadap keluarga
Dapat dilakukan dengan menjaga diri dan yang terutama adalah menerima diri apa
adanya, dan mampu melindungi kesucian sebab tubuh kita adalah bait Allah yang harus
dijaga seperti yang terdapat di dalam Kitab 1 Korintus 6:19-20 dikatakan “Atau tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,-
dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya
telah lunas di bayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu”(Alkitab, 2010).
Oleh sebab itu, kita tidak boleh mencemarkan tubuh kita dengan kenajisan dan
kejahatan apa pun itu, baik oleh pikiran, keinginan, maupun tindakan.
Dapat dilakukan apabila dilandasi dasar cinta kasih yang bertanggung jawab dan
tidak melanggar adat atau norma yang ada. Contohnya cinta eotis seorang lelaki
terhadap perempuan yang sudah di ikat pernikahan di dasari percintaan.
Dapat dilakukan dengan dilandasi kasih sayang ibu yang tak terhingga terhadap
anaknya dari sejak dikandung, melahirkan, dan mengurus sampai menikahkan dengan
tanpa pamrih sedikitpun dan doanya yang selalu menginginkan dan melihat anaknya
bahagia dijauhkan dari segala kesusahan (Zainal, 2012). Seorang Ibu Kristiani
diarahkan untuk mengasihi anak-anaknya seperti yang tertulis di dalam Titus 2:4-5
(Alkitab, 2010).
Dapat dilandasi dengan cinta dengan mencontoh teladan yang baik yang ada
pada diri rasul.
a) Perasaan
b) Pengenalan
c) Tanggung jawab
d) Perhatian
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. 2010. "Memahami Makna Cinta”. http://belajarpsikologi.com/memahami-
makna-cinta/ diakses tanggal 21 Maret 2014.
Herry, 2012. “Makalah Manusia
dan Cinta Kasih”. http://ibd99.blogspot.com/2012/12/makalah-manusia-dan-cinta-
kasih.html diakses tanggal 20 Maret 2014.