Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340470483

Proposal Skripsi Fathurrahman

Research Proposal · April 2020

CITATIONS READS

0 58,028

1 author:

Kristin Imanuel
Universitas Lambung Mangkurat
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Kristin Imanuel on 07 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA
PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI SMA NEGERI 10
BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2020/2021

Disusun oleh :
Fathurrrahman NIM 1710111210008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANJARMASIN
2020
MOTTO

“Tetap Semangat Walaupun Tanpa ada Penyemangat”

-Fathurrahman-

i
DAFTAR ISI

MOTTO ........................................................................................................... i
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 3
C. Batasan Masalah ............................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
E. Tujuan ............................................................................................. 4
F. Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 6
A. Kajian Teori .................................................................................... 6
1. Pembelajaran Sejarah ................................................................. 6
a. Pengertian Belajar ................................................................. 6
b. Hakekat Sejarah dan Pembelajaran Sejarah .......................... 6
2. Pendekatan Problem Posing Learning ...................................... 7
a. Pengertian pendekatan Problem Posing Learning ................. 7
b. Ciri-ciri Problem Posing Learning ....................................... 7
c. Langkah-Langkah Problem Posing Learning ....................... 7
d. Keunggunalan dan Kelemahan Problem Posing Learning ... 8
3. Berpikir Kritis ............................................................................ 8
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 11
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 11
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 13
A. Metode Penelitian ........................................................................... 13
1. Pendekatan ................................................................................. 13
2. Jenis Penelitian .......................................................................... 13
B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 13
C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................... 13
1. Populasi ...................................................................................... 13
2. Sampel ....................................................................................... 14
D. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 14
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 14

ii
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 15
G. Validitas dan Realibilitas Penelitian ................................................ 15
H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

iii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 12

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis ..................................................................... 10


Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 13
Tabel 3.2 Populasi Peserta Didik Kelas XI IPS .............................................. .. 14
Tabel 3.3 Klasifikasi Validasi Soal ................................................................. .. 16
Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Soal ............................................................ .. 17

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagaimana kita pahami merupakan proses internalisasi
gagasan, nilai dan seperangkat pengetahuan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan demikian pendidikan pada dasarnya ada proses
pembudayaan. Melalui pendidikan terjadi proses penanaman nilai yang akan
menentukan bentuk dan tatanan masyarakat pada masa yang akan datang
(Susanto, 2014:398). Dalam pengertian teoritis secara sederhana dan umum,
pendidikan bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudaayan (Mahfud,
2011:32). Tujuan pendidikan salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa, upaya yang dapat dilakukan yakni melalui proses pembelajaran yang
berkualitas dan bermakna.
Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau
yang lain) untuk mentransfer pengetahuan kepada peserta didik yang sedang
belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas
yang dibebankan kepada guru karena guru merupakan tenaga profesional yang
dipersiapkan untuk melakukan pengajaran (Hasanah, 2012).
Setiap pembelajaran tentunya memiliki tujuan, salah satu tujuan
pembelajaran yaitu bertambahnya kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam suatu pertemuan. Proses
pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan baik, ada kalanya pembelajaran
mengalami hambatan-hambatan yang mengganggu proses pembelajaran.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seringkali dianggap sebagai suatu
kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini
hanya merupakan satu komponen dari strategi pembelajaran pendahuluan.
Artinya perlu adanya kegiatan yang menarik atau dapat memotivasi peserta
didik (Uno, 2008:4). Ketidakmampuan guru dalam menciptakan suasana yang
menarik menyebabkan situasi belajar tidak efektif dan materi pelajaran yang
disampaikan tidak bisa diserap oleh peserta didik.
Hal demikian juga terdapat dalam pembelajaran sejarah saat ini dimana
proses pembelajarannya seorang guru kurang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran di
dalam kelas biasanya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk
menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang
diingatnya untuk menghubungkannnya dengan kehidupan sehari-hari
(Sanjaya, 2006:1).

1
Padahal pemahaman sejarah memberi petunjuk kepada kita untuk
melihat serangkaian peristiwa masa lalu sebagai sistem tindakan masa lalu
sesuai dengan jiwa zamannya, akan tetapi memiliki sekumpulan nilai edukatif
terhadap kehidupan sekarang dan akan datang (Susanto, 2014:10). Selain itu
pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang penting dalam pembentukan
kepribadian, karakter, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Tidak hanya
itu melalui pendidikan sejarah juga bisa menumbuhkan rasa nasionalisme. Hal
ini sejalan dengan penelitian Suparman (2010) yang mengatakan proses
tumbuh anak maka penyelenggaraan pendidikan sejarah tingkat SMA
mempunyai tujuan utama yaitu sebagai upaya pengembangan nilai-nilai yang
menopang karakter bangsa serta mengembangkan kemampuan berpikir dan
keterampilan melakukan penelitian sejarah.
Pendidikan dalam fakta sejarah telah membawa banyak perubahan,
bukan hanya perubahan pada diri individu terdidik akan tetapi juga perubahan
bangsa dan negara (Susanto, 2016:309).
Apabila seorang guru ketika mengajar hanya mengarahkan peserta didik
untuk menghafal informasi tanpa menjelaskan secara rinci proses
menganalisisnya, mengevaluasinya dan kemudian tiba pada suatu kesimpulan.
Proses ini tidak mungkin membuat peserta didik menjadi kritis dalam berpikir,
padahal pembelajaran bukan lagi sebagai “transfer of knowledge”, tetapi
mengembangkan potensi peserta didik secara sadar melalui kemampuan yang
lebih dinamis dan aplikatif (Muhson, 2009:171).
Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan dalam menganalisis
masalah. Pikirannya harus terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang
pemikir kritis harus mampu memberi alasan atas pilihan yang diambil. Pada
langkah awal, berpikir kritis merupakan proses yang bersifat coba-coba. Dalam
proses pembelajaran, kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan, hal ini
bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. Untuk menjadikan
peserta didik mempunyai kemampuan berpikir kritis yang tinggi memang tidak
mudah, peserta didik harus mempunyai disposisi dan kemampuan yang dapat
dianggap sebagai sifat dan karakteristik pemikir kritis (Faqih, 2014:4).
Susanto (2015) menyatakan bahwa upaya untuk pembentukan
kemampuan berpikir kritis peserta didik yang optimal mensyaratkan adanya
kelas yang interaktif, peserta didik dipandang sebagai pemikir bukan seorang
yang diajar, dan pengajar berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator
yang membantu peserta didik dalam belajar bukan mengajar.
Salah satu pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan dalam upaya
meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah menekankan pada suatu
masalah, yaitu dengan model pembelajaran Problem Posing Learning. Model
pembelajaran Problem Posing Learning merupakan pendekatan dalam

2
pembelajaran dengan meminta peserta didik untuk mengajukan soal atau
masalah sendiri. Keterkaitan antara berpikir kritis dan Problem Posing
Learning tidak bisa dipisahkan, karena Problem Posing Learning merupakan
bagian dari proses berpikir kritis dan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan
berpikir kritis seseorang.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad Abdil
Faqih dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pelajaran Sejarah di SMA
Negeri 8 Semarang Tahun 2013-2014”. Adapun hasil dari penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen dan kelas control memiliki
rata-rata kemampuan berpikir kritis berturut-turut 78,84 dan 71,41 dengan
perolehan uji ketuntasan klasikalnya mencapai 93,548%. Data yang diperoleh
dari uji hipotesis I diperoleh thitung = 4,803 > ttabel = 2,033, ini berarti bahwa rata-
rata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
control. Sedangkan pada uji hipotesis II diperoleh bahwa terdapat pengaruh
positif aktivitas peserta didik terhadap kemampuan berpikir kritis sebesar
47,47%.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah perjuangan rakyat
Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Pengambilan materi perjuangan rakyat
Indonesia dalam meraih kemerdekaan ini disebabkan merupakan salah satu
materi dalam pembelajara sejarah yang ada di sekolah, yang mana materi
tersebut selain digunakan untuk kebutuhan akademik juga dapat diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat terutama yang berkaitan tentang perjuangan,
sehingga peserta didik akan lebih mudah membuat suatu masalah yang diminta
sesuai dengan apa yang pernah mereka lihat dan alami di masyarakat.
Berdasarkan penjelasan mengenai masalah-masalah yang telah diuraikan
di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Posing Learning
yang dikaitkan dengan berpikir kritis peserta didik. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan harapan nantinya
mendorong peserta didik untuk menggunakan pengetahuan yang mereka miliki
dan mencari tahu bagaimana memecahkan masalah tersebut. Penelitian ini
diberi judul “Pengaruh Penerapan Model Problem Posing Learning Terhadap
Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pelajaran Sejarah Kelas XI SMA Negeri
10 Banjarmasin Tahun Ajaran 2020/2021”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya peserta didik dalam
berpikir kritis diantaranya:
1. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.

3
2. Siswa terlihat pasif dalam kegiatan proses kegiatan belajar
3. Belum diterapkannya model pembelajaran Problem Posing Learning
kepada peserta didik

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membatasi masalah pada
belum diterapkannya model pembelajaran Problem Posing Learning kepada
peserta didik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana pengaruh pendekatan Problem Posing Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan materi perjuangan rakyat
Indonesia dalam meraih kemerdekaan?
2. Bagaimana hasil pembelajaran sejarah pada SMA Negeri 10 Banjarmasin
setelah menggunakan pendekatan Problem Posing dalam kemampuan
berpikir kritis peserta didik?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Problem Posing Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik
2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran sejarah pada SMA Negeri 10
Banjarmasin setelah menggunakan pendekatan Problem Posing dalam
kemampuan berpikir kritis peserta didik

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
berarti bagi :
1. Peserta Didik
a. Menumbuhkan minat dan semangat baru dalam proses pembelajaran
untuk berpikir kritis
b. Meningkatkan kemampuan berpikir aktif/kreatif peserta didik dalam
pembelajaran sejarah
2. Guru
a. Mendapatkan strategi yang tepat pada saat menyampaikan proses
pembelajaran sejarah
b. Meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru

4
3. Penulis
a. Dapat menguji perbedaan hasil belajar dalam menerapkan pendekatan
Problem Posing Learning dalam pembelajaran sejarah
b. Sebagai latihan sebelum menghadapi proses pembelajaran yang
sesungguhnya

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Sejarah
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses dalam perubahan tingkah laku
diri dari hasil interaksi. Menurut Slameto (2013:13) menyatakan “belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Usaha mendapatkan sesuatu seseorang harus
melakukan usaha agar apa yang di inginkan dapat tercapai. Usaha
tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun Kelompok dalam suatu
interaksi.
Perubahan yang dimaksudkan adalah terjadi dalam berbagai
bentuk perilaku dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Syah,
2010:87-90). Menurut Bloom, perubahan tingkah laku yang didapat
setelah proses belajar dapat diamati melalui tiga ranah yaitu meliputi:
1) Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan kemampuan emosional atau sikap
dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi
kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan
karakterisasi diri.
3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan.
b. Hakekat Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Berdasarkan asal katanya sejarah mula-mula berasal dari bahasa
Arab “Syajara”, artinya terjadi, “syajaratun” (baca: syajarah) artinya
pohon kayu. Pohon mengambarkan pertumbuhan terus-menerus dari
bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan, daun, kembang atau
bunga serta buahnya.
Pembelajaran sejarah adalah proses suatu interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku
akibat dari interaksinya dengan mempelajari sejarah.
Hasil pembelajaran sejarah menjadikan peserta didik
berkepribadian kuat, mengerti sesuatu agar dapat menentukan sikapnya.
Pentingnya pengertian tentang sejarah untuk kehidupan sehari-hari

6
membuat peserta didik mempunyai alat untuk menyingkap tabir rahasia
gerak masyrakat.
2. Pendekatan Problem Posing Learning
a. Pengertian pendekatan Problem Posing Learning
Problem posing Learning merupakan istilah dalam bahasa inggris
yang mempunyai arti pembentukan masalah atau pengajuan masalah.
Menurut Mahmudi (2008:4) Problem Posing Learning diartikan sebagai
pembuatan soal oleh siswa yang dapat mereka pikirkan tanpa pembatasan
apapun baik terkait isi maupun konteksnya. Selain itu, Problem Posing
Learning diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan konteks,
cerita, informasi, atau gambar yang diketahui. Menurut Ngalimun (2013:
164) model Problem Posing Learning adalah pemecahan masalah
dengan melalui elaborasi yaitu merumuskan kembali masalah menjadi
bagian-bagian yang lebih simpel mudah dipahami.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem
Posing Learning adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan cara
peserta didik mengajukan pertanyaan yang dapat diselesaikan dan akan
berakibat kepada kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
Penerapan Problem Posing Learning dalam proses pembelajaran
akan memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berpikir bebas
dan mandiri dalam menyelesaikan suatu masalah atau soal.
b. Ciri-ciri Problem Posing Learning
Problem Posing Learning memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut
Thobroni & Mustofa (2012: 350) model pembelajaran Problem Posing
Learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru.
2. Guru menjadi rekan siswa yang melibatkan diri dan menstimulasi
daya pemikiran kritis siswanya serta siswa saling memanusiakan.
3. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti
secara kritis dirinya dan dunia tempat siswa berada.
4. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita
yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan
terhadap tantangan.
c. Langkah-langkah Poblem Posing Learning
Huda (2013:277-278) memaparkan pelaksanaan tindakan dalam
proses pembelajaran dengan Problem Posing Learning yang dilakukan
dalam kelas sebagai berikut:
1. Membuka Kegiatan pembelajaran,
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran,

7
3. Meminta peserta didik untuk melakukan pre-reading tentang materi
yang akan dipelajari,
4. Menjelaskan materi pelajaran,
5. Memberi contoh soal,
6. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang
hal yang belum jelas,
7. Membentuk peserta didik kedalam beberapa kelompok,
8. Guru menyampaikan pernyataan yang akan dijadikan bahan untuk
dibuat pertanyaan atau soal,
9. Memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk soal dan
menyelesaikanya dengan berdiskusi secara kelompok,
10. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan,
11. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan,
12. Menutup kegiatan pembelajara
d. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing Learning
Thobroni & Mustofa (2012:349) mengemukakan bahwa
kelebihan Problem Posing Learning adalah pada saat proses
pembelajaran siswa lebih aktif, siswa dapat menganalisis suatu masalah,
dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa dengan menyelesaikan
soal tentang materi yang diajarkan. Keterlibatan siswa untuk turut belajar
dengan cara menerapkan Problem Posing Learning merupakan salah
satu indikator keefektifan belajar. Sedangkan kekurangannya
memerlukan waktu yang cukup banyak, tidak bisa digunakan di kelas
rendah, dan siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya
jika tidak menguasai bahasa yang digunakan.
3. Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi
yang diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan,
pengalaman, komunikasi, atau membaca (Suryosubroto. 2009:193).
Sedangkan berpikir kritis secara esensial adalah sebuah proses “aktif‟ ,
proses dimanaseseorang memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam
untuk mengajukan pertanyaan, menemukan informasi yang relevan dan
lain-lain, ketimbang menerima berbagai hal dari orang lain sebagian
besarnya secara pasif (Fisher, 2009: 2).
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang
sangat diperlukan dalam pemecahan masalah. Terdapat ciri-ciri tertentu
yang dapat diamati untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan
berpikir kritis seseorang. Berikut ini ciri-ciri berpikir kritis menurut Wijaya
(2010:72-73):

8
„‟1) Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan; 2)
Pandai mendeteksi permasalahan; 3) Mampu membedakan ide
yang relevan dengan yang tidak relevan; 4) Mampu
membedakan fakta dengan diksi atau pendapat; 5) Mampu
mengidentifikasi perbedaanperbedaan atau kesenjangan-
kesenjangan informasi; 6) Dapat membedakan argumentasi
logis dan tidak logis; 7) Mampu mengembangkan kriteria atau
standar penilaian data; 8) Suka mengumpulkan data untuk
pembuktian faktual; 9) Dapat membedakan diantara kritik
membangun dan merusak; 10) Mampu mengidentifikasi
pandangan perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan
dengan data; 11) Mampu mengetes asumsi dengan cerrmat; 12)
Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa
dalam lingkungan; 13) Mampu mengidentifikasi atributatribut
manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud,
dan lain-lain; 14) Mampu mendaftar segala akibat yang
mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah,
ide, dan situasi; 15) Mampu membuat hubungan yang berurutan
antara satu masalah dengan masalah lainnya; 16) Mampu
menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia
dengan data yang diperoleh dari lapangan; 17) Mampu
menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang
tersedia; 18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang
tersedia; 19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat
terhadap informasi yang diterimanya; 20) Mampu menarik
kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi; ...”

Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam berpikir kritis menurut


(Hassoubah, 2004:97) yaitu sebagai berikut:
a. Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)
Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) mengidentifikasi
atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan
menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang.
b. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (The Basis for The Decision)
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mem-pertimbangkan hasil
observasi.
c. Menyimpulkan (Inference)
Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat
deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai
keputusan.

9
d. Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification)
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mengidentifikasikan
istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengacu pada asumsi yang
tidak dinyatakan.
e. Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration)
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) mempertimbangkan
dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan
lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa
ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu
pikiran mereka, dan (2) menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan
disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.
Sedangkan aspek dan indikator yang termasuk dalam ranah
kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan Yuni (2017:14) sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis
No Indikatori
Interprestasi:
1
Mengenali, mengklasifikasi, dan menjelaskan fakta.
Analisis:
2 Mengindetifikasi masalah dan menyelidiki terhadap
suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya.
Evaluasi:
3
Menilai kredibilitas informasi/pernyataan.
Inferensi:
4
Menentukan kesimpulan sementara (inferensi)
Penjelasan:
5 Menjelaskan data berdasar argument yang meyakinkan
dan menyajikan bukti atau fakta
Sumber: Yuni (2017:14)

Amri (2015: 151) mengemukakan lima indikator dalam berpikir


kritis.Lima indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan menganalisis, yaitu suatu keterampilan menguraikan
sebuah struktur kedalam komponen-komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut.
2. Keterampilan mensintesis, yaitu keterampilan yang berlawanan
dengan keterampilan menganalisis. Keterampilan mensisntesis adalah
keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah
bentukan atau susunan yang baru.
3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu
keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru.

10
4. Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia
berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya,
dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) baru.5
5. Keterampilan mengevaluasi, yaitu keterampilan yang menuntut
pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan
berbagai kriteria yang ada.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Laksmi dengan hasil terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar model Problem Posing Learning dengan
metode tugas terstruktur dengan pembelajaran konvensional dengan rata-rata
untuk kelas eksperimen sebesar 79,32 sedangkan rata-rata untuk kelas kontrol
sebesar 62,48. Sedangkan persentase rata-rata siswa dengan model Problem
Posing Learning menunjukan aktivitas siswa sebesar 88.54%. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Saleh Haji yang mendapat hasil terdapat perbedaan
secara berarti antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
pendekatan Problem Posing Learning dengan yang diajar dengan pendekatan
konvensional. Rata-rata kelas eksperimen sebesar 70 melebihi rata-rata kelas
kontrol. Untuk uji Rerata dua sampel diperoleh thitung = 4,022 dan ttabel = 2,01.
Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak sehingga terdapat perbedaan hasil belajar
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Kerangka Berpikir
Pendekatan Problem Posing Learning merupakan proses pembelajaran
yang lebih menekankan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan
diawali melakukan pengajuan masalah atau soal kepada peserta didik.
Pendekatan dengan menggunakan Problem Posing Learning secara
umum akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan
masalah/soal yang dari masalah/soal tersebut nantinya dapat mengali ide-ide
dan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikannya.
Peneliti dalam menjalankan proses kerangka berpikir membedakan
menjadi dua kelas yakni kelas ekspremen, kelas yang diajar dengan pendekatan
Problem Posing Learning dan yang kedua kelas yang diajar dengan metode
ekspositori, maka dugaan sementara kelas yang diajar dengan menggunakan
pendekatan Problem Posing Learning lebih baik dibandingkan dengan kelas
yang diajar dengan metode ekspositori. Berikut bagan kerangka berpikir yang
peneliti buat untuk mempermudah dalam proses menjalankannya.

11
Bagan 2.1. Kerangka Bepikir

Kemamapuan berpikri peserta didik rendah


Hasil belajar di SMA Negeri 10 kelas XI
belum memuaskan

Pembelajaran dengan
Pembelajaran dengan metode
pendekatan Problem Posing
ekspositori di kelas kontrol
Learning di kelas eksperimen

Pengaruh terhadap kemampuan


berpikir kritis peserta didik dan
hasil belajar

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka rumusan hipotesis penelitian
ini adalah
1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan pendekatan
Problem Posing Learning lebih baik dibandingkan dengan peserta didik
yang diajar dengan metode ekpositori.
2. Terdapat pengaruh positif pendekatan pembelajaran Problem Posing
Learning terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian ini menerapkan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono, 2014:14).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis
penelitian Quasi Eksperimental Design yang dibagi menjadi dua kelompok
eksperimen, yaitu kelompok pertama adalah kelompok perlakuan yang
menggunakan pendekatan Problem Posing Learning dan kelompok kedua
adalah kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
Tabel 3.1. Desain Penetian
Kelas Pre-Test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Sumber: Sugiyono (2017:79)

Keterangan:
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan Problem Posing
Learning
O1 = Skor pre-test pada kelas eksperimen
O2 = Skor post-test pada kelas eksperimen
O3 = Skor pre-test pada kelas control
O4 = Skor post-test pada kelas control

B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 10 Banjarmasin dengan subjek
penelitian yaitu kelas XI IPS.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aspek tertentu dari
ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian (Tiro, 2008:3).
Hasan (2008) mengatakan bahwa populasi (universe) adalah totalitas dari

13
semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan
lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI
SMA Negeri 10 Banjarmasin yang berjumlah 48 peserta didik yang bisa
dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Populasi Peserta Didik Kelas XI IPS
SMA Negeri 10 Banjarmasin
No Kelas Jumlah Pesera Didik
1 XI IPS 1 23
2 XI IPS 2 25
Jumlah 48
Sumber: Data Tata Usaha SMA Negeri 10 Banjarmasin 2020/2021

2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah wakil dari populasi yang akan diteliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 dengan jumlah 23 orang
dipilih sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas XI IPS 2 dengan jumlah
25 orang sebagai kelas kontrol. Berdasarkan informasi yang didapatkan
bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang relative sama baik
itu dilihat dari segi nilai maupun antusias dalam mengikuti pelajaran.

D. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2010:61). Variabel dalam penelitian ini adalah pendekatan Problem Posing
Learning dan kemampuan berpikir kritis. Kedua variabel tersebut dapat
dibedakan ke dalam dua jenis yaitu: variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan
Problem Posing Learning, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah
kemampuan berpikir kritis.

E. Tehnik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data ada sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan sebagai alat pengumpul data yang banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya
ataupun dalam situasi buatan (Sudjana, 2007:109).

14
Peneliti melakukan observasi bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang tingkah laku peserta didik pada saat belajar di kelas,
sarana dan prasana belajar mengajar di sekolah, letak geografis dan juga
kondisi sekolah.
2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2008:6).
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui pendapat
peserta didik mengenai pendekatan Problem Posing Learning. Angket ini
hanya diberikan kepada kelas ekperimen setelah kelasnya selesai diajar.
3. Tes
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latian atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2009: 32).
Metode tes ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pemberian tes berupa uraian. Tes
uraian merupakan suatu tes yang di isi oleh peserta didik dalam bentuk
uraian sehingga nantinya dapat diketahui perbedaan ketika menggunakan
pendekatan Problem Posing Learing.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
pengumpulan menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Hadi, 1984:70).
Instrumen pada penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kritis untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diajar dengan
pendekatan Problem Posing Learning. Tes yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah tes uraian. Selain berupa tes intrumen dalam penelitian ini
berupa kuesioner pendapat peserta didik tentang pendekatan pembelajaran
Problem Posing Learning.

G. Validasi dan Reliabiltas Penelitian


1. Uji Validitas Instumen
Validitas bisa diterjemahkan sebagai kesahihan atau ketepatan, yaitu
sejauh mana sebuah instrumen atau alat ukur mampu atau berhasilmengukur
apa yang hendak diukur atau sejauhmana sebuah instrument memenuhi
fungsi ukuranya (Abdullah, 2012: 77).

15
Untuk mengetahui validasi soal maka digunakan rumus:

Keterangan
Rxy = Koefisien korelasi X dan Y
N = Jumlah responden
∑XY = Total perkalian skor X dan Y
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑X2 = Total kuadrat skor variabel X
∑Y2 = Total kuadrat skor variabel Y
(Arikunto, 2013: 72)
Kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka alat ukur
tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung > rtabel maka alat ukur
tersebut adalah tidak valid. Perhitungan uji validas butir soal menggunakan
bantuan program Microsoft Office Excel atau IBM SPSS.
Tabel 3.3. Klasifikasi Validasi Soal
No Kriteria Validasi Keterangan
1 0,00 > rxy Tidak Valid
2 0,00 < rxy > 0,20 Sangat Rendah
3 0,20 < rxy Rendah
4 0,40 < rxy < 0,60 Sedang
5 0,60 < rxy < 0,80 Tinggi
6 0,80 < rxy < 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: (Ibid)

2. Uji Reliabilitas Penelitian


Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan (Sukardi,
2003:127). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama (Sugiyono, 2015:121). Ada berbagai cara yang digunakan untuk
mengetahui kereliabilitasan suatu soal.
Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus menggunakan rumus
alpha, sebagai berikut:

16
Keterangan
r11 = Realibitas yang dicari
∑ 𝜎 1 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2

𝜎t2 = Varians total


(Arikunto, 2008:109)
Proses pengolahan data reliabilitas menggunakan program Microsoft
office exel atau IBM SPSS dengan klasifikasi:
Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas Soal
No Nilia Realibiltas Keterangan
1 0,00 – 0,20 Sangat Rendah
2 0,21 – 0,40 Rendah
3 0,41 – 0,60 Sedang
4 0,61 – 0,80 Tinggi
5 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: (Arikunto, Op. Cit.,72)

H. Teknik Analisis Data


Penelitian teknik analisis data yang digunakan adalah jenis data
kuantitatif. Analisis data digunakan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
Problem Posing Learning terhadap berpikir kritis peserta didik pada
pembelajaran sejarah di SMA Negeri 10 Banjarmasin. Data yang digunakan
sebagai landasan dalam menguji hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang berasal
dari kedua kelas berupa nilai hasil belajar berasal dari polulasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
H0: data berdistribusi normal.
H1: data tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas digunakan uji chi kuadrat, dengan rumus:

Keterangan :
Oi: frekuensi hasil pengamatan
Ei: frekuensi hasil yang diharapkan
k: jumlah kelas interval
(Sudjana 2005:273).

17
Kriteria pengujian apabila x2hitung ≤ x2tabel dengan α = 0,05
berdistribusi normal, dan sebaliknya apabila x2hitung > x2tabel maka tidak
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok
siswa atau sampel yang berasal dari kedua kelompok tersebut dapat
dikatakan bervarians sama (homogen) ataupun tidak. Pada pengujian
kesamaan varians untuk dua sampel tersebut, Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H0:𝜎 12 = 𝜎 22
H1:𝜎 12 ≠ 𝜎 22
Untuk menguji kesamaan varians digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:
Vb: varians yang lebih besar
Vk: varians yang lebih kecil; (Ibid. h.250).
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka
di konsultasikan dengan Ftabel dengan taraf nyata dalam penelitian ini adalah
5%, dk pembilang = (nb - 1) dan dk penyebut = (nk - 1).
Keterangan:
nb: banyaknya data yang variansnya lebih besar
nk: banyaknya data variansnya lebih kecil
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti kedua kelompok
tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.
3. Uji Hipotesis I (Uji Perbedaan Dua Rata-Rata)
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
rata-rata tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dari kedua kelompok
sampel. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji t.
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H0: µ1 = µ2
H1: µ1 > µ2
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Sudjana 2005: 239)

18
Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika thitung > t(1-𝛼)(n1+n2-2 )
(Ibid. h. 243).
 Uji Linearitas Sederhana Regresi
Untuk menguji hipotesis digunakan uji regresi linear sederhana
guna menguji ada atau tidaknya pengaruh penggunaan pendekatan
Problem Posing Learning keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Menurut Siregar (2013: 379) rumus regresi linear sederhana, yaitu:

Keteragan:
= Variabel terikat
x = Variabel bebas
A dan b = Konstanta
Analisis uji regresi linear sederhana pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunkan aplikasi Microsoft Office Excel. Hipotesis yang
akan di uji pada penelitian ini sebagai berikut:
Ha = Terdapat pengaruh pendekatan Problem Posing Learning terhadap
keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 10
Banjarmasin.
Ho= Tidak terdapat pengaruh pendekatan Problem Posing Learning
terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA
Negeri 10 Banjarmasin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Shodiq. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Konsep Dasar, Teori dan


Aplikasi. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Karya.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Tiro, Muhammad Arif. (2008). Dasar-dasar Statistika. Cet. VII. Makassar: State
University of Makassar Press
Hasan, Iqbal. (2008). Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistika Inferensif). Cet.
V. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 83.
Amri, Sofan. (2015). Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013.
Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Faqih, Muhammad Abdul. (2014). “Pengaruh Pendekatan Problem Posing
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada
Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 8 Semarang Tahun 2013-2014. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hadi, Sutrisno. (1984). Metodologi Research. Cet. XVI. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gajah.
Hasanah, Aan. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Pustaka Setia.
Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahfud, Chairul. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Mahmudi, Ali. (2008). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah yang
disampaikan pada Seminar Nasional Matematika Universitas Negeri
Yogyakarta.

20
Mardalis. 2008. Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Muhson, Ali. “Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui
Penerapan Problem Based Learning”. Jurnal Kependidikan, 39.2 (2009):
171-182.
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pemebelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudhana, Nana. (2005). Dasar-Dasar Proses/Belajar Mengajar. Bandung: Falah
Production.
Sudjana, Nana. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suparman. (2010). Mengajar Yang Menyenangkan Siswa. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto, A. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Susanto, Heri. (2014). Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pedagogi Sejarah
Sebagai Upaya Membangun Karakter Peserta Didik. In: Building Nation
Character Through Eucation: Proceeding International Seminar on
Character Education.

21
Susanto, Heri. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah; Isu, Gagasan, dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Susanto, Heri. (2016). Pendidikan dan Kesadaran Nasionalisme. In: Developing
Education Based on Nationlism Values: The Proceeding of International
Seminar Building Education Based on Nationalism Values.
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. (2012). Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Uno, Hamzah b. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Wijaya, cece. (2010). Pendidikan Remedial: Sarana Pengembangan Mutu Sumber
Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yuni, Sayu. (2017). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Skripsi. Lampung:
Universitas Lampung.

22

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai