1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaah atas anugerah yang diberikan oleh Allah kepada tim penulis, hingga
saat ini diberi kemudahan dalam penyelesaian modul ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D sebagai Direktur
Jenderal Pendidikan Vokasi Pendidikan. Karena melalui pendanaan yang diterima dari
Program Penguatan Pendidikan Tinggi Vokasi (PPPTV) telah membantu dalam
pendanaan modul ini. Kemudian kepada Bapak Uuf Brajawidagda, S.T., M.T., Ph.D
sebagai Direktur Politeknik Negeri Batam, Ibu Dwi Kartikasari, ST., MBA. selaku
Ketua Jurusan Manajemen Bisnis, serta Bapak Rahmat Hidayat, S.AB., M.AB. selaku
Ketua Program Studi Administrasi Bisnis Terapan, serta berbagai pihak yang telah
memberikan dukungannya dalam penyelesaian modul ini. Modul matakuliah
Kehumasan dan Protokoler yang digunakan untuk kalangan sendiri yaituProgram Studi
Administrasi Bisnis Terapan, Politeknik Negeri Batam bertujuan untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami perkuliahan yang diberikan.
Dalam dunia bisnis, peranan kehumasan menjadi semakin penting. Sedangkan pada
pemerintahan, protokoler sangat penting karena berkaitan dengan kegiatan maupun
aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Pada praktiknya saat ini, terdapat dua
pemahaman umum peran kehumasan yaitu menjadi satu bagian khusus dalam
manajemen organisasi. Namun masih ada pada organisasi lain dimana peran
kehumasan belum beranjak dari tugas teknis yang difungsikan sebatas pelaksana teknis
tematis, pelaksanaan kegiatan, serta aktivitas keprotokolan lainnya. Modul ini akan
membahas secara teoritis dan praktis mengenai lebih dekat dengan kehumasan, model
public relations, prinsip professional, etika dan isu hukum dalam PR. Serta empat
proses manajemen PR, yaitu mendefinisikan problem public relations, perencanaan
dan pemrograman, mengambil tindakan dan berkomunikasi serta evaluasi program.
Penulis berharap dengan adanya modul ini, mahasiswa dapat memahami empat proses
manajemen PR sehingga dapat mengaktualisasikan diri sebagai praktisi public
2
relations secara profesional, tanpa melupakan tugas-tugas yang bersifat teknis
kehumasan.
Penulis menyadari bahwa pada modul ini masih terdapat kekurangan. Namun, penulis
berharap semoga modul ini dapat menjadi sumber yang komprehensif, ilmiah,
merangsang kegiatan belajar, dan tentunya relevan bagi mahasiswa sebagai persiapan
dalam menghadapi perkembangan pesat teknologi komunikasi dan informasi serta
tuntutan yang semakin komplek dalam praktik kehumasan didunia kerja.
Tim Penulis
3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................... 7
4
A. Public Relations sebagai Profesi ............................................................ 23
A. Pengantar .............................................................................................. 35
C. Analisis Situasi Saat Ini (Fact Book) Menggunakan SWOT Analysis untuk
Mengkonfirmasi atau Memperbaiki Pernyataan Problem ............................... 37
C. Pernyataan Misi..................................................................................... 54
5
D. Manajemen Berbasis Sasaran (Management by Objectives) ................... 55
6
PENDAHULUAN
MATA KULIAH:
Kehumasan dan Protokoler
DESKRIPSI
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mengenal lebih dekat mengenai
kehumasan, prinsip-prinsip professional, etika dan isu hukum dalam PR serta empat
proses manajemen PR meliputi mendefinisikan problem public relations, perencanaan
dan pemrograman, mengambil tindakan dan berkomunikasi serta evaluasi program.
PRASYARAT
Tidak ada mata kuliah prasyarat sebelum mengikuti perkuliahan ini.
7
BAB I. LEBIH DEKAT DENGAN KEHUMASAN
“PR is a mix of journalism, pshycology and lawyering – it’s an ever changing and always
interesting landscape.” Ronn Torossian.
A. Definisi Kehumasan
8
hubungan strategis". Dimana Hutton menangkap inti dari PR sebagai manajemen
hubungan.
Menurut Cutlip, Center dan Broom (2006) public relation adalah fungsi
manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan
bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut. Definisi tersebut menempatkan PR sebagai sebuah
fungsi manajemen, yang berarti bahwa manajemen di semua organisasi harus
memerhatikan PR. Definisi ini juga mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan
hubungan baik yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publik sebagai
basis moral dan etis dari profesi PR. Contoh sederhana yang biasa diamati pada TV
swasta seperti program social Bedah Rumah, RCTI Peduli, dimana program tersebut
bentuk dari aktifitas CSR yang tentu saja sedang membentuk citra perusahaan pada
masyarakat dimana perusahaan terus menerus membangun image nya sebagai
perusahaan yang peduli satu sama lain.
Sedangkan organisasi International Public Relations Association (IPRA) tahun
2019 mendefinisikan public relations is a decision making management practice
tasked with building relationship and interests between organisations and their publics
based on the delivery of information through trusted and ethical communication
methods.
9
Dalam kenyataannya, banyak yang bekerja di posisi ‘PR’ menghabiskan
sebagian besar waktu mereka mengerjakan laporan marketing, memperkenalkan
produk dan layanan baru, mempublikasikan manfaat penggunaan produk dan
mendukung program marketing secara umum. Di banyak perusahaan, dukungan
marketing inilah yang menyumbang kontribusi besar pada pendapatan perusahaan.
Seperti dikatakan seorang pemilik perusahaan bahwa jika marketing nya di jegal, maka
separuh bisnis nya pun otomatis ter jegal. Setelah mempertimbagkan perbedaan antara
PR dengan marketing, seorang CEO dari perusahaan PR menyatakan bahwa 75 persen
dari orang PR sebenarnya bekerja di bidang marketing.
Perbedaan antara marketing dan PR secara konseptual dan hubungannya:
1. Pada marketing, keinginan dan kebutuhan orang adalah aspek fundamental bagi
konsep marketing. Apa yang orang inginkan atau butuhkan akan diterjemahkan
sebagai permintaan konsumen. Pemasar menawarkan produk dan jasa untuk
memuaskan permintaan tersebut.
2. Pemasar menyerahkan produk atau jasa kepada konsumen untuk ditukar dengan
sesuatu yang bernilai.
10
penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisasi. Mengabaikan satu
bidang akan membahayakan bidang lainnya.
11
Praktisi PR yang berperan sebagai pakar perumus bertugas mendefinisikan
problem PR, mengembangkan program, dan bertanggungjawab penuh atas
implementasinya. Ketika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ ahli,
orang lain akan menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan PR dan
solusinya. Adanya kondisi bahwa pimpinan puncak yang menyerahkan
tanggungjawab PR sepenuhnya pada praktisi PR dan hanya melakukan peran
pasif saja. Demikian juga manajer fungsional dengan bekerja seperti biasa
karena berasumsi bahwa segala sesuatu akan dibereskan oleh “pakar-pakar
PR”, soal-soal PR adalah “bukan bidang dan tugasnya”, PR adalah pekerjaan
yang kadang-kadang dibutuhkan yang tidak terlibat langsung dalam lini utama
organisasi. Akibatnya PR menjadi terpisah dan terisolasi dari aktifitas utama
suatu organisasi. Pimpinan organisasi atau client ingin praktisi PR yang
melaksanakan peran atau posisi ini adalah orang yang ahli guna memastikan
bahwa PR sudah ditangani oleh pakar PR. Ketika expert prescriber dipanggil
dalam situasi krisis dan secara periodik selama menjalankan proses program,
dalam jangka panjang merintangi difusi pemikiran PR yang keliru di banyak
organisasi. Sehingga hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar bagi praktisi
yang di response pimpinan organisasi dengan menggantikan pakar satu dengan
pakar yang lain dan terus-menerus mencari seseorang yang bisa membuat
problem PR menghilang tanpa perlu melakukan perubahan dalam kebijakan
atau prosedur organisasi.
3. Fasilitator komunikasi
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi PR adalah sebagai pendengar
yang peka dan perantara komunikasi (liaison), interpreter, dan mediator antara
organisasi dengan publik-publiknya. Praktisi PR bertindak sebagai sumber
informasi, menengahi interaksi, menyusun agenda diskusi, meringkas dan
menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu
mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang menganggu hubungan
komunikasi di kedua belah pihak. Komunikasi dua arah yang baik akan
12
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil oleh organisasi dan public
dalam hal kebijakan, prosedur dan tindakan demi kepentingan bersama.
4. Fasilitator pemecah masalah
Peran fasilitator pemecah masalah bagi seorang praktisi PR adalah
berkolaborasi dengan manajer fungsional lain dalam mendefinisikan dan
memecahkan masalah sampai dengan evaluasi program final. Tergabung
sebagai tim perencanaan strategis yang merupakan bagian dalam proses
manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem
organisasional lainnya. Praktisi PR yang melaksanakan peran ini berarti
menjadi tim manajemen organisasi dengan keahlian dan keterampilannya
sehingga dapat membantu manajer fungsional lain dalam meminimalisir
masalah dan menyelesaikan masalah. Sehingga pandangan praktisi PR ini akan
menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan manajemen.
1.3. Evaluasi
13
BAB II. MODEL PUBLIC RELATIONS
If you are not willing to learn, no one can help you. If you are determined to learn,
no one can stop you. (http://www.picturequotes.com/)
A. Model Trowbridge
14
Gambar 1. Trowbridge Model of Public Relations
15
dan Broom (2006) dengan proses manajemen PR yang paling terkenal yaitu proses
manajemen PR empat langkah seperti pada gambar 2 berikut. Masing-masing langkah
proses manajemen PR ini akan dijelaskan secara rinci pada Bab III sd. Bab VII modul
ini.
16
Menurut Trowbridge (2012) public suatu organisasi yaitu konsumen, produsen,
enabler dan pembatas. Sehingga Trowbridge menjelaskan bahwa fungsi PR meliputi
media relations, employee relations, consumer relations, member relations, investor
relations, donor relations, community relations, government relations dan minat
khusus lainnya.
Menurut Ardianto (2011) keseluruhan publik yang sering menjadi subjek pada
public relations dari berbagai organisasi atau perusahaan umumnya diidentifikasi
menjadi 10, yaitu:
1. Masyarakat luas
Publik masyarakat dari suatu organisasi atau perusahaan bisa berbeda
bergantung pada jenis organisasi itu sendiri. Organisasi atau perusahaan
memiliki memiliki kebutuhan dan komunikasi yang berlainan seperti hal-hal
yang berkaitan dengan soal keamanan, suara bising, onggokan sampah, polusi,
pemogokan atau ketidaknyamanan lingkungan bentuk lainnya.
2. Calon karyawan atau anggota
Publik ini merupakan mereka yang berada di organisasi atau perusahaan lain,
atau bisa calon karyawan yang masih melaksanakan pendidikan di sekolah
maupun perguruan tinggi.
3. Karyawan atau anggota
Publik ini merupakan seluruh karyawan atau anggota suatu organisasi atau
perusahaan yang berada di semua lini, baik pimpinan puncak, para eksekutif,
kepala departemen, kepada divisi maupun staf dan lainnya.
4. Pemasok
Publik ini ada dua jenis, yaitu pemasok jasa-jasa (seperti air bersih dan energi)
serta pemasok bahan baku baik komponen produksi maupun jasa profesional.
5. Investor
Publik ini merupakan penanam modal pada perusahaan. Untuk perusahaan
besar yang sudah go public, investor nya meliputi para penanam saham,
pemegang obligasi, bursa saham, para analis investasi, serta lembaga terkait
17
seperti yayasan dana pensiun, perbankan dan perusahaan asuransi, sehingga
batasan publik nya luas. Sedangkan bagi perusahaan yang tidak go public, maka
investor adalah pemilik perusahaan baik seorang maupun beberapa orang.
6. Distributor
Publik ini merupakan pihak perantara antara produsen dengan konsumen.
Distributor meliputi pegagang besar (eksportir, importir), pedagang pengumpul
(pedagang bandar/ tenegkulak), broker (makelar/ pialang/ calo), pedagang
grosir/ agen, dan pedagang eceran.
7. Konsumen dan pemakai
Publik ini termasuk konsumen individu dan konsumen organisasi (perusahaan).
Konsumen individu adalah pemakai produk/ jasa, sedangkan konsumen
organisasi membeli produk/ jasa perusahaan dapat dipergunakan sebagai input
untuk menghasilkan produk/ jasa lain yang lebih bernilai. Seperti, perusahaan
keju yang membelii susu dari perusahaan lain.
8. Pemuka pendapat (opinion leaders)
Publik ini merupakan berbagai pihak yang berpengaruh sehingga setiap
opininya bisa menentukan naik turunnya atau bahkan jatuh b angunnya suatu
organisasri atau bisnis. Pemuka pendapat sangat popular terutama dalam bidang
komunikasi. Pemuka pendapat tidak hanya berperan dalam dunia politik,
namun juga kehidupan social, baik di daerah rural maupun urban. Pemuka
pendapat ada banyak contohnya, semua tergantung konreks nya masing-
masing. Opinion leader mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan.
Terdapat juga virtual opinion leaders seperti public figure, influencer,
endorser, brand ambassador, komunitas merek (komunitas konsumen)
maupun dengan istilah lain seperti rainmaker, catalyst, pemengaruh. Untuk
konteks pendikan dan produk konsumen, Maudy Ayunda dapat dikatakan
sebagai opinion leaders. Menurut Aldhily (2017), beberapa karakteristik umum
opinion leader adalah:
a. Lebih tinggi pendidikan formalnya
b. Lebih tinggi status sosial dan ekonominya
18
c. Lebih inovatif dalam menerima dan mengadopsi ide baru
d. Lebih tinggi pengenalan medianya
e. Kemampuan empatinya lebih besar
f. Partisipasi sosial lebih besar
g. Lebih kosmpolit (mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas)
h. Serikat pekerja
Publik ini juga mempegaruhi terhadap kehidupan komersial, industrialisasi dan
politik suatu negara. Serikat pekerja seperti Federasi Serikat Pekerja Metal
Indonesia (FSPMI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan serikat
pekerja bidang lain. Menurut Jefkins dalam Aldhily (2017) bahwa tidak ada
pimpinan perusahaan manapun yang dapat mengabaikan serikat pekerja.
9. Media massa
Biasanya pihak media memerlukan penanganan yang berbeda dengan pihak
lain yang telah disebutkan diatas, karena media merupakan jalur penghubung
antara organisasi dengan masyarakat luas sebagai publik eksternal.
19
Gambar 3. Fumgsi PR
Sumber: Cutlip, Center dan Broom (2006)
2.3. Evaluasi
20
3. PR goals, objectives, strategies & tactics
21
22
BAB III. PRINSIP PROFESIONAL, ETIKA DAN ISU HUKUM
DALAM PR
3.1. Tujuan Pembelajaran
“PR means telling the truth and working ethically –even when all the media want is headlines and
all the public wants is scapegoats. Public relations fails when there is no integrity.” Viv Segal of
Sefin Marketing.
Public Relations adalah sebuah profesi bidang PR, seperti halnya dokter,
pengacara, akuntan public, insinyur, arsitektur dan lain sebagainya. Apapun profesi
yang disandangnya memerlukan keahlian tertentu. Orang yang berprofesi sebagai PR
berkiprah tidak hanya pada lembaga pemerintah, perusahaan swasta, BUMN, LSM,
namun juga di perusahaan konsultan PR bahkan penyelenggara PR (PR organizer).
Posisi yang biasanya diduduki oleh orang dengan profesi PR di lembaga
pemerintah, perusahaan swasta, BUMN, LSM adalah sebagai Public Relations Officer
(PRO) atau pejabat humas, manager, general manager, kepala biro, kepala bagian atau
kepala divisi. Contohnya pada PT. Astra International Tbk. Posisi PR langsung
dibawah CEO yaitu Corporate Communication, Social Responsibility & Security.
Sedangkan kiprah profesi PR di perusahaan konsultan, jabatan tertingginya
disebut presiden direktur, direktur utama atau direktur saja. Dewasa ini, banyak
perusahaan yang memerlukan jasa konsultan karena PR merupakan bidang yang
23
penting. Alasan yang mengemuka umumnya, konsultan PR lebih berpengalaman,
memiliki akses yang luas terhadap kalangan pemerintahan, kelompok masyarakat
(formal/ informal) dan jaringan media, serta memiliki SDM yang handal. Pada
akhirnya, pilihan menyewa jasa konsultan PR bukan sekedar gengsi namun sudah
merupakan hal yang lumrah. Pendekatan ini juga bermanfaat, karena memberikan
kesempatan kepada praktisi PR di internal perusahaan untuk meningkatkan jam
terbang, melalui interaksi yang dibangun bersama mitra, sehingga proses transfer
knowledge ini dapat bermanfaat bagi karyawan bersangkutan maupun perusahaan
(Rayana, 2015).
Perusahaan konsultan PR selain skala lokal, ada juga skala global. Perusahaan
PR asal Jepang, seperti Dentsu mengelola klien seperti Toyota, begitu juga dengan
agency PR asal AS, seperti Edelma Pacific, Ogilvy atau Fleishman Hilard. Mereka juga
terbiasa menangani program PR banyak perusahaan dari negeri Paman Sam. Sepertinya
ada kewajiban tak tertulis yang memuluskan kerjasama antar mereka. Meski demikian,
tak jarang perusahaan lokal juga memanfaatkan agency PR asing sebagai konsultan
PR. Contoh, PGN dengan Edelman Pacific. Pilihan memakai jasa agency PR asing
biasanya dilatarbelakangi oleh kehandalan saat meng handle krisis manajemen atau
untuk memobilisasi isu di tingkat internasional (Rayana, 2015).
B. Organisasi Profesi PR
24
C. Etika Profesi PR
Kode etik PR yang berlaku di Indonesia telah terdaftar sejak tahun 1977 di
Departemen Dalam Negeri dan Deppen saat itu dan telah tercatat serta diakui oleh
organisasi profesi Humas Internasional yaitu IPRA. Kode etik terdiri dari 4 pasal yang
mencakup komitmen pribadi, perilaku terhadap klien atau atasan, perilaku terhadap
masyarakat dan media massa, perilaku terhadap sejawat. Kode etik profesi Asosiasi
Perusahaan Public Relation Indonesia (APPRI) terdiri dari 17 pasal. Dalam kode etik
tersebut juga memuat kode tingkah laku humas yang mengatur empat hal yaitu
integritas pribadi dan profesional, tingkah laku terhadap klien dan majikan, tingkah
laku terhadap media dan umum serta tingkah laku terhadap rekan. Diatur juga 17
25
prinsip yang telah diletakkan untuk diwujudkan dalam meningkatkan hubungan antara
para anggota lembaga dan masyarakat sebagai pihak dimana profesional PR
bertanggungjawab yaitu kode tingkah laku professional Institut Public Relations/ IPR
(Kode Etik Kehumasan Indonesia, 1977, 2020).
Menurut Ruslan (1995) ada empat indikator keberhasilan seorang humas dalam
tugasnya, yaitu profesionalisme, kode etik/ etika, moral dan aspek-aspek hukum yang
dijadikan acuan. Pembahasan hukum dalam PR akan berbeda dengan subjek etika
dalam PR. Lalu dimana letak perbedaannya? Hukum bersifat memaksa (imperatif),
secara a priori harus ditaati, dan segala bentuk pelanggaran akan mendapatkan sanksi
sesuai aturan yang berlaku dan telah disepakati. Sedangkan etika bersifat longgar,
boleh ditaati dan tidak, dan segala bentuk pelanggaran etika dikenakan sanksi moral
atau sosial.
1. Hukum keperdataan
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sistem tata hukum yang berlaku
di Indonesia hanya mengacu pada Pancasila (staats fundamental norm) sebagai
landasan idiilnya dan UUD ’45 (staats grundgesetze) sebagai landasan
konstitusionalnya. Kaidah hukum merupakan suatu norma yang mengatur
tentang sikap dan perilaku manusia di dalam kehidupan sehari-hari agar
terciptanya suatu kehidupan yang aman, damai dan teratur. Ada tiga macam
kaidah hukum, yaitu kaidah hukum yang bersifat suruhan (gebod), larangan
(verbod), dan bersifat kebolehan (mogen) dimana ketiga kaidah ini yang disifati
pada hukum perdata. (Ruslan, 1995).
26
Dalam modul ini hanya membahas perjanjian (perikatan) karena aspek-aspek
inilah yang paling banyak terkait dengan tugas dan fungsi PR untuk membuat
kontrak bisnis, perjanjian, dll. Perbedaan hukum perjanjian dan perikatan, yaitu
dalam pengertian perjanjian lebih sempit daripada perikatan. Pengertian hukum
perikatan (verbintenis) lebih luas karena timbul dari persetujuan atau kontrak,
dan akibat dari perbuatan yang melanggar hukum. Hal ini ditegaskan dalam
Pasal 1321, KUH Perdata yang menyatakan, “Persetujuan tidak mempunyai
nilai, apabila diberikan karena salah pengertian atau dipaksakan atau diperoleh
melalui tipu daya.” (Ruslan, 1995).
27
(HAKI) seperti di bidang hak cipta UU No. 7/1987, hak paten UU No. 6/1989,
dan hak merek berdasarkan UU No. 19/1992. Ketiga UU itu berkaitan erat
dengan Inttelectual Property Rights yang bernaung di bawah bendera PBB,
yaitu World Intellectual Property Organization (WIPO) dan World Trade
Organization/ WTO. (Ruslan, 1995).
Menurut (Ruslan, 1995) kelalaian merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari
dalam public relations. Demi melindungi suatu perjanjian dan menghindari
sengketa di kemudian hari atau untuk memudahkan suatu penyelesaian
perselisihan tersebut, sebelumnya atau seharusnya para pihak yang
mengadakan perjanjian secara tegas menetapkan suatu perjanjian tentang
risiko. Pasal 1366 tentang tanggungjawab atas kerugian berbunyi:
“Setiap orang tidak bertanggungjawab atas kerugian yang
disebabkan karena tindakan-tindakannya, tetapi juga
terhadap kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau
kurang hati-hati.”
Menurut Cutlip, Center dan Broom (2006), pencemaran nama baik (libel)
adalah tindakan hukum yang dimaksudkan untuk memberi kompensasi kepada
seseorang yang nama baik atau reputasinya di mata masyarakat dicemarkan,
yang pada dasarnya sama dengan pemfitnahan atau penistaan. Aspek-aspek
hukum komunikasi dalam kegiatan Public Relations terkait erat dengan
masalah fitnah (libel) dalam bentuk pernyataan lisan dan tertulis atau tercetak
termasuk juga penghinaan secara ringan yang melanggar hak-hak kehormatan
dan martabat individu, kelompok, serta nama baik dan citra perusahaan. Praktisi
PR dapat berisiko baik sebagai penggugat maupun tergugat karena kegiatan
yang dilakukan seperti penulisan news release, pidato, laporan perusahaan,
28
newsletter, brosur dan komunikasi lainnya. Perumusan delik Pasal 319, KUHP
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Contohnya ketika seseorang atau PR Officer latah melemparkan suatu joke atau
ingin bersenda gurau di hadapan khalayaknya agar suasana menjadi akrab dan
tidak kaku. Akan tetapi, joke tersebut tidak lagi lucu bahkan cenderung
melecehkan seseorang. Misalnya; tentang cacat tubuhnya, etnik atau suku,
bahkan menyinggung nilai kesucian suatu agama yang dijadikan objek
leluconnya sehingga ada pihak lain tidak menerimanya. Persoalan sepele dapat
menjadi “lelucon bermasalah” yang dapat dikategorikan penghinaan.
7. Privasi
29
Gagasan RUU Perlindungan Data Pribadi warga negara dianggap penting di
tengah perkembangan teknologi yang memudahkan akses informasi. Hingga
kini, RUU Perlindungan Data Pribadi belum berhasil disetujui para pemangku
kepentingan. Sebaliknya, sejak 2008, Indonesia sudah memiliki RUU
Keterbukaan Informasi Informasi Publik, yang mengatur mekanisme
permohonan informasi publik ke badan publik oleh warga negara atau badan
hukum Indonesia (hukum online, 2014).
30
adalahAnda paham pada posisi sebagai apa Anda dituntut, karena
tindakan apa (penecemaran nama baik) serta kapan dan dimana.
b. Kumpulkan dokumen
3.3. Evaluasi
Pilihlah satu jawaban yang paling benar dari setiap pertanyaan berikut!
1. Orang yang berprofesi sebagai PR berkiprah dalam berbagai organisasi,
KECUALI?
a. Lembaga pemerintah
b. Bisnis kecil
c. BUMN
d. Perusahaan Konsultan PR
31
b. memiliki akses yang luas terhadap kalangan pemerintahan, kelompok
masyarakat (formal/ informal) dan jaringan media
c. karena dari kalangan internal perusahaan
d. memiliki SDM yang handal
5. Berikut merupakan salah satu pasal dalam kode etik profesi PR, KECUALI?
a. komitmen pribadi
b. perilaku terhadap investor
c. perilaku terhadap sejawat
d. perilaku terhadap klien atau atasan
6. Menurut Ruslan (1995) ada empat indikator keberhasilan seorang humas dalam
tugasnya. Yang BUKAN merupakan indikatornya, adalah?
a. penampilan yang menarik
b. kode etik/ etika
32
c. aspek-aspek hukum
d. profesionalisme
7. Sesuatu yang bersifat memaksa (imperatif), secara a priori harus ditaati, dan
segala bentuk pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai aturan yang berlaku
dan telah disepakati, disebut?
a. Hukum
b. Etika
c. Kode etik
d. Moral
8. Sesuatu yang bersifat longgar, boleh ditaati dan tidak, dan segala bentuk
pelanggaran etika dikenakan sanksi moral atau sosial, disebut?
a. Hukum
b. Etika
c. Kode etik
d. Moral
10. Hubungan konsultan dan klien dari sudut hukum perdata terjadi karena dua hal,
yaitu?
a. berdasarkan perikatan dan undang-undang
b. berdasarkan perjanjian dan undang-undang
c. berdasarkan verbintenis dan ius delicto
d. berdasarkan perikatan dan perjanjian
33
11. Pencemaran nama baik (libel) adalah tindakan hukum yang dimaksudkan untuk
memberi kompensasi kepada seseorang yang nama baik atau reputasinya di
mata masyarakat dicemarkan. Yang bentuknya berupa KECUALI?
a. Tertulis
b. Lisan
c. Tidak tampak
d. Tercetak
12. Prioritas seorang PR officer terutama dalam kegiatan PR seperti penulisan news
release, pidato, laporan perusahaan, newsletter, brosur dan komunikasi lainnya
adalah?
a. kepentingan privasi
b. kelayakan informasi
c. mengungkapkan fakta yang sangat pribadi
d. informasi mengenai public figure dengan persetujuan formal tertulis
dari anak kecil.
34
BAB IV. PROSES MANAJEMEN PR TAHAP SATU:
MENDEFINISIKAN PROBLEM PUBLIC RELATIONS
A. Pengantar
35
memahami situasi dan untuk mengecek asumsi tentang publik dan konsekuensi PR.
Tujuannya untuk mengurangi ketidakpastian dalam pembuatan keputusan, karena riset
yang sistematis dan metodis adalah dasar dari PR yang efektif (Cutlip, Center dan
Broom, 2006).
Internasional Listening Association mendefinisikan “mendengar” sebagai
proses menerima, mengkonstruksi makna dari, dan merespons pada, pembicara dan
atau pesan nonverbal. PR yang efektif dimulai dengan mendengar, yang memerlukan
keterbukaan dan upaya sistematis (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
Pernyataan problem yang berguna harus meringkas apa yang telah dipelajari
tentang situasi problem (Cutlip, Center dan Broom, 2006):
1. Pernyataan problem ditulis dalam bentuk waktu sekarang, yang
mendeskripsikan situasi yang terjadi saat ini
2. Pernyataan problem mendeskripsikan situasi spesifik dan ketentuan yang bisa
diukur, dengan memberi perincian dari pertanyaan berikut:
a. Apa sumber persoalannya?
b. Dimana persoalannya?
c. Kapan sesuatu itu menjadi persoalannya?
d. Siapa yang terlibat atau dipengaruhi?
e. Bagaimana mereka terlibat atau dipengaruhi?
f. Mengapa ini menjadi perhatian organisasi dan publiknya?
36
C. Analisis Situasi Saat Ini (Fact Book) Menggunakan SWOT Analysis untuk
Mengkonfirmasi atau Memperbaiki Pernyataan Problem
37
c. Strategi WO berusaha meminimalkan kelemahan organisasi agar dapat
mengambil keuntungan dari luar.
d. Strategi WT berusaha meminimalkan baik itu kelemahan organisasi
maupun ancaman dari luar.
38
D. Proses Riset: Metode Riset Informal (Eksplorasi)
Metode informal masih mendominasi riset PR, meskipun metode ilmiah yang
sudah maju sudah tersedia. Tetapi metode informal dapat berguna, jika praktisi
mengakui kelemahan dan tujuannya. Jika dilihat sebagai metode yang baik untuk
mendeteksi dan mengeksplorasi situasi problem dan untuk uji awal riset dan strategi
program, maka metode informal sangat berguna. Namun jika hasilnya dipakai sebagai
basis untuk perencanaan dan evaluasi program, maka metode ini tidak banyak gunanya.
Contoh metode riset informal adalah (Cutlip, Center dan Broom, 2006):
1. Kontak personal
Contoh penggunaan kontrak personal yang lebih terstruktur adalah pertemuan
pemegang saham tahunan. Misalnya, manajer di satu perusahaan mengunjungi
pemegang saham di rumahnya setelah jam bisnis. Setiap tahun personel
manajemen di berbagai lokasi secara personal berbicara dengan pemegang
saham tentang bisnis perusahaan.
2. Informan kunci
Praktisi biasanya bicara dengan informan kunci, yakni variasi dari kontak
personal. Pendekatan ini dilakukan dengan memilih dan mewawancarai
pimpinan yang punya banyak pemahaman dan pengalaman. Wawancara
biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi terbuka di mana individu yang telah
dipilih diminta untuk berbicara tentang suatu problem atau isu menurut
pendapat mereka sendiri.
3. Kelompok fokus dan forum komunitas
Menurut (Ardianto, 2011) frekuensi penggunaan instrument ini meningkat.
Seperti Focus Group Discussion (FGD) dilakukan wawancara satu per satu
melalui kelompok survei. Instrumen ini digunakan untuk mengukur kebiasaan
membeli atau dampak program PR pada komunitas atau public tertentu. Juga
digunakan untuk menilai sikap-sikap umum terhadap subjek (masalah) tertentu,
39
seperti produk baru atau periklanan. Focus groups (kelompok-kelompok fokus)
dirancang dengan memerhatikan pedoman-pedoman:
a. Define your objectives and audience.
Batasi tujuan dan target publik Anda. Setelah itu dengan
memperhatikan pedoman ini agar dapat mengumpulkan informasi yang
relevan. Dengan kata lain, jangan melakukan kelompok fokus dengan
teman-teman (dekat) dan para anggota keluarga karena memperoleh
hasil dengan cepat dan biaya murah. Pemilihan audience yang tepat
akan memberikan informasi yang lengkap dan akurat pada kegiatan
focus groups.
b. Recruit your groups.
Penentuan para partisipan dilakukan beberapa minggu sebelumnya,
bergantung pada sulit tidaknya melakukan kontak dengan target.
Kontak biasanya dilakukan melalui telepon. Hindari para target
responden dari kelompok karyawan pesaing, para anggota berita media,
serta jangan seseorang yang telah berpartisipasi dalam kelompok
beberapa tahun yang lalu (karena mereka lebih mementingkan masalah
uang dibandingkan mendukung riset Anda).
c. Choose the right moderator.
Orang-orang yang sangat handal berbicara tidaklah cukup untuk
menjadi moderator terbaik dalam kelompok fokus. Para moderator
profesional harus mengetahui bagaimana membuat laporan dengan
cepat, bagaimana dan kapan menggali sesuatu yang tersembunyi
menjadi nyata, bagaimana mendorong komentar-komentar dari para
partisipan yang enggan berbicara, bagaimana membagi tugas-tugas
kelompok, bagaimana menafsirkan hasil-hasilnya secara valid atau
dapat diandalkan.
d. Conduct enough focus groups.
40
Untuk menemukan banyaknya ide dan opini yang relevan, satu atau dua
kelompok fokus biasanya tidak cukup, lebih baik empat sampai enam
kelompok.
e. Uses a discussion guide.
Hal ini adalah garis besar yang mendasari apa yang Anda inginkan
dalam riset PR. Hal ini dipimpin oleh moderator melalui diskusi dan
penetapan kelompok.
f. Choose proper facilities.
Ruangan diskusi harus nyaman. Para pengamat dapat menggunakan
closed circuit TV (CCTV/ rekaman televisi) dan one-way-mirrors
(bayangan cermin) untuk mengamati para partisipan.
g. Keep a tight rein on observers.
Para pengamat jarang berada dalam satu ruangan dengan partisipan,
mereka biasanya terpisah. Para pengamat harus mengamati jalannya
diskusi secara serius.
h. Consider using outside help.
Untuk melakukan focus group jika memerlukan profesional khusus,
organisasi penyelenggara dapat menyewa perusahan yang
direkomendasikan.
4. Sumber online
Teknologi komunikasi telah menciptakan peluang bagi kawan dan lawan untuk
berbicara satu sama lain, juga tentang organisasi, sebab dan kejadian. Jackson
dan Stoakes dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) menyebut sisi gelap
internet dimana penyebaran informasi palsu dan menyesatkan dapat merugikan
sasaran/ publik yang tidak siap. Praktisi PR disarankan untuk senantiasa
memonitor berita internet untuk mencegahcyber crisis karena rumor yang
berasal dari internet sering kali bisa masuk ke media cetak dan siaram sebelum
perusahaan mengetahuinya. Praktisi PR dapat menggunakan misalnya
www.google.com, https://twitter.com/, https://www.instagram.com/,
41
https://id-id.facebook.com/, https://id.pinterest.com/ atau
https://www.youtube.com/.
5. Laporan lapangan
Kebanyakan organisasi memiliki cabang, kordinator lapangan atau supir-supir
dalam mendistribusikan produknya. Mereka dapat dilatih untuk mendengarkan
dan mengamati dan diberi cara dalam membuat panduan observasi yang
kemudian menghasilkan laporan observasi. Misalnya supir-supir PT.
Sampoerna melakukan hal ini karena secara rutin ke lapangan untuk
mendistribusikan produknya ke publik/ konsumen. Kekurangan metode ini
bahwa dapat saja laporan bersifat subjektif sehingga dapat digunakan dengan
hati-hati. Seperti metode informal lainnya, laporan lapangan hanya berfungsi
baik sebagai peringatan dini untuk mendeteksi situasi yang membutuhkan
investigasi lebih lanjut (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
Metode ini didesain untuk mengumpulkan data dari sampel ilmiah. Metode
formal menjawab pertanyaan tentang situasi yang tidak dapat dijawabsecara
memuaskan dengan menggunakan pendekatan informal. Beberapa instrument riset
formal sebagai berikut (Cutlip, Center dan Broom, 2006):
1. Analisis Sekunder dan Database Online
Melakukan riset tidak selalu membutuhkan pengumpulan data sendiri. Analisis
sekunder menggunakan kembali data yang telah dikumpulkan oleh orang lain,
yang sering kali untuk tujuan yang berbeda. Beberapa data dari perusahaan riset
yang dapat dijadikan rujukan seperti data dari AC. Nielsen, Markplus, Inc.
(http://www.markplusinc.com/), kata data (https://katadata.co.id/), INDEF
(https://indef.or.id/) dan hasil riset lain yang dipublikasikan.
2. Analisis Isi
John Naisbit dalam buku populernya, analisis isi dapat menghasilkan
pandangan yang berharga tentang apa yang mungkin akan menjadi agenda
42
publik di masa mendatang. Dengan mengakui peran media dalam melaporkan
dan mempengaruhi tren, pada 1968 Naisbit mulai mempublikasikan newsletter
kuartalan, Trend Report, yang didasarkan pada analisis isi terhadap 206 koran
metropolitan. Kini newsletter nasional dan regional ini melaporkan analisis isi
terhadap lebih dari 6.000 koran. Newsletter ini telah memberi pelanggan
pemerintah dan korporat sistem peringatan dini untuk memperkirakan kondisi
sosial dan ekonomi. Perusahaan PR makin banyak yang membantu kliennya
untuk mengantisipasi isu-isu baik itu dengan mendaftarkan ke layanan pelacak
isu atau melakukan analisis isi media sendiri. Analisis isi media ini
menggunakan metode formal yang lebih sistematis ketimbang cara-cara
informal yang dipakai untuk memonitor media. Perbedaan utamanya adalah
keterwakilan dari isi yang dipilih untuk dianalisis dan objektivitas yang dipakai
dalam mengukur dan mengodekan isi.
Menurut Seitel (2001) dalam Ardianto (2011), tujuan utama analisis isi adalah
menggambarkan sebuah pesan atau penempatan pesan-pesan. Contoh, sebuah
organisasi atau perusahaan dengan news release yang sering dimuat oleh surat
kabar lokal, dan tidak akan mengetahui secara pasti, tanpa penelitian.
Bagaimana citra organisasi yang terbentuk dari pemuatan news release itu,
sesuai dengan yang diinginkan. Dengan menganalisis liputan berita, perusahan
dapat memperoleh ide yang lebih cemerlang dan efektifnya komunikasi.
Beberapa analisis isi dapat dikaji melalui kriteria berikut ini:
a. Frequence of coverage: Berapa banyak news release yang dimuat?
b. Placement within the paper: Apakah news release seringkali dimuat di
halaman pertama?
c. People reached: Seberapa besar jangkauan sirkulasi sehingga
mempengaruhi publikasi pemuatan news release?
d. Messages conveyed: Apakah news release itu digunakan untuk
mengekspresikan tujuan organisasi atau hanya sebagai informasi
sederhana?
43
e. Editing of releases: Berapa banyak surat kabar mengedit naskah news
release yang disampaikan ke media? Apakah secara material itu, news
release yang di edit mengalami perubahan makna?
f. Attitude conveyed: Apakah news release ini membentuk citra positif,
negatif atau netral bagi organisasi atau perusahaan).
Ritonga (2005) mengatakan secara ringkas bahwa melalui analisis isi dapat
diperoleh gambaran mengenai orientasi suatu media sebagai komunikator
massa, apakah berorientasi pada politik, ekonomi, ideologi, atau budaya.
Orientasi di sini bisa hanya salah satu saja, tetapi bisa juga dua atau tiga atau
keempat orientasi itu sekaligus. Kaitannya dengan publik, hasil analisis isi
dapat dijadikan petunjuk tentang sifat publik, seperti nilai-nilai, rasa suka dan
tidak suka mereka. Bila penyajian isi media lebih menekankan pada kedalaman
informasi misalnya, dapat diduga pembacanya adalah orang-orang yang
menyenangi informasi serius. Sebaliknya, bila penyajian isi media mayoritas
berita lempang, dapat diduga pembacanya adalah orang-orang yang tidak
menyenangi informasi serius.
3. Survei
Menurut Ardianto (2011) survei merupakan salah satud ari tiga bentuk
penelitian PR yang mendominasi di lapangan, selain audit komunikasi dan
unobtrusive meausres. Survei adalah penelitian sistematis terhadap sebagian
populasi yang dikaji. Survei dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti
melalui surat, telepon, dan online (google form). Masing-masing memiliki
kelemahan dan kekutana. Misalkan salah satu hotel ingin mengetahui fenomena
terkait kepuasan tamunya, dengan menyebarkan selembar kecil daftar
pertanyaan yang disiapkan pada meja telepon kamar tamu yang menginap
bersama dengan daftar menu restorannya atau daftar rangkaian jasa yang
ditawarkan. Menurut Ardianto (2011) survei secara umum terdiri dari empat
tahap yakni:
44
a. Penentuan sampel (the sample)
b. Kuesioner atau angket (the questionnaire)
c. Wawancara (the interview)
d. Analisis hasil (result analysis)
Wawancara yang dimaksud disini adalah sebagai penguat hasil dari kuesiioner
atau angket jika memang diperlukan konfirmasi terkait hasilnya. Yang
termasuk wawancara adalah focus group, telephone interview, mail interview,
drop off interview, Delphi panels atau internet interview. Tahap terakhir dalam
survei adalah analisis hasil yang diperlukan untuk menarik kesimpulan terkait
fenomena yang disurvei dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi.
45
F. Contoh Pendefinisian Problem PR pada Agrowisata Sei Temiang
1. Pernyataan problem:
46
OPPORTUNIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
O1. Peluang investasi bagi para investor Memaksimalkan lokasi yang Melakukan promosi lebih
untuk pengembangan sumber daya alam strategis dan meningkatkan aktif dan gencar melalui media
di bidang agrowisata. kualitas pelayanan., serta elektonik (media sosial) dan
menarik minat investasi dari media cetak serta membuat
O2. Sektor pariwisata yang semakin berbagai pihak untuk dapat promosi dengan paket-paket
berkembang dan diminati. menambah fasilitas agrowisata. liburan tertentu untuk umum.
O3. Jumlah wisatawan yang terus (S2, O1, O2, O7) (W1, W4, W6, O2, O3, O4,
bertambah. O5)
Memberikan harga terjangkau
O4. Kecenderuangan keinginan demi meningkatnya kegiatan Menerapkan perkembangan
konsumen untuk beralih ke wisata alam bisnis, serta menambah varian dan penggunaan teknologi
(agrowisata)/ berwisata back to nature. objek wisata yang terkonsep dalam setiap objek wisata dan
dan potongan harga untuk dalam sistem kerja agar dapat
O5. Kecenderungan masyarakat untuk menarik pengunjung. (S1, S3, mengoptimalkan potensi yang
melakukan acara pertemuan/kumpul S5, S6, O4, O5) ada secara maksimal. (O6)
keluarga.
Berkoordinasi dengan Biro Melakukan pembangunan
O6. Perkembangan teknologi internet Humas dan Protokol untuk fasilitas dan infrastruktur yang
dapat memudahkan transaksi usaha dan bantuan promosi di luar Kota memadai akan memberikan
promosi. Batam bahkan negara tetangga konsumen rasa nyaman. (W2,
O7. Akses jalan yang mudah, karena seperti Singapura dan W3, O1, O7)
berada pada jalur yang ramai dilalui Malaysia. (S4, O6)
Meningkatkan Kualitas dan
masyarakat. jumlah SDM yang ada pada
Agrowisata Sei Temiang-
Batam. (W5).
47
Berdasarkan survei yang telah dilakukan dari 100 responden dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Deskripsi responden yaitu masing-masing berjumlah 50 responden
wanita dan pria dengan pesebaran rentang usia yaitu dibawah 30 tahun
48
sebanyak 25 responden, antara 31 sd. 40 tahun 40 responden, usia 41
sd. 50 tahun berjumlah 25 responden dan paling sedikit responden usia
50 tahun keatas yaitu 10 responden. Sedangkan keadaan terkait
pekerjaan bahwa responden bekerja sebanyak 30 responden, diikuti
dengan responden dari pelajar/ mahasiswa sebanyak 25. Ibu rumah
tangga dan tidak bekerja masing-masing 20 dan 15 responden. Dan
sisanya 5 responden dari kelompok pensiunan. Sedangkan responden
yang belum pernah mengunjungi Agrowisata Sei Temiang Batam
sebanyak 80 responden, 10 responden pernah berkunjung sekali dan
sisanya pernah mengunjungi lebih dari satu kali.
b. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan dalam
berkunjung Agrowisata Sei Temiang Batam menurut persepsi
responden didominasi oleh jawaban sedang yaitu sebanyak 60%.
Sedangkan kemudahan transportasi menuju Agrowisata Sei Temiang
Batam dinilai sulit yaitu sebanyak 55%, terkait kelengkapan fasilitas
pada Agrowisata Sei Temiang Batam sebanyak 75% responden
menyatakan lengkap. Terkait pertanyaan minat untuk mengunjungi
(kembali) dan menyelenggarakan acara pertemuan pada Agrowisata Sei
Temiang Batam sebagai salah satu tempat wisata alam terbuka di Batam
responden menyatakan 80% tidak berminat. Sebanyak 65% responden
menilai ketidaksetujuan bahwa kegiatan promosi dan branding yang
dilakukan Agrowisata Sei Temiang Batam sudah gencar dan baik.
Perkembangan teknologi internet mempermudah dalam mengetahui
paket dan pemesanan pada Agrowisata Sei Temiang Batam
dipersepsikan responden tidak setuju yaitu sebanyak 80%.
49
4.3. Evaluasi
Persaingan ketat antara Coca-Cola dan Pepsi sangat melegenda. Perang antar keduanya
benar-benar memanas saat Pepsi menggelar `Pepsi Challenge` pada 1975. Kala itu,
sejumlah masyarakat mengikuti `blind test` atau tes dengan mata tertutup. Dalam
keadaan tersebut, para peserta disuguhkan dua minuman soda, Coca-cola dan Pepsi.
Faktanya cukup mencengangkan, kala itu sebagian besar peserta tes justru memilih
Pepsi dibandingkan Coca-Cola. Alhasil Coca-Cola mengalami penurunan pangsa pasar
hingga sepuluh tahun sejak `blind test` tersebut digelar. Kemudian para ilmuwan Coke
bereksperimen, membuat rasa Coke menjadi lebih ringan dan lebih manis, seperti rasa
Pepsi dan lahirlah” New Coke”. Para responden, dengan cara sederhana dan langsung,
diminta menceritakan reaksi mereka, dan rata-rata mengatakan tidak menyukai Coke
lama, tetapi lebih suka pada rasa Coke baru. Ternyata malah terjadi kegagalan setelah
dijual ke pasar, bahkan menjadi sebuah bencana. Para penggemar Coca-cola serentak
bangkit menyatakan kemarahan mereka terhadap New Coke, dan Coke terhujam pada
situasi krisis. Hanya beberapa bulan kemudian, perusahaan dipaksa kembali ke resep
asli mereka, dengan sebutan Classic Coke. Kenyataannya, kenaikan pangsa Pepsi yang
diramalkan oleh riset pasar bakal tak terhentikan juga tidak pernah terwujud. Selama
dua puluh tahun terakhir, Coke telah bersaing langsung dengan Pepsi. Coca Cola tetap
dengan produk yang menurut uji rasa kalah dari Pepsi, namun Coke masih menjadi
minuman ringan nomor satu di dunia.
50
BAB V. PROSES MANAJEMEN PR TAHAP DUA:
PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN
Menurut Robbins (1994) strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran usaha
jangka panjang dan adopsi upaya pelaksanaan dan alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Secara terinci, bentuk strategi dalam bisnis
ada dua, yaitu mode perencanaan dan mode evolusioner (Cutlip, Center dan Broom,
2006). Dalam mode perencanaan, strategi berbentuk perencanaan sistematis dan
pedoman untuk menjalankan strategi level korporat dan level bisnis. Sedangkan
51
strategi dalam mode evolusioner berkembang dari waktu ke waktu, merepresentasikan
pola keputusan yang merespons kesempatan dan ancaman dalam lingkungan.
Sedangkan Aldhily (2017) mengatakan bahwa strategi humas memiliki arti rencana
jangka panjang untuk menyusun berbagai rencana teknis dan langkah komunikasi yang
akan diambil dalam kegiatan kehumasan dengan memerhatikan jumlah anggaran dan
waktu kegiatannya. Strategi yang dilakukan humas pada dasarnya mengacu pada visi
misi organisasi dan harus sejalan dengan strategi perusahaan, sehingga strategi yang
dibuat harus berhubungan dengan perencanaan tersusun jangka panjang yang
berhubungan dengan tujuan perusahaan.
Berbagai temuan riset biasanya digunakan sebagai basis perencanaan strategis
untuk mendapatkan PR yang efektif. Mantan Wakil Presiden Senior dan Direktur Riset
di Ketchum Public Relations New York melakukan survei tentang penggunaan riset
sebagai basis untuk perencanaan program. Hasil riset menyimpulkan bahwa tujuh
puluh lima persen dari total yang di survei mengatakan bahwa mereka “kadang-
kadang” atau “sering” melakukan riset secara spesifik untuk tujuan perencanaan.
Konselor (konsultan PR) menggunakan riset 89 persen, sedangkan praktisi di seting
non profit adalah yang paling sedikit yakni 68 persen.
Ketika merencanakansebuah program, organisasi berarti membuat keputusan
untuk esok hari pada hari ini. Kurang memperhatikan langkah perencanaan strategis
dalam proses PR akan menghasilkan program yang justru menimbulkan kontroversi
ketimbang memecahkan masalah, membuang-buang uang atau justru menimbulkan
kesalahpahaman dan kebingungan ketimbang kejelasan dan pemahaman. Salah satu
problem PR yang sulit akhirnya muncul dari keputusan sembarangan yang dibuat pada
masa lalu. Misalnya ketika Nestle memasarkan susu pengganti ASI di negara
berkembang. Perusahaan tersebut tampaknya tidak mempertimbangkan bahwa susu
tersebut akan dicampur air yang tidak aman bagi bayi.
Manajemen strategis lebih merepresentasikan pendekatan sistem terbuka
terhadap PR ketimbang pendekatan sistem tertutup dan reaktif. Menurut konsultan PR
yaitu Forbes dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) manajemen strategis adalah
sebuah proses yang memampukan setiap organisasi untuk mengidentifikasi peluang
52
dan ancaman jangka panjangnya, memobilisasi aset-asetnya untuk menangani peluang
dan ancaman, dan melaksanakan strategi implementasi yang sukses.
B. Rencana Program
1. Pencarian ke belakang. Tidak ada organisasi yang tidak ada problem, tidak ada
kesempatan yang tidak punya sejarah. Mempelajari sejarah adalah langkah
pertama. Ketika pembentukan organisasi pertama kali, siapa yang
membentuknya? Untuk apa dibentuk? Apakah sudah waktunya untuk
merayakan hari jadi, membuat museum institusional, atau menyusun biografi
pendiri? Bisakah PR membantu? Informasi latar belakang juga penting jika PR
harus menghadapi problem yang mendesak. Apa latar belakang problem itu?
Apa yang terjadi sehingga menyebabkan PR terlibat dengan cara yang berbeda
atau baru? Karena problem PR juga punya sejarah.
2. Pencarian melebar. Langkah selanjutnya adalah memantau opini publik
terhadap organisasi. Bagaimana karyawan merasakan kondisi pekerjaan
mereka, kepemimpinan mereka? Bagaimana lingkungan sekitar memandang
kehadiran dan tindakan organisasi? Apakah ada kesalahpahaman antara
organisasi dengan publik konstituennya? Apakah ada kejengkelan di suatu
tempat? Dalam keadaan genting, kepada siapakah organisasi bisa bergantung?
Dalam keadaan genting itu, kelompok mana yang akan senang melihat
organisasi tertimpa kesulitan atau dipermalukan?
3. Pencarian ke dalam. Setiap organisasi punya karakter dan personalitas.
Keduanya cenderung menjadi cermin dari orang-orang yang mengontrol
53
organisasi melalui kepemilikannya, manajemen, suara, keanggotaan,
kedudukan atau melalui cara lainnya. Karakter dapat diketahui dengan
memeriksa kebijakan yang ditentukan dan dengan meneliti apakah kegiatan
sehari-hari sesuai dengan kebijakan itu. Personalitas tampak dalam gaya
administrasi: otoritas terpusat atau delegasi, keterbukaan atau ketertutupan.
4. Pencarian jauh ke depan. Apakah misi organisasi dapat dicapai? Dapatkah
perencanaan dan pemrograman PR dimasukkan ke dalamnya? Dapatkah
perencanan dan pemrograman PR memberi kontribusi praktis? Akankah
organisasi dapat bertahan dalam 10 tahun mendatang? Akankah organisasi ini
bertambah besar dan makin kokoh ataukah akan mengalami kemunduran atau
bahkan lenyap? Apa keunggulan dan kelemahannya? Apa kekuatan yang akan
mempengaruhi peluang keberhasilan atau kegagalan organisasi? Apakah risiko
dan hasilnya sudah sepadan?
Implementasi empat langkah tersebut saat ini dapat lebih efisien dengan
bantuan kemajuan teknologi dan sumber daya. Database online, misalnya, dan teknik
pelacakan yang canggih. Data ini digunakan untuk menyusun landasan program:
pernyataan problem dan analisis situasi dan tujuan program. (telah didiskusikan pada
Bab IV) dan tujuan program. Menurut Mulyadi (2018) perencanaan adalah usaha
merancang dan memilih pada waktu sekarang untuk suatu yang ingin diwujudkan
dimasa yang akan datang (choosing our desired future today).
C. Pernyataan Misi
54
pemeliharaan dan peningkatan kehidupan manusia." Secara ringkas, pernyataan misi
adalah pemyataan idealistik dan inspirasional yang didesain untuk memberi kepada
pihak-pihak di dalam organisasi sebuah pemahaman tentang tujuan dan arah organisasi.
Staf PR harus mengetahui apakah dokumen ini disimpan karena alasan kompetisi atau
keamanan atau merupakan pernyataan terbuka tentang misi, standar perilaku atau
tujuan spesifik. Dalam organisasi dimana tidak ada pernyataan misi, maka staf PR
harus mengajukan usul pernyataan misi.
Pernyataan misi untuk fungsi PR disusun berdasarkan pernyataan misi
organisasi. Biasanya misi PR membantu organisasi mencapai misinya dengan
melakukan hal-hal berikut:
1. Mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang perubahan pengetahuan,
opini, dan perilaku publik utama dan kelompok stakeholder.
2. Berfungsi sebagai sumber sentral informasi tentang organisasi dan sebagai
saluran komunikasi resmi antara organisasi dengan publiknya.
3. Mengomunikasikan informasi signifikan, opini, dan interpretasi agar publik
dan stakeholder lainnya mengetahui kebijakan dan aksi organisasional.
4. Mengordinasikan aktivitas-aktivitas yang memengaruhi hubungan organisasi
dengan publik dan kelompok stakeholder lainnya.
55
juga menggunakan strategi yang berbeda-beda. Sedangkan sasaran (objective) adalah
hasil pengetahuan spesifik, opini tertentu, dan perilaku spesifik yang hendak dicapai
untuk masing-masing publik sasaran yang telah didefinisikan dengan jelas atau dikenal
dengan "hasil utama".
56
telepon, batas kota, batas kabupaten, batas kota madya, dan sebagainya adalah
contoh dari pendekatan geografis untuk mendefinisikan public.
Karakteristik individual yang paling sering dipakai tetapi tidak memberi banyak
pemahaman tentang mengapa atau bagaimana orang terlibat atau dipengaruhi.
Demografi dan geografi membantu praktisi untuk langkah awal, tetapi tanpa
informasi tambahan tentang bagaimana orang terlibat atau dipengaruhi oleh isu,
problem, atau situasi, pendekatan ini juga biasanya tidak banyak memberi
petunjuk untuk menyusun strategi dan taktik.
57
memengaruhi keputusan dalam situasi tertentu. Pendekatan ini membantu
mengidentifikasi pihak paling aktif di antara publik aktif, siapa yang
sesungguhnya membuat keputusan, mengambil tindakan dan melakukan
komunikasi
58
sasarannya, semakin pas hasilnya. Berikut ini adalah contoh dari sasaran program yang
bermanfaat untuk tiga level hasil (belajar-rasakan-lakukan):
1. Hasil pengetahuan: Sampai 1 Juli, meningkatkan jumlah pengendara roda dua
yang mengetahui bahwa kecelakaan pada pengendara kendaraan roda dua dari
tahun 2018 meningkat 3%, yakni dari sejumlah 103.672 menjadi 107.500.
2. Hasil predisposisi (opini atau sikap): untuk meningkatkan kepercayaan
pengendara roda dua terhadap kemampuan helem produksi perusahaan kita
untuk melakukan uji produk secara aman, yakni dari rata-rata kepercayaan 2,7
menjadi 3,5 pada tanggal 15 Agustus.
3. Hasil perilaku: untuk meningkatkan persentase pengendara roda dua yang
menggunakan helem SNI saat berkendara dari 51 persen menjadi setidaknya 70
persen dalam waktu 60 hari sejak program dimulai.
Adapun ciri-ciri dari menulis sasaran program yang baik adalah Cutlip, Center
dan Broom (2006):
1. Mulailah dengan "untuk" dan diikuti dengan kata kerja yang mendeskripsikan
arah ke hasil yang diharapkan. Seperti, "untuk meningkatkan," "untuk
menurunkan" dan "untuk mempertahankan”.
2. Menyebutkan hasil yang akan dicapai. Ada tiga kategori kemungkinan atas apa
yang akan dijaga atau diubah: apa yang orang sadari, ketahui, atau pahami (hasil
pengetahuan): bagaimana orang merasakan (hasil predisposisi); dan apa yang
orang lakukan (hasil perilaku). Masing-masing sasaran menyebutkan salah satu
hasil spesifik.
3. Nyatakan besarnya perubahan atau level yang akan dipertahankan dalam
ukuran terukur (kuantifikasi) sehingga dapat diverifikasi kemudian. Jelas level
tersebut harus realistis dan konsisten dengan sumber daya yang tersedia bagi
pihak-pihak yang mengimplementasikan program.
4. Menentukan tanggal target kapan hasil akan dicapai. Tanggal yang ditentukan
dalam sasaran itu mengikuti teori kerja tentang urutan apa yang akan terjadi.
59
Biasanya, hasil harus dicapai sesuai urutan. Hasil-hasil yang berurutan
merupakan konsekuensi logis dari hasil sebelumnya. Tanggal juga memberikan
pedoman untuk mereka yang mengembangkan strategi dan taktik, bahkan juga
menjadi pedoman untuk menentukan jadwal komunikasi dan acara.
Sasaran harus dalam bentuk tertulis, dengan salinan diberikan kepada setiap
orang yang mengerjakan program itu. Sasaran menjadi basis utama untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan strategi dan taktik program. Sasaran harus
sering-sering didiskusikan, karena sasaran memberikan pedoman untuk perencanaan,
pengelolaan, dan mengevaluasi elemenprogram dan keseluruhan program. Dengan
melakukan diskusi staf, sasaran akan bisa membuat program berjalan sebagaimana
seharusnya. Saat kondisi berubah, perencana mengubah sasaran untuk merefleksikan
lingkungan program yang berubah tersebut. Gambar 6 berikut merupakan contoh
tujuan dan sasaran program. Cutlip, Center dan Broom (2006):
60
Gambar 6. Contoh Tujuan Sasaran Program
Sumber: Cutlip, Center dan Broom (2006)
61
G. Mengantisipasi Bencana dan Krisis
Menurut seorang praktisi, Bowen dalam Cutlip, Center dan Broom (2006)
rencana komunikasi krisis korporat yang efektif adalah penting karena "Ada masanya
semua perusahaan pasti akan mengalas krisis produk atau krisis onganisasional yang
dapat mengancam kinerja mereka-atau mengancam masa depan mereka. Tiga kategori
krisis yaitu (Cutlip, Center dan Broom, 2006):
1. Krisis langsung, yaitu jenis yang paling menakutkan yang terjadi secara
mendadak dan tak terduga sehingga tidak ada waktu untuk melakukan riset dan
perencanaan. Contohnya antara lain kecelakaan pesawat, kerusakan produk, kematian
pejabat penting, kebakaran, gempa bumi, bom, dan perusakan kantor oleh mantan
karyawan yang sakit hati. Untuk jenis krisis in manajemen puncak jauh-jauh hari harus
sudah punya rencana umum tentang bagaimana bereaksi menghadapi krisis semacam
itu agar tidak terjadi kekacauan, konflik, dan penundaan.
2. Krisis yang baru muncul tidak secara langsung, yang memungkinkan
dilakukannya riset dan perencanaan, namun krisis itu mungkin saja tiba-tiba meledak
setelah beberapa waktu. Contohnya adalah ketidakpuasan karyawan dan moral rendah,
pelecehan seksual di tempat kerja, penyelewengan jabatan, dan kontrak yang terlalu
mahal dengan pemerintah. Tantangannya adalah meyakinkan pimpinan manajemen
untuk mengambil langkah korektif sebelum krisis mencapai tahap kritis.
3. Krisis berkepanjangan adalah krisis yang bertahan selama berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun meski sudah ada upaya keras dari manajemen untuk
menyelesaikannya. Rumor atau spekulasi yang muncul di media atau dari mulut ke
mulut, tidak bisa dikontrol oleh praktisi PR. Tampaknya perrnyataan apa pun tidak bisa
menghentikan rumor atau menghilangkan kabar. Ini bisa berarti reporter yang akan
menyusun laporan berita baru akan melihat pada berita lama yang belum hilang itu dan
karenanya mengulangi kesalahan informasi. Contohnya antara lain rumor akan adanya
perampingan, rumor bahwa logo Procter & Gamble memuat simbol Setan (dan contoh
ini juga contoh dari bagaimana rumor diulang ke audien baru), dan tuduhan
62
perselingkuhan yang mengganggu Bill Clinton selama dua tahun masa
kepresidenannya.
Praktisi yang bersiap untuk menghadapi hal terburuk akan mengantisipasi dan
merespons kebutuhan pimpinan manajemen. Misalnya, dalam industri asuransi,
serangkaian kerugian karena bencana (gempa bumi, kebakaran, banjir, dan badai
tornado) dan politisasi isu asuransi sangat membutuhkan peran PR dalam perencanaan
dan manajemen.
Menurut Lukaszewski (1991) dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) bahwa
kebanyakan organisasi tahu cara menghadapi krisis operasional di level internal. Akan
tetap “visibilitas yang tak direncanakan" yang mengikuti krisis semacam itu bisa
mengubah krisis menjadi peristiwa yang mengancam reputasi, kredibilitas, dan posisi
pasar. Respons publik yang cepat sangatlah penting di sini, sebab, seperti dikatakan
mantan wakil presiden CNN, "Jika Anda tidak merespons dengan cepat terhadap apa
yang telah terjadi, Anda akan menciptakan ruang hampa dan setiap orang lain (media
berita, pesaing Anda) akan melangkah masuk ke ruang hampa itu dan memberitakan
situasi Anda dengan cara mereka sendiri, bukan dengan cara seperti yang Anda
harapkan. Gambar berikut menjelaskan pedoman untuk bersiap menghadapi krisis PR.
63
Gambar 7. Pedoman Bersiap Menghadapi Krisis PR
Sumber: Cutlip, Center dan Broom (2006)
64
ancaman tenggelam; dan (5) internasional teroris atau seragan lainnya. Masing-masing
eksekutif anggota tim manajemen krisis memilki salinan pedoman itu di rumah dan
juga satu salinan di kantor (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
Krisis itu berhasil diatasi melalui kerja sama dengan penumpang, media, agen
pelabuhan, karyawan, vendor, dan supplier. Keberhasilan ini sebagian karena krisis
seperti itu telah diantisipasi sebagai skenario yang mungkin terjadi dan rencana untuk
mengatasinya telah ditulis. Menurut Dapalini, “kami jelas tidak ingin mengalami hal
semacam itu lagi, namun kami sangat senang karena orang-orang memahami rencana
tersebut dan mengikutinya; rencana itu sukses”. Penanganan yang sukses terhadap
krisis ini dan knisis-krisis lainnya membutuhkan kemampun untuk mengantisipasi
kemungkinan keadaan darurat dan kerawanan, keahlian dalam strategi perencanaan
untuk merespons skenario emergensi yang mungkin terjadi, pengenalan tahap awal
krisis, dan kapasitas untuk merespons dengan segera sebagai bagian dari proses
perencanaan manajemen krisis sistematis (lihat gambar 8).
65
Gambar 8. Checklist untuk Komunikasi Krisis
Sumber: Reinnhardt (1987) dalam Cutlip, Center dan Broom (2006)
66
H. Perencanaan Anggaran Kegiatan Kehumasan
67
Tabel 1. Contoh Struktur Anggaran Depertemen Humas pada Suatu Organisasi
1. Gaji dan biaya karyawan
a. gaji, honor staf honorer, tunjangan-tunjangan, honor pelayanan jasa
b. asuransi-asuransi,
c. pelatihan dan pengembangan profesional
2. Biaya perjalanan
a. uang saku
b. biaya perjalanan, biaya taktis dalam perjalanan
c. biaya komunikas
3. Perlengkapan kantor, jasa
a. pembelanjaan alat-alat tulis dan alat kantor
b. biaya perawatan, antara lain: telepon, ac, komputer
4. program komunikasi financial
a. laporan-laporan keuangan,
b. rapat umum tahunan, kunjungan dan rapat pialang dan pemegang saham
c. konsultasi komunikasi finansial
5. program hubungan dengan pemerintah
a. kunjungan dan acara kontak, konsultasi hubungan dengan pemerintah
b. jasa pemantauan
6. program komunikasi pemasaran
a. literatur produk, iklan produk
b. pameran, peluncuran produk, promosi penjualan
c. audio visual produk
7. program komunikasi internal
a. publikasi karyawan, penghargaan pada para karyawan
b. konferensi pengarahan karyawandan manajemen
c. konsultasi komunikasi internal
8. program hubungan dengan masyarakat
a. open day, dan kegiatan komunitas lainnya
68
b. menjadi sponsor, membagi donasi
9. kegiatan korporasi
a. identitas korporasi, iklan
b. brosur, literatur lain
.
Usahakan untuk menghindari memberi kejutan-kejutan yang tidak
menyenangkan pimpinan manajemen. Bila mengajukan pengeluaran tak terduga untuk
sebuah inisiatif baru, harus dipresentasikan rencana tersebut secara formal pada atasan
dan tunjukkan adanya biaya tambahan. Usahakan persetujuan formal untuk tambahan
anggaran ini dan pastikanmencatatnya sebagai bukti bagi manajer maupun departemen
keuangan.
Contoh alasan-alasan sah bagi pengeluaran tak terduga, antara lain:
a. Dampak peraturan baru
b. Peningkatan perpajakan
c. Krisis manajemen komunikasi
d. Komunikasi penarikan produk, program komunikasi di saat perusahaan
memperoleh penghargaan
e. Perlindungan terhadap ancaman pengambilalihan
Kontrol keuangan yang sangat baik bisa jadi akan meningkatkan reputasi
pimpinan humas sebagai seorang manajer fungsional daripada ukuran kinerja lainnya.
Ada sepuluh tips utama untuk anggaran yang terpercaya:
a. Tunjukkan kontrol keuangan yang luar biasa
b. Berikan perhatian yang besar tentang kepatuhan anggaran
c. Jangan lupakan barang modal
d. Miliki kewenangan yang tunggal dan jelas untuk setiap sumber biaya
e. Simpanlah salinan seluruh tagihan yang anda setujui, jangan terima beban
pembayaran yang tidak disetujui
f. Buatlah perkiraan pengeluaran secara konstan
g. Dapatkan penawaran yang kompetitif dari para pemasok secara teratur
69
h. Mintalah persetujuan tertulis untuk setiap perubahan anggaran
i. Jangan beri kejutan anggaran yang tidak menyenangkan pada pimpinan
70
Dan satu-satunya perbedaan yang substansi antara anggaran humas internal
dengan anggaran biro humas, yaitu adanya komponen laba yang ditambahkan dalam
perencanaan anggarannya.
Seperti juga pada humas internal, ada empat elemen yang pokok harus selalu
ada, yaitu:
a. Tenaga kerja, pengeluaran untuk gaji atau honor tenaga kerja harus
diperhitungkan semuanya secara men detail. Para profesional atau praktisi
yang akan terlibat dalam proyek harus diperhitungkan besar masing-masing
dalam menerima gaji atau honornya dalam sebuah proyek yang akan mereka
kerjakan. Biaya per jam untuk setiap praktisi, meski dibawah biro humas yang
sama, dapat bervariasi tergantung tingkat keahliannya. Pendapatan yang akan
mereka terima lebih besar dari humas internal karena mereka dituntut
profesional dan bersifat momental.
b. Biaya kantor, antara lain biaya sewa gedung, biaya listrik, asuransi, alat
pendingin ruangan dan lain-lain.
c. Material atau peralatan, kebutuhan-kebutuhan yang berupa peralatan kantor
untuk jumlahnya tergantung dari lama dan jenis pelayanan. Pada suatu proyek
mungkin dibutuhkan banyak sekali tinta printer atau flash disk, namun pada
proyek lain, kebutuhan akan alat-alat tersebut lebih sedikit.
d. Biaya lain-lain, kebutuhan-kebutuhan yang bersifat insidential, masuk dalam
kelompok ini. Antara lain: ongkos perjalanan, sewa ruang hotel, biaya
menjamu tamu, biaya audio dan atau visual, dekorasi dan lain sebagainya.
71
Tabel 2. Contoh Anggaran Sebuah Program Humas
Program/Kegiatan/Output/Suboutput/ Perhitungan
Komponen/ Subkomp/ Akun/ Detil Volume Harga Jumlah
satuan biaya
Acara pertemuan rapat 12xn jam Rp.n Rp.n
News release 12xn jam Rp.n Rp.n
Acara peresmian gedung baru n jam Rp.n Rp.n
Menyiapkan laporan dan pembukuan tahunan n jam Rp.n Rp.n
Menyunting dan merencang jurnal internal 4xn jam Rp.n Rp.n
triwulan
4 naskah feature 4xn jam Rp.n Rp.n
Kaset wawancara untuk radio 2xn jam Rp.n Rp.n
Dana cadangan 10% n jam Rp.n Rp.n
Sub total Rp.nn
Perkiraan biaya material Rp.n Rp.n
News release Rp.n Rp.n
Pencetakan laporan tahunan Rp.n Rp.n
Pencetakan jurnal internal Rp.n Rp.n
Perangko dan alat tulis Rp.n Rp.n
Kaset perekam wawancara Rp.n Rp.n
Biaya ekstra: Rp.n Rp.n
Acara peresmian gedung baru Rp.n Rp.n
Dana cadangan 10% Rp.n Rp.n
Total Rp.nn
72
b. 12 x n jam x Rp. n adalah total biaya atas penyelenggaraan 12 kali pertemuan
yang masing-masing berlangsung selama n jam, dimana biaya per jamnya
adalah Rp. n. Jika tiap pertemuan berlangsung selama tiga jam, sedangkan
biaya per jamnya adalah Rp 100.000,- maka total biaya pertemuan selama
setahun:12 x 3 jam x Rp 100.000,- = Rp 3.600.000,-.
c. Selanjutnya acara pertemuan yang nanti berlangsung harus diusahakan agar
tidak menyimpang dari batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh anggaran
tersebut. Namun demikian, Rp 100.000,- tidak bisa dianggap sebagi tarif
standar untuk industri humas, karena jumlahnya bisa dua kali lebih besar.
d. Beban kerja keseluruhan terdiri dari pembuatan berita (news release) yang
diperkirakan mencapai satu berita untuk setiap bulannya; berbagai kegiatan
pengorganisasian dan penyelenggaraan acara peresmian gedung markas besar
yang baru milik organisasi; penulisan serta perancangan laporan dan
pembukuan rutin tahunan; melakukan penelitian, penulisan dan penerbitan
empat artikel kolom iklan pada media massa terkemuka; serta mengorganisir
dan merekam dua buah wawancara yang sengaja dibuat untuk disiarkan melalui
stasiun radio atau televisi setempat.
e. Untuk mewujudkan semua pekerjaan tersebut, diperlukan sekitar 500 jam kerja.
Bila tarifnya adalah Rp.100.000,- per jam, maka jumlah yang harus
dibayarkan oleh client akan mencapai Rp. 50.000.000,-. Tarif konsultan humas
di London cenderung mahal daripada di negara Eropa lainnya. Namun tarif di
negara berkembang pada umumnya, relatif murah. Diluar tarif ini, client masih
harus membayar berbagai ongkos pengadaan materi dan pengeluaran biaya
ekstra lainnya. Sebagai angka perkiraan kasar, total biaya yang harus
ditanggung client mencapai dua kali lipat dari jumlah tarif konsultan. Tentu saja
angkanya bervariasi antara satu tempat dengan tempat lain. Banyak faktor yang
turut mempengaruhi, misal tarif hotel, catering, dll. Secara umum ditegaskan
bahwa pos biaya yang terbesar adalah untuk jam kerja konsultan.
f. Dana cadangan adalah sejumalah uang yang sengaja disediakan untuk berjaga-
jaga seandainya pengeluaran actual pada pos tertentu, karena berbagai sebab,
73
melebihi perkiraan semula. Ini sering terjadi karena faktor yang tidak dapat
dipastikan sebelumnya, misal kenaikan haraga bahan.
g. Berdasar taksiran angka-angka biaya dalam anggaran tersebut, pihak client
dapat mempertimbangkan untuk menyetujui anggaran tersebut,
membelanjakan lebih banyak atau lebih sedikit dana, melaksanakan program
dalamanggaran yang telah disetujui, memperbesar atau menurunkan anggaran.
Pihak client dan biro humas saling mengetahui permasalahan, apa yang harus
dilakukan, program apa yang seharusnya dijalankan dan biro humas
bertanggung-jawab untuk mampu melakukan fungsi humas dengan kondisi
seperti itu.
5.3. Evaluasi
74
meminta perhatian orang di sekitar), sikap duduk yang rapi dan sopan, sikap
berdiri yang berwibawa, sikap berbicara (yaitu berbicaralah dengan intonasi
yang jelas, tidak terlalu keras dan tidak berbisik-bisik. Usahakan agar Anda
selalu menggunakan bahasa yang dimengerti oleh lawan bicara sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan lancar), sikap diam (bila Anda sedang
memikirkan sesuatu hal, maka usahakan jangan sampai tidak mengontrol gerak
tubuh Anda. tetap mengawasi keadaan sekitar).
d. Rasa percaya diri dengan kepribadian kuat
Jika Anda saat berprofesi sebagai PR baiknya Anda bergabung pada organisasi
kehumasan yang ada di Indonesia, hal tersebut sangat berguna bagi pengetahuan Anda
sebagai seorang PR. Salah satu nilai negatif yang seharusnya dihindari oleh PR adalah
egoisme. la akan merasa paling benar dan paling tahu sehingga terkadang mereka malas
untuk kembali belajar meng update ilmu pengetahuan sehingga mereka tergilas oleh
orang lain yang tidak pernah berhenti belajar.
75
brand AQUA secara resmi merilis inovasi terbaru untuk menjangkau konsumen di
berbagai segmen dengan AQUA Vending Machine. Bahkan sebagai bentuk awareness,
AQUA juga menggelar brand activation dengan kampanye #AdaAQUA Mindwave
Vending Machine yang berlangsung di Jakarta.
AQUIA secara resmi merilis inovasi terbaru untuk menjangkau konsumen di berbagai
segmen dengan AQUIA Vending Machine. Menurut Ridzky Nowasandro, Junior
Brand Manager Danone Aqua, "Langkah AQUA melalui kampanye #AdaAQUA
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan air yang
cukap bagi tubuh, guna mendukung segala aktivitasnya. Sebuah penelitan menyatakan
saat kita mengalami dehidrasi ringan, maka fokus atau daya kosentrasi akan berkurang,
kermampuan visiomotor (kemampuan merangkai apa yang dilihat), psikomotor
(kemampuan kerja fisik dan otot) juga kognitif ringan akan menurun. Untuk itu, lewat
kampanye ini, kami ingin memastikan agar masyarakat cukup terhidrasi.
Kampanye yang menyasar segmen pasar anak muda ini sengaja menghadirkan
Vending Machine untuk menarik minat konsumen. Dalam eksekusinya, bentuk
kampanye ini berbentuk kompetisi uji konsentrasi. Dalam permainan uji konsentrasi
ini, pengunjung ditantang untuk berinteraksi dengan figur penyanyi Sandhy Sandoro
atau komedian Narji yang merupakan bintang iklan #AdaAQUA baru.
Untuk dapat melakukan tes terhadap daya konsentrasi, pengunjung dapat melakukan
pembelian produk AQUA di Blizr Ceonet Langkah berikutnya pengunjung
menunjukkan struk pembelian produk AQUA kepada operator di #AdaAQUA
Mindwave Vending Machine untuk dapat menguji daya konsentrasi sambil bermain
76
game "Adu Konsentrasi". Pengunjung menggunakan headset khusus dari Mindwave
yang dilengkapi dengan sensor yang harus ditempelkan pada kening dan daun telinga.
Sensor canggih ini membaca gelombang otak sehingga mesin dapat mengetahui tingkat
konsentrasi seseorang.
"Jika pengguna lulus tes kosentrasi sebelum 30 detik, maka vending machine akan
mengeluarkan beragam hadiah, sebaliknya jika gagal akan mengeluarkan Aqua botol
agar segera diminum dan bisa kembali berkosentasi setelah terhidrasi," terang Herry.
Bagi pengguna yang meraih skor tertinggi di tes kosentrasi akan mendapatkan satu unit
hadiah utama berupa handphone Apple.
77
BAB VI. PROSES MANAJEMEN PR TAHAP TIGA:
MENGAMBIL TINDAKAN DAN BERKOMUNIKASI
“What I like about photographs is that they capture a moment that’s gone forever,
impossible to reproduce”. Karl Lagerfeld
78
Pertanyaan yang dalam proses ini yaitu terkait siapa yang harus melakukan dan
menyampaikannya? bagaimana kita melakukannya dan kapan serta dimana kita akan
mengatakannya? Menurut Burson (1990) dalam Cutlip, Center dan Broom (2006)
bahwa PR telah memegang peran membantu organisasi menentukan bukan hanya apa
yang akan dikatakan, tetapi juga apa yang akan dilakukan. Aksi berbicara lebih lantang
ketimbang ucapan.
79
paling atas, diikuti dengan tanggungjawab kepada karyawan, kepada komunitas
sekitar organisasi berada dan tanggungjawab kepada stakeholder merupakan
pedoman jalan keluar dan telah membuktikan bahwa PR adalah dasar dari
bisnis dan keputusan PR terbaik berhubungan erat dengan praktik bisnis yang
sehat dan filosofi tanggungjawab sosial perusahaan. Sehingga produk Tylenol
dengan perubahan kemasan menjadi tablet kembali sukses di pasaran bahkan
menjadi best seller.
80
a. Publik: konsumen, ahli farmasi, manajemen dan staf penyalur makanan,
administrator dan staf rumah sakit, kontak Food and Drug
Administration, kontak FBI, pers medis dan pers umum.
b. Strategi pesan: upaya intensif untuk mengumpulkan fakta tentang
produksi kapsul di pasar Chicago, kerjasama penuh dengan Food and
Drug Administration. Jaminan untuk memberitahukan kepada
penyelidik tentang tekad perusahaan untuk memecahkan misteri dan
memastikan kemurnian produknya.
c. Strategi media: kerjasama terbuka dan penuh dengan media untuk
mengungkapkan fakta kepada publik secepat mungkin, termasuk
menggunakan konferensi pers 30 kota menggunakan TV satelit,
memusatkan penyampaian semua informasi dan kehadiran pimpinan
Johnson&Johnson dalam program acara 60 minutes.
81
mengordinasikannya dengan upaya komunikasi selanjutnya. Simetris dua arah
yang diperkenalkan Grunig (1992) dalam Cutlip, Center dan Broom (2006)
adalah yang dipraktikkan dalam strategi aksi pada model sistem terbuka.
Dimana asumsi dasarnya bahwa perubahan sangat mungkin terjadi di dalam
organisasi dan juga di pihak publik organisasi. Asumsi lain bahwa perubahan
itu terjadi di dalam hasil win-win yang berarti kedua pihak dalam hubungan
organisasi-publik sama-sama mendapat keuntungan. Asumsi ketiga bahwa
organisasi sebaiknya tidak hanya “membersihkan” citra saja, tapi bersama-
sama dengan tindakannya.
Strategi aksi merupakan bagian utama dari program PR dan strategi komunikasi
adalah komponen pendukung. Namun strategi komunikasi biasanya merupakan
komponen yang lebih tampak yang berfungsi untuk menginterpretasikan dan
mendukung strategi aksi. Berikut merupakan hal-hal penting terkait komunikasi dari
strategi (Cutlip, Center dan Broom, 2006):
1. Membingkai pesan
Membingkai pesan untuk komunikasi berprinsip untuk mengetahui dari dekat
pandangan client ataukaryawan dan situasi problem. Dan selanjutnya adalah
untuk mengetahui kebutuhan, kepentingan dan perhatian dari publik sasaran.
Komunikasi yang efektif harus di desain agar sesuai dengan situasi, waktu,
tempat dan audien, yaitu dengan pemilihan media dan teknik yang benar.
Contoh dalam menyampaikan pengumuman perpindahan mahasiswa di musim
semi ke Pantai Florida yang memiliki risiko masalah kesehatan yaitu
penyebaran penyakit kelamin. Florida Health Department memberi tugas ke
Perusahaan Frisbees untuk menyampaikan pesan tentang cara mengenali dan
mencegah penyebaran penyakit kelamin di kalangan mahasiswa saat mereka
berkumpul di Pantai Florida. Sehingga dirancang suatu kampanye untuk
82
mencegah mahasiswa untuk minum alcohol juga mengemudi dalam keadaan
mabuk di Tucson Arizona dengan merumuskan pesan yang disampaikan sesuai
Bahasa publik sasaran dan pesan yang disusun berdasarkan citra yaitu “driving
drunk will put your lights out”.
Tujuh teknik berikut dalam membingkai pesan untuk publik sasaran yang telah
teruji membantu mengurangi diskrepansi antara posisi komunikator dengan
sikap audien (Lane, 1967 dalam Cutlip, Center dan Broom, 2006):
a. Gunakan media yang paling dekat pandangannya dengan pandangan
audien
b. Pemilihan topik komunikasi, gunakan sumber komunikasi yang
kredibel untuk audien
c. Kurangi perbedaan antara posisi komunikator dengan audien.
d. Cari kesamaan bahasa dan ungkapan dengan audien di area yang jauh
dari isu
e. Bangun posisi komunikator sebagai opini mayoritas dengan
mendefinisikan mayoritas dari audien itu sendiri.
f. Gunakan identifikasi kelompok audien apabila identifikasi itu akan
membantu menghasilkan respon positif, atau sebaliknya.
g. Modifikasi pesan agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
83
a. Dampak. Mengenai jumlah orang yang dipengaruhi, keseriusan
konsekuensi, kelangsungan sebab akibat dan kecepatam dari efek berita
atau informasi lain.
b. Kedekatan. Koneksi lokal atau sudut pandang berita mengenai
kedekatan antara audien dengan isu akan meningkatkan nilai berita.
c. Ketepatan waktu. Tetap memperhatikan ketepatan waktu informasi,
sebelum isu tersebut “basi”.
d. Kemenonjolan. Dimana jurnalis dan audien tertarik pada kehidupan
privat dari organisasi atau public figure, juga isu mengenai perayaan,
sehingga hal ini memiliki nilai berita tinggi.
e. Kebaruan. Menurut jurnalis dan auditor, bahwa audien lebih tertarik
pada isu yang baru, unik dan tak terduga. Lebih dari itu isu yang tidak
normal (keanehan, keluarbiasaan, penyimpangan dan keganjilan).
f. Konflik. Sering kali konflik menjadi unsur utama dalam berita, bukan
hanya karena daya tariknya bagi jurnalis, melainkan juga lantaran media
menjadi alat bagi publik yang tertarik dengan berita yang sensasional
sekaligus ketidakpastian. Isu tersebut umumnya berkenaan dengan
pemogokan, perjuangan, perselisihan, perang, kejahatan, politik dan
olahraga.
84
Menurut Cutlip, Center dan Broom (2006) bahwa pembingkaian strategi pesan
memerlukan perhatian pada empat fakta dasar:
2. Semantik
Semantik adalah ilmu tentang kata-kata. Bahasa senantiasa berubah, akan selalu
muncul kata baru dan kata yang sudah tak lagi dipakai. Arti dari kata itu bisa
berubah. Banyak kata lain mengandung banyak arti sehingga menjadi hampir
tak bermakna lagi. Persoalan semantik perlu mendapat perhatian besar dari
praktisi PR terutama dalam berkomunikasi dan melakukan interpretasi. Penyair
Anne Saxton memperingatkan, kata seperti telur, harus ditangani dengan hati-
hati, jika pecah, ia tidak bisa diperbaiki lagi (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
85
2000, US Census Bureau ingin agar warga Hispanik mengisi dan
mengembalikan formulir sensusnya, judul dalam Bahasa Inggrisnya “this is
your future, don’t leave it blank”. Sedangkan terjemahan blank dalam Bahasa
Spanyol menjadi blanco, yang bermakna tidak mengisi pertanyaan etnis pada
formulir sensus akan membuat warga Hispanik dianggap sebagai warga kulit
putih non-Hispanik. Karenanya Census Bureau menggantinya dengan “this is
your future, make it count” (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
Kata mempunyai dua jenis arti. Denotatif berarti makna kamus pada umumnya,
yang diterima umum oleh kebanyakan orang yang memiliki bahasa dan kultur
yang sama. Dan konotatif berarti makna emosional dan evaluatif yang kita baca
dari kata berdasarkan pengalaman dan latar belakang kita. Contoh adalah
kambing hitam. Makna denotatif nya pada kalimat berikut, kambing Pak Hadi
yang akan disembelih adalah kambing hitam yang mempunyai kualitas yang
baik. Dan kambing hitam bermakna konotatatif pada kalimat, pria itu dituduh
sebagai kambing hitam pada kasus tersebut.
3. Simbol
86
Organisasi profit dan non profit makin banyak menggunakan symbol (desain
dan logo) untuk menciptakan citra publik dan pengenalan langsung atau untuk
memperluas pengenalan dan penerimaan publik. Contohnya adalah simbol logo
Google terbaru. Logo Google dibuat oleh Ruth Kedar dengan warna-warna
primer dan sekunder, yaitu merah, kuning, biru dan hijau. Logo Google sesuai
dengan visi dan misinya, susunan warnanya dibuat berbeda. Bahkan, huruf I
dalam logo Google memakai warna sekunder. Kedar mengatakan logo Google
dii desain untuk mudah dikenali dan bisa diterima siapa saja sesuai citra yang
ingin dibentuk Google. Dengan menambah kesan yang lebih inovatif dan
berbeda dan menghilangkan kesan monoton dan sangat konvensional, sehingga
menambahkan warna sekunder sebagai pembeda sekaligus menyimbolkan
bahwa Google tidak kaku atau lurus-lurus saja sesuai aturan yang ada. Google
adalah perusahaan yang dinamis dan bahkan tidak selalu mengikuti aturan
baku.
87
Dalam konteks masyarakat yang multikultural, praktisi PR harus belajar
mengenali pengaruh dan kehadiran simbol dan stereotip yang tampaknya
bertentangan dengan opini publik. Agar PR terhindari dari problem kata-kata,
praktisi harus memperhatikan secara detil terhadap pemilihan kata. Referensi
yang bagus untuk kata yang mesti dihindari adalah Dictionary of Cautionary
Words and Phrases yang diterbitkan oleh University of Missouri yang memuat
daftar kata ofensif dan stereotip.
88
bahkan tidak tertarik sama sekali dengan apa yang akan
dikomunikasikan kampanye.
b. Jika tujuan jangka menengah dapat dicapai ketika konsekuensi dari
pemaparan ditentukan sebagai sasaran spesifik. Adalah penting untuk
membangun atau menggunakan sistem pendukung untuk membantu
agar informasi menjadi efektif dalam mempengaruhi perilaku.
c. Jika setelah sasaran jangka menengah ditentukan, dilakukan
pertimbangan yang cermat untuk menjelaskan target spesifik dari segi
atribut demografis dan psikografisnya, gaya hidupnya, sistem nilai dan
keyakinannya, dan kebiasaan media massanya.
6. Menyebarkan pesan
Konklusi riset mengatakan bahwa mengomunikasikan ide baru atau praktik
baru adalah tugas yang panjang dan sulit. Taktik komunikasi yang berbeda akan
efektif pada poin dan cara yang berbeda. Pengaruh dari pemimpin opini dan
tokoh masyarakat sangat besar di banyak situasi. Komunikator sangat penting
mengetahui teknik dan media apa yang akan digunakan pada tahapan yang
berbeda dan mengetahui bagaimana cara memobilisasi pengaruh ini secara
efektif (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
Menurut Rogers (1983) dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) bahwa terdapat
lima tahap dalam proses difusi inovasi, yaitu:
89
a. Pengetahuan. Orang mempelajari tentang inovasi dan mendapatkan
pemahaman terhadapnya.
b. Persuasi. Pengadopsi potensial tertarik pada inovasi itu. Mereka
mencari lebih banyak informasi dan mempertimbangkan manfaatnya
secara umum.
c. Keputusan. Pengadopsi potensial memutuskan untuk mengadopsi atau
menolak inovasi setelah menimbang manfaat bagi situasi mereka
masing-masing.
d. Implementasi. Mereka yang mau menerima inovasi akan
mengaplikasinnya pada situasi mereka, biasanya pada skala kecil.
Mereka tertarik pada praktik, teknik, dan kondisi untuk aplikasi.
e. Konfirmasi. Adopsi akan dilanjutkan, atau keputusan untuk
mengadopsi akan diubah berdasarkan evaluasi.
90
masalah dan memberikan penguatan dan dukungan sosial (Cutlip, Center dan
Broom, 2006).
D. Mengimplementasikan Strategi
Komunikasi dan aksi bukan tujuan, tetapi adalah cara atau sarana dalam
mencapai tujuan PR, yaitu hasil yang disebutkan dalam tujuan dan sasaran program
yang direncanakan di awal. Berikut model 7C dalam komunikasi PR (Cutlip, Center
dan Broom, 2006):
91
6. Channel (saluran). Saluran komunikasi yang ada harus digunakan. Saluran
yang berbeda akan memberikan efek yang berbeda dan tingkat keefektifan yang
berbeda pula dalam tahap proses difusi informasi. Dibutuhkan pemilihan
saluran yang sesuai dengan public sasaran.
7. Capability of the audience (kapabilitas atau kemampuan audien). Komunikasi
harus mempertimbangkan kapasitas audien. Komunikasi akan efektif apabila
tidak banyak membebani penerima untuk memahaminya. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh factor seperti waktu, kebiasaan, kemampuan membaca dan
pengetahuan yang dimiliki audien.
6.3. Evaluasi
92
Gambar 10. Contoh Infographic, 2020 (Koleksi Pribadi)
1. Krisis yang dialami maskapai penerbangan asal Malaysia, Air Asia yaitu
jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 dengan rute Surabaya-
Singapura pada 28 Desember 2014 yang mengangkut 162 penumpang beserta
sejumlah awak pesawat.
2. Krisis yang dialami Perusahaan Jepang XYZ yaitu kebocoran pada pembangkit
listrik tenaga nuklir di Jepang yang disebabkan oleh gempa dan tsunami (force
mejure) pada tahun 2011. Fenomena alam tersebut menimbulkan radiasi dan
mencemari lingkungan.
93
3.
94
selalu menjadi pusat operasional dari Southern, pimpinan manajemen
perusahaan dan 700 pejabat penting beserta staf pendukungnya berkantor pusat
di Washington. Southern Railway dan Norfolk dan Western Railway
berkonsolidasi di bawah kepemilikan bersama dengan membentuk Norfolk
Southern Corporation. Pada masa awal kemitraan, perusahaan induk dibangun
di Norfolk, Virginia; kantor pusat operasi dan eksekutif Northern dan Western
tetap berada di Roanoke, Virginia; dan Southern tetap mempertahankan
eksekutifnya di Washington dan kantor pusat di Atlanta. Setelah implementasi
rencana merger dilakukan, manajemen memutuskan bahwa efisiensi
maksimum operasional akan tercapai dengan mengonsolidasikan kantor pusat
operasi dan eksekutif Southern. Atlanta, sebagai jantung operasi 13 negara
bagian, dengan 10.000 mil jalan kereta api, dianggap sebagai tempat yang tepat.
Jadi, keputusan itu dibuat untuk mendekatkan kantor Washington dengan
merelokasi personelnya entah ke Norfolk atau Atlanta. Kecuali untuk beberapa
personel yang akan tetap berada di Washington, semua karyawan akan
direlokasi, dan karenanya ratusan karyawan dan keluarganya akan terkena
pengaruh. Setelah keputusan pindah final, Departemen PR Southern
menjelaskan tentang hubungan perusahaan dengan Atlanta dan Washington,
detail tentang siapa yang akan pindah ke Atlanta dan kapan akan pindah, dan
beberapa pertanyaan terkait lainnya (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
5. Pada bulan Desember 1994, 40ton gas beracun methyl isocyanate bocor dari
tank penyimpanan bawah tanah pabrik pestisida Union Carbide. Kebocoran ini
menewaskan 3.000 orang dan mengakibatkan ratusan ribu orang terkena
radiasi. Sebagai akibatnya, Union Carbide harus membayar ganti rugi antara
500 juta sampai 1 miliar dolar Amerika Serikat. Peristiwa ini juga berdampak
pada jatuhnya citra dan reputasi pemerintah India pada waktu itu. Pemerintah
India dikritik karena mengizinkan perusahaan kimia didirikan di sebuah
lingkungan kumuh yang padat penduduk. Pemerintah India juga menghabiskan
95
seratus juta dolar lebih untuk melakukan penyelamatan dan rehabilitasi para
korban (Shrivastava dan Mitroff, dalam Putra, dalam Ardianto, 2011).
6. Pada bulan April 1986, sebuah reaktor nuklir Uni Soviet meleleh dan
menewaskan sekitar 30 orang, dan ratusan ribu orang hidup di sekitar pabrik
terkena radiasi yang tak terperikan. Bahkan sejumlah radiasi merusak lima
belas negara tetangga Uni Soviet yang mengakibatkan kerusakan pada tumbuh-
tumbuhan, sayur-sayuran dan lingkungan alam. Biaya ekonomi dari peristiwa
ini diperkirakan mencapai miliaran dolar. Sampai saat ini dampak gas tersebut
pada kesehatan global belum lagi diketahui secara pasti Shrivastata dan Mitroff,
dalam Putra, dalam Ardianto, 2011).
7. Tidak ada yang meninggal, tidak ada lingkungan yang rusak, tidak ada luka dan
tidak ada skandal yang terjadi. Hakim Kenneth Gills dari pengadilan di Illinois
memutuskan bahwa sekitar 20.000 orang berhak atas santunan akibat
kecerobohan keju Kraft dalam melakukan promosi. Ini berawal dari sebuah
acara promosi penjualan berhadiah vang dilakukan oleb keju Kraft. Intinya,
para peserta kontes berhak atas hadiah yang merupakan pencocokan antara
yang dicetak di flyer dengan apa yang ada di kemasan. Rincian hadiah vang
tersedia: hadiah utama uang 17.000 dolar Amerika, sebuah mobil van merk
Dodge, 100 buah sepeda motor roadmaster, 500 skateboard, dan 8.000 paket
keju Kraft. Sehari setelah peluncuran program promosi ini, kantor perusahaan
keju Kraft di Gelnview, Illinois dibanjiri telepon yang mengklaim hadiah
sebuah mobil. Sampai akhir kontes, ada 20.000 klaim hadiah, lebih banyak
dibanding total hadiah yang dijanjikan sebanyak 8.600. Di antara itu, 10.000
mengajukan klaim untuk hadiah sebuah mobil van merk Dodge. Kejadian ini
merupakan sebuah krisis yang dialami oleh keju Kraft (Berg dan Rob, dalam
Putra, dalam Ardianto, 2011).
96
8. MIIZONE didirikan pada tanggal 27 September 2005 di bawah naungan PT:
AQUA GOLDEN MISSISSIPI. Mizone merupakan produk yang sudah dikenal
di New Zealand, Australia, dan China. MIZONE hadir di Indonesia sebagai
sebuah inovasi baru dalam kategori minuman ISOTONIK. Dengan kandungan
HYDROMAXX-nya Mizone dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang
dengan mudah.
Seperti yang kita ketahui minuman Mizone mengalami suatu kasus yang
menyebabkan produk tersebut ditarik dari pasaran karena diduga mengandung
bahan pengawet yang berbahaya beberapa pihak. Kasus yang terjadi adalah
karena perusahaan hanya mencantumkan satu dari d ua bahan pengawet yang
digunakan dalam produknya.
97
pihak BPOM meminta produk Mizone ditarik dari pasaran dan labelnya pun
harus diganti untuk merubah image buruk yang sudah terbentuk dalam benak
masyarakat luas (Aldily, 2017).
98
mencari makan di lahan milik para peternak. BLM mengumpulkan semua
hewan itu dan menyediakannya untuk program “Adopt-a-Horse" yang berjalan
sukses. Karena tidak semua kuda dan keledai dinginkan oleh orang yang
berminat mengadopsi, yang membayar $125 untuk biaya adopsi, BLM
kemudian menghilangkan pungutan itu untuk peternak yang mau mengambil
banyak hewan itu. Para pelindung hewan memprotes dengan menuduh BLM
ikut membantu membantai kuda-kuda liar (warisan nasional), karena
memberikannya kepada para pemilik peternakan (ranchers). Mereka menuduh
bahwa para peternak itu mengirimkan hewan itu langsung ke rumah jagal, dan
mendapat keuntungan besar dari proses ini. Pejabat BL.M menyangkal ikut
berperan dalam penyembelihan komersial ini tetapi mempertanyakan kebijakan
pengeluaran jutaan dollar untuk menangkap hewan liar pada saat program
pemerintah untuk kaum miskin dikurangi. Pejabat BLM akhirnya mengetahui
bahwa program pembebasan biaya adalah faktor utama yang menimbulkan
masalah (Cutlip, Center dan Broom, 2006).
11. Berdasarkan laporan NHTSA pada Mei 2014 bahwa Nissan Juke 2011 yang
dikemudikan salah satu konsumen tiba-tiba mogok karena masalah rantai
timing. Pemilik yang mengajukan klaim mengatakan, mobilnya tidak bisa
keluar dari tempat parkir setelah dilakukan perbaikan. Soal ini, Manajer
Layanan Nissan di AS, menyatakan bahawa kegagalan produk tersebut berasal
dari serutan logam berasal dari rantai timing. Laporan lain, ada juga konsumen
yang mengklaim mesin perlu diganti karena kerusakan komponen lain seperti
rantai putus. Paling tidak, ada 14 kejadian serupa yang menimpa Juke model
2011, satu untuk edisi 2012, dan belum ada keluhan dari pemilik Juke buatan
2013. Salah satu dari laporan itu menyatakan kegagalan kerja rantai keteng
terjadi di usia pertengahan, yakni 28.000 mil atau setara 45.000 km
(Apriliananda, 2014).
99
12.
Gambar 12: Di Balik Meledaknya Pesawat Ulang Alik Challenger STS-51L
Sumber: Firman, 2019
13. Krisis pada vendor smartphone asal Amerika Serikat yakni iPhone 6 yang
mereka luncurkan pada September 2014, mengalami bengkok. Bahkan
smartphone bengkok tersebut menjadi serangan empuk para kompetitor Apple
(Dalle, 2016).
100
14. Pada pertengahan 2019, Garuda Indonesia diterpa krisis yaitu postingan
Youtuber Rius Vernandes melalui akun instagramnya mengenai menu makanan
Garuda Indonesia yang hanya ditulis tangan. Dimana hal tersebut mengesankan
bahwa Garuda Indonesia kurang professional dan tidak sesuai dengan janji
Garuda yaitu terbang aman dan nyaman bersama Garuda, maskapai full service
airlines kebanggaan Indonesia. (Wulandari, 2019).
15. Krisis pada Agung Podomoro Land sebagai perusahaan pelopor industri real
estate di Indonesia pada tahun 2016. Masalah yang menimpa Agung Podomoro
Land terjadi karena pesinggungan politik di DKI. Ariesman Widjaja yang
waktu itu duduk sebagai pucuk pimpinan perusahaan terlibat kasus suap M.
Sanusi, salah seorang politisi di DKI Jakarta terkait pembahasan Rancangan
Undang-Undang di daerah setempat. Karena terjadi di Jakarta, kasus ini
otomatis menjadi perhatian dan sorotan media nasional. Brand APLN pun
didera implikasi (Dalle, 2016).
101
BAB VII. PROSES MANAJEMEN PR TAHAP EMPAT: EVALUASI
PROGRAM
“Sulit untuk membayangkan kita akan menginvestasikan uang dalam program yang
penting seperti komunikasi tanpa memahami hasilnya”. Mon Tsang, CEO Biz360.
102
Seperti dikatakan praktisi Gary Barton, Monsanto Company (St. Louis) dalam
Broom dan Dozier dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) bahwa pada umumnya,
orang-orang PR makin banyak yang diminta oleh manajemen atau kliennya untuk
menjustifikasi pengeluaran programnya. Misalnya, setelah mengeluarkan $200.000
atau berapa pun untuk suatu program, mereka bertanya "Apakah program itu mengubah
pikiran orang? Apakah sekarang mereka berpikir dengan cara berbeda? Apakah mereka
lebih memahami perusahaan?”. Sehingga riset atau evaluasi di akhir program PR
penting untuk mengukur apakah sasaran program PR yang dijanjikan tercapai.
Sejalan dengan Wasesa (2005), bahwa akuntabilitas manajemen yang berbasis
pada angka dan rupiah mendorong manajemen untuk menuntut kerja PR dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan basis itu. Bahkan ketika PR diarahkan untuk
menyukseskan pemasaran, akuntabilitas juga tidak lagi sekedar mengembangkan citra,
tapi sudah langsung pada jumlah penjualan yang bisa dihasilkan dari aktivitas PR
jangka pendek dan panjang. Dilatarbelakangi oleh banyak situasi, sehingga kerja PR
dapat dipertanggungjawabkan tidak lagi sekedar kualitatif, tapi juga dalam bentuk
angka-angka yang lebih mudah diterima oleh sistem manajemen (ukuran kuantitatif)
sebagai tolok ukur berapa rupiah angka sukses yang telah disumbangkan oleh PR.
Angka-angka tersebut dapat pula sebagai seni persuasi pihak PR untuk meyakinkan
manajemen terlebih dahulu tentang program PR yang tengah di propose. Dibanding
hanya menyatakan bahwa program PR adalah ritualitas semata.
Selain itu, kemampuan mendasar PR dapat lebih berkembang. Kemampuan
tersebut adalah kombinasi antara kecerdasan dan kepekaan intuisi, sehingga kejadian
biasa bisa menjadi luar biasa ketika disentuh oleh PR, terutama dikaitkan dengan citra
perusahaan (Wasesa, 2005).
B. Riset Evaluasi
103
(1993) dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) mereka menjelaskan pertanyaan dasar
dalam evaluasi sebagai benikut:
104
Gambar. 14. Tahap dan Level untuk Mengevaluasi Program PR
105
Langkah kedua dalam evaluasi adalah mengkaji organsiasi dan ketepatan
program serta strategi dan taktik pesan. Apakah isi program sesuai dengan problem,
sasaran, dan media? Apakah komunikasinya akurat, tepat waktu dan tepat sasaran
untuk publik yang menjadi target? Apakah ada reaksi penentangan terhadap pesan atau
tindakan? Apakah peristiwa, tindakan korektif, dan aktivitas lainnya mendukung usaha
program? Apakah sudah cukup dilakukan? Apakah komunikasi memperbesar dan
melengkapi komponen aksi dari program? Apakah staf dan anggaran sudah cukup
untuk tugas itu? fase evaluasi ini membutuhkan review atas seberapa bagus program
sesuai dengan tuntutan situasi.
a. Formula Flesch
106
membutuhkan setidaknya 100 kata yang dipilih secara acak dan sampel teks (atau
seluruh manuskrip).
107
5) Perkirakan kesulitan pembacaan relatif dengan menggunakan Tabel 3.
Menurut Flesch bahasa Inggris umum, skonya paling tidak 60, dan
bahasa Inggris percakapan skormya paling tidak 80.
b. Formula Gunning
Fog Index Robert Gunning mengukur kesulitan pembacaan berdasarkan rata-
rata panjang kalimat dan persentase kata dengan tiga atau lebih suku kata. Indeks ini
didasarkan pada jumlah seluruh kalimat dalam setidaknya dua sampel teks yang
memuat 100 kata. Bagilah jumlah kata dalam kalimat dengan jumlah seluruh kalimat.
Kemudian hitung jumlah kata dengan tiga suku kata atau lebih (tetapi jangan
menghitung dengan huruf kapital kata dengan akhir "es, "er" atau "ed"; dan kata yang
mengombinasikan kata sederhana seperti heretofore). Masukkan hitungan dalam
rumus berikut ini
Fog lndex= 0,04 x (rata-rata jumlah kata per kalimat + jumlah kata panjang per 100
kata)
108
c. Easy Listening Formula (ELF)
ELF dari Irving Fang dalam Cutlip, Center dan Broom (2006) dipakai untuk
mengukur perkiraan “listenability" dari naskah siaran, pidato, dan skrip lainnya.
Skornya berkorelasi dengan skor Flesch (r=0,96). Cukup hitung rata-rata jumlah suku
kata (di atas satu per kata) dalam kalimat. Sama seperti readibility score, skor ELF
merepresentasikan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk mengikuti dan
memahami apa-apa yang dikatakan dengan mudah. Fang menemukan bahwa berita
televisi yang bagus rata-ratanya di bawah 12 pada ELF".
Skor keterbacaan dan kemudahan untuk didengar hanya memberikan indikator
kasar tentang bagaimana pesan yang dapat dipahami disampaikan kepada publik.
Jargon, istilah teknis, dan bahkan dialek membuat materi tertulis sulit untuk dipahami
meski formula Flesch, Gunning, atau Fang menunjukkan hal sebaliknya. Pengukuran
ini dapat membantu penulis untuk memperkirakan sejauh mana naskah mereka sesuai
dengan kebutuhan audien untuk pesan yang mudah dibaca dan dipahami. Pengukuran
tersebut hanya memberikan indikator kuantitatif dan objektif yang berguna untuk
memonitor salah satu aspek dari gaya penulisan.
109
menghitung berapa banyak pidato, siaran, presentasi audio visual, dan pameran yang
telah dipakai dalam program. Dengan kata lain, langkah ini mendokumentasikan semua
materi dan aktivitas yang diproduksi dan dihasilkan. Selama program, catatan itu
memberikan bukti bahwa program sudah dimplementasikan sebagaimana rencana.
Mencatat berapa banyak siaran media yang dibagikan adalah contoh output dalam
evaluasi implementasi jumlah pesan yang didistribusikan.
Jumlah pesan yang ditempatkan di media akan menentukan apakah publik
sasaran punya kesempatan untuk mendapatkan pesan itu atau tidak. Kliping dan siaran
telah lama dipakai untuk mengukur berapa banyak dan berapa besar porsi news release
dan pengumuman publik yang dipakai media. Demikian pula, jumlah organisasi yang
menggunakan juru bicara, presentasi audio visual, dan pameran mengindikasikan
efektivitas dalam menempatkan pesan ke saluran komunikasi yang diharapkan. Kliping
dan catatan penempatan media serta sejumlah newsletter pegawai yang diterbitkan
adalah contoh output dalam evaluasi fase ini yang memberikan informasi sistematis
mengenai isi dan gaya preferensi berbagai media.
Langkah selanjutnya adalah jumlah orang yang mungkin menerima pesan
program. Harus dibedakan antara audien penerima dengan audien efektif. Audien
penerima meliputi semua pembaca, pemirsa, pendengar, atau hadirin potensial. Audien
efektif adalah mereka yang merupakan public sasaran. Strategi penempatan media yang
tepat biasanya merupakan praktik yang efisiensi biaya. Contoh evaluasi fase ini adalah
jumlah orang yang mengunjungi situs perusahaan.
Jumlah orang yang memerhatikan pesan merupakan kriteria berikutnya
dalam evaluasi implementasi program. Studi pembaca mengidentifikasi berapa banyak
yang membaca, apa yang mereka baca, berapa banyak yang mereka baca dan siapa
yang membaca dan siapa yang tidak. Studi audien siaran menghasilkan temuan yang
serupa. Seperti video pada youtube dan Instagram menggunakan jumlah views sebagai
indikator.
Teknik pengukuran pembacaan iklan media yang terkenal adalah metode
pengenalan Daniel Slarch dalam Cutlip, Center dan Broom (2006), seperti yang
digunakan oleh Starch INRA Hooper, Inc. Hasilnya membagi pembaca menjadi tiga
110
tingkat. Pembaca yang melihat (noted reader) hanya ingat pernah melihat iklan.
Pembaca yang terhubung (associated reader) juga ingat nama pengiklan. Pembaca
paling perhatian (read most) mengatakan bahwa mereka membaca setidaknya 50
persen dari naskah dan ingat isinya.
Riset audien radio dan televisi menggunakan empat metode utama seperti
ditunjukkan pada gambar 15. Masing-masing metode tersebut memiliki kelemahan.
Kombinasi metode-metode ini dengan metode lainnya dipakai oleh perusahaan dalam
riset audien untuk mengukur audien siaran untuk para klien.
111
membandingkan temuan riset sumatif dengan kondisi pada awal program dan untuk
membuat koreksi di tengah jalan.
Menurut Morissan (2008), program kehumasan merupakan program
berkelanjutan mirip seperti sebuah lingkaran. Dimana hasil yang diperoleh dari tahap
empat (evaluasi) dapat menjadi bagian pada tahap satu (mengidentifikasi masalah PR).
Misalnya perusahaan otomotif yang akan memindahkan pabriknya dari Surabaya ke
Jakarta. Maka, bagian humas harus kembali melakukan riset evaluasi setelah berbagai
program dan kampanye humas dilakukan. Seperti melaksanakan survei atau FGD
untuk menentukan apakah citra perusahaan terpukul oleh rencana pemindahan pabrik
untuk mengetahui bagaimanakah kredibilitas perusahaan di mata public (masyarakat),
apakah terjadi perubahan tingkat kepercayaan consume. Hasil riset evaluasi ini akan
menjadi informasi penting bagi praktisi humas dalam merumuskan program PR
selanjutnya.
Kunci untuk mengevaluasi apa yang dipelajari orang dari suatu program (atau
sumber yang beniamaan) adalah dengan mengukur vaniabel pengetahuan, kesadaran,
dan pemahaman sebelum program dimulai. Untuk menentukan perubahan, harus dibuat
perbandingan antara setidaknya dua ukuran yang dapat dibandingkan: dengan
mengulangi pengukuran pada orang yang sama atau dengan membandingkan
pengukuran dalam kelompok kontrol dari orang yang sama yang tidak menerima
112
program. Prinsip yang sama berlaku untuk semua penilaian dampak program (Cutlip,
Center dan Broom, 2006).
Pengukuran jumlah orang yang mengetahui isi pesan untuk mengukar
berapa banyak yang memerhatikan pesan. Kebanyakan program berusaha
mengomunikasikan informasi untuk menaikkan pengetahuan, kesadaran, dan
pemahaman di kalangan publik sasaran internal dan eksternal. Misalnya, sebuah
perusahaan gas dan listrik mengevaluasi program informasi konservasi enengi yang
didesain untuk meningkatkan pengetahuan tentang berapa banyak energi yang dihemat
dengan menggunakan insulasi yang tepat Desain riset ini menbandingkan hasil survei
dan sampel pemilk rumah yang mendapat informasi (kelompok perlakuan) dengan
hasil dani survei yang sama terhadap pemilik rumah yang tidak menerima infomasi
(kelompok kontrol). Seorang spesialis komunikasi di organisasi pabrik mengevaluasi
sebuah program untuk meningkatkan kesadaran karyawan tentang prosedur keamanan
dengan membandingkan hasil survei pra-kampanye dan pasca kampanye. Desain riset
yang sama dipakai untuk menilai perubahan opini dan sikapnya.
Jumlah orang yang mengubah sikapnya adalah dampak program yang lebih
tinggi. Sikap merepresentasikan predisposisi yang luas dan lintas-situasional. Sikap
sulit berubah dalam waktu singkat. Sikap berasal dari pengalaman dan penguatan
sepanjang hidup, sehingga biasanya dibutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk
mengubahnya. Dan apa ekspresi yang Anda lihat dalam satu situasi mungkin
merepresentasikan atau mungkin juga tidak merepresentasikan sikap dasar mereka.
Menurut Price dan Robert dalam Cutlip, Center dan Broom, 2006, perbedaan antara
opini dan sikap yaitu, opini umumnya dianggap sebagai respons verbal dan jelas
terhadap stimulus spesifik sebuah isu, sedangkan sikap adalah kecenderungan umum
yang lebih mendasar untuk memberikan respons mendukung atau menolak serangkaian
stimulus. Opini bersifat situasional, sedangkan sikap lebih lama melekat dalam diri
seseorang dalam berbagai situasi. Opini dianggap lebih banyak sisi kognitifnya
ketimgang sisi afektif. Sikap adalah orientasi intuitif yang cepat sedangkan opini
adalah pilihan yang dipikir masak-masak untuk melakukan sebuah tindakan dalam
matriks sosial.
113
Jumlah orang yang bertindak sesuai dengan yang dinginkan -perubahan
perilaku- mungkin mengikuti urutan perubahan pengetahuan dan predisposisi, atau
mungkin juga tidak. Misalnya, pagar kawat berduri membuat orang tak perlu lagi
komunikasi informasional dan persuasif untuk memberi tahu orang supaya tidak masuk
ke dalam area pagar. Jarang program PR punya kekuatan seperti itu, sehingga biasanya
orang harus diberi informasi dan dibujuk sebelum mereka mengubah perilakunya.
Penilaian atas dampak program pada perilaku menggunakan survei perilaku,
pengamatan langsung terhadap tindakan orang, dan observasi tak langsung melalui
Penelitian catatan resmi atau jejak lainnya yang ditinggalkan oleh orang yang
berperilaku itu. Survei terkadang menghasilkan ukuran perilaku yang tidak bisa
dipercaya, terutama jika responden diminta untuk melaporkan tindakan yang sensitif
atau diterima secara social. Tidak Mengherankan hanya sedikit karyawan yang mau
melapor bahwa mereka mengabaikan kebijakan manajemen.
Contoh observasi langsung adalah mengamati acara, menghitung orang yang
hadir di pertemuan, menghitung panggilan telepon dan surat, dan obervasi partisipan.
PMI tidak perlu menggunakan teknik pengukuran yang rumit untuk mengetahui berapa
banyak orang yang menjawab panggilan donor darah untuk golongan darah yang
langka. Suatu organisasi tidak perlu menyewa konsultan untuk mengetahui apakah para
pengunjuk rasa sudah bubar atau belum. Metode tak langsung untuk mengamati
perilaku antara lain adalah catatan agen sosial tentang perjanjian klien dan catatan
pengunjung perpustakaan. Dengan mempelajari "efek samping" dari perilaku ini,
dilakukan penilaian tentang berapa banyak mahasiswa yang mengunjungi
perpustakaan, dst.
Program PR biasanya didesain untuk meningkatkan jumlah orang yang
mengulangi atau mempertahankan perilaku yang diharapkan. Menghuitung
jumlah orang yang tidak merokok di hari bebas rokok di Amenka tidak cukup untuk
mengukur kesuksean program untuk menurunkan jamlah orang yang memjalani
kabiasaan merokok yang merugikan kesehatan ini. Seperti dikatakan seorang perokok,
kesuksesan dalam berhenti merokok tidak bisa ditentukan hanya dengan melakukan
pengecekan sekali setelah dilakukan program berhenti menokok. Evaluasi harus
114
mencakup pengukuran lanjutan yang terkadang berlanjut sampai berbulan bulan atau
bertahun-tahun.
Manfaat level tertinggi dari evaluasi program sumatif dan praktik PR adalah
kontribusinya untuk perubahan sosial dan kultural secara positif Uintuk melengkapi
rangkaian penilaian dampak. Misalnya program PR awal telah memberikan pendidikan
kesehatan dan gizi dan telah mengurangi kematian bayi dan memperpanjang harapan
hidup.
7.3. Evaluasi
115
4. Problem Struktural dalam Praktek Peran Manajerial Public
116
7. Pemanfaatan Sosial Media oleh Praktisi PR di Yogyakarta
117
11. Perencanaan Humas Dan Usaha Membangun Citra Lembaga Yang Unggul
12. Studi Korelasi Pemanfaatan Internet Pada Bagian Humas Pemda Singkil
terhadap Peningkatan Kinerja Kehumasan
118
13. Peranan Humas dalam Pelaksanaan Monitoring Evaluasi di Kantor Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
119
15. Strategi PR dalam Menjaga Corporate Image PT. Pertamina
120
DAFTAR PUSTAKA
Aldhily, R. (2017). 101 Amazing Public Relation Ideas: Contoh Kasus dan Tip dalam
Menjalin Relasi Bisnis. Yogyakarta: Quadrant.
Apriliananda, D. (16 Mei 2014). Rantai “Timing” Bermasalah, Nissan "Recall" Juke.
Kompas.com. Diambil dari
https://internasional.kompas.com/read/2014/05/16/1723131/Rantai.Timing.Bermasala
h.Nissan.Recall.Juke
CNN Indonesia (2020). Filosofi Logo Google yang Baru [Gambar]. Diambil dari
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150902072959-185-76055/filosofi-logo-
google-yang-baru
Cutlip, SM. Center, AH. dan Broom, GM. (2006). Effective Public Relations. Jakarta:
Kencana.
Dalle, J. (03 Nopember 2016). Merek-Merek yang Pernah Diterpa Badai Krisis.
Kompasiana. Diambil dari
https://www.kompasiana.com/jusmandalle/581a766f93fdfd086b59e700/merekmerek-
yang-pernah-diterpa-badai-krisis?page=all.
Firman, T. (28 8Januari 2019). Di Balik Meledaknya Pesawat Ulang Alik Challenger
STS-51L. Tirto Id. Diambil dari https://tirto.id/di-balik-meledaknya-pesawat-ulang-
alik-challenger-sts-51l-dezi.
121
Hukum Online (2014). Apakah Hak atas Privasi Termasuk HAM? Diambil dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f5f850ec2388/apakah-hak-atas-
privasi-termasuk-ham/
ISNET. (2001). Ajinomoto dari Sisi Syar'i dan Ilmiah Haram. Diambil dari
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/kmi/islam/gapai/TetapHaram.html
Kode Etik Kehumasan Indonesia 1977 (13 Oktober 2020). Diambil dari
https://www.academia.edu/10292022/Kode_Etik_Humas_Versi_Indonesia_Erlina_K
ODE_ETIK_PUBLIC_RELATIONS_HUMAS
Leonardo, B.A., Kawengian, D. & Londa, J. (2019). Peran Humas dalam
Menyosialisasikan Program Bank Sulutgo Digital pada Nasabah Bank Sulutgo Kantor
Pusat Manado. Jurnal Acta Diurna Komunikasi, 8(2).
Mulyadi (2018). Perencanaan Humas dan Usaha Membangun Citra Lembaga yang
Unggul. Jurnal Studi Manajemen Pendidikanm, Vol. 2 No. 2, Desember 2018, h.121-
134.
122
Rayana, U. (13 Mei 2015). Agency PR, Pilih Lokal Atau Multi Nasional? [Blog Pos].
diambil dari http://udayrayana.com/agency-pr-pilih-lokal-atau-multi-nasional/.
Robbins, SP. (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Arcan.
Ruslan, Rosady. (1995). Aspek-aspek Hukum dan Etika dalam Aktivitas Public
Relations Kehumasan. Surabaya: Ghalia Indonesia.
Sobur, A. (2001). Pers, Hak Privasi, dan Hak Publik. Jurnal Mediator, Vol. 2 No.1, h.
81-91.
Trowbridge, KS. (2012). Know what you do, what you teach. Diambil dari
https://www.kevinstrowbridge.com/?s=model+of+public+relations&submit=Search
Wasesa, S.A. (2005). Strategi Public Relations: Bagaimana Strategi Public Relations
dari 36 Merek Global dan Lokal Membangun Citra, Mengendalikan Krisis dan
Merebut Hati Konsumen. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka.
Widhana, DH. (04 Desember 2017). Ancaman Perusahaan di tengah Mogok Buruh Es
Krim Aice. Tirto.Id. Diambil dari https://tirto.id/ancaman-perusahaan-di-tengah-
mogok-buruh-es-krim-aice-cA7g.
123