Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EKONOMI MAKRO

KONSUMSI

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Ekonomi Makro II yang
diampu oleh dosen pengampu Axellina Muara Setyanti, S.E., M.E.

Oleh:

Ariq Athira Syach (195020107111021)

Yohana Karina Puspitasari (195020107111029)

Tiara Rachellya Chrisanta (195020107111032)

Kirana Marsha Andhari (195020107111038)

Sultan Syarief Qasim (195020107111041)

PROGAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah bahasa Indonesia tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak. Penulisan makalah Ekonomi Makro tentang bab “Konsumsi” ini dapat
terlaksana karena support dari banyak pihak utamanya para anggota kelompok. Kelompok
kami berharap bahwa makalah ini dapat berguna dan menjadi referensi bagi banyak pihak
yang memerlukan. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang
baru setelah membaca makalah ini. Kelompok kami juga menyadari masih ada kekurangan
dalam makalah ini. Kami menerima segala kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan, kami mengucapkan minta maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ekonomi makro tentang
“Konsumsi” ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 09 November 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang
dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dalam
bahasa Inggris “Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga
ke atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari
orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.
Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan dengan huruf
“S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam
suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara
yang bersangkutan. (Dumairy, 1996: 114).
Bagaimana rumah tangga memperhitungkan jumlah pendapatan hingga konsumsi yang
mereka habiskan pada hari ini hingga kedepannya?. Dalam ekonomi makro ini pertanyaan
tesebut biasanya tertuju kepada perilaku seseorang atau individual mengambil keputusan
untuk melakukan konsumsi. Keputusan konsumsi sendiri penting dalam analisis jangka
panjang dalam pertumbuhan ekonomi. Keputusan untuk nmelakukan konsumsi juga penting
dalam analisis jangka pendek karena sebagai menentukan permintaan agregat.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa rumusan masalah yakni :
1. Bagaimana konsep konsumsi menurut Keynes ?
2. Bagaimana konsep konsumsi menurut Irving berserta pilihan antar waktu ?
3. Bagaimana konsep konsumsi dalam Franco Modigliani dan hipotesis daur hidupnya?
4. Bagaimana konsep konsumsi menutur Milton Friedman dan hipotesis mengenai
pendapatan permanen ?
5. Bagaimana konsep konsumsi dalam teori Robert Hall?
6. Bagaimana konsep konsumsi dalam teori David Laibson dan hipotesisnya yakni
tarikan gratifikasi instan?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fungsi Konsumsi Oleh John Maynard Keynes
Pada tahun 1936, Keynes mencetuskan the Theory of Employment, Interest, and Money.
Dimana ia membuat teori ini berdasarkan analisis statistik. Keynes membuat dugaan tentang
fungsi komsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Dimana ia membuat tiga
persyaratan untuk teori konsumsinya. Yaitu:

1. Keynes menduga bahwa marginal prospensity to consume (MPC) berjumlah antara 0


dan 1. (MPC= dC/dY). Ia menuliskan bahwa “ manusia itu cenderung mengikuti
hukum rata-rata, dimana mereka akan meningkatkan jumlah konsumsi mereka ketika
pendapatan mereka bertambah, tetapi penambahan konsumsinya tidak sebesar
penambahan pendapatannya.
2. Keynes mengemukakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, average
prospensity to consume (APC = C/DI), akan turun saat pendapatan naik. Ia percaya
bahwa menabung adalah hal istimewa, sehingga ia berpendapat bahwa orang yang lebih
kaya menyimpan lebih banyak proporsi pendapatan mereka dibandingkan orang yang
lebih miskin.
3. Keynes berpendapat bahwa pendapatan adalah penentu utama konsumsi, serta suku
bunga tidak memiliki peran penting. Dugaan ini sangat berbeda dengan para ekonom
klasik yang mendahuluinya. Ia menulis “ kesimpulan yang berdasarkan oleh
pengalaman, menurut saya, pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga pada
pengeluaran individu dari pendapatan tertentu bersifat sekunder atau tidak penting.”

Dari ketiga dugaan Keynes tersebut, fungsi konsumsi Keynesian tersebut sering
dituliskan sebagai berikut : C=Ć+ cY , Ć >0 , 0< c<1

C Ć
Untuk dugaan ke-2 Keynes, fungsi konsumsinya adalah : APC= =
Y Y +c  

Untuk dugaan ke-3 Keynes, tidak dimasukkannya variabel suku bunga sebagai determinan
konsumsi di ekuasi ini.

4
Setelah teori Keynes yang diciptakan itu sukses, dua kejanggalan langsung muncul,
yang meragukan dugaan Keynes tentang APC akan turun seiring pendapatan bertambah.
Kejanggalan pertama muncul ketika berlangsungnya PD II, dimana beberapa ekonom
membuat prediksi atas dasar fungsi konsumsi Keynesian, dimana seiring waktu rumah tangga
akan mengonsumsi semakin kecil dari bagian pendapatan mereka.
Mereka takut jika tidak proyek investasi yang menguntungkan untuk menyerap
tabungan masyrakat. Dan juga, konsumsi yang rendah akan mengakibatkan permintaan
barang dan jasa tidak memadai. Para ekonom memprediksi bahwa ekonomi akan terkena
periode secular stagnation, kondisi ketika pertumbuhan ekonomi diabaikan atau tidak ada
dalam ekonomi berbasis pasar tanpa diketahui lama waktunya. Yang dimana pemerintah
dapat menggunakan kebijakan fiscal untuk menambah permintaan agregat.
Setelah PD II, pendapatan bertambah besar dari pada sebelumnya, tetapi penambahan
pendapatan ini tidak berpengaruh kepada penambahan pada kecenderungan untuk menabung.
Simon Kuznets membuat baru data agregat tentang konsumsi dan pendapatan sejak tahun
1869. Ia menemukan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan adalah sangat stabil dari
dekade ke dekade, walaupun terjadi kenaikan yang tinggi dari periode yang ia teliti.
kegagalan terjadinya secular stagnation dan temuan Simon Kuznets menunjukkan bahwa
kecenderungan untuk mengkonsumsi (MPC) rata-rata cukup konstan dalam jangka panjang.

5
2.2. Pilihan Antar Waktu Menurut Irving Fisher
Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk
menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat
pilihan antar waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher
menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki,
dan bagaimana hambatanhambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan
mereka terhadap konsumsi dan tabungan.
Irving fisher mengemukakan bahwa ketika kita memutuskan seberapa banyak kita
mengkonsumsi versus seberapa banyak kita akan menabung di masa yang akan datang,maka
kita akan menghadapi batas anggaran antarwaktu (Intertemporal budget constraint),yang
mengukur sumberdaya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini dan di masa depan.Hal
tersebut dapat digambarkan dengan seorang konsumen yang hidup di dua peridode (missal:
tua dan muda).

Inter temporal choice

Periode ke 1 Periode ke 2

Derivasi kedua persamaan

6
Kurva batas anggaran konsumen

Pada kurva tersebut menunjukan kombinasi dari konsumsi periode pertama dan periode
kedua yang bias dipilih konsumen.Jika kita memilih titik-titik A dan B ,kita mengkonsumsi
lebih kecil dari pendapatanya dalam periode pertama dan menabung sisanya untuk periode
kedua. Sedangkan jika kita memilih titik antara A dan C, kita mengkonsumsi lebih banyak
dibandingkan pendapatanya dalam periode pertama dan meminjam untuk menutup
kekurangannya.

Preferensi konsumen yang terkait dengan konsumsi dua periode digambarkan dalam
kurva indiferens (Indifference curves).Kurva Indiferens menunjukan kombinasi konsumsi
periode-pertama dan periode-kedua.Kemiringan dari setiap titik kurva indiferens
menunjukkan berapa banyak konsumsi periode-kedua yang konsumen butuhkan untuk
dikompensasikan bagi 1 unit penurunan dalam konsumsi periode-pertama.Kemiringan ini
adalah tingkat subtitusi marginal(marginal rate of substitution) yang menyatakan dimana
konsumen bersedia mengganti konsumsi periode-kedua dengan konsumsi periode –pertama.

Pada kurva indiferens kurva tidak berbentuk lurus yang menandakan tingkat subtitusi
marginal begantung pada tingkat konsumsi dalam dua periode.Bila konsumsi periode

7
pertamanya tinggi dan periode keduanya randah,sebagaimana pada titik W,maka tingkat
subtitusi marjinalnya rendah:konsumen hanya membutuhkan sedikit tambahan untuk
membentuk satu unit konsumsi periode pertama.Bila konsumsi periode-pertamanya rendah
dan konsumsi periode keduanya tinggi,sebagaimana pada titik y,maka tingkat subtitusi
marjinalnya tinggi:konsumen membutuhkan lebih banyak konsumsi periode kedua tambahan
untuk membentuk 1 unit konsumsi periode pertama.Konsumen akan tetap merasa senang
pada semua titik kurva indiferens namun akan lebih menyukai kurva indiferens yang lebih
tinggi seperti IC2 karena dengan asumsi bahwa konsumen menyukai konsumsi yang lebih
tinggi.

Setelah membahas batas anggaran dan preferensi konsumen,konsumen dapat


mempertimbangkan keputusan tentang seberapa banyak kita akan mengkonsumsi.Konsumen
akhirnya lebih menyukai kombinasi konsumsi terbaik dalam dia periode yang terdapat pada
kurva indiferens tertinggi yang diraih.Namun batas anggaran menggambarkan bahwa pada
akhirnya konsumen akan berada pada atau bahkan di bawah garis anggaran,karena garis
anggaran mengukur jumlah sumberdaya yang tersedia untuk konsumen.

Pada gambar diatas menunjukkan banyak kurva indiferens yang memotong garis
anggaran.Kurva indiferens tertinggi yang bias dicapai konsumen tanpa melebihi garis
anggaran konsumen adalah kurva indiferens yang menyinggung garis anggaran yaitu kurva
IC₃.Titik dimana kurva dan garis bersentuhan pada titik O(optimum) adalah kombinasi
konsumsi terbaik dalam dua periode yang bisa didapatkan oleh konsumen.
Terlihat bahwa pada titik O,kemiringan kurva indiferens sama dengan kurva garis
anggaran.Kurva indiferens menyinggung garis anggaran.Kemiringan kurva indiferens adalah

8
tingkat subtitusi marjinal MRS,dan kemiringan garis anggaran adalah 1 ditambah tingkat
bunga rill. Sehingga pada titik O :

MRS=1+r

Kenaikan Y₁ atau Y₂ akan menggeser vatas anggaran ke kanan,sebagaimana dalam


grafik diatas.Batas anggaran yang lebih tinggi memugkinkan konsumen untuk memilih
kombinasi yang lebih baik dari konsumsi periode pertama dan kedua yang artinya konsumen
bisa mencapai kurva indiferens yang lebih tinggi.Konsumen merespons pergeseran dalam
batas anggaranya degan memilih lebih banyak konsumsi dalam kedua periode.Jika konsumen
menginginkan suatu barang lebih banyak ketika pendapatanya naik,para ekonom menyebut
barang tersebut sebagai barang normal (normal goods).Kurva indiferens di atas di asumsi
kan bahwa konsumsi dalam periode satu dan dua merupakan barang normal.Ketika garis
anggaran bergeser atau meningkat maka akan meningkatkan konsumsi dari kedua periode
dimana digambarkan dalam pergeseran garis IC₁ ke IC₂.

9
Para ekonom membagi dampak dari kenaikan tingkat bunga riil terhadap konsumsi
menjadi dua yaitu dampak pendapatan (Income effect) dan dampak substitusi(substitution
effect).
Dampak pendapatan adalah perubahan konsumsi yang disebabkan oleh pergerakan ke
kurva indiferens yang lebih tinggi.Dampak pendapatan ini cenderung membuat konsumen
mengiginkan lebih banyak konsumsi dalam kedua periode.

Dampak subtitusi adalah perubahan konsumsi yang disebabkan oleh perubahan harga
relative konsumsi pada kedua periode tersebut.Biasanya,konsumsi dalam periode kedua
menjadi lebih murah dibandingkan konsumsi dalam periode pertama ketika bunga
naik.Karena tingkat bunga riil yang diterima dengan menabung lebih tinggi,maka konsumen
harus mengurnagi konsumsi periode pertama untuk mendapatkan satu unit tambahan dari
periode kedua.Dampak subtitusi ini cenderung membuat konsumen memilih lebih banyak
konsumsi dalam periode kedua dan lebih sedikit dari periode pertama.
Kenaikan dalam tingkat bunga merotasi batas anggaran di sekeliling
titik(Y₁danY₂).Dalam gambar diatas tingkat bunga yang lebih tinggi menurunkan konsumsi
periode pertama sebesarΔC₁ dan meningkatkan konsumsi periode kedua sebesarΔC₂
Pilihan konsumen bergantung pada dampak pendapatan dan dampak substitusi.Kedua
dampak tersebut berperan meningkatkan jumlah konsumsi periode kedua sehingga dapat
disimpulkan bahwa kenaikan suku bunga riil akan meningkatkan konsumsi periode
kedua.Namun kedua dampak tersebut memiliki pengaruh yang berlawanan terhadap
konsumsi periode pertama sehingga kenaikan tingkat bunga dapat menurunkan atau
meningkatkan konsumsi periode pertama.
Jadi,bergantung pada ukuran relatif dampak pendapatan dan dampak
subtitusi,peningkatan tingkat bunga ataupun menstimulasi ataupun menekan tabungan.
Fisher mengasumsikan bahwa konsumen bisa meminjam dan juga
menabung.Kemampuan untuk meminjam membuat konsumen melakukann konsumsi
sekarang melebihi pendapatan saat ini.Esensinya ketika konsumen meminjam,ia
mengkonsumsi sebagian dari pendapatan masa depanya pada hari ini.
Batasan Pinjaman konsumen ditunjukkan dengan
C₁≤Y₁

10
Pada gambar diatas menunjukkan bagaimana batas pinjaman ini membatasi kumpulan
pilihan pinjaman.Bidang yang diarsir menunjukan kombinasi konsumsi periode pertama dan
periode kedua yang memnuhi kedua batasan itu.

Titik Optimum konsumen dengan batas pinjaman: ketika konsumen menghadapi batasn
peminjaman,ada dua situasi yang mungkin.Pada bagian(a),konsumen memilih konsumsi
periode pertama lebih kecil dari pendapatan periode pertama,sehingga batasan peminjaman
tidak berlaku dan tidak mempengaruhi konsumi dalam kedua periode.Sedangkan pada
bagian(b)batasan peminjaman berlaku maka konsumen akan meminjam dan memilih titik
D,tetapi karena meminjam tidak diperbolehkan karena melebihi garis pinjaman maka pilihan
terbaik adalah di titik E.Ketika batasan pinjaman berlaku,konsumsi periode pertama sama
dengan pendapatan periode pertama.
2.3. Franco Modigliani dan Hipotesis Daur-Hidup

11
Dalam serangkaian makalah yang ditulisnya pada tahun 1950-an, Franco Modigliani
dan kolaboratornya Albert Ando dan Richard Brumberg menggunakan model perilaku
konsumen Fisher untuk mempelajari fungsi konsumsi. Salah satu tujuan mereka adalah
memecahkan masalah atau teka-teki konsumsi yaitu menjelaskan adanya bukti yang saling
bertentangan ketika fungsi konsumsi Keynes dimasukkan ke dalam data. Menurut model
Fisher, konsumsi bergantung pada pendapatan seumur hidup seseorang. Modigliani
menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan
tabungan membuat konsumen dapat mengalihkan pendapatan dari masa hidupnya ketika
pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Interpretasi perilaku konsumsi ini
mendasari hipotesis daur-hidup (life-cycle hypothesis).
Dalam hipotesis, Untuk mempertahankan konsumsi setelah berhenti bekerja, orang-
orang harus menabung selama masa-masa kerja mereka. Lantas apakah motif untuk
menabung ini berpengaruh pada fungsi konsumsi?
Seorang konsumen yang berharap hidup selama T tahun lagi, memiliki kekayaan
sebesar W, dan berharap menghasilkan pendapatan Y sampai ia pensiun selama R tahun dari
sekarang. Berapakah tingkat konsumsi yang akan dipilih konsumen tersebut jika ia ingin
mempertahankan tingkat konsumsi yang merata selama hidupnya? Sumber daya seumur
hidup konsumen terdiri dari kekayaan awal W dan penghasilan seumur hidup R x Y . Untuk
mempermudah, tingkat bunga diasumsikan nol. Konsumen bisa membagi sumber daya
seumur hidupnya di antara T tahun-tahun sisa hidupnya, asumsikan bahwa ia ingin mencapai
jalur konsumsi yang merata selama hidupnya. Oleh karena itu, konsumen membagi total W +
RY secara sama di antara T tahun dan setiap tahun mengkonsumsi
C = (W+RY)/T
Atau fungsi konsumsi seseorang dapat ditulis sebagai :
C = (1/T)W + (R/T)Y.
Misal jika konsumen mengharapkan hidup selama 50 tahun lebih dan bekerja selama 30
tahun, maka T = 50 dan R = 30, sehingga fungsi konsumsinya adalah :
C = 0,02W + 0,6Y
Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi bergantung pada pendapatan dan
kekayaan. Pendapatan ekstra sebesar $1 per tahun meningkatkan konsumsi sebesar $0,60 per
tahun, dan kekayaan ekstra sebesar $1 meningkatkan konsumsi sebesar $0,02 per tahun. Jika
setiap orang dalam perekonomian merencanakan konsumsi seperti ini, maka konsumsi
agregat serupa dengan fungsi konsumsi individual. Konsumsi agregat bergantung pada
kekayaan dan pendapatan, oleh karena itu fungsi konsumsi perekonomian adalah

12
C = α(W/Y) + 𝝱
Karena kekayaan tidak bervariasi secara proporsional dengan pendapatan dari orang ke
orang atau dari tahun ke tahun. Seharusnya dapat disadari bahwa tingginya pendapatan terkait
dengan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata yang rendah ketika meneliti data antar
individu atau selama periode waktu yang singkat. Namun, selama periode waktu panjang,
kekayaan dan pendapatan tumbuh bersamaan, yang menghasilkan rasio W/Y yang konstan
dan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata yang juga konstan.
Agar titik yang sama terlihat berbeda, perhatikan bagaimana fungsi konsumsi berubah
sepanjang waktu. Pada gambar 17-10, untuk setiap tingkat kekayaan tertentu, fungsi
konsumsi daur-hidup tampak seperti yang disarankan Keynes. Namun fungsi ini hanya
berlaku dalam jangka pendek ketika kekayaan konstan. Dalam jangka panjang, ketika
kekayaan naik maka fungsi konsumsi bergeser ke atas seperti pada gambar 17-11.
Pergeseran ini mencegah turunnya kecenderungan mengkonsumsi rata-rata ketika pendapatan
naik.

Model ini memprediksikan bahwa tabungan bervariasi selama kehidupan seseorang.


Jika seseorang memulai masa dewasanya tanpa kekayaan, ia akan mengakumulasikan

13
kekayaan selama masa-masa kerjanya dan mengurangi kekayaannya selama masa-masa
pensiun.

Pada gambar 17-12 menggambarkan pendapatan, konsumsi, dan kekayaan konsumen


selama masa dewasanya. Menurut hipotesis daur hidup, karena orang-orang menginginkan
konsumsi yang merata selama hidupnya. Maka, orang-orang muda yang sedang bekerja
menabung (saving) sedangkan orang-orang tua yang pensiun menghabiskan tabungan
(dissaving).
2.4. Hipotesis Milton Friendman dalam Pendapatan Tetap
Pada tahun 1957, Milton Friedman menuangkan hipotesis pendapatan permanen
(permanent income) bertujuan untuk menjelaskan perilaku konsumen. Teori ini
berkomplementer dengan teori siklus kehidupan-Modigliani dimana teori tersebut sama-sama
menggunakan dasar dari teori Irving Fisher dimana konsumsi dari konsumen tidak
seharusnya hanya bergantung hanya pada pendapatan saja. Teori Friedman ini
mengemukakan bahwa rumah tangga menghabiskan sebagian kecil pendapatannya untuk
melakukan konsumsi.
Dalam komposisi pendapatan Friendman terdapat dua unsur penting untuk membentuk
pendapatan konsumen, yakni Y P sebagai pendapatan tetap (permanent income) dan Y T
sebagai pendapatan tidak tetap (transitory income). Dimana dapat dinotasikan sebagai :
Y = Y P + YT
Dalam melakukan konsumsi, konsumen lebih bergantung kepada pendapatan tetap
(permanent income) dibandingkan dengan pendapatan tidak tetap (transitory income).
Dikarenakan sifat perndapatan permanen yang konstan dalam jangka wakut tertentu
dibandingkan dengan pendapatan tidak tetap (transitory income). Untuk lebih jelasnya
pendapatan tetap ditetapkan sebagai rata-rata pendapatan sedangkan pendapatan tidak tetap
merupakan pendapatan diluar dari rata-rata pendapatan tersebut. Dalam pendapatan tersebut

14
terbagi menjadi 2 macam dalam masyarakat. Dalam konkretnya, pendapatan tetap adalah
pendapatan yang cenderung didapatkan oleh masyarakat yang telah terdidik. Terdidik disini
adalah mereka yang telah menempuh pendidikan yang tinggi. Semakin tinggi pendidikan
individual tersebut maka semakin tinggi juga pendapatannya. Berbeda dari pendapatan tetap,
pendapatan tidak tetap (transitory income) adalah pendapatan yang cenderung didapatkan
oleh masyarakat yang bekerja dibidang pertanian dan perkebunan dimana banyak sedikitnya
yang mereka terima tergantung dengan musim yang sedang terjadi di daerah tersebut.
Friedman berpendapat bahwa konsumsi sebaiknya diutamakan bergantung kepada
pendapatan tetap (permanent income) karena konsumen melakukan peminjaman dan
menabung (saving) untuk mengimbangi perubahan dalam pendapatan tidak tetap (transitory
income). Sehingga mereka juga cenderung lebih menghabiskan konsumsi dari pendapatan
tetap mereka dibandingkan dengan pendapatan tidak tetap. Seperti contohnya ketika
seseorang menerima peningkatan pendapatan tetap sebanyak $10.000 pertahun, maka tingkat
konsumsinya juga akan meningkat sebanyak itu. Namun jika seseorang memenangkan uang
sebanyak $10.000 dalam setahun, maka ia lebih memilih untuk menympannya. Implikasi dari
teori ini memperjelas tentang konsumsi masyarakat dengan menekankan bahwa fungsi
standar konsumsi Keynesian menggunakan variabel yang salah. Menurut hipotesis dari
pendapatan tetap, tingkat konsumsi bergantung kepada jumlah pendapatan tetap Y P.
Friedman, dimana banyak studi yang membuktikan bahwa fungsi konsumsi ditentukan oleh
jumlah pendapatan saat ini. Menurut hipotesis Friedman adalah kesenderungan rata-rata
untuk melakukan konsumsi. Untuk notasinya yakni kedua sisi konsumsi dibagi dengan Y
untuk mendapatkan :
APC = C / Y = αY P / Y
Menurut hipotesis perndapatan tetap, rata-rata kecenderungan untuk melakukan
konsumsi tergantung dengan rasio dari pendapatan tetap dengan pendapatan saat ini. Jika saat
ini pendapatan sekarang sementara mengalami kenaikan diatas pendapatan permanen, maka
kecenderungan untuk mengkonsumsi mengalami penurunan. Sebaliknya jika pendapatan
sekarang mengalami penurunan, maka kecenderungan untuk mengkonsumsi akan mengalami
kenaikan. Menurut Friedman, dalam saat rumah tangga ia berpendapat bahwa data tersebut
merupakan kombinasi dari pendapatan permanen dan pendapatan tidak tetap. Rumah tangga
dengan pendapatan permanen yang tinggi akan mempunyai kecenderungan untuk melakukan
konsumsi yang tinggi juga. Jika semua pendapatan saat ini dalam rumah tangga berasal dari
pendapatan permanen, maka rata-rata kecenderungan untuk konsumsi disetiap rumah tangga

15
sama. Namun jika semua pendapatan berasal dari pendapatan tidak tetap, rumah tangga yang
bergantung pada pendapatan tidak tetap (transitory income) kecenderungan rata-rata
konsumsi disetiap rumah tangga tersebut akan melakukan konsumsi yang lebih sedikit
daripada rumah tangga yang pendapatannya permanen. Oleh karena itu, ahli berpendapat
bahwa rumah tangga yang mempunyai pendapatan yang tinggi cenderung melakukan
konsumsi yang rendah.
Demikian dalam studi deret angka. Friedman berpendapat bahwa fluktuasi dalam
pendapatan didominasi oleh pendapatan tidak tetap (transitory income). Sehingga ketika
dalam tahun itu pendapatan tinggi maka kecenderungan untuk mengkonsumsi cenderung
rendah. Tetapi seiringnya waktu, variasi pemasukan didominasi oleh pendapatan tetap
(permanent income). Jadi dalam deret yang panjang, seseorang seharusnya mengamati
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata yang konstan seperti yang telah ditemukan oleh
Kuznets.
Studi Kasus
Dalam studi kasus dalam pemtongan pajak pada tahun 1964 dan pengenaan pajak
tambahan pada tahun 1968 dimana teori Friedman dalam pendapatan permanen dapat
membantu perekonomian dalam menanggapi perubahan dalam kebijakan fiskal. Dari bab
sebelumnya dalam model IS-LM, pemotongan pajak mendorong konsumsi dan meningkatkan
permintan agregat. Sebaliknya peningkatan pajak akan mengurangi konsumsi dan
menurunkan permintaan agregat. Namun, hipotesis pada pendapatan memprediksi bahwa
perubahan konsumsi akan merubah tingkat pendapatan tidak tetap (transitory income).
Perubahan pada pendapatan tidak tetap tidak memiliki pengaruh yang besar dalam perubahan
pajak. Biaya tambahan pajak muncul karena adanya isu politik. Kenaikan ini menjadi
undang-undang pada saat itu karena penasehat ekonomi Presiden Lyndon Johnson percaya
bahwa kenaikan dalam pengeluaran pemerintahan dikhususkan untuk perang Vietnam telah
mendorong permintaan agregat secara berlebihan. Padahal faktanya biaya tambahan pajak ini
tidak memberi dampak yang diinginkan dari menurunnya permintaan agregat. Pengangguran
terus menurun dan inflasi terus meningkat. Ini sesuai apa yang telah dihipotesiskan dalam
pendapatan tetap dimana peningkatan pajak hanya mempengaruhi pendapatan tidak tetap
(transitory income). Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan pajak harus berada
diluar fungsi konsumsi Keynesian yang sederhana. Analisis itu harus memperhitungkan
perbedaan antara pendapatan permanen (permanent income) dengan pendapatan tidak tetap
(transitory income).

16
2.5. Teori Konsumsi Menurut Robert Hall
Robert Hall adalah ahli geologi asal Inggris dan merupakan ekonom pertama yang
menderivikasikan implikasi dan ekspetasi rasional terhadap konsumsi. Beliau membenarkan
teori tentang pendapatan-permanen. Di mana pendapatan-permanen adalah pendapatan rata-
rata yang orang harapkan akan berkelanjutan di masa yang akan datang. Pada teori ini,
konsumen akan mempunyai ekspetasi yang rasional, maka perubahan-perubahan dalam
konsumsi sepanjang waktu menjadi tidak dapat diprediksi. Karena perubahan-perubahan
tersebut tidak dapat diprediksi, maka variabel yang terdapat pada teori ini akan mengikuti
random walks. Menurut Hall, konsumen menghadapi pendapatan yang berfluktuasi dan
berusaha meratakan konsumsi sepanjang waktu. Contohnya, pada saat seseorang
mendapatkan promosi jabatan yang akan menaikkan pendapatannya maka orang tersebut
akan menaikkan tingkat konsumsi, sedangkan saat seseorang mengalami penurunan jabatan
yang akan menurunkan pendapatannya maka seseorang tersebut akan juga menurunkan
tingkat konsumsinya.
Implikasi pada teori ini dapat dilakukan dengan melihat pendekatan ekspetasi-rasional
atas konsumsi, di mana konsumsi memiliki implikasi tidak hanya terhadap peramalan tetapi
juga terhadap analisis kebijakan ekonomi. Sebagai contoh ketika suatu negara menerapkan
kebijakan kenaikan pajak yang akan berlaku pada tahun depan, maka para konsumen akan
merevisi ekspetasi mereka dan akan mengurangi konsumsi. Namun, pada tahun berikutnya
setelah diberlakukannya kenaikan pajak maka kenaikan pajak akan mulai terasa sehingga
konsumsi tidak lagi berubah karena belum ada kabar lagi mengenai kebijakan pemerintah
yang akan menaikkan pajak.

Studi Kasus
Apakah Perubahan Pendapatan yang Dapat Diprediksi Menyebabkan Perubahan Konsumsi
yang Dapat Diprediksi?
Ketika perekonomian mengalami resesi, baik pendapatan maupun konsumsi turun, dan
bila perekonomian maju pesat, pendapatan dan konsumsi akan meningkat pesat. Menurut
teori random walks, perubahan dalam pendapatan ini seharusnya tidak menyebabkan
konsumen merevisi rencana pengeluarannya. Jika konsumen menduga pendapatan naik atau
turun, konsumen seharusnya sudah menyesuaikan konsumsinya dalam menanggapi informasi
tentang naik atau turunnya pendapatan. Jadi, perubahan dalam pendapatan yang dapat
diprediksikan seharusnya tidak akan menyebabkan perubahan konsumsi yang dapat
diprediksikan. Namun, menurut data yang ada, diduga bila pendapatan naik sebesar Rp.

17
100.000 maka tingkat konsumsi akan turun sebesar Rp. 50.000. Jadi, dapat dikatakan jika
perubahan pendapatan diduga meningkat, maka tingkat konsumsi akan menurun setengah
dari pendapatan.

2.6. Teori David Laibson dan Tarikan Gratifikasi Instan

Keynes mengatakan fungsi konsumsi adalah sebuah “ hukum psikologi dasar”. Tetapi,
sebagian besar ekonom mengatakan bahwa konsumen adalah pemaksimal utilitas rasional
yang selalu mengevaluasi peluang dan rencana mereka untuk memperoleh kepuasan hidup
tertinggi. (model teori konsumsi dari Irving Fisher hingga Robert Hall
Akhir-akhir ini. Para ekonom, mulai berpendapat bahwa keputusan konsumsi tidak
dibuat oleh Homo economicus ultrarasional tetapi dari perilaku suatu individu yang mungkin
perilakunya jauh dari kata rasional. Subbidang yang bercampur dengan psikologi ini disebut
sebagai perilaku ekonomi.
Laibson mencatat bahwa banyak konsumen menyebut diri mereka sendiri sebagai
pengambil keputusan yang tidak sempurna. Survey dari masyarakat umum Amerika, tercatat
76% diantara mereka mengatakan bahwa mereka tidak menyimpan harta yang cukup untuk
masa pension mereka. Menurut Laibson, ketidakcukupannya menabung membuat keterkaitan
dengan fenomena lain : tarikan gratifikasi instan.
1. Apakah kalian memilih (A) satu permen hari ini atau (B) 2 permen besok?
2. Apakah kalian memilih (A) satu permen dalam 100 hari atau (B) 2 permen dalam 101
hari?

Banyak orang akan memilih jawaban A pada pertanyaan pertama dan jawaban B pada
pertanyaan kedua. Hal ini menggambarkan bahwa, mereka lebih sabar dalam jangka panjang
daripada dalam jangka pendek. Hal ini, meningkatkan kemungkinan bahwa preferensi
konsumen mungkin tidak time-inconsistent : mereka mungkin mengubah keputusan mereka
karena waktunya sudah berlalu.

18
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Jadi, dengan adanya pendapat dan teori dari keenam ekonom yang dibahas maka dapat
menunjukkan kemajuan dalam hal pandangan tentang perilaku konsumen. Menurut
Keynes, konsumsi sangat bergantung pada pendapatan sekarang. Namun, seiring
berjalannya waktu, sekarang pendapatan hanya merupakan salah satu determinan dari
konsumsi agregat. Menurut Irving Fisher, beliau mengembangkan model yang digunakan
para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan
rasional membuat pilihan antarwaktu. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan
yang dihadapi konsumen dan bagaimana hambatan-hambatan ini dapat menentukan
pilihan terhadap konsumsi dan tabungan. Franco Modigliani mencoba menjelaskan
adanya bukti yang saling bertentangan ketika fungsi konsumsi Keynes dimasukkan ke
dalam data. Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis
selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat mengalihkan
pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika
pendapatan rendah. Milton Friedman menawarkan hipotesis pendapatan permanen untuk
menjelaskan perilaku konsumen. Hipotesis pendapatan permanen Friedman melengkapi
hipotesis daur hidup Modigliani. Hipotesis pendapatan permanen menekankan bahwa
manusia mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun
ke tahun. Hipotesis Robert Hall menjelaskan tentang konsumsi mengikuti random walks.
Konsumen menghadapi pendapatan yang berfluktuasi dan berusaha meratakan konsumsi
mereka sepanjang waktu. Laibson menyatakan bahwa banyak konsumen menilai diri
mereka sendiri sebagai pembuat keputusan yang tak sempurna. Menurut Laibson,
ketidaklayakan dalam menabung dihubungkan dengan fenomena lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregory.2007.Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta:Erlangga

20

Anda mungkin juga menyukai