Teori Kepatuhan
Teori Kepatuhan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan
1. Pengertian
Sackett (1976) dalam Niven (2000) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai
sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional
kesehatan.
Sedangkan menurut Sarafino dalam Bart Smet (1994) kepatuhan atau ketaatan
(complience atau andherance) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Menurut Feuerstein et al (1986) dalam Niven (2000), faktor-faktor yang mendukung
kepatuhan pasien antara lain :
a. Pendidikan
Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku-buku dan kaset
oleh pasien secara mandiri.
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat
mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman.
Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan
program-program pengobatan.
d. Perubahan Model Terapi
Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan pasien terlibat
aktif dalam pembuatan program tersebut.
C. Tuberculosis Paru
1. Pengertian
Tuberculosis ( TB ) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi (Mansjoer, Arif, 1999).
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh
lainnya ( Depkes RI, 2008 ).
2. Manifestasi Klinis
a. Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
b. Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu tahap asimtomatis, gejala TB paru
yang khas, kemudian stagnasi dan regresi, eksaserbasi yang memburuk, gejala
berulang dan menjadi kronik
c. Pada pemeriksaan fisik,dapat ditemukan tanda-tanda antara lain terdapat tanda-tanda
infiltrat (redup, bronkial, ronki basah dan lain-lain), tanda-tanda penarikan paru,
diafragma dan mediastinum, sekret disaluran nafas danronki, suara nafas amforik
karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus ( Mansjoer
Arif,1999).
3. Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (
Depkes RI, 2008 ).
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan oleh parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif ( tidak terlihat kuman ),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
4. Diagnosis
a. Anamnesa dan pemeriksaaan fisik
b. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis).
c. Foto toraks PA dan lateral.
Gambaran foto toraks yang menunjukkan diagnosis TB paru yaitu bayangan
lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah, bayangan
berawan (patchy) atau berbercak (nodular), adanya kavitas, tunggal atau ganda,
kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru, adanya kalsifikasi, bayangan
menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian, bayangan milier.
2) Kategori 2: 2(HRZE)S/HRZE/5(HR)3E3
Obat ini diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal
(failure), penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3
T L Tabl Kaplet Tablet Etambutol Strepto Juml
a a et Rifam Pirazin Tab Tabl misin ah
h m Isoni pisin amid let et @ inj hari/
a a asid @ 450 @ 500 @ 400 kali
p @ mgr mgr 250 mgr mene
P 300 mg lan
P e mgr r obat
e n
n g
g o
o b
b a
a t
t a
a n
n
T 2 1 1 3 3 - 0,75 56
a 1 1 3 3 - - 28
h b
a u
p l
a
I n
n 1
t
e b
n u
s l
i a
f n
(
d
o
s
i
s
h
a
r
i
a
n
)
T 4 2 1 - 1 2 - 60
h b
a u
p l
a
L n
a
n
j
u
t
a
n
(
3
x
s
e
m
i
n
g
g
u
)
Catatan:
• untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
• Untuk perempuan hamil pengobatan TB dalam kaedaan khusus
• Cara melarutkakn Streptmisin vial 1 gr yaitu dengan menambahkan
aquabidest 3,7ml sehingga menjadi 4ml (1ml=250mg)
3) Meninggal
Adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab
apapun.
4) Pindah
Adalah penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain
Tindak lanjut : penderita yang ingin pindah dibuatkan surat pindah (form TB.09)
dan bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan dikirim
kembali ke UPK asal dengan formulir TB.10.
5) Defaulted atau Drop Out
Adalah penderita yang tidak mengambil obatnya 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
Tindak lanjut : lacak penderita tersebut dan beri penyuluhan pentingnya berobat
secara teratur.
6) Gagal
a) Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan.
Tindak lanjut : penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan
kategori 2 mulai dari awal.
b) Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke
2 menjadi positif
Tindak lanjut : berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal
g. Directly Observed Treatment Shortcourse ( DOTS )
DOTS adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan dipelayanan kesehatan
dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB.
Faktor Predisposisi:
Pengetahuan,
Pendidikan
Sikap,
Kepercayaan
Nilai
Faktor Pendorong:
Keluarga Pendidikan
Masyarakat Akomodasi
E. Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru