Anda di halaman 1dari 11

BANK SENTRAL

1. Pengertian Bank Sentral


Menurut UU No.23 Tahun 1999 Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari
campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam undang-undang.

2. Tujuan Bank Sentral


Menurut UU Nomor 23 tahun 1999, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah

3. Fungsi Bank Sentral (Bank Indonesia)


1. Bank Sentral yang artinya sebagai bank yang berhak menciptakan uang
2. Bank Sirkulasi yang artinya bank yang berhak mengedarkan uang
3. Bank yang mengkoordinir bank-bank di bawahnya baik negeri maupun swasta (bank dari bank)
4. Bank dari pemerintah

4. Tugas dan wewenang Bank Indonesia


a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, ada 4 instrumen yang dapat digunakan, yaitu:

1. Operasi pasar terbuka, yaitu menjual surat berharga bank Indonesia kepada bank umum

2. Penetapan tingkat diskonto atau tingkat bunga

3. Penetapan cadangan wajib minimum, yaitu cadangan minimal uang yang harus disimpan bank
dan tidak boleh diedarkan

4. Pengaturan kredit atau pembiayaan

b. Menjaga dan mengatur kelancaran sistem pembayaran

5. Peran bank Indonesia dalam stabilitas sistim keuangan

1. Menjaga stabilitas moneter melalui kebijakan moneter

2. Memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat dengan cara
melakukan pengawasan dan membuat kebijakan
3. Mengatur dan menjaga kelancaran sistim pembayaran dengan cara menerapkan sistim pembayaran
yang real time dengan nama RTGS (Real Time Gross Settlement)

4. Menjalankan fungsi riset dan pemantauan , bank Indonesia dapat menagkses informasi yang dinilai
mengancam stabilitas sistim keuangan.

5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai lender of the last resort (LoLR), yaitu bank Indoesia
berperan memberikan pinjaman pada bank yang mengalami kesulitan.

SISTEM PEMBAYARAN
1. Pengertian Sistem Pembayaran
Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang disepakati untuk
mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu transaksi. Sistem pembayaran
memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian. 
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan
pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Hal ini juga melibatkan berbagai lembaga,
seperti bank sentral, bank umum, bank komersial dan lembaga keuangan lainnya. Bank sentral dan bank
umum atau bank komersial menjadi penyelenggara dan penguna sistem pembayaran yang besar. 

2. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran

Tujuan bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pengaturan dan pengelolaan kelancaran sistem pembayaran nasional (SPN).
Kelancaran SPN juga perlu didukung oleh infrastruktur yang andal. Semakin lancar dan andal SPN,
semakin lancar pula transmisi kebijakan moneternya. Kelancaran kebijakan moneter tersebut pada
akhirnya akan bermuara pada stabilitas nilai tukar.
Bank Indonesia adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai
otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, Bank
Indonesia juga memiliki wewenang memberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan
atas SPN.
Selain itu, masih ada tugas Bank Indonesia dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara
sistem kliring antar bank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral adalah satu-satunya
lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah.
BI juga berhak mencabut, menarik, hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku
dari peredaran.

Dalam hal alat pembayaran tunai, Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang berwenang
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari
peredaran. Terkait dengan peran tersebut, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk memenuhi
kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat
waktu, dan dalam kondisiyang layak edar (clean money policy).

3. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nontunai

Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan lazim digunakan masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga keuangan bukan
bank, baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring, maupun sistem penyelesaian akhir
(settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia.

Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai yang besar diselenggarakan Bank Indonesia
melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.
Mengingat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, maka kontinuitas dan
stabilitasnya harus dijaga. Jika sesaat saja sistem BI-RTGS mengalami gangguan, maka akan sangat
mengganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan.

ALAT PEMBAYARAN TUNAI (UANG)

Alat pembayaran tunai dapat dilakukan dengan menggunakan uang baik jenis uang kertas
maupun logam. Dalam peredarannya uang tersedia dalam berbagai jenis pecahan agar memudahkan
dalam bertransaksi.

1. Sejarah Uang
Tahapan-tahapan perkembangan uang:
a. Tahap Barter. Dalam tahap ini manusia melakukan transaksi dengan menukarkan barang
dengan barang atau untuk memperolah barang-barang yang tidak dihasilkan sendiri,
seseorang mencari barang dari orang yang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan
barang lain yang dibutuhkan.
b. Tahap Uang Barang. Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam
pertukaran. Benda yang dipakai sebagai alat pertukaran adalah benda-benda yang diterima
oleh umum, benda yang dipilih bernilai tinggi, atau benda yang merupakan kebutuhan primer
sehari-hari. Misalkan garam oleh orang romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai
alat pembayaran upah.
c. Tahap Uang Logam. Bahan yang memenuhi syarat sebagai uang logam adalah emas dan
perak. Uang yang terbuat dari emas dan perak disebut uang logam. Sejalan dengan
perkembangan perekonomian, tukar menukar yang harus dilayani dengan uang logam juga
berkembang, sedangkan jumlah logam mulia terbatas. Uang logam juga sulit dilakukan dalam
transaksi jumlah besar (sulit dalam hal penyimpanan dan pengangkutan).
d. Tahap Uang Kertas. Mula-mula uang kertas beredar merupakan bukti-bukti kepemilikan
emas dan perak sebagai perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain uang kertas
beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang
sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya.
Selanjutnya masyarakat tidak lagi menggunakan emas secara langsung sbagai alat pertukaran.
Sebagai gantinya mereka menjadikan kertas sebagai alat tukar.
2. Pengertian Uang
Uang merupakan alat yang dapat digunakan untuk melakukan tukar-menukar baik barang
maupun jasa dalam suatu wilayah tertentu, khususnya dalam suatu negara, tanpa membedakan
suku bangsa, agama, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi seseorang.

3. Fungsi, Jenis, Dan Syarat Uang


Fungsi Uang terbagi jadi 2 yaitu:

Satuan hitung artinya, uang digunakan sebagai


ukuran harga suatu benda. Dengan adanya uang,
anda dapat menentukan nilai atau harga suatu
barang. Contoh harga sebuah buku Rp.
20.000,00 maka, anda menyatakan harga buku
tersebut Rp. 20.000,00.
1.Fungsi Asli
terbagi
Alat tukar. Untuk mendapatkan atau
mengiginkan suatu barang kita akan
menukarkannya dengan uang yang kita miliki.
 Alat pembayaran. Jika anda menukarkan uang dengan barang,
tetapi anda tidak langsung menerima barang tersebut, uang
tersebut telah melakukan fungsinya sebagai alat pembayaran.
Selain itu jika anda membayar utang , uang juga sudah
melakukan fungsinya sebagai alat pembayaran.
 Alat penyimpan kekayaan. Misalkan anda ingin menyimpan
uang dalam bentuk barang seperti membeli emas, barang
elektronik, dan lain-lainnya.
 Alat pemindah kekayaan. Seseorang yang hendak pindah dari
2.fungsi Turunan suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan kekayaannya
yang berupa tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang
dengan cara menjualnya. Di tempat yang baru dia dapat
membeli rumah yang baru dengan menggunakan uang hasil
penjualan rumah yang lama.

Jenis Uang

Jenis uang dibedakan menurut lembaga yang mengeluarkan, menurut bahannya, dan menurut
negara asal uang tersebut.

a) Menurut Lembaga Yang Mengeluarkan


 Uang Kartal adalah uang kertas dan logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (Bank
Sentral). Uang kartal terdiri dari 2 jenis yaitu uang negara yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan terbuat dari kertas, tetapi peredaran uang ini sudah digantikan dengan
uang bank yang dikeluarkan oleh bank sentral (bank Indonesia) berupa uang kertas dan
uang logam.
 Uang Giral adalah uang yang digunakan sebagai alat pembayaran berupa cek, bilyet giro
(adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit agar
memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor
rekeningnya disebutkan, pada bank penerima dana), dan kartu kredit. Kekuatan
hukumnya lemah karena tidak semua transaksi di semua tempat dapat menerima uang
giral.
b) Menurut Bahannya
 Uang Logam. Uang logam yang terdapat di Indonesia berupa pecahan kecil mulai dari
Rp. 100,00 sampai Rp. 1.000,00. Keuntungan memegang uang logam adalah tidak mudah
rusak dan kekurangannya berat untuk dibawa.
 Uang Kertas. Uang kertas di cetak untuk memecah kekurangan uang logam. Uang kertas
mudah dibawa dalam jumlah besar maupun kecil, dan biaya produksi uang kertas lebih
murah. Kekurangan dari uang kertas adalah mudah sobek, mudah terbakar, dan lebih
mudah dipalsukan.
c) Menurut Asal Negara uang dibedakan menjadi 3 macam yaitu mata uang dalam negeri, mata
uang asing, dan mata uang unifikasi.

Syarat Uang

Berikut beberapa syarat uang:

 Diterima secara umum, artinya uang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat sebagai alat
tukar.
 Tahan lama artinya benda tersebut tidak mudah rusak.
 Mudah dibawa (di pindah-pindahkan) artinya dapat dibawa kemanapun dengan mudah.
 Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai keseluruhannya.
 Mudah disimpan.
 Nilainya stabil.

4. Pengelolaan Uang Rupiah Oleh Bank Sentral Republik Indonesia

Dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PP No. 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah ditegaskan bahwa pengelolaan uang oleh Bank Indonesia (BI)
dilakukan untuk memanfaatkan uang negara di Bank Indonesia secara optimal.   Ditegaskan juga dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya
lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah, meliputi tahap perencanaan, pencetakan, pengeluaran,
pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan uang rupiah.

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan dan penentuan jumlah uang rupiah yang akan dicetak, perlu
diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, rencana macam dan pecahan uang rupiah, serta
perkiraan jumlah uang rupiah yang dimusnahkan.

Perencanaan tersebut dilakukan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas baik sehingga
kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan BI meliputi perencanaan pengeluaran
emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik uang, serta masa edar uang.
Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak
selama satu tahun mendatang. Berdasarkan perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang
baik untuk pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah
dikeluarkan.

2. Tahap Pencetakan

Pada tahap pencetakan rupiah, BI melakukannya di dalam negeri dengan menunjuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang melaksanakan
pencetakan uang rupiah tersebut adalah PERUM PERURI (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik
Indonesia).

Penunjukan BUMN sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah dilakukan sesuai dengan ketentuan BI
mengenai pengadaan jasa pencetakan uang rupiah. Jika BUMN yang ditunjuk menyatakan tidak sanggup
melaksanakan pencetakan uang rupiah, maka BUMN tersebut dapat menunjuk lembaga lain untuk bekerja
sama dalam pelaksanaan pencetakan uang rupiah dengan memenuhi persyaratan pencetakan uang rupiah
yang disepakati sebelumnya dengan BI. Penunjukan lembaga lain dilakukan oleh BUMN melalui proses
yang terbuka, dapat dipertanggungjawabkan, serta menguntungkan negara. Selain itu, harus terlebih
dahulu memperoleh persetujuan BI. Bila BUMN tak dapat memenuhi persyaratan pencetakan rupiah yang
disepakati sebelumnya, maka BI berwenang menetapkan kebijakan lain demi memastikan ketersediaan
rupiah.

Dalam tahap pencetakan uang, semua pihak yang terlibat wajib menjaga mutu, keamanan, dan harga
yang bersaing.
3. Tahap Pengeluaran dan Pengedaran.

Terkait dengan peran mengeluarkan dan mengedarkan uang, BI senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang
sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan kondisi
layak edar tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai
dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang, hingga pemusnahan uang.

Uang rupiah yang telah dikeluarkan BI selanjutnya diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia melalui
Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang rupiah di setiap wilayah tentunya berbeda, didasarkan pada
jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu
tertentu.

Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun
masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran dari nasabah
dan pembayaran uang rupiah. Sedangkan kepada masyarakat, dilakukan melalui penukaran secara
langsung pada loket-loket penukaran di seluruh kantor BI atau melalui kerjasama dengan perusahaan
yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.

4. Tahap Pencabutan dan Penarikan

Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang rupiah yang dilakukan BI adalah pencabutan terhadap suatu
pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran sah. Pencabutan
uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta
menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang rupiah yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan
cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.

5. Tahap Pemusnahan

Untuk menjaga menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar di masyarakat, BI
melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut
dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.
Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga, dengan
pengawasan dari BI

5. Unsur Pengaman Uang Rupiah


a. Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah
Keaslian uang dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada bahan yang digunakan
untuk membuat uang (kertas, plastik, atau logam), desain, dan warna masing-masing pecahan
uang, maupun pada teknik percetakan uang tersebut. Dalam percetakan ciri-ciri uang, dianut
suatu prinsip bahwa semakin besar nilai nominal uang, maka makin banyak unsur pengamanan
(security features) dari uang tersebut sehingga aman dari usaha pemalsuan.
Security feature selain sebagai alat pengaman, baik dalam bentuk kasat mata juga memiliki
beberapa fungsi lain yaitu:
1) Fungsi estetika, agar tampak menarik,
2) Untuk membedakan antara satu pecahan dengan pecahan lainnya, atau antara satu mata uang
dengan mata uang lainnya.

b. Unsur Pengaman Pada Uang Kertas Rupiah


Unsur pengaman pada uang kertas meliputi bahan uang dan teknik cetak. Pemilihan unsur
merupakan suatu aspek yang penting agar uang sulit di palsukan. Perlu disadari bahwa sulitnya
uang untuk dipalsukan tidak semata-mata tergantung pada unsur pengaman, juga dipengaruhi
oleh gambar desain, warna maupun teknik cetak.
Unsur pengamanan pada uang kertas rupiah dapat dibedakan berdasarkan unsur pengaman yang
terbuka dan tidak terbuka. Kebanyakan unsur pengaman adalah unsur terbuka dan dapat dilihat
dengan mudah oleh masyarakat. Pendeteksian unsur pengamanan tersebut dapat dilihat mata
(kasat mata), perabaan tangan (kasat raba), maupun dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti kaca pembesar dan ultraviolet. Pendeteksi unsur pengaman yang tidak terbuka hanya dapat
dilakukan dengan suatu mesin yang memiliki sensor tertentu yang memiliki tingkat kepastian dan
kecepatan yang cukup tinggi untuk mengetahui unsur pengaman tersebut.
Dalam melakukan pemilihan unsur pengaman uang kertas pada umumnya mempertimbangkan 2
hal utama yaitu:
 Makin besar nominal pecahan diperlukan unsur pengaman yang lebih baik, komplek dan
canggih.
 Unsur pengaman yang dipilih berdasarkan pada hasil penelitian dan mempertimbangkan
perkembangan teknologi.
c. Karakteristik Uang Logam Rupiah
Beberapa karakteristik tertentu yang perlu diperhatikan dalam uang logam rupiah antara lain
sebagai berikut:
1) Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik secara kasat mata maupun kasat raba.
2) Uang logam menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mengandung zat yang
membahayakan.
3) Uang logam dikeluarkan dalam ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar atau tidak terlalu
berat.
4) Uang logam rupiah berbentuk bulat, dengan bagian samping bergerigi atau tidak
bergerigi.
A. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI
1. Pengertian Alat Pembayaran Non Tunai
Alat pembayaran non tunai yaitu pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang
tunai yang beredar melainkan menggunakan uang giral, misalnya cek atau bilyet giro (BG) dan
alat pembayaran menggunakan kartu (ATM, kartu kredit, kartu debit, dan prabayar).
2. Jenis-Jenis Alat Pembayaran NonTunai
a. Cek dan Bilyet Giro
Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum
dalam cek. Penarikan cek dapat dilakukan baik “atas nama” maupun “atas unjuk” dan
merupakan surat berharga yang dapat di perdagangkan (negotiable paper).
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya.
b. Kartu ATM/ Debit
Adalah alat pembayaran yang menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
penarikan tunai, pemindahan dana, melakukan pembayaran, transaksi pembelanjaan, dan
sebaginya.
c. Kartu Kredit
Merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “buy now pay later” dimana pada saat
transaksi kewajiban pemegang kartu di talangi terlebih dahulu oleh penerbit kartu kredit.
d. Uang Elektronik
Secara sederhana uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk
elektronik di mana nilai uangnya di simpan dalam media elektronik tertentu.
e. Sistem Transfer BI-RTGS
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Sentlement (BI-RTGS) adalah suatu sistem transfer
dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
seketika pertransaksi secara individual.
f. Sistem Transfer SKNBI
Sistem Klirik Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Merupakan sistem kliring bank indonesia
yang meliputi kliring debit dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara
nasional.
g. Sistem Transfer: Pengiriman Uang
Merupakan kegiatan pengiriman uang baik secara domestik maupun listas batas (cross
border), yang dilakukan oleh penyelenggara pengiriman uang untuk mengirim uang kepada
penerima.
Pada umumnya, jasa layanan pengiriman uang ini banyak digunakan oleh migrant workers,
dalam hal ini digunakan sebagai sarana transfer dana dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
bekerja diluar negeri kepada keluarganya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai