Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS

PADA BY.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :
Andi Putra Erianto (1408011)
Aries Sugianto (1408014)
Bayu D. Pratama (1408017)
Nani S. Iryani (1408099)
Rinawati (1408121)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah
satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas
kepada masyarakat yang belum terlaksana. Saat ini angka kematian
perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup.
Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain
penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik
langsung maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada
bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi
pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat
sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan.
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir
menderita ikterus pada minggu pertama. Angka kejadian
hiperbilirubinemia lebih tinggi pada bayi kurang bulan, dimana terjadi
60% pada bayi cukup bulan dan pada bayi kurang bulan terjadi sekitar
80%. Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin 2
standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur
bayi atau lebih dari persentil 90. Bilirubin ada 2 jenis yaitu bilirubin direk
dan bilirubin indirek. Peningkatan bilirubin indirek terjadi akibat produksi
bilirubin yang berlebihan, gangguan pengambilan bilirubin oleh hati, atau
kelainan konjugasi bilirubin. Setiap bayi dengan ikterus harus dapat
perhatian, terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama
kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat >5 mg/dL dalam 24
jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih
dari satu minggu serta bilirubin direk >1 mg/dL juga merupakan keadaan
yang menunnjukkan kemungkinan adannya ikterus patologis
(hiperbilirubinemia). Gejala paling mudah diidentifikasi adalah ikterus,
yang didefinisikan sebagai kulit dan selaput lendir menjadi kuning.
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru
Lahir (BBL). Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam
darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu
pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus
terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan.
Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada
bayi cukup bulan dan 75 % pada bayi kurang bulan. Ikterus pada sebagian
penderita dapat bersifat fisiologis dan sebagian lagi mungkin bersifat
patologis. Hiperbilirubinemia dianggap patologis apabila waktu muncul,
lama, atau kadar bilirubin serum yang ditentukan berbeda secara bermakna
dari ikterus fisiologis. Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan
sinar yang dapat dilihat untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi
baru lahir. Keefektifan suatu fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar.
Adapun faktor yang mempengaruhi intensitas sinar ini adalah jenis sinar,
panjang gelombang sinar, jarak sinar ke pasien yang disinari, luas
permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta penggunaan media
pemantulan sinar.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada
sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada
60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta
dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi
mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang
menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan
ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan
dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat
lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat,
ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih
dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan
adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus
harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat
dihindarkan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hiperbilirubin.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
hiperbilirubin
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan pada klien
hiperbilirubin
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien
hiperbilirubin
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
hiperbilirubin
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien hiperbilirubin.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl,
bilirubin direk 0– 0,2 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. Pada bayi prematur kadar
billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.

B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti
Infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

C. Klasifikasi
a. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis
sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas
terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin
yang tidak terkonjugasi.
b. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat
kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk
ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak
sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan
regurgitasi.
c. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga
empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus
halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum
dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja
dan urin.
d. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada
hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses
bilirubin.
e. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu
badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.
f. Kern Ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada
otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus,
Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

D. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah,
dan hipoksia.

E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin adalah;
1.      Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2.      Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau
infeksi.
3.      Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke
lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4.      Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang
cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi
(bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh.
Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5.      Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat,
seperti dempul
6.      Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7.      Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8.      Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9.      Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10.  Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

F. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking

G. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang
mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik
pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine
dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto
terapi.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih
dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.

I. Pengkajian Fokus
1. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan
Rh atau golongan darah A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma,
gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu
menderita DM.
2. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
3. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.
4. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit
bayi tampak kuning.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah  ibu dan anak Polycythenia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis)
6. Riwayat  Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
7. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan  dan pemahaman orang tua pada bayi
yang ikterus
8. Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi,
hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang,
tangisan melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil
terutama suhu tubuh. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami
penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas, sclera mata kuning
(kadang – kadang  terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine
dan feses.

J. Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : terjadi keseimbangan cairan
Intervensi :

a. Catat jumlah dan kualitas feses


b. pantau turgor kulit
c. pantau intake output cairan
d. Monitor status dehidrasi
e. Monitor TTV
f. Kolaborasi pemberian IV
2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan suhu dalam batas normal
Kriteria hasil : Nadi dalam batas normal
Suhu dalam batas normal
Intervensi :

g. Beri suhu lingkungan yang netral


h. Monitor suhu sesering mungkin
i. Monitor WBC,Hb,Hct
j. Monitor warna dan suhu kulit
k. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik jika diperlukan
l. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan denganhiperbilirubinemia dan


diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan kerusakan kulit terataso
Kriteria hasil : kulit menjadi lembab
Berbaikan kulit meningkat
Intervensi :

m. Kaji warna kulit tiap 4 jam


n. pantau bilirubin direk dan indirek
o. ubah posisi setiap 2 jam
p. masase daerah yang menonjol
q. jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
PATHWAYS

Eritrosit

Hemoglobin

HEM Globin

Besi/Fe Biliruin Indirek


(tidak larut air) terjadi pada limpa makrofag

Bilirubn berkaitan dengan albumin terjadi dalam plasma darah

Melalui hati

Bilirubin berikatan dengan glukoronat/ gula residu bilirubin direk

(larut dalam air) terjadi dalam hati

Bilirubin direk di ekskresi ke kandung empedu

Kandung empedu ke duodenum melalui duktus biliaris

Bilirubin direk di ekskresi melalui urine an fesses


Peningkatan destruksi eritrosit
(Gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus
entero hepatik)

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak dapat melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin dalam darah

Ikhterus pada schlera leher Indikasi fototerapi


dan badan

Pemecahan bilirubin meningkatkan pengeluaran


cairan empedu ke organ usus
Gangguan
integritas kulit
Gerakan peristaltik usus meningkat

Diare Hipertermi

Kekurangan volume
cairan
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA BAYI
Nama bayi : By. M.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/usia : 31 Desember 2014/ 8 hari
Tanggal masuk : 9 Desember 2015
Alamat : Jl.Ampel Sari Rt.01 Rw.23 Kel.Muktiharjo kidul
Kec.Pedurungan Kota Semarang
Nama orang tua : Tn.S/ Ny.M
Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/-
Usia ayah/ibu : 35/31 tahun
Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia

B. RIWAYAT BAYI
Apgar score :-
Usia gestasi : 38 minggu
Berat badan : 4000 gram panjang badan : 58 CM
Tidak ada komplikasi dalam persalinan, antara lain aspirasi mekonium, denyut
jantung janin abnormal, tidak terjadi prolaps tali pusat/lilitan tali pusat, dan tidak
tejadi ketuban pecah dini.

C. RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abnormal
31 1 1 0

1. Jenis Persalinan
Persalian spontan, tidak ada komplikasi kehamilan serta tdak ada ruptur
plasenta, preeklampsia, suspect sepsis, persalinan, prematur/postmatus.
2. Perawatan Antenatal : -
PENGKAJIAN FISIK NEONATUS
A. PENGKAJIAN
1. Reflek
Moro
Menghisap klien kuat
Menggenggam klien lemah
2. Tonus/aktivitas
Tonus otot :aktif dan klien menagis keras
3. Kepala/leher
a. Inspeksi : Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut
bersih, sutura sagita tepat.
b. Palpasi : Tidak ada benjolan maupun luka, Fontanel anterior
lunak, gambaran wajah simetris.
4. Mata
a. Inspeksi :Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada lingkar
gelap pada daerah orbitapal pebra mata, konjungtiva tidak anemis,
sklera ikterik, pupil isokor pupil kanan 2 mm kiri 2 mm, lensa
jernih.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba kenyal.
5. Hidung
a. Inspeksi :Lubang hidung kanan dan kiri simetris, bersih,
terdapat bulu-bulu halus di dalam lubang hidung, tidak tampak
napas cuping hidung dan sinusitis.
b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
a. Inspeksi :Daun telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga
baik kanan maupun kiri bersih, klien mampu mendengar orang
berbicara tanpa harus mengeraskan volume suara.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Abdomen
a. Inspeksi :Tidak tampak pembesaran umbilikus,` tidak ada
hiper/hipopigmentasi, tidak ada distensi abdomen.
b. Auskultasi : Peristaltik usus kuadran kanan bawah 3x/menit,
kuadran kanan atas 2x/menit, kuadran kiri atas 2x/menit, kuadran
kiri bawah 1x/menit.
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : lunak, live tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, lingkar
perut 42 cm.
8. Toraks
Inspeksi :Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada hiper/
hipopigmentasi, konfigurasi 1: 2, tidak tampak penggunaan otot bantu
pernapasan, ekspansi dada bebas, klavikula normal, retraksi derajat 0.
9. Paru-paru
a. Inspeksi : Respirasi spontan.
b. Auskultasi :Suara nafas vesikuler.
c. Palpasi : Taktil vemitus sama antara kanan dan kiri.
d. Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, dan sedikit redup
pada lapang paru kanan.
10. Jantung
a. Inspeksi : Tidak tampak denyutan ictus cordis
b. Auskultasi :Terdengar bunyi jantung I lup dan bunyi jantung II
dup .
c. Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.
d. Perkusi :Terdengar pekak sampai daerah mid axila anterior
sinistra.
11. Ekstremitas
Inspeksi :
a. Ekstremitas Atas : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi,
capilary refill < 3 detik,
b. Ekstremitas Bawah : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi,
tidak tampak edema, tidak tampak ada luka.
12. Umbilikus
Inspeksi :Normal, kering, dan tidak ada inflamasi.
13. Genital
Inspeksi : Laki-laki normal, penis berlubang, testis turun, rugae
jelas
14. Anus
Inspeksi : Paten , berlubang.
15. Kulit
Inspeksi : Warna kulit jaundice, turgor elastis dan kulit teraba
hangat.
16. Suhu
a. Lingkungan
Boks fototerapi
b. Suhu kulit : 3670 C

B. RIWAYAT SOSIAL
a. Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
......... : tinggal serumah
: pasien
b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu klien
mengatakan ini kelahiran anak pertama dengan kondisi nya
sekarang sudah membaik dan sering menemani di ruangan
untuk menyusui atau memberikan ASI .
c. Budaya : jawa
d. Suku : jawa
e. Agama : islam
f. Bahasa utama : jawa
g. Perencanaan makanan bayi: ASI
h. Masalah sosial yang penting : -
i. Hubungan orang tua dan bayi : baik
j. Orang terdekat yang dapat dihubungi : saudara
k. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya (x) tidak (-)
Berespon: khawatir dengan keadaan anaknya
l. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya (x)tidak (-)
Berespon: tiap kali jam kunjung selalu berkunjung dan
memberikan stok asi

C. RIWAYAT ANAK LAIN


Jenis kelamin
Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
anak
Laki-laki Pervaginam BCG, HB1
D. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
Tangg
Prosedur al Indikasi Nilai
Hasil Analisa
Diagnostik/laboratorium pemer dan tujuan normal
iksaan
Bilirubin total 9 Jan Untuk 17,14 mg/dl High
Bilirubin direk 2015 mengetahu 0,31 mg/dl 0-0,2
Bilirubin indirek i bilirubin 16,83 mg/dl 0-10

Bilirubin total 10 Jan Untuk 6,24 mg/dl High


Bilirubin direk 2015 mengetahu 0,25 mg/dl 0-0,2
Bilirubin indirek i bilirubin 5,99 mg/dl 0-10
E. ANALISA DATA

No Tanda dan gejala Problem Etiologi


1. Ds : ibu klien mengatakan bayinya Peningkatan kadar Kondisi
kekuningan bilirubin dalam darah fisiologis/patologis
Do : ikterus, jaundice disekitar wajah
dan badan, bilirubin total 17,14
mg/dl

2. Ds :- Resiko perubahan Efek samping


Do: suhu tubuh: fototerapi
 Mendapatkan terapi fototerapy Hipertermi
 Bayi mendapat ASI dan PASI
 S:36,7oc

Ds: -
3. Do : Resiko gangguan Efek samping
 Dalam boks terbuka, difototerapi integritas kulit fototerapi
 Jaundice
 BAB dan BAK menggunakan
pempers
F. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN INTERVENSI)

Tgl/jam tgl/jam
No Diagnosa keperawatan paraf paraf
ditemukan teratasi
1. 9 Jan Peningkatan kadar
2015 /11.30 bilirubin dalam darah
b/d kondisi
fisiologis/patologis.

2. 10 Jan Resiko perubahan suhu


2015/ 14.00 tubuh b/d efek samping
fototerapi

3. 10 Jan Resiko gangguan


2015/14.00 integritas kulit b/d efek
samping fototerapi
G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan, kriteria intervensi Rasional


No Dx keperawatan
evaluasi keperawatan tindakan
1. Peningkatan kadar Tujuan dan a. Monitor a.Mengetahui
bilirubin darah b/d kriteria hasil: tanda-tanda keadaan
kondisi Tidak ada vital serum fisiologis
fisiologis/patologis peningkatan klien
hiperbilirubinemi b. Monitor b. Untuk
a ditandai bilirubin megethui
dengan: adanya
 Hasil peningkatan
bilirubun atau
menunjukan penurunan
normal hiperbilirubin
 Tanda dan c. Monitor c.Peningkatan
gejala bila ada hiperbilirubin
hiperbilirubi muntah, kaku mengakibatka
n seperti kuduk atau n adanya
jaundice dan tremor gangguan
ikterik hilang pada sistem
syaraf

2. Resiko perubahan
Tujuan dan a. Mengeta
suhu tubuh :
kriteria hasil: a. Monitor hui keadaan
Hipertermi b/d
suhu tubuh tanda-tanda fisiologis
efek samping
normal vital klien
fototerapi
b. Suhu
b. Perhatikan lingkungan
suhu disesuaikan
lingkungan dan agar tidak
gunakan isolasi terlalu kontras
c. ASI
c. Berikan dapat
minum membantu
tambahan penurunan
hiperbilirubin
dan
metabolisme
tubuh bayi
terhadap
terjadinya
hipertermi

3.
Tujuan dan a. Perawat
Resiko terjadi
kriteria hasil: an kulit yang
gangguan
selama dalam kurang dapat
integritas kulit b/d
perawatan kulit meningkatkan
efek samping a. Observasi
bayi tidak terjadinya
fototerapi keadaan
mengalami gangguan
keutuhan kulit
gangguan kulit integritas
dan warnanya
kulit.

b. Jangan
biarkan BAB
b. Bersihkan
atau BAK
segera bila bayi
bayi lembab
BAB atau BAK
pada pempers,
dapat terjadi
resiko
gangguan
integritas
kulit..
c. Agar
tidak lembab
c. Gunakan dan tidak
lotion pada terjadi iritasi
daerah bokong d. Untuk
kenyamanan
d. Jaga alat dan
tenun dalam keefektifan
keadaan bersih higiene bayi
dan kering e. Mengura
ngi penekanan
pada satu sisi
e. Lakukan
tubuh
alih baring dan
pemijatan

H. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Implementasi keperawatan

Tgl/ja
No Dx keperawatan Implementasi respon paraf
m
.1 Peningkatan kadar 9 Jan Mengkaji TTV klien
bilirubin dalam 2015/ S:-
darah b/d kondisi 11.30- O : Suhu
fisiologis/patologis. 14.00 36,7oC

Melakukan fototerapi
sesuai advis dokter S:-
O:
Resiko perubahan klienmenan
suhu tubuh b/d efek gis
samping fototerapi
S:-
O:
klienminu
mbanyak
Memberikan ASI dan
resiko terjadi
PASI melalui dot
gangguan integritas
Menggantipopokklien
kulit b/d efek
S:-
samping fototerapi
O : Klien
BAK dan
BAB

2. Peningkatan kadar 9 Jan Mengukur suhuklien S:-


bilirubin dalam 2015/ O:
darah b/d kondisi 14.00- Suhuklien
fisiologis/patologis 21.00 36,7 oC
resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek Melakukanfototerapis
samping fototerapi esuai advis dokter S:-
O : klien
resiko terjadi diberikan
gangguan integritas foto terapi
kulit b/d efek karena kadar
samping fototerapi bilirubin
171 mg/dl
Mengganti popok
klien S:-
O : Klien
BAK dan
BAB
S:-
Memberikan ASI dan
O:
PASI melalui dot
klienminu
mbanyak

Mengukur suhu klien

S:-
O:
Melakukanfototerapis
Suhuklien
esuai advis dokter
37 oC
S:-
resiko perubahan O:
suhu tubuh b/d efek klienmenan
Menggantipopokklien
samping fototerapi 9 Jan gis
Memberikan ASI dan
2015 /
3. PASI melalui dot
resiko terjadi 21.00- S:-
gangguan integritas 07.00 O : Klien
kulit b/d efek BAK dan
Melakukanfototerapis
samping fototerapi BAB
esuaiadvisdokter
S:-
Memberikaninjeksise
O:
suaiadvisdokter
klienminu
Menggantipopokklien
mbanyak
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot

No Dx keperawatan Tgl/jam Implementasi respon


1. Peningkatan kadar 10 Jan Mengkaji TTV klien S:-
bilirubin dalam darah 2015/ O : Suhu
b/d kondisi 07.00- 36oC
fisiologis/patologis. 14.00
Melakukan fototerapi S: -
O: klien
diberikan
foto terapi

Resiko perubahan Memberikan ASI dan S:-


suhu tubuh b/d efek PASI melalui dot O : klien
samping fototerapi menangis
keras,reflek
hisap baik,

resiko terjadi Mengganti popok klien S:


gangguan integritas O: Klen
kulit b/d efek samping BAB dan
fototerapi BAK
Memberikan ASI S:-
Mengobservasi refleks O : klien
bayi minum
Memonitor suhu tubuh. Banyak,refle
k hisab
baik,aktif, S:
36,7oc

mengobservasi keadaan S: -
keutuhan kulit dan O:warna
warnanya. kulit sudah
tidak
joundice

Miringkan bayi setelah S:-


diberi ASI

O : bayi
diberikan
ASI oleh
Berikan kenyamanan
ibunya
pada lingkungan bayi
S: Bayi
nampak
tenang

Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah Mengganti popok klien S:-
b/d kondisi O : klien
fisiologis/patologis nampak
resiko perubahan suhu menangis
tubuh b/d efek saat diganti
10 Jan
samping fototerapi popok
2015/
S:-
14.00-
Berikan kenyamanan O : bayi tidur
21.00
pada lingkungan bayi engan tenang

2.
S:-
Mengganti popok klien O : Klien
BAK dan
BAB
resiko terjadi S:-
gangguan integritas O:
kulit b/d efek samping Memberikan ASI dan klienminumb
fototerapi PASI melalui dot anyak

3. Peningkatan kadar 10 Jan Mengukursuhuklien S:-


O:
Suhuklien
36,6 oC
S:-
bilirubin dalam darah O:
Melakukanfototerapisesu
b/d kondisi klienmenangis
aiadvisdokter
fisiologis/patologis S:-
O:
Memberikaninjeksisesuai
resiko perubahan suhu Klienmenang
advisdokter
tubuh b/d efek 2015 / isketika di
samping fototerapi 21.00- suntik
07.00
Menggantipopokklien
resiko terjadi Tgl/ja S:-
No Dx keperawatan Implementasi respon
gangguan integritas m O : Klien
kulit b/d efek samping S :BAK
- dan
fototerapi O :BAB
Suhu
Peningkatan kadar Mengkaji TTV ASI
Memberikan kliendan
36oC S : -
bilirubin dalam darah PASI melalui dot
O:
b/d kondisi
klienminumb
fisiologis/patologis.
anyak
Memberikan ASI dan
S:-
PASI melalui dot
O : klien
menangis
11Jan Menggantipopokklien
2015/
S:-
Resiko perubahan 11.30-
1. O:
suhu tubuh b/d efek 14.00 Memberikan ASI dan
klienminum
samping fototerapi PASI melalui dot
banyak
S:-
O : warna
mengobservasi keadaan
kulit normal
resiko terjadi keutuhan kulit dan
Hasil lab
gangguan integritas warnanya.
menunjukan
kulit b/d efek
kadar
samping fototerapi
bilirubin
6,24 mg/dl
I. EVALUASI

No tgl/jam Dx .keperawatan Perkembangan paraf


1. peningkatan kadar S:
9 jan bilirubin dalam O:Klien tampak
2015 darah b/d kondisi ikterik,jaundice.
fisiologis KU sadar, aktif, t
=36,70C
Bilirubin 17,14
mg/dl
A: masalah belum
teratasi
P:optimalkan intervensi

2. resiko perubahan S:
suhu tubuh b/d efek O:Klien tampak tenang,
samping fototerapi aktif tidak rewel,
t=36,70C
A: sebagian masalah
teratasi
P: optimalkan intervensi

3. resiko terjadi S:
ganggua n O: Tak ada tanda-tanda
integritas kulit b/d kerusakan integritas
efek samping kulit
fototerapi A: masalah teratasi
P: optimalkan intervensi
1. 10 Jan peningkatan kadar S:
2015 bilirubin dalam O:.KU sadar, aktif, t
darah b/d kondisi =3670C
fisiologis A: masalah teratasi
sebagian

P:optimalkan intervensi

2. resiko perubahan S:
suhu tubuh b/d efek O:Klien tampak tenang,
samping fototerapi aktif tidak rewel, t=36 C
A: sebagian masalah
teratasi
P: optimalkan intervensi

S:
3 Resiko terjadi O: Tak ada tanda-tanda
ganggua n kerusakan integritas
integritas kulit b/d kulit
efek samping A: masalah teratasi
fototerapi optimalkan intervensi

1. 11 Jan peningkatan kadar S: mengerti tentang


2015 bilirubin dalam hiperbilirubin
darah b/d kondisi O: Orang tua klien
fisiologis mendengarkan
penjelasan dan mengerti
tentang hal hal yang
perlu dilakukan pada
bayi hiperbilirubinemia
Kadar bilirubin 6,14
mg/dl
A: masalah teratasi
sebagian
P: optimalkan intervensi

2. resiko perubahan S:
suhu tubuh b/d efek O:.KU sadar, aktif, t
samping fototerapi =3720C, kadar
bilirubin total 6,24
mg/dl
A: sebagian masalah
teratasi
P:optimalkan intervensi

3. resiko terjadi S:
ganggua n O: Tak ada tanda-tanda
integritas kulit b/d kerusakan integritas
efek samping kulit
fototerapi A: masalah teratasi
optimalkan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan


hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan
dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori
yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari
hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang, perut tidak terjadi
pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek
morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning
kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,
bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum,
Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin K III keadaan umum
lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin K III terdapat
pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin K III
reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin dengan K
III BAB berwarna kuning kecoklatan dan BAK berwarna kuning. Menurut
Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin K III hasil laboraotorium
kadar bilirubin diatas 10 – 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus
keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran
hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping
kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB
kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna
gelap.
2. Interpretasi Data
Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin
dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi
yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut
Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan
sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau
sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin
pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan
kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus dilahan praktek.

3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K III yaitu potensial
terjadi hiperbilirubin K IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada
bayi dengan hiperbilirubin K IV akan muncul apabila kadar bilirubin
semakin meningkat lebih dari 10 – 14 mg%. Pada kasus ini tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.
4. Antisipasi
Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter
spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran
selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney
(2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin K IV pada kasus ini antara lain :
perhatikan hasil darahbilirubin : jika hasilnya 7 mg % atau lebih segera hubungi
dokter spesialis anak, bayi perlu terapi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
5. Rencana Tindakan
Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubin K
III antara lain beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi,
observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital, observasi keadaan
hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan
petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu
inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI/PASI sesuai kebutuhan, observasi
BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi, yaitu : beri foto terapi sinar sesuai program, yaitu selama 6 jam 2 jam
istirahat. Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubin K III menurut Varney (2007) antara lain : mengobservasi
keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan dan cairan memeriksa
bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan
kebutuhan bayi dengan baik, dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk dilakukan terapi selanjutnya.Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan sehingga pelaksanaan
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
7. Evaluasi
Evaluasi pada bayi dengan hiperbilirubin K III menurut Saifuddin (2002),
yaitu : KU dan kesadaran bayi kembali normal, kebutuhan cairan terpenuhi,
warna kuning pada kepala, badan, paha sampai lutut sudah tidak terlihat
atau sudah berkurang, berat badan bayi naik, BAB 2 x sehari berwarna
kuning dan BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih terpantau dengan baik
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil
keadaan umum baik, pada kepala sampai leher masih berwarna kuning,
reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, ASI sudah diberikan 80 cc,
Bayi sudah BAB 2 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan
BAK kurang lebih 4-5 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin
K III pada bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum.
dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang
pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x
berwarna kuning kecoklatan konsistensi lembek, BAK 3 atau 4 x
berwarna kuning jernih, dan hasil bilirubin total 17,74 mg%, bilirubin direk
0,32%.
2. Interpretasi Data pada bayi baru lahir By Ny. MS ibu mengatakan merasa
Cemas bayinya malas minum.dari hasil pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. MS
lahir cukup bulan, umur 8 hari dengan hiperbilirubin K III dengan masalah
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam
darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang
adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.
3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir By Ny. MS dengan hiperbilirubin
K III tidak terjadi hiperbilirubin K IV karena tertangani dengan baik.
4. Antisipasi Pada bayi baru lahir By.Ny MS dalam langkah ini
adalahkolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian foto terapi
1x24 jam.
5. Rencana Tindakan pada Bayi Ny. M.S meliputi beri informasi kepada ibu
dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi
dantanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap
dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan
laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI
sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk pemberian terapi, yaitu : , beri foto terapi sinar 1x 24 jam.
6. Pelaksanaan pada bayi baru lahir By Ny M.S merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan.
7. Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil
keadaan umum baik, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, bayi
sudah diberi ASI, Bayi sudah BAB 3 kali berwarna kuning kecoklatan
(konsistensi lembek) dan BAK 7 kali berwarna kuning jernih, Bayi
nampak nyaman,kepala sampai leher masih kelihatan kuning,berat badan naik
100 gram.
8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu
pada pengkajian. pengkajian hasil dari pemeriksaan dikasus keadaan
umum sedang dan diteori lemah, dikasus perut tidak ada pembesaran hati
sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping
kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan
BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan
BAK berwarna gelap karena pada saat pengkajian hasil yang diperoleh
pada bayi Ny. M.S baik.
9. Alternatif pemecahan masalah pada bayi Ny. M.S pada pengkajian diperoleh
hasil bayi Ny. M.S dalam keadaan baik, sehingga tidak semua bayi
hiperbilirubin dalam keadaan buruk. Maka diperlukan untuk lebih
memperhatikan terhadap bayi agar tidak terjadi komplikasi.

B. Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit
saran supaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi
lebih baik, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme dalam
melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat proses
penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K
III dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. Bagi pasien
Diharapkan Ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan
memantau bayinya dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja selama
6 bulan, apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke tenaga
kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.
3. Bagi Penulis yang lain
Penulis selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin K III,
sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan kebidanan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter
Pratama. Jakarta.

Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Hidayah, Alimun A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta. Salemba


Medika

Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa, Widyawati. Edisi 7. EGC.
Jakarta.

Diagnose Nanda (NIC dan NOC) 2007-2008

Anda mungkin juga menyukai