Anda di halaman 1dari 10

PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PENYELENGGARAAN

PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

ABDUL AZIS SANGKALA


FLORENCE. DAICY. J. LENGKONG
GUSTAAF BUDDY TAMPI

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana profesionalisme ASN dalam
penyelenggaraan pelayanan public di Kecamatan Singkil Kota Manado. Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan kuantitatif. Informan penelitiana adalah Camat, Sekretaris Kecamatan, para Kepala
Seksi/Sub bagian dan Staf Kantor Camat Singkil, serta warga masyarakat penerima pelayanan,
seluruhnya sebanyak 11 orang informan. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara,
sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis model interaktif dari Miles dan Hubernan.
Berdasarkan hasil analisa data ditarik kesimpulan : (1) Profesionalisme aparatur dalam pelayanan publik
di kantor Kecamatan Singkil menurut persepsi ASN/PNS (penyelenggara pelayanan) sudah terwujud
dengan baik dilihat dari semua dimensi/indikator yang dipakai yaitu : equlity, equity, loyality,
responsibility, optimism, courage dan fairness. Namun menurut persepsi masyarakat (penerima
pelayanan) belum semua dimensi profesionalisme tersebut terwujud dengan baik/maksimal dalam
penyelenggaraan pelayanan publik di Kantor Kecamatan Singkil. (2)Dimensi profesionalisme aparatur
yang belum secara optimal terwujud dengan baik menurut persepsi masyarakat (penerima pelayanan)
terutama adalah equlity, equlity, responsibilitydan courage. Berdasarkan hasil penelitian dapat
direkomendasikan saran : (1) Profesionalisme ASN dalam pelayanan publik perlu ditingkatkan terutama
dalam dimensi/aspek equlity (perlakuan yang sama), equity (perlakuan yang adil), responsibility (tanggung
jawab terhadap pekerjaan), dan courage (keberanian membuat keputusan dan tindakan dalam mengatasi
masalah yang muncul). (2) Untuk meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan publik maka
pengembangan kompetensi ASN perlu terus dilakukan baik pengembangan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap melalui pendidikan dan pelatihan.
Kata Kunci: Profesionalisme, Aparatur Sipil Negara, Pelayanan Publik

Abstract: the aim of the research was to find out how professionalism in implementing public service ASN
in district of Singkil town of Manado. This research uses a quantitative approach method. The informant
is the head of penelitiana, the Secretary of the district, the head of Section/Sub section Head Office staff
and Singkil, as well as citizens of the recipient of the Ministry, a total of 11 people entirely informant.
Data collection using the guidelines of the interview, while the analysis techniques used are interactive
model analysis from Miles and Hubernan. Based on the results of the data analysis is drawn the
conclusion: (1) Professionalism in the public service apparatus in the Subdistrict Office Singkil according
to perception of ASN/PNS (service providers) has been materialized with good views from all
dimensions/indicators used IE: equlity, equity, loyality, responsibility, optimism, courage and fairness.
But according to the public perception (service recipient) is not yet all the dimensions of professionalism is
manifested by either/maximum in organizing the public service in the Office of Subdistrict Singkil. (2)
The dimensions of the professionalism of the apparatus has not been optimally realized properly
according to the public perception (service recipient) especially is equlity, equlity, responsibilitydan
courage. Based on the results of the research can be recommended suggestion: (1) Professionalism ASN in
the public service need to be improved especially in dimensions/aspects equlity (equal treatment), equity
(fair treatment), responsibility (responsibility against the work), and courage (courage to make decisions
and actions in addressing the issues that arise). (2) to increase professionalism in the public service

1
competency development ASN then need to continue to do well the development capabilities of the
knowledge, skills, and attitudes through education and training.

Keywords: Professionalism, Civil State Agencies, Public Service

PENDAHULUAN kesamaan hak, keseimbangan hak dan


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 kewajiban, keprofesionalan, partisipatif,
mengamanatkan : (1) pelayanan publik adalah persamaan perlakukan/tidak diskriinatif,
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
dengan pareturan perundang-undangan bagi ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan
setiap warga Negara dan penduduk atas dan keterjangkauan.
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif Sesuai dengan amanat UU.Nomor 25 Tahun
yang disediakan oleh penyelenggaran 2009 tersebut maka Undang-undang tentang
pelayanan publik; (2) penyelenggara pelayanan Aparatur Sipil Negara Nomor 5 Tahun 2014
publik adalah setiap institusi penyelenggara kembali menegaskan bahwa Apararur Sipil
Negara, korporasi, lembaga independen yang Negara sebagai unsur utama sumberdaya
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk manusia aparatur negara/pemerintah
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum mempunyai peranan yang sangat strategis
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan dalam mengemban tugas pelayanan publik.
pelayanan publik; (3) organisasi penyelenggara Tugas ASN dalam pelayanan publik dlakukan
pelayanan publik adalah satuan kerja dengan memberikan pelayanan atas barang,
penyelenggara playanan public yang berada di jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
lingkungan institusi penyelnggara negara, disediakan oleh institusi penyelenggara
korporasi, lembaga independen yang dibentuk pelayanan publik.
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan Seiring dengan perbaikan sistem pelayanan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang publik tersebut dilakukan pula upaya
semata-mata untuk kegiatan pelayanan public. peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil
(4) Pelaksana pelayanan publik adalah pejabat, Negara pelaksana pelayanan publik. Hal itu
pegawai, petugas, dan setiap orang yang dipandang penting karena keberhasilan
bekerja di dalam organisasi penyelenggara institusi pemerintah dalam menyelenggarakan
yang bertugas melaksanakan tindakan dan pelayanan publik yangefektif, efisien dan
serangkaian tindakan pelayanan publik; (4) berkualitas akan sangat tergantung atau
penyelenggaraan pelayanan publik berazaskan ditentukan oleh profesionalisme aparaturnya
kepentingan umum, kepastian hukum, dalam melaksanakan tugas pelayanan publik.

2
Seperti dikemukakan oleh Sedarmayanti khusus yang diperoleh dari pendidikan
(2009) bahwa profesionalisme aparatur akademis yang insentif.
merupakan pilar yang akan menempatkan Dari pengertian di atas jelas bahwa profesi
birokrasi sebagai mesin yang efektif bagi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
pemerintah dan sebagai parameter kecakapan menuntut keahlian tertentu; artinya suatu
aparatur dalam bekerja secara baik, efisien dan pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
efektif. tidak dapat dipegang oleh sembarang orang,
Konsep Profesionalisme tetapi memerlukan persiapan melalui
Dalam istilah bahasa Indonesia pendidikan dan juga pelatihan secara khusus.
profesionalisme berasal dari akar kata profesi Profesi adalah suatu keahlian (skill) dan
yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang
atau akan ditekuni oleh seseorang. Kata profesi mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
ini dalam bahasa Inggris disebutproffesion, tertentu secara khusus yang diperoleh melalui
yang berarti “a vocation or accupation pendidikan formal dan pelatihan yang intensif.
requiring advanced trainning in some liberal Pamudji (1999) mengatakan bahwa seseorang
art or science and usually involving mental yang profesional itu adalah seseorang yang
rather than manual work, as teaching memiliki atau dianggap memiliki keahlian,
engineering, writing, etc. (suatu lapangan kerja akan melakukan kegiatan-kegiatan (pekerjaan)
atau accupation [yang] menuntut dengan mempergunakan keahliannya itu,
mengedepankan trainning dalam beberapa sehingga menghasilkan hasil kerja yang lebih
ilmu pengetahuan atau seni liberal dan pada baik mutunya, lebih cepat prosesnya, mungkin
umumnya menyertakan mental lebih bervariasi, yang kesemuanya
dibanding/bukannya pekerjaan manual, seperti mendatangkan kepuasan pada warga
mengajar rancang-bangun, penulisan, dll. Dari masyarakat.
kata dasar proffesion ini, kemudian muncul Aparatur Sipil Negara
kata jadian proffesional yang artinya engage in Pengaturan mengenai Aparatur Sipil Negara
special occupation for pay etc, dan kata (ASN) sekarang ini ditetapkan dalam Undang-
proffesionalism yang artinya proffesional Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
quality, status, etc (Pamudji, 1994). Kamus Aparatur Sipil Negara, yang merupakan
Webstar mengartikan istilah profesi adalah pengganti Undang-Undang Nomr 43 Tahun
suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian.

14
Pada pasal 1 UU.No.5 Tahun 2014 disebutkan dariPNS dan PPPK yang bekerja pada instansi
pengertian ASN adalah profesi bagi Pegawai pemerintahan.
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah Konsep Pelayanan Publik
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja Konsep pelayanan publik banyak disampaikan
pada instansi pemerintah. Kemudian pada oleh para ahli yang masing-masing
pasal 2 disebutkan yang dimaksud dengan mempunyai pandangan seseuai dengan sudut
ASN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan kajian dan penelaah masalah yang berbeda-
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja beda. Menurut Kotler (Rusli, 2013), bahwa
(PPPK) yang diangkat oleh pejabat Pembina pelayanan publik(publicservice)pada dasarnya
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu merupakan kegiatan atau manfaat yang
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
Negara lainnyadan digaji berdasarkan dan pada hakekatnya tidak berwujud
peraturan perundang-udangan. Pada pasal 3 (intangible) serta tidak menghasilkan
disebutkan pengertian Pegawai Negeri Sipil kepemilikan (un-ownwrship). Pelayanan
(PNS) adalah warga Negara Indonesia yang publik adalah aktivitas yang dilakukan oleh
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pemerintah untuk memenuhi permintaan
pegawai ASN secara tetap oleh pejabat masyarakat dalam bidang kehidupan tertentu
Pembina kepegawaian untuk menduduki yang bersifat kolektif untuk kepentingan
jabatan pemerintahan. Pada pasal 4 disebutkan umum. Dengan demikian, pelayana publik itu
yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah tidak dapat dimonopoli oleh seseorang atau
dengan Perjanjian kerja (PPPK) adalah warga satu kelompok tertentu karena titik tolak
Negara Indonesia yang memenuhi syarat pelayanan adalah kebutuhan masyarakat secara
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian keseluruhan, tidak dapat dimiliki atau dikuasai
kerja untuk jangka waktu tertentu dalam oleh perorangan. Selain itu pelayanan publik
rangka melaksanakan tugas pemerintahan. bersifat proses kegiatan yang berupa jasa untuk
Dari amanat Undang-Undang Nomor 5 menyelenggarakan atau mengadakan sesuatu
Tahun 2014 tersebut jelas bahwa ASN yang semula tidak ada tetapi karena menjadi
merupakan “profesi” bagi Pegawai Negeri kebutuhan masyarakat yang terus
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan diperjuangkan, sehingga kebutuhan itu
Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada menjadi kepentingan yang tidak bisa ditawar-
instansi pemerintah dalam rangka tawar lagi harus masung agenda setting
melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan pemerintah dan diprioritaskan untuk
demikian jelas bahwa pegawaiASN terdiri

15
mengadakan atau menyediakan tuntutan tugasnya dengan melakukan inovasi; (2)
tersebut (Rusli, 2013). Inovasi (inovation), ialah hasrat dan tekad
Nugroho (2003) mengatakan bahwa tugas untuk mencari, menemukan dan menggunakan
pelayanan publik adalah tugas memberikan cara baru atau metode kerja baru dalam
pelayanan kepada umum tanpa membeda- pelaksanaan tugasnya; (3) Responsivitas
bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau (responsivity), ialah kemampuan dalam
dengan biaya sedemikian rupa sehingga mengantisipasi dan menghadapi aspirasi baru,
kelompok paling tidak mampu dapat perkembangan baru, tuntutan baru, dan
menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh pengetahuan baru.
Negara yang dilaksanakan melalui salah satu Islamy (2001) menyebutkan empat elemen
unsurnya, yaitu pemerintah beserta seluruh pokok profesionalisme aparatur yang sesuai
perangkat birokrasinya. Dari apa yang dengan tuntutan good governance, yaitu : (1)
dikatakan oleh Nugroho (2003) tersebut Equlity, yaitu perlakuan yang sama atas
jelaslah bahwa pelayanan publik merupakan pelayanan yang diberikan. (2) Equity, yaitu
tugas pokok dari pemerintah (birokrasi). perlakuan yang adil kepada masyarakat; (3)
Dengan kata lain misi utama dari organisasi Loyality, yaitu kesetiaan kepada konstitusi,
atau birokrasi pemerintah ialah pemberian hukum, pimpinan, bawahan, dan rekan sekerja.
pelayanan publik. Tugas pelayanan publik (4) Responsibility, yaitu bertanggung jawab
tersebut meliputi pengadaan/penyediaan atas apapun yang dikerjakannya. Selain itu
barang dan jasa yang penggunaannya memiliki menurut Islamy (2001), aparatur yang
ciri nonrivaly (Sinambela, 2007), yaitu barang profesional juga harus memiliki karakteristik
dan jasa yang pemakaiannya oleh seseorang kualitas moral yang baik, yaitu : (1)
tidak dapat mencegah orang lain untuk Optimisme, ialah kemampuan untuk
menggunakan barang dan jasa yang sama menangani situasi moral yang penuh dengan
(Yousa, 2002). ambisius dan merasa yakin mampu
mengatasinya dengan baik; (2) Keberanian
Konsep Profesionalisme ASN Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik (courage), adalah kemampuan untuk membuat
Dalam kaitannya dengan profesionalisme keputusan dan melakukan tindakan dalam
aparatur maka menurut Siagian (2000), situasi sulit dan tidak menentu secara tepat dan
profesionalisme atau kualitas profesional dapat berhasil; dan (3) Kejujuran (fairness tempered
dilihat dari tiga segi, yaitu : (1) Kreatifitas by charity), ialah kemampuan untuk
(creativity); ialah kemampuan aparatur untuk mempertahankan nilai-nilai kebenaran dan
menghadapi hambatan dalam pelaksanaan keadilan demi kepentingan masyarakat.

16
METODOLOGI PENELITIAN tepat dan berhasil); dan (7) Fairness atau
Penelitian ini menggunakan metode kejujuran (kemampuan untuk mempertahankan
kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006) nilai-nilai kebenaran dan keadilan demi
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai kepentingan masyarakat).
prosedur penelitian yang menghasilkan data Data yang dikumpulkan dan dianalisis
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diperoleh melalui wawancara, sehingga teknis
diamati. analisis data yang digunakan adalah analisis
Sebagaimana yang telah disebutkan kualitatif. Dalam hal ini teknis analisis
dalam bab pendahuluan di muka bahwa yang kualitatif yang digunakan ialah model analisis
menjadi fokus kajian dalam penelitian ini ialah interaktif dari Miles dan Hubermann (Sugiono,
profesionalisme aparatur sipil negara dalam 2009). Menurut Miles dan Hubernann bahwa
penyelenggaraan pelayanan publik,yaitu analisis model interaktif memungkinkan
kemampuanpara aparatur pemerintah seorang peneliti melakukan kegiatan analisis
kecamatan dalam menyelenggarakan secara longgar tanpa harus melalui proses yang
pelayanan kepada masyarakat dengan berhasil. kaku. Proses analisis data model interaktif
Profesionalisme aparatur dalam diawali dengan kegiatan mempelajari dan
penyelenggaraan pelayanan publik diamati dari menelaah data (data collection), kemudian
beberapa dimensi profesionalisme aparatur dilanjutkan dengan reduksi data (data
yang dikemukakan oleh Islamy (2002) yaitu : reduction), selanjutnya penyajian data (data
(1) Equlity (perlakuan yang sama atas display), dan berakhir pada pembuatan
pelayanan yang diberikan); (2) Equity kesimpulan atau verifikasi (conclust drawing
(perlakuan yang adil kepada masyarakat); (3) and verivication).
Loyality (kesetiaan kepada konstitusi, hukum,
HASIL DAN PEMBAHASAN
pimpinan, bawahan, dan rekan sekerja); (4)
Hasil wawancara dengan sebanyak 11
Responsibility (bertanggung jawab atas apapun
informan sebagaimana dideskripsikan di atas
yang dikerjakannya); (5) Optimisme,
dapat dibuat rangkuman sebagai berikut :
(kemampuan untuk menangani situasi moral
1. Equlity (perlakuan yang sama)
yang penuh dengan ambisius dan merasa yakin
Semua informan ASN (penyelenggara
mampu mengatasinya dengan baik); (6)
pelayanan) mengatakan bahwa perlakuan
Courage atau keberanian (kemampuan untuk
kepada masyarakat yang berurusan pelayanan
membuat keputusan dan melakukan tindakan
di kantor Camat Singkil adalah sama, dalam
dalam situasi sulit dan tidak menentu secara
arti tidak membeda-bedakan atau tidak melihat

17
latar belakang mereka yang dilayani. Namun menyelenggarakan pelayanan kepada
menurut informan masyarakat (penerima masyarakat sudah dilakukan dengan penuh
pelayanan) masih belum sepenuhnya terwujud tanggung jawab; namun menurut informan
dengan baik. masyarakat (penerima pelayanan) masih
2. Equity (perlakuan yang adil) kurang atau belum maksimal terutama dalam
Semua informan ASN (penyelenggara hal tanggung jawab untuk menyelesaikan
pelayanan) mengatakan bahwa kepada pelayanan tepat waktu.
masyarakat yang berurusan pelayanan di 5. Optimisme (kemampuan menangani
kantor Camat Singkil diperlakukan secara adil, situasi moral yang penuh ambisius dan
dalam arti perlakuan diberikan sesuai dengan merasa yakin mampu mengatasinya
jenis layanannya baik dalam hal persyaratan dengan baik)
administrasi, proses, maupun waktu Semua informan ASN (penyelenggara
penyelesaian pelayanan. Namun menurut pelayanan) mengatakan bahwa ASN dalam
informan masyarakat (penerima pelayanan) melaksanakan tugas pelayanan kepada
masih belum sepenuhnya terwujud dengan masyarakat punya optimisme yang baik dalam
baik. meraih kemajuan dan mampu mengatasi sifat
3. Loyality (kesetiaan kepada peraturan ambisius, sehingga tugas pelayanan dapat
dan kepada pimpinan dalam dilaksanakan dengan baik dan lancar dan
menjalankan tugas) dengan semangat yang tinggi. Para informan
Semua informan ASN (penyelenggara masyarakat juga mengakui sifat optimisme ini
pelayanan) mengatakan bahwa dalam sudah baik dilhat dari semangat kerja pada diri
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat setiap ASN dalam melaksanakan tugas
para ASN loyal dan taat kepada peraturan pelayanan kepada masyarakat.
perundang-undangan dan kepada pimpinan. 6. Courage (kemampuan dan keberanian
Para informan masyarakat (penerima membuat keputusan dan tindakan
pelayanan) juga menilai loyalitas ASN sudah dalam situasi sulit secara tepat dan
baik dilihat dari ketaatan mereka terhadap berhasil)
peraturan di dalam pelaksanaan pekerjaan Semua informan ASN (penyelenggara
pelayanan kepada masyarakat. pelayanan) mengatakan bahwa kemampuan
4. Responsibilitas (tanggung jawab dan keberanian untuk membuat keputusan dan
terhadap pekerjaan) mengambil tindakan dalam mengatasi
Semua informan ASN (penyelenggara persoalan yang muncul dalam plaksanaan
pelayanan) mengatakan bahwa dalam tugas pelayanan kepada masyarakat sudah

18
diwujudkan dengan baik terutama oleh ASN (1) Profesionalisme aparatur dalam
yang sudah berpengalaman kerja lebih lama pelayanan publik di kantor Kecamatan
sehingga pelayanan berjalan lancar dan Singkil menurut persepsi ASN/PNS
terwujud sesuai haparan masyarakat yang (penyelenggara pelayanan) sudah
dilayani. Namun menurut informan terwujud dengan baik dilihat dari semua
masyarakat, sifat keberanian mengambil dimensi/indikator yang dipakai yaitu :
keputusan dan tindakan seperti itu masih equlity, equity, loyality, responsibility,
kurang dilakukan ASN karena mereka sangat optimism, courage dan fairness. Namun
terikat pada aturan, sehingga penyelesaian menurut persepsi masyarakat (penerima
pelayanan sering tertunda atau tidak terwjud pelayanan) belum semua dimensi
sesuai waktu yang ditentukan. profesionalisme tersebut terwujud
7. Fairness (kejujuran atau kemampuan dengan baik/maksimal dalam
untuk mempertahankan nilai-nilai penyelenggaraan pelayanan publik di
kebenaran dan keadilan demi Kantor Kecamatan Singkil.
kepentingan masyarakat) (2) Dimensi profesionalisme aparatur yang
Semua informan ASN (penyelenggara belum secara optimal terwujud dengan
pelayanan) mengatakan bahwa aspek kejujuran baik menurut persepsi masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik (penerima pelayanan) terutama adalah
sudah diwujudkan dengan baik sehingga tidak equlity (perlakuan yang sama, equlity
terjadi pelanggaran, penyelewengan ataupun (perlakuan yang adil), responsibility
penyimpangan yang dilakukan oleh ASN. Para (tanggung jawab pekerjaan), dan
informan masyarakat (penerima pelayanan) courage (keberanian membuat
juga menyatakan aspek kejujuran ini sudah keputusan dan melakukan tindakan yang
diwujudkan dengan cukup baik oleh ASN tepat dalam pelaksanaan pelayanan).
dalam menyelenggaraan pelayanan kepada Masyarakat penerima pelayanan melihat
masyarakat. masih ada tindakan ASN yang dirasakan
PENUTUP kurang adil dalam perlakuan pelayanan.
Kesimpulan Tanggung jawab ASN dalam
Berdasarkan hasil penelitian menyelesaikan pelayanan secara cepat
sebagaimana telah dideskripsikan dan dibahas dan tepat juga dinilai masih
pada bab sebelum ini dapat ditarik kesimpulan kurang/belum optimal. Para ASN juga
akhir sebagai berikut : masih kurang keberanian membuat
keputusan dan mengambil tindakan

19
untuk kelancaran dan keberhasilan serta harus berani berani berinovasi dan
pelayanan. mengambil resiko.
Saran e. Untuk meningkatkan profesionalisme
Berdasarkan hasil penelitian dapat dalam pelayanan publik maka
direkomendasikan beberapa hal yang perlu pengembangan kompetensi ASN perlu
diperbaiki atau ditingkatkan sehubugan dengan terus dilakukan baik pengembangan
profesionalisme ASN dalam pelayanan public kemampuan pengetahuan, keterampilan,
di Kantor Kecamatan Singkil yaitu : maupun sikap melalui pendidikan dan
(1) Profesionalisme ASN dalam pelayanan pelatihan.
publik perlu ditingkatkan terutama
dalam dimensi/aspek DAFTAR PUSTAKA
a. equlity (perlakuan yang sama) setiap Suleman, A. W. 2001. Globalisasi dan
masyarakat yang datang haruslah Pelayanan Publik dalam Perspektif
diperlakukan sama sesuai dengan SOP Teori Governance. Malang : Jurnal
yang sudah ditetapkan. Administrasi Negara Unibraw Malang
b. equity (perlakuan yang adil) Vol.02 Tahun 200l.
penyelenggara harus lebih tegas dan Bungin, B. M. H. 2009. Penelitian Kualitatif.
konsisten perihal persyaratan Jakarta : Kencana Prenada Media
administrasi, proses dan waktunya agar Group.
masyarakat merasakan keadilan. Dwiyanto, A. 2002. Reformasi Birokrasi
c. responsibility (tanggung jawab terhadap Publik di Indonesia. Yogyakarta : Pusat
pekerjaan) efektivitas dan efisiensi kerja Studi Kependudukan dan Kebijakan
harus ditingkatkan dalam hal ini agar UGM.
pelayanan yang dilakukan selesai tepat Harefa, A. 2004. Membangkitkan Etos
waktu. Profesionalisme. Jakarta: Gramedia
d. courage (keberanian membuat Pustaka Utama.
keputusan dan tindakan dalam Islamy, M. I. 2001. Agenda Kebijakan
mengatasi masalah yang muncul) Reformasi Negara. Malang : Jurnal
kemampuan untuk membaca situasi dan Administrasi Negara Unibraw Malang
kondisi para penyelenggara harus Vol 02.
ditingkatkan agar tanggap dalam Johnson, T. J. 2001. Profesi dan Kekuasaaz.
menyelesaikan masalah dan hambatan Jakarta : Grafiti.

20
Kurniawan, A. 2005. Transformasi Pelayanan Sedarmayanti. 2009. Manajemen SDM,
Publik. Yogyakarta : Penerbit Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pembaharuan. Pegawai Negeri Sipil. Bandung : Refika
Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Aditama.
Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara. Sinambela, P. L. 2007. Reformasi Pelayanan
Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Publik; Teori, Kebijakan, dan
Bandung : Remaja Redoskarya. Implementasi. Jakarta : Bumi Aksara.
Nugroho, R. D. 2003. Reinventing Sugiono. 2009. Metode Penelitian
Pembangunan. Jakarta : PT. Elex Media Administrasi. Bandung : Alfabetha.
Komputindo. Yousa, A. 2002. Mengukur dan Mengevaluasi
Pamudji, S. 1999. Profesionalisme Aparatur Kinerja Organisasi Pemerintah :
Negara Dalam Meningkatkan Penerapan pada Pemerintah
Pelayanan Publik. Jakarta : Kecamatan. STPDN Jatinogor Jawa
Widyapraja No. 19 Tahun III, IIP. Barat.
Poerwopoespito, F.X. Oerip. S dan T.A. Tatag Tjokrowinoto, M. 2002. Pengembangan
Oetomo. 2000. Mengatasi Krisis Sumberdaya Manusia Birokrasi dalam
Manusia di Perusahaan. Jakarta : Saiful Arif, (ed), 2002, Birokrasi Dalam
Grasindo. Polemik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rasyid. M. R. 1997. Kualitas Profesional
Pamong Praja yang Responsif Terhadap Dokumen :
Globalisasi. Jakarta : Makalah Seminar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Kepemimpinan Pamong Praja, IIP. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Rusli, B. 2013. Kebijakan Publik : Daerah.
Membangun Pelayanan Publik Yang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Responsif. Bandung : Hakim 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publishing. Publik.
Siagian, S. P. 2000. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Suit,Y. dan Almasdi. 2000. Aspek Sikap
Mental Dalam Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Ghalia
Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai