Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

ETIKA PUBLIK

NAMA : ITA PURNAMA SAZIDAH S, AMd. Gz


ANGKATAN : 15
KELOMPOK :1
NO. ABSEN : 37
INSTANSI : PEMERINTAH KOTA SIBOLGA

Mal Pelayanan Publik menurut Permen PANRB Nomor 23 Tahun 2017 adalah tenpat
berlangsungnya kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan pelayanan public atas barang, jasa
dan/atau pelayanan administrasi yang merupakan perluasan fungsi pelayanan terpadu baik pusat
maupun daerah serta pelayanan Badan Usaha Milik Negara /Badan usaha Milik Daerah dan
Swasta dalam rangka menyediakan pelayanan yang cepat, mudah, terjangkau, aman dan nyaman.
Tujuan kehadiran Mal Pelayanan Publik adalah memberi kemudahan, kecepatan ,
keterjangkauan kemanan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.
Selain itu untuk meningkatkan daya saing global dalam memberikan kemudahan beruisaha di
Indonesia.
Ada-ada beberapa hal yang harus dipahami untuk menyiapkan konsep dan penerapan mall
pelayanan publik yaitu antara lain :
1. Koordinasi Pelayanan
2. Pengaturan Mekanisme Kerja Mal Pelayanan Publik
3. Penyiapan saranan prasarana dan SDM
4. Penandatanganan MoU dan Perjanjian Kerja sama
5. Peresmian
Pada hakekatnya perbaikan sistem dan prosedur pelayanan publik yang menuju
pelayanan publik yang prima yang diberikan oleh aparatur/birokrat kepada masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan penuh perhatian sehingga diharapkan akan menimbulkan pandangan positif
baik dari kalangan pelanggan, maupun aparatur yang memberikan pelayanan. Oleh karena itu
dalam pelaksanaan pelayanan publik harus dilasanakan dan berjalan berdasarkan prinsip-prinsip
pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun yang menjadi prinsip - prinsip dalam
pelayanan publik adalah sebagai berikut :
1. Kesederhanaan
Pelayanan publik dapat dikatakan pelayanan prima apabila dalam pelaksanaannya tidak
menyulitkan, prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak
berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta
pelayanan.
2. Kejelasan dan Kepastian

Kejelasan dalam pelaksanaan publik ini mencakup kejelasan dalam hal:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik


b. Prosedur dan tata cara pelayanan publik.
c. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.
d. Rincian biaya/tarif pelayanan publik dan tata cara pembayaran
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan publik.
f. Pejabat yang menerima keluhan masyarakat apabila terdapat sesuatu yang tidak jelas dan
atau tidak puas atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk dari hasil pelaksanaan pelayanan publik dapat diterima dengan benar, tapat, dan sah
yang berpegang teguh pada prinsip efektivitas dan efisiensi.
5. Keamanan.
Kriteria ini mengandung arti bahwa proses serta hasil pelayanan publik dapat memberikan
rasa aman, kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
6. Tanggung Jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus tersedia sarana dan prasarana kerja, peralatan
kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika (telematika)
8. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat.Selain itu, segala bentuk informasi yang berkaitan dengan pelayanan publik juga
mudah diakses oleh masyarakat melalui teknologi telekomunikasi dan informatika
(telematika)
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pada pelaksanaan pelayanan publik, pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan
santun, ramah, serta memberikan pelayanan yang ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan tempat pelaksanaan pelayanan publik harus tertib, tersedianya ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat, serta dilengkapi dengan fasilitas
pendukung pelayanan, seperti area parker, toilet, sarana ibadah, dan lain-lain.

Mal Pelayanan Publik sudah menerapkan Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik dengan


memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan, sebelumnya kantor layanan pemerintah
yang terpisah-pisah sehingga menyita waktu dan biaya, kini menjadi lebih aksesibel karena
berada pada satu gedung. birokrasi yang terkesan berbelit-belit, fasilitas yang belum ramah
kepada masyarakat. Dengan adanya transformasi birokrasi melalui Mal Pelayanan Publik,
pelayanan menjadi lebih cepat, murah, mudah, efektif , efisien, Serta responsif dimasa pandemi
sekarang ini tetap memberikan layanan dan juga menjaga penularan virus covid 19 dengan
menerapkan prokes. Menyuguhkan pelaksana pelayanan yang profesional dan akuntabel.
Publik selalu menuntut kualitas pelayanan publik dari birokrat, meskipun tuntutan ini
tidak sesuai dengan harapan karena pelayanan publik secara empiris yang terjadi selama ini
masih ditandai dengan hal-hal seperti berbelit-belit, lambat, mahal, ketidakpastian dan
melelahkan. Dalam keadaan seperti itu terjadi karena orang masih diposisikan sebagai pihak
yang "melayani" tidak dilayani. Jika dianggap isu-isu pelayanan publik di Indonesia, masalah
utama dari pelayanan publik saat ini dikaitkan dengan peningkatan kualitas layanan itu sendiri.
Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dalam penyelenggaraan
administrasi publik. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang
semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di negara ini cenderung berjalan di tempat,
sedangkan implikasinya sebagaimana diketahui sangat luas karena menyentuh seluruh ruang-
ruang kepublikan baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain. Jika
diperhatikan berbagai permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia, maka
permasalahan utama pelayanan publik sekarang ini adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas
dari pelayanan itu sendiri.

Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik di Indonesia masih memiliki
berbagai kelemahan antara lain: (1) kurang responsive, (2) kurang informatif, (3) kurang
accessible, (4) kurang koordinasi, (5) birokratis, (6) kurang mau mendengar
keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan (7) inefisiensi. Dilihat dari sisi sumber daya manusianya
kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, emphaty dan etika.
Pola kerja yang digunakan oleh sebagian besar aparatur yang ada sekarang ini masih dipengaruhi
oleh model birokrasi klasik, yakni cara kerja yang terstruktur/ hierarkis, legalistik formal, dan
sistem tertutup. Selain itu beberapa pendapat menilai bahwa kelemahan sumber daya manusia
aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan disebabkan oleh sistem kompensasi yang
rendah dan tidak tepat.

Kelemahan pelaksanaan pelayanan publik lainnya dapat dilihat pada sisi kelembagaan,
kelemahan utama terletak pada disain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka
pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan khirarki yang membuat pelayanan
menjadi berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan
dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental
dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien.

Ada beberapa point penting yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan
publik untuk mengurangi kendala-kendala dalam pelayanan kepada masyarakat yaitu :

1. Participation yaitu bahwa semua orang harus diberi kesempatan yang sama untuk
mengemukakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan baik langsung atau melalui
perantara institusi yang mewakili kepentingannya.
2. Rule of law, yaitu bahwa aturan hukum harus adil dan ditegakkan tanpa pandang bulu.
3. Transparancy, yaitu bahwa keterbukaan harus dibangun diatas aliran informasi yang
bebas.
4. Responsiveness, yaitu bahwa institusiinstitusi dan proses yang ada harus diarahkan untuk
melayani para stakeholders.
5. Consensus orientation yaitu bahwa harus ada proses mediasi untuk sampai kepada
konsensus umum yang didasarkan atas kepentingan kelompok, dan sedapat mungkin
didasarkan pada kebijakan dan prosedur.
6. Equity, yaitu bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki
dan mempertahankan kesejahteraannya.
7. Effectiveness and efficiency, yaitu bahwa proses dan institusi-institusi yang ada sedapat
mungkin memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemafaatan terbaik terhadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada.
8. Accountability, yaitu bahwa para pengambil keputusan di instansi pemerintah, sektor
publik dan organisasi masyarakat madani harus mampu mempertanggungjawabkan apa
yang dilakukan dan diputuskannya kepada publik sekaligus kepada para pemangku
kepentingan.
9. Strategic vision yaitu bahwa para pemimpin dan masyarakat publik harus memiliki
perspektif yang luas dan jangka panjang terhadap pembangunan manusia, dengan
memperhatikan latar belakang sejarah, dan kompleksitas sosial budaya.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai