Secara operasional, Berorientasi Pelayanan pada tempat kerja dapat dijabarkan dengan
beberapa contoh , yakni:
a) pegawai ASN dituntut untuk memberikan pelayanan dengan ramah, ditandai senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapi;
b) cekatan ditandai dengan cepat dan tepat waktu;
c) solutif, ditandai dengan mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
memilih layanan yang tersedia;
d) dapat diandalkan ditandai dengan mampu, akan dan pasti menyelesaikan tugas yang
mereka terima atau pelayanan yang diberikan.
e) mampu memelihara komunikasi dan interaksi yang baik dengan masyarakat, bersifat
kreatif, proaktif dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda
beda.
Hambatan (Weakness), terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan Pubilk” pada
unit kerja antara lain :
1. Eksternal :seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum memadai,
termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat
kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan
kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah.
2. Internal penyelenggara pelayanan publik berupa :
a) Aparat tidak memahami dan merasakan secara tepat apa yang dikehendaki atau
menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam menggunakan jasa layanan publik.
b) Adanya perbedaan persepsi aparat dan penetapan spesifikasi standar pelayanan
untuk memenuhi keinginan masyarakat.
c) Aparat tidak mampu menyampaikan jasa pelayanan sebagaimana mestinya seperti
yang telah ditetapkan dalam standar pelayanan public.
d) Pelayanan yang diberikan oleh aparat kepada masyarakat tidak sesuai dengan apa
yang dijanjikan.
e) Apa yang diharapkan oleh masyaraka ttidak sesuai dengan kenyataan yang ia alami
setelah menggunakan jasa layanan.
Peluang (Opportunities) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan Pubilk”
pada unit kerja yaitu Organisasi akan semakin maju, karena pengguna jasa layanan akan
secara sukarela memerikan informasi terkait dengan kualitas pelayanan yang diterima hal ini
secara langsung akan mempromosikan kinerja organisasi penyedia pelayanan publik.
Kekuatan (Strenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan 3Pubilk” pada
unit kerja yaitu terletak pada bagaimana cara pemberian akses pada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan publik serta mewujudkan pelayanan publik yang cepat, murah,
mudah,transparan, pasti, dan terjangkau serta meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap
pelayanan publik, diperlukan adanya salah satu model pelayanan yang dapat mengakomodir
hal tersebut. Model pelayanan tersebut adalah model pelayanan terpadu satu atap. Melalui
penerapan pelayanan terpadu satu atap ini efisiensi dan efektifitas pelayanan akan meningkat
melalui peminimalan jarak geografis antar fungsi terkait. Melalui model pelayanan ini juga
waktu yang digunakan dalam proses pelayanan akan dapat diperpendek dan masyarakat
sebagai pengguna jasa layanan juga akan semakin mudah memperoleh jasa layanan. Apabila
hal ini bisa diterapkan dilingkungan kerja, tentu saja kedepannya kualitas pelayanan akan
smakin efisien dan praktis.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan Pubilk” pada
unit kerja antara lain:
1. etos kerja aparat pelayanan publik yang cenderung mempertahankan status qou dan tidak
mau menerima adanya perubahan(resistance to change),
2. adanya budaya tidak menyukai resiko ,
3. rutinitas tugas dan penekanan yang berlebihan padapertanggungjawaban formal sehingga
mengakibatkan adanya proseduryang kaku/lamban,
4. belum adanya sistem insentif dan disinsentif bagipetugas pelayanan yang berkinerja
tinggi, dan
5. minimnya SDM pelayananpublik yang memiliki kompetensi dalam bidangnya,
2.1.2 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik .Hal- hal yang perlu di perhatikan untuk menciptakan lingkunagan kerja yang
akuntabel yaitu:
- Kepemimpinan, Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example)
- Transparansi, Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok
internal dan eksternal, dapat memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak
seharusnya, meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan dan meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
- Integritas, adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan
yang berlaku. Adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan
kepada publik dan/atau stakeholders.
- Tanggung Jawab (Responsibilitas), responsibilitas terbagi menjadi responsibilitas institusi
dan responsibilitas perseorangan bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang
telah dilakukan karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas keputusan yang
telah dibuat.
- Keadilan, landasan utama dari akuntabilitas sehingga harus dipelihara dan dipromosikan
oleh pimpinan kepada unit organisasinya.
- Kepercayaan, rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan sehingga lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
- Keseimbangan, keseimbangan diperlukan untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja untuk meningkatkan kinerja.
- Kejelasan, mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja
yang diharapkan organisasi, dan system pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.
- Konsistensi. konsistensi menjamin stabilitas.
- Menghindari Perilaku yang Curang dan Koruptif.
- Penggunaan Sumber Daya Milik Negara. Setiap PNS harus sesuai dengan prosedur yang
berlaku, dilakukan secara bertanggung jawab dan efisien, serta pemeliharaannya secara
benar dan bertanggung jawab.
- Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi Pemerintah. harus relevan, dapat
dipercaya, dapat dimengerti, serta dapat diperbandingkan, sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya
- Mengatasi Konflik Kepentingan.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabilitas” pada unit kerja
antara lain:
1. Masih menggunakan absen manual, sehingga rentan di untuk manipulasi
2. Kurangnya pemahaman penggunaan teknologi informasi seperti komputer,GPS,GIS dll
3. Kurang disiplin terutama dalam waktu masuk kantor dan pulang kantor
4. Meninggalkan lingkungan kerja saat jam kerja
5. Atribut pakaian tidak lengkap
6. Memakai kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
7. Melakukan pekerjaan lain sebelum menyelesaikan pekerjaan utama yang telah dealine
8. Ikut serta dalam politik praktis
9. Kurang sadarnya pegawai akan tanggungjawab mereka
Kekuatan (Strenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabilitas” pada unit kerja antara
lain:
1. Pemimpin memberikan pembagian tugas yang jelas sehingga setiap ASN memiliki
tanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya masing masing,
2. Rasa percaya terhadap sesama ASN membuat lingkungan kerja menjadi lebih baik, dan
membuat ASN bekerja secara stabil dan konsisten.
3. Penggunaan sarana dan prasarana kantor dipergunakan sesuai dengan kebutuhan kantor
sehingga umut pakai sarana dan prasarana menjadi lebih panjang.
Peluang (Opportunities) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabilitas” pada unit kerja
antara lain:
1. Melakukan pelatihan kinerja untuk meningkatkan kemampuan pegawai
2. Melakukan pelatihan teknologi informasi kepada pegawai
3. Semakin baiknya sistem pengendalian kinerja
4. Adanya absensi fingerprint dikantor
5. Jenjang karir semakin transparan
6. Pelayanan publik lebih mudah dilaksanakan
7. Adanya tunjangan kinerja bagi setiap pegawai
8. Tersedianya akses internet
9. Tersedianya ATK kantor
10. Fasilitas kendaraan dinas telah tersedia
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabilitas” pada unit kerja antara
lain:
1. Melaksanakan jobdesk yang tidak sesuai dengan tugasnya
2. Kurangnya personil Pengendali Ekosistem Hutan
3. Adanya konflik kepentingan seperti gratifikasi,KKN, mutasi pegawai
4. Intervensi pimpinan pada pegawai
5. Rentan adanya politik praktis
6. Adanya resiko bencana alam
7. Masih sedikitnya pelatihan kerja yang terbuka dalam setahun
8. Penyebaran virus covid 19
9. Kadang ada perubahan peraturan yang mengatur pegawai
2.1.3 Kompeten
Kompetensi sebagai kemampuan melaksanakan kerja yang didukung oleh pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk mencapai tujuan organisasi yang merupakan
kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya.
Prinsip Pengembangan Kompetensi ASN anatara lain yaitu : (1) Upaya peningkatan
kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pegawai, (2) Setiap ASN
memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi (3) Diarahkan pada
pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan (4) Pengembangan kompetensi sebagai
salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karir
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit kerja antara
lain:
1. Lemahnya kinerja individu dan kinerja organisasi;
2. Tidak terbangunya komitmen dan motivasi yang lebih tinggi antar sesama ASN;
3. Kurangnya kesadaran dan refleksi diri dalam pengembangan potensi diri;
4. Kurangnya upaya untuk menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih baik ;
5. Komunikasi dan hubungan antara atasan-bawahan kurang berjalan dengan baik;
6. Mengimplementasikan keterampilan yang diperoleh tidak sesuai dengan standar mutu;
dan
7. Semangat untuk menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka dan produktif masih
kurang.
Kekautan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit kerja antara lain:
berupa pengajaran hal- hal baru seperti teknologi informasi yang dipahami melaui hasil
pelatihan ,kemudian mengajarkan penggunaan teknologi informasi tersebut kepada ASN
yang belum mengerti, dengan tujuan mempermudah setiap ASN dalam melaksanakan
tugasnya.
Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit kerja antara
lain: yaitu pengembangan kompetensi ASN dapat dilakukan dengan Optimalisasi hak akses
pengembangan kompetensi melalui pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-
learning, job enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan mentoring. Coaching
dan Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara
lain atasan peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit kerja antara lain:
1. seringkali kita terjebak dan asyik dengan apa yang telah kita tahu dan kita bisa, tanpa
merasa perlu mengubah dengan keadaan baru yang terjadi
2. proses menyesuaikan/meninggalkan pengetahuan dan keahlian lama kita dengan
pengetahuan yang baru dan atau keahlian yang baru belum maksimal
3. proses membuka diri dalam persepektif baru, dengan pengakuisi pengetahuan dan atau
keahlian baru yang masih belum dilakukan oleh sebagian ASN
4. Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan kompetensi tersebut
diperlukan, sesuai dengan hak pengembangan kompetensi bagi setiap ASN.
5. Akses pengembangan kompetensi secara luas dapat memanfaatkan kemudahan teknologi
dalam pelaksanaanya. Akses pengembangan baik melalui e-learning dan instrumen
lainnya, yang memungkinkan pelatihan dapat dilakukan secara efesien dan menjangkau
ASN, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
6. Masih rendahnya kesadaran ASN untuk aktif dalam akses dan transfer Pengetahuan
(Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert
network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
2.1.4 Harmonis
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam
lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas
bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Harmonis” pada unit kerja antara
lain:
1. Kurangnya pendekatan afeksi satu sama lain dan kebersamaan dalam berorganisasi.
Sehingga apabila seorang ASN sedang mengalami musibah, ASN yang lain terlambat
untuk memberikan pertolongan
2. Tidak tersedia tempat ibadah yang layak di kantor
3. sikap individualitas ASN yang mementingkan ego sendiri
4. Tidak tersedia ruang laktasi untuk ibu menyusui
5. Belum adanya reward atau punishment atas hasil kerja ASN
6. tidak menghargai pendapat dan hasil keputusan rapat yang telah disepakati
7. melakukan disriminatif terhadap latar belakang seseorang
8. tidak megikuti apel pagi yang dilaksanakan di kantor, hal ini tentunya menjadi gambaran
bahwa sikap individu ASN tersebut kurang memahami nilai harmonis terhadap wawasan
kebangsaan terutama dalam hal bela negara.
Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Harmonis” pada unit kerja antara lain :
1. Lingkungan organisasi yang harmonis akan menumbuhkan suatu kenyamanan tersendiri
yang dapat dirasakan pada setiap anggota, sehingga menikmati tugas yang dilakukan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut. Termasuk didalamnya ketika melakukan rekrutmen pegawai, penyusunan
program tidak berdasarkan kepada kepentingan golongannya
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral dan
adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
5. PNS juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian
dari problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble maker).
Oleh sebab itu , setiap ucapan dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan
warganya. Dia tidak boleh melakukan tindakan, ucapan, perilaku yang bertentangan
dengan norma norma sosial dan susila, bertentangan dengan agama dan nilai local yang
berkembang di masyarakat.
Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Harmonis” pada unit kerja antara lain
:
1. keterbukaan dan kejelasan dalam berkomunikasi dapat menimbulkan feedback dari
komunikan karena tercipta persamaan pemahaman, sehingga jalannya organisasi tersebut
lancar se-efektif komunikasi yang terjalin.
2. Adanya struktur atau pembagian tugas yang jelas, memudahkan anggota untuk fokus
pada kewajiban masing-masing. Karena dalam struktur tersebut merupakan suatu
komitmen dari awal pembentukan organisasi, sehingga setiap pihak anggota yang
memegang komitmennya, tentu akan terjalin keja sama yang baik untuk mencapai tujuan
bersama.
3. Di dalam lingkungan yang paham akan kewajibannya akan tercipta kepercayaan antara
anggota satu dengan anggota yang lainnya. Dengan demikian, keadaan ini meminimalisir
adanya miss communication di dalam organisasi.
4. Terlibatnya instansi maupun ASN dalam kegiatan kemanusiaan seperti pemberian
bantuan korban bencana alam.
5. Pelatihan pengembangan diri yang diberikan kepada seluruh ASN sesuai bidang dan
tugas yang diemban.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Harmonis” pada unit kerja dapat dilihat
dari sikap seorang pemimpin. Pemimpin tentu menginginkan kesuksesan terhadap apa yang
dilakukannya, namun tidak jarang malah cenderung memaksakan kehendak diri tanpa
memperhatikan sisi kepentingan lain. Sikap otoritas pemeimpin yang demikian membuat
ASN enggan untuk berbagi pengalaman, ilmu dan pengetahun sehingga memuat jalannya
organisasi terhambat dan tidak berkembang.
2.1.5 Loyal
Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa
adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Bagi seorang Pegawai
Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyal,
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku: (1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; (2)
Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta (3) Menjaga rahasia
jabatan dan negara
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: Taat pada peraturan,bekerja dengan
Integritas,tanggung jawab pada organisasi, kemauan untuk bekerja sama,rasa memiliki yang
tinggi.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja antara lain:
1. Kurangnya kesadaran untuk menjalankan tugas dan kewajiban secara pofesional
2. Terlibat dalam politik aktif
3. Melanggar aturan yang belaku dalam unit kerja seperti meninggalkan tempat kerja tidak
pada waktunya
4. Bersikap diskriminatif terhadap perbedaan
5. Tidak menggunakan atribut yang telah di tetapkan dlam peraturan instansi
6. Bekerja untuk kepentingan diri sendiri
7. Tidak melaporkan kepada pimpinan menganai hal hal apa saja yang terjadi pada isntasi
Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja antara lain:
1. Usia dan masa kerja, mepengaruhi loyalitas pegawai, semakin tinggi usia dan masa
kerjanya semakin loyal pula pada isntansi, walaupun pekerjaannya tidak sesuai bidang
ilmu yang ia tekuni sebelumnya tapi tidak menurunkan loyalitasnya sebagai seorang
ASN. Hal tersebut disebabkan oleh masa kerjanya yang sudah cukup lama sehingga
dirinya menguasai pekerjaannya di UPTD KPH Pasangkayu
2. Melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan arahan pimpinan dan bidang
tugas/keilmuan yang ditekuni
3. Pengalaman dari setia ASN terhadap isntansi stelah melaksanakan pekerjaan, sehingga
menimbulkan rasa aman, merasakan adanya kepuasan pribadi yang dapatdipenuhi oleh
instasni
4. Bersedia tetap bertahan dalam berkerja ketika krisis,tidak keluar dari pekerjaannya saat
itu,
Mengorbankan tenaga, pikiran dan waktu dalam penyelesaian tugas instansi, meskiun
sadar bahwa gaji yang diperleh tidak sesuai dengan kerja keras yang di jalani selama ini
5. Memiliki inisiatif kreativitas dan kompetensi dalam pekerjaan
6. Terikat secara mosional pada instansi karena banyak sekali ilmu pengalaman yan telah
didapakan selama di instansi selain itu Sikap saling menghormati dan apresiasi terhadap
pimpinan, pegawai, dan tenaga kontrak membuat ASN menjadi semakin loyal pada
instansi
7. Penyaluran pendapat dan saran sangat dihargai dan di catat sebagai bahan perbaikan
instasi
8. Menjadi teladan dalam pegawai lain dalam hal bekerja sesuai aturan, berpakaian yang
rapih menggunakan atribut lengkap, laporan ataupun penugasan dilaksakan tapat waktu.
Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja yaitu
terciptanya suasanya yang kondusif dalam bekerja. Terutama dalam hal pembinaan-
pembinaan yang diberikan oleh pimpinan dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja,
sehingga membuat semua unsur dalam instansi mulai dari pimpinan, pegawai lainnya dan
tenaga kontrak bekerja secara sinergis untuk meningkatkan kualitas instansi dalam
memberika pelayanan nantinya.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja dapat dilihat dari
karakteristik pekerjaan yang meliputi tantangan dalam bekerja, tekanan dalam bekerja,
kesempatan untuk berinteraksi sosial, job enrichment, identifikasi tugas, dan kecocokan
tugas.
2.1.6 Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa
beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah
pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat
penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan akan membawa
konsekuensi adanya perubahan dalam cara pandang, cara berpikir, mentalitas dan tradisi
pelayanan publik yang lebih mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman. Pada level
organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan
beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung
jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu
yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Adapif”, pada unit kerja antara lain:
1. Pada saat pandemi terdapat banyak kegiatan yang bersifat online.namun kerja virtual
tersebut tidak dimbangi dengan target dan ukuran kinerja yang jelas
2. Kondisi demgrafi dan penempatan ASN tidak berdasar ada kompetensi yang dimiliki
3. Profesionalitas ASN terutama di daerah- daerah terhadap banyaknya webinaar pada
masa pandemi, belum optimal untuk medukung visi dan misi yang dirancang oleh
pemerintah pusat
4. Skepsits pada nilai-nilai perubahan yang ditekankan pada perkembangan dan regulasi
yang dijalankan
5. Cenderug berperilaku tertutup, memperhatikan diri sendiri, politis dan birokratis
Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Adapif”, pada unit kerja antara lain:
1. Proses pertukaran informasi yang mudah, bentuk upaya dalam menggali pengetahuan
lbih dalam tidak hanya dengan mengikuti dikla teknisatau short course, seorang ASN
bisa mendapatkan informasi mlaui rekan kerja melalui obrolan santai
2. Cara komunikasi yang lancar dengan menyesuaikan gaya bahasa setiap ASN
menyebabkan perukanran informasi menjadi lebih mudah
3. Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk kesuksesan masa
depan organisasi, di mana semua staf didorong untuk berpikir secara mandiri, saling
memperhatikan, ramah dan saling mendukung, dan bertindak dengan kemanusiaan.
4. saling menghormati, menghargai pandangan dan pendapat satu sama lain, bekerja
dalam tim yang merupakan tempat saling mendukung, di mana segala sesuatu
diperdebatkan tanpa sedikit penghinaan, di mana kritik individu dan kerja tim
disambut, dibahas dan di mana pelajaran dipelajari dan diimplementasikan
Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Adapif” pada unit kerja yaitu adanya
kolaborasi sinergi yang di bangun baik secara vertikal ataupun horizontal pada setiap untusr
di isntansi, selain itu merubah cara keja, kultur dan cara berfikir dapat meningkatkan kualitas
pelayanan prima pada instansi serta meningkatkan potensi diri para ASN. Hal ini dilakukan
guna meningkatkan kreativitas serta inovasi- inivasi ASN yang dapat memberikan manfaat
untuk nstansi kedepannya.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Adapif” pada unit kerja yaitu ketidalk
mampuan ASN menerima perkembangan teknologi informasi sehingga menyebabkan
beberapa ASN mengalami keterlambatan penerimaan informasi dan bidang keahlian.
2.1.7. Kolaboratif
kolaborasi adalah penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama. Istilah
kolaborasi kerap digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Istilah kolaborasi biasanya
digunakan untuk menjelaskan praktik dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama
dan melibatkan proses kerja masing- masing maupun kerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama tersebut.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga; 2) peserta dalam forum
termasuk aktor nonstate; 3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan
bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik; 4) forum secara resmi diatur dan bertemu
secara kolektif; 5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan
jika konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan 6) fokus kolaborasi adalah kebijakan
publik atau manajemen.
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
publik Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi
tanggung jawab dan sumber daya, selain itu terdapat pula Whole-of-Government (WoG)
yaitu sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan bersama dalam bidang pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit kerja antara
lain:
1. masih terdapat beberapa ASN tidak ingin bekerjasama dalam berbagai hal terkait
dengan tujuan instasi
2. kurangnya kepercayaan terhadap pihak lain apabila ingin melakukan kerjasama
3. komunikasi dalam bernegosiasi mash belum maksimal dan tidak menggunakan
bahasa yang baik
4. kurangnya pemahaman terkait tujuan bersama yang ingin di capai
5. tidak adanya kesepakatan terhadap hasil yang akan di capai
Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit kerja antara
lain:
1. Menganggap perubahan sebagai suatu yang perlau dilakukan guna menunjang kinerja
ASN
2. Menghormati setiap hasil tugas yang diberikan ASN, karna instansi mengaggap
individu ASN sebagai aset ang berharga
3. Menghormati setia pendapat yang berbeda
4. Masalah dalam organisasi di bahas secara transparan
5. Setiap individu menyadari kualitas layanan yang di berikan
Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit kerja yaitu
dapat terciptanya kerjasama- kerjasama antar lembaga danisntansi seperti kerjasama informal,
perjanjian bantuan bersama, memberikan dan meneria pelatihan bersama, memberikan dan
menerima bantuan teknis, memberikan dan menerima bantuan hibah.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit kerja yaitu
ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi.
Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
2.2. Kedudukan dan peran ASN
2.2.1 Managemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.
Terdapat beberapa kelemahan dalam sistem manajemen sumber daya aparatur, seperti
yang disinyalir,antara lain:
1) Lebih menonjolkan sisi administratif dari pada sisi manajemen khususnya manajemen
sumber daya manusia modern;
2) Lebih bersifat sentralistis sehingga kurang mengakomodasikan nilai efisiensi dan
efektifitas dalam pencapaian tujuan organisasi dari masing-masing instansi baik di pusat
maupun daerah:
3) Tidak terdapat prinsip check and balance dalam penyelenggaran manajemen kepegawaian
sehingga mendorong terjadinya duplikasi baik di tingkat pusat maupun di daerah yang
akhirnya menghambat prinsip akuntabilitas;
4) Kurang didukung oleh sistem informasi kepegawaian yang memadai sehinga berpengaruh
negatif pada proses pengambilan keputusan dalam manajemen kepegawaian;
5) Tidak mampu mengontrol dan mengaplikasikan prinsip sistem merit secara tegas;
6) Tidak memberi ruang atau dasar hukum bagi pengangkatan pejabat non karier;
7) Tidak mengakomodasikan dengan baik klasifikasi jabatan dan standar kompetensi
sehingga berpengaruh negatif terhadap pencapaian kinerja organisasi dan individu;
8) Keberadaan Komisi Kepegawaian Negara kurang independen dan tidak jelas
kedudukannya. Mengingatkan bahwa ancaman utama yang dihadapi oleh organisasi di
masa depan bukanlah turbulensi (pergolakan/ kekacauan), akan tetapi yang paling
berbahaya adalah jika organisasi dikelola dengan menggunakan logika masa lalu. Oleh
karenanya, disinilah perlunya perubahan, termasuk keinginan untuk berubah dengan
membuat standar kompetensi yang kompetitif dan up to date.
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau untuk
melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti afiliasi politik,
etnis, dan gender. Bagi organisasi sistem merit mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas
yang saat ini menjadi tuntutan dalam sektor publik. Ketika organisasi mengetahui apa tujuan
keberadaannya (visi, misi, dan program yang akan dilakukan) organisasi dapat mengarahkan
SDM-nya untuk dapat mempertanggungjawabkan keberadaannya.
Undang-undang ASN memandang bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah aset
yang harus dikembangkan. Dengan dasar tersebut maka setiap ASN memiliki kesempatan
yang sama untuk meningkatkan kualitas diri masing-masing. Oleh karenanya setiap ASN
dimotivasi untuk memberikan yang terbaik. Sistem merit merupakan salah satu bentuk
motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas dirinya. Peningkatan kualitas ASN ini
akan mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan publik menjadi tanggung jawab
sektor publik. Langkah awal dalam memperbaiki kinerja pelayan publik harus dimulai dari
memperbaiki kinerja ASN secara individual.
Manajemen yang baik bagi ASN adalah kunci untuk memulai perubahan ke arah yang
lebih baik dan diharapkan mampu menciptakan suatu tata kelola pemerintahan yang baik
pula. Melalui merit sistem, ASN akan mendapatkan bentuk rewards dan punishment sebagai
dampak dari produktivitas kerjanya dan diharapkan mampu memenuhi aspek equity
dikalangan ASN.
2.2.2 Smart ASN
Smart ASN merupakan aparatur yang memiliki profilnasionalisme, integritas,
wawasan global, hospitality, networking, penguasaan teknologi informasi, bahasa asing
dan entrepreneurship. Mereka berperan sebagai digital talent dan digital leader yang
mendukung transformasi birokrasi diIndonesia. Smart ASN akan mendorong
birokrasi sejalan dengan semangat revolusi industri 4.0. Semua jenis pelayanan public dapat
diselenggarakan berbasis digital dan terintegrasi sedemikian rupa sehingga pelayanan
public menjadi lebih optimal.