Anda di halaman 1dari 41

REKAYASA IDE ( RI )

KEPEMIMPINAN

DOSEN PENGAMPU

NAMA: Dr. Uyuni Widiastuti, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Erwin Chanda Hutabarat

2201142011

PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunnya REKAYASA IDE ini membahas tentang materi perkuliahan KEPEMIMPINAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta
harapan semoga makalah sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas
semua ini penulis mengucapkan Terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah
-mudahan mendapat amal baik dari Tuhan.

Medan, 27 November 2020

Erwin Chanda Hutabarat


BAB I
Definisi Kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian
tujuan.

CBR
   Buku Utama (buku satu)
     Judul buku                 : Kepemimpinan
Pengarang                 : Dr.Wirawan,MSI,Sp.A,M.M.,M.SI.
     Penerbit                   : PT Rajagrafindo Persada
Tahun terbit               : 2013
Kota Terbit                : -
Tebal Buku                : -
ISBN : 978-979-769-561-3

  Buku Pembanding (buku kedua)


Judul buku                 : Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Pengarang                  : Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A.
Penerbit                     : PT Raja Grafindo Persada
Tahun terbit               : 2003
Kota Terbit                : Jakarta
Tebal Buku                : 481 halaman
ISBN                         : -
ISI BUKU
2.1 Ringkasan Isi Buku

BUKU PERTAMA

(Judul : Kepemimpinan)

A. PENGERTIAN
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin dalam memengaruhi sikap,
perilakudan sebagainya para pengikutnya. Pola perilaku ini adalah dalam pengertian dinamis,
yaitu gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat berubah ubah tergantung pada kuantitas dan
kualitas para pengikut, situasi dan budaya sistem sosialnya.

B. TEORI-TEORI GAYA KEPEMIMPINAN


1. Teoriohio State University
J.K. Hemphil (1949), mendasarkan pada dua dimensi yaitu dimensi perhatian terhadap bawahan
dan dimensi perhatian terhadap tugas, lalu dikombinasikan dalam empat jenis pola perilaku
sebagai berikut :
a. Pemimpin yang perhatiannya terhadap bawahan tinngi sedangkan terhadap tugas rendah.
b. Pemimpin yang perhatiannya terhadap tugas dan terhadap bawahannya rendah.
c. Pemimpin yang perhatiannyaterhadapbawahandanterhadaptugastinggi.
d. Pemimpin yang perhatiannya terhadap tugas tinggi dan terhadap bawahan rendah.

2. Teori University Of Michigan


Studi ini mefokuskan diri pada hubungan antara perilaku pemimpin, proses kelompok
dan pengukuran kinerja kelompok. Rensis Likert mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan itu
merupakan kontinu dari 4 sistem.
Sistem 1 : Otoritatif Eksploitatif, dengan indicator :
 Berorientasi pada pada tugas yang tinggi dan tidak percaya pada pegawai
 Otoriter, pengambilan keputusan hanya oleh manajemen puncak dan para pegawai tidak
diikutsertakan
 Para pegawai dimanajemeni dengan cara menakut-nakuti, hukuman dan sering member
imbalan.

Sistem 2 : Otoritatif Bijak, dengan indicator :

 Kepercayaan pemimpin terhadap bawahan rendah


 Keputusan mengenai tujuan operasional diambil oleh manajemen akan tetapi keputusan
operasional diberikan kepad level manajemen bawah yang ditunjuk
 Digunakannya imbalan dan hukuman potensial untuk memotivasi pegawai
 Interaksi dalam situasi manajemen merendahkan pegawai

System 3 : Konsultatif, dengan indicator ;

 Kepercayaan terhadap pegawai besar walaupun belum sepenuhnya


 Kebijakan umum dan keputusan dasar ditentukan oleh manajemen akan tetapi pegawai diberi
kekuasaan membuat keputusan khusus mengenai operasional pekerjaan
 Komunikasi dua arah
 Memotivasi dengan memberi imbalan, terkadang hukuman dan mengikutsertakan pegawai
dalam kegiatan
 Proses pengontrolan pekerjaan diberikan ke level manajemen bawah

System 4 : Partisipatif Demoktratif, dengan ciri :

 Manajemen mempunyai kepercayaan sepenuhnya kepada pegawai


 Pembuatan keputusan didistribusikan sepenuhnya kepada seluruh level organisasi

 Komunikasi dua arah secara vertical dan horizontal


 Para pegawai dimotivasi dengan partisipasi dan ikut serta dalam menentukan imbalan
ekonomi, menentukan tujuan, memperbaiki metode, dan menilai pencapaian tujuan
 Hubungan antara manajemen dengan pegawai sangat erat dan saling percaya
 Tanggung jawab pengontrolan diserahkan kepada unit paling rendah.

3. Teori Manajerial Grid

Teori kepemimpinan grid disusun berdasrkan asumsi bahwa kepemimpina seorang


pemimpin di tentukan oleh dua dimensi, yaitu concern for people atau memerhatikan orang dan
concern for result atau memerhatikan hasil.
1) Memerhatikan orang, yaitu seberapa tinggi pemimpin memerhatikan dan membantu
bawahannya dalam menyelesaikan pekerjaan
2) Memerhatikan hasil, yaitu seberapa tinggi pemimpin memerhatikan pencapaian produksi atau
hasil
Pola manajemen :
a) Gaya Manjemen 1,9: Country Club Management ( Manajemen Klub Pedesaan)
Gaya kepemimpinan ini menekankan pada pemimpin yang menunjukkan perhatian besar
terhadap pegawai, namun perhatian pemimpin tehadap produksi rendah.
b) Gaya Manjemen 9+9 Paternalistic Management ( Manajemen Paternalistic)
Gaya kepemimpinan ini memberikan imbalan kepada orang yang loyal saja dan kepada orang
yang tidak loyal tidak diberikan imbalan, pemimpin juga member pujian dan kritikan pada waktu
yang bersamaan, dan pemimpin berperilaku seperti orangtua.
c) Gaya Manajemen 1,1 Improperished Management ( Manjemen Memelaratkan )
Memelaratkan karena perhatian manajemen terhadap orang dan produksi rendah.Orang hanya
mengerjakan pekerjaan sekedar untuk memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan agar
organisasi terus hidup dan pegawai tetap menjadi anggota organisasi.Akan tetapi dalam keadaan
persaingan yang ketat, organisasi tidak kompetitf dan dapat mati
d) Gaya Manajemen 5,5 Middle Of The Road Management (Manajemen di Tengah Jalan )
Dalam gaya manjemen ini setiap individu harus barupaya mencapai kemajuan yang reasonable
atau layak dengan mematuhi peraturan dan mempertahankan statussebagai anggota organisasi.
Gaya manajemen ini beroperasi berdasarkan aturan give and take yaitu memberi sedikit untuk
mendapatkan yang sedikit.
e) Opportunistic Management ( Gaya Manajemen Oppotunistik )
Dalam manajemen ini, manajemen menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi untuk
memperoleh keuntungan maksimum. Pemimpin akan menggunakan gaya manajemen apa saja
untuk mencapai tujuannya. Jenis ekstrim dari gaya manajemen opportunis adalah
menyembunyikan sesuatu dengan topeng.
f) Gaya Manajemen 9,9. Team Management (Manajemen Tim)
Gaya manajemen tin ini berupaya mengembangkan produksi semaksimal munkgkin melalui
suatu tim orang yang melibatkan diri saling tergantung melalui tujuan bersama. Para anggota tim
saling percaya, saling membantu dan saling menghormati satu sama lain. Dengan menggunakan
gaya manajemen ini, produktivitas dapat dicapai secara maksimal dan kepuasan anggota
organisasi juga maksimal.
g) Gaya Manjemen 9,1. Authority-Compliance Management (Manajemen Kepatuhan Pada
Otoritas)
Gaya manajemen 9,1 mempunyai karakteristik perhatian terhadap produksi tinggi dan perhatian
terhadap kebutuhan orang rendah. Terjadi kontradiksi antara kebutuhan organisasi dengan
kebutuhan para anggota organisasi. Pekerjaan diatur sedemikian rupa sehingga menghilangkan
kebutuhan anggota organisasi untuk berpiki, dan para anggota organisasi diperintahkan agar hasil
dicapai tanpa membuang waktu untuk menyelesaikan konflik.

1. Teori Kepemimpinan Kontijensi


Teori dimana kepemimpinan tergantung atau kontinjen pada pengikut yang dipimpinnya dan
situasi lingkungan dimana kepemimpinan terjadi.
a. Teori Kontinum Perilaku Pemimpin
Menurut teori ini perilaku pemimpin ditentukan oleh kontinum empat faktor :
 Perilaku berorientasi tugas (task oriented). Yaitu berapa besar pemimpin memusatkan
perhatiannya pada tugas yang harus diselesaikan dan menhasilkan produksi sesuai target
 Perilaku berorientasi hubungan (relationship oriented). Yaitu berapa besar pemimpin
memerhatiakan hubungannya dengan para pengikutnya
 Jumlah otoritas yang digunakan pemimpin dalam memengaruhi para pengikutnya
 Jumlah kebebasan yang dimiliki para pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
b. Teori Gaya Kepemimpinan Berbagi Kekuasaan
1) Konsep dasar
Asumsi dari teori barbagi kekuasaan adalah :
(1) Kekuasaan merupakan bahan mentah kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses
memengaruhi sedangkan kekuasaan adalah potensi untuk memengaruhi.
(2) Kepemimpinan merupakan interaksi kekuasaan. Kepemimpinan merupakan interaksi
kekuasaan antara pemimpin dan pengikut.
(3) Kebebasan menggunakan kekuasaan. Kebebasan pemimpin dan pengikut untuk menggunakan
kekuasaan berbeda satu sama lain.
(4) Situasi kepemimpinan memengaruhi pola perilaku pemimpin dalam memimpin pengikutnya.

2) klarifikasi Gaya Kepemimpinan.

Berdasarkanketiga asumsi tersebut, wirawan mengemukakan ada 5 pola prilaku


pemimpin –gaya kepemimpinan- dalam memimpin para pengikutnya, yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan Otokratik.


Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin mempunyai kekuasaan mutlak sedangkan para
pengikutnya tidak mempunyai kebebasan untuk menggunakan kekuasaannya.
2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Dalam gaya kepemimpinan paternalistic, pemimpin diaanggap sebagai orangtua dan pengikut
sebagai anak anak yang perlu dibimbing kearah kedewasaan.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gaya yang terletak ditengah tengah dimana
jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk menggunakan kekuasaan pemimpin dan para pengikut
sama besar. Pemimpin dan para pengikutnya harus berpartisipasi secara aktif dalam menyusun
perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya.

4. Gaya Kepemimpinan Demokratik


Dalam gaya kepemimpinan demokratik, jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk
menggunakannya. para pengikut lebih besar daripada pemimpin mereka. Pemimpin tidak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan para pengikutnya.
5. Gaya Kepemimpinan Terima Beres
Gaya kepemimpinan terima beres disebut juga free rein atau laissez faire. Dalam gaya
kepemimpinan ini bukan berarti kepemimpinan tanpa pemimpin, pemimpin tetap ada dan
diperlukan akan tetapi peranannya minimal.
Pemimpin dapat menggunakan satu atau lebih gaya kepemimpinan tergantung pada kualitas
para pengikutnya dan situasi lingkungan kepemimpinan ketika proses kepemimpinan terjadi.
Setiap gaya kepemimpinan mempunyai keunggulan dan kelemahan seperti dikemukakan dalam
tabel berikut.
Gaya Keunggulan Kelemahan
Kepemimpina
n
Otokratik 1. Cocok dipergunakan untuk para 1. Jika pemimpin tidak bijak, dapat
pengikut berkualitas rendah, malas, melanggar hak asasi para pengikut
biang kerok, tak mau melaksanakan 2. Berakibat kepuasan kerja para
perintah. pengikut rendah.
2. Untuk situasi darurat, situasi 3. Meninimbulkan stress kerja para
tidak stabil, konflik deskruktif, dan pengikut.
memerlukan pembuatan keputusan 4. Pengikut dapat menjadi pasif dan
cepat. masa bodoh
3. Jika dipergunakan dengan 5. Tidak ada upaya para pemimpin
kompensasi dan lingkungan kerja untuk memberdayakan para
baik dapat meningkatkan kinerja pengikut.
para pengikut. 6. Jika dipergunakan secara tidak
terukur dapat menurunkan kinerja
para pengikut.

Paternalistic 1. Cocok untuk organisasi dengan 1.Jika pemimpin terlalu dominan


hubungan kerja menor dan protégé: dapat menimbulkan rendahnya
lembaga pendidikan, pesantren, kreatifitas dan inovasi para pengikut
organisasi teknologi tinggi. 2. Pemimpin menganggap para
2. Dalam system sosial yang pengikut sebagai anak anak yang
menggunakan kepemimpinan harus selalu dibimbing dan diberi
karismatik dan kekkuasaan petunjuk
keahlian.

Partisipatif 1. Cocok untuk organisasi dimana 1. tidak cocok jika para pengikut
pemimpinnya berkualitas rendah dan pasif
berupayamemberdayakan para 2. tidak cocok dalam situasi drurat
pengikutnya. dan kritis.
2. Menciptakan tim kerja pemimpin 3. memerlukan pengertian dan
dan para pengikut yang kohesif. kesabaran pemimpin.
3. Menghasilkan kepuasan kerja 4. pembuatan keputusan dapat
tinggi para pengikutnya. lambat.
Demokratik 1. 1. Cocok untuk situasi normal 1. memerlukan kualitas pengikut
2. Menciptakan tim kerja tinggi tinggi
3. Menghasilkan kepuasan kerja 2. jika pengikut tidak berkualitas
para pengikut tinggi dapat menimbulkan anarkis
4. Jika para pengikut berkualitas, 3. memerlukan peraturan yang
menghasilkan kinerja tinggi mengatur tentang hak dan
kewajiban pemimpin dan pengikut
serta bagaimana berinteraksi satu
sama lain
Pemimmpin 1. Cocok untuk para pengikut 1.Tidak cocock untuk para pengikut
terima beres dengan kemampuan tinggi dengan kemampuan dan
2. Memberdayakan pengkut kematangan kerja rendah
3. Meningkatkan motivasi dan 2. jika pemimpin lemah, rentan
kepuasan kerja akan terjadi penyalahgunaan oleh
4. Meningkatkan kreatifitas dan para pengikut
inovasi pengikutt

c. leadership match concept


1. konsep Dasar
Contingency model of leadership effeivenes teori model kontingensi efektivitas
pemimpin) dikembangkan oleh Fred E. Fiedler (1967). Teori ini menyatakan bahwa kesuksesan
seorang pemimpin tergantung pada dua factor sebagai berikut.
1. Cara tipikal pemimpin berinteraksi dengan anggota kelompok yang dipimpinnya- misalnya
gaya kepemimpinan
2. Control situasi, yaitu tinggi rendahnya pemimpin mempunyai control atas situasi misalnya
mengontrol kelompok, tugas dan hasilnya
2. Gaya kepemimpinan
menurut Fred E. Fiedler dan Martin M. Chemers (1984) gaya kepemimpinan adalah
tinggi rendahnya hubungan antara seseorang dengan teman sekerjanya dengan siapa ia paling
tidak ingin bekerja atau least Prefefered Coworker (LPC). LPC dapat dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
1. Pemimpin termotivasi hubungan
2. Pemimpin sosiodependen
3. Pemimpin termotivasi tugas
3. Situasi kepemimpinan
Dasar untuk menklasifikasi situasi kepemimpinan adalah sampai seberapa tinggi situasi
menyediakan pemimpin pengaruh.
Ada tiga komponen yang menentukan control dan pengaruh dalam suatu situasi:
1. Hubungan antara pemimpin dan pengikut
Yaitu sampai seberapa besar pengikut atau anggota kelompok mendukung dan loyal kepada
pemimpin
2. Struktur tugas
Yaitu sampai seberapa rinci tugas menyatakan tujuan, prosedur dan pedoman khusus untuk
melaksanakan tugas
3. Kekuasaan posisional
Yaitu sampai seberapa besar posisi atau jabatan memberikan otoritas atau wewenang kepada
pemimpin
4. Mencocokkan gaya kepemimpinan dengan situasi kepemimpinan

Dalam kepemimpinan yang efektif, pemimpin harus mencocokkannya dengan situasi control
kepemimpinan yang dihadapinya.
1. Pemimpin yang termotivasi dengan tugas atau skor LPC rendah akan efektif di situasi
kepemimpinn yang tinggi atau rendah
2. Pemimpin yang termotivasi hubungan antara pemimpin dengan pengikut atau skor LPC
tinggi, kepemimpinannya efektif jika berada pada control situasi sedang
D. Teori kepemimpinan situasional
Teori kepemimpinan situasional mulai dikembangkan tahun 1970an oleh Paul Hersey dan
Kenneth H. Blanchard di centre for leadership studies. Sampai tahun 1982 kedua teoritisi
tersebut bekerja bersama sama untuk mengembangkan teori tersebut.
1. Konsep dasar
Teori kepemimpinan situasional berdasarkan asumsi atau pola piker sebagai berikut.
1) Tak ada satu cara terbaik untuk memengaruhi orang
2) Perilaku kepemimpinan yang efektif ditentukan oleh tiga factor yaitu:
a. Perilaku tugas
b. Perilaku hubungan
c. Kesiapan para pengikut
2. taksonomi gaya kepemimpinan
Perilaku tugas dan perilaku hubungan merupakan dimensi yang terpisah dan dapat
diletakkan pada as yang berbeda. Perilaku hubungan terletak pada as vertical sedangkan perilaku
tugas terletak pada as horizontal.
3. kesiapan pengikut
Menurut Hersey, Blandchard, dan Johnson kesiapan pengikut adalah sampai seberapa
besar pengikut menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk mencapai suatu tugas khusus.
Kesiapan pengikut terdiri dari dua komponen yaitu:
1. Kemampuan pengikut yaitu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dibawa oleh
individu atau kelompok pengikut untuk melaksanakan tugas atau aktivitas tertentu
2. Kemauan pengikut yaitu sampai seberapa besar individu atau kelompok pengikut mempunyai
kepercayaan diri, komitmen dan motivasi untuk melakukan tugas.

Kesiapan pengikut yaitu:


1. Kesiapan R1- kesiapan rendah-tidak mampu dan tidak mau
2. Kesiapan R2- kesiapan sedang-tidak mampu akan tetapi mau
3. Kesiapan R3- kesiapan sedang-mampu tetapi tidak mau
4. Kesiapan R4- kesiapan tinggi-mampu dan mau
Indicator indicator tersebut sangat penting bagi pemimpin yang harus menganalisis dan
memahami situasi atau kematangan para pengikutnya.

4. Memilih gaya kepemimpinan yang tepat


Agar kepemimpinan efektif, gaya kepemimpinan harus cocok dengan kesiapan para
pengikutnya. Dengan kata lain pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan
para pengikut yang dipimpinnya.
a. gaya kepemimpinan S1 (style 1) memberi tahu (telling)
b. gaya kepemimpinan S2 (style 2) menjual (selling)
c. gaya kepemimpinan S3 (style 3) partisipasi (participacing)
d. gaya kepemimpinan S4 (style 4) mendelegasikan (delegating)

5. teknik melakukan perilaku pemimpin


Untuk menentukan gaya kepemimpinan yang dipakai pemimpin dalam situasi tertentu
perlu diambilsejumlah keputusan dengan menjawab sejumlah pertanyaan dibawah ini.
a. objektif apa yang ingin dicapai?
b. apa kesiapan pengikut?
c. tindakan kepemimpinan apa yang harus diambil
d. apakah hasil intervensi kepemimpinan yang diharapkan?
e. tindak lanjut apa saja, jika ada, yang diperlukan?

6. kefektivitas pemimpin
Menurut Hersey, Blandchard, dan Johnson (1996) mengemukakanjuga hubungan
kepemimpinan situasional dengan sejumlah aspek kepemimpinan seperti efektivitas
kepemimpinan, kekuasaan, dan komunikasi.

7. penerapan teori kepemimpinan situasional


Teori kepemimpinan situasional yang mula mula dikembangkan oleh Paul Hersey dan
Kenneth Blanchard tahun 1970an dan kemudian dikembangkan lagi bersama Dewey E. Johnson
tahun 1996, sampai decade pertama abad ke-21 masih dipakai secara meuas diseluruh dunia.
Pertama, teori ini dipergunakan untuk pengembangan sumber daya manusia, umumnya dan
kepemimpinan diberbagai organisasi bisnis, pemerintah dan militer. Kedua, teori ini banyak
dipergunakan untuk penelitian

Gaya Kepemimpinan Atasan

1. Gaya kepemimpinan
Tidak memacu kinerja dan maintenace anggotanya sehingga menghasilkan kinerja dan
solidaritas kerja sama yang rendah
2. Gaya kepemimpinan Pm
Pemimpin memacu kinerja para anggota tim kerja untuk bekerja keras, akan tetapi kurang
memerhatikan pemeliharaan fisik dan kejiwaan mereka.
3. Gaya kepemimpinan PM
Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memacu kinerja anggota tim setinggi-tingginya dan
dalam waktu bersamaan memelihara solidaritas dan kerja sama para anggota tim.
4. Gaya kepemimpinan pM
Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin kurang memerhatikan kinerja anggota timnya.

Hubungan di antara gaya kepemimpinan, kepuasan komunikasi Para Pegawai dan


Elektivitas kepemimpinan

1. Jenis Kepemimpinan PM
Sebagai perusahaan milik pemerintah,perusahaan ini beroperasi di bawah pendekatan
kepemimpinan yang lebih kaku dengan tekanan lebih kecil terhadap pemeliharaan. Akan tetapi
kepemimpinan tersebut masih mempertahankan pemeliharaan yang memuaskan dengan
manajemen pada budaya bisnisnya. Pada periodetransisional ini seharusnya organisasi kerjasama
memelihara talenta-talenta manajemen terbaik dan menciptakan suatu iklim komunikasi yang
baik supaya mendorong efektivitas kepemimpinan dan mencapai tujuan transisionalnya.

2. Kepuasan Komunikasi Para Karyawan yang Tidak mencukupi


Dalam hal ini disarankan bahwa para atasan dan pegawai bekerja bersama-sama untuk
meningkatkan kepuasan komunikasi para pegawai.
Kesimpulan
Sukses atau tidaknya sebuah perusahaan tergantung pada efektivitas kepemimpinan dari atasan
di bawah pengaruh gaya komunikasi kepemimpinan mereka. Dari analisis jalur bahwa kepuasan
komunikasi para pegawai betul memengaruhi efektivitas kepemimpinan.

e. Teori Kepemimpinan Pembuatan Keputusan Normatif


1. Konsep dasar
Sebagian besar perhatian, pikiran, dan waktu pemimpin dipergunakan untuk proses pembuatan
keputusan. Makin tinggi posisi pemimpin dalam posisi kepemimpinan organisasi, pengambilan
keputusan makin menjadi tugas utamanya. Seorang ahli yang bernama victor Harold Vroom dan
Philip W. Yeton mengemukakan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pembuatan keputusan
pemimpin.

1. Model normatif dibangun dengan cara sedemikian rupa sehingga berpotensi bernilai bagi para
manajer atau para pemimpin dalam menentukan metode kepemimpinan yang harus dipakai
dalam segala situasi dari berbagai situasi yang mereka temui dalam melaksanakan peran
formal mereka.
2. Tak satupun metode kepemimpinan dapat diterapkan untuk semua situasi, fungsi daripada
model normatif harus menyediakan suatu kerangka untuk menganalisis persyaratan
situasional yang dapat diterjemahkan menjadi preskripsi-preskripsi gaya kepemimpinan.
3. Unit analisis yang tepat untuk menganalisis situasi adalah problem khusus untuk diselesaikan
untuk konteks dimana problem muncul.
4. Metode kepemimpinan yang dipakai untuk merespons suatu situasi tidak harus menghambat
keleluasaan gaya kepemimpinan dalam situasi lainnya.

f. Teori Kepemimpinan Primal


1. Konsep dasar
Teori kepemimpinan primal dikemukakan oleh Daniel G. R. Boyazin dan annie Mckee
(2002) dalam buku mereka berjudul Primal Leadership: Realizing the Power of Emotional
intelligence (2002) dan buku mereka berjudul Transforming the Art of Leadership into Science
of Result (2002). Menurut ketiga teorisi Kepemimpina Primal tersebut mengatakan bahwa
Pemimpin besar bekerja melalui emosi. Pemimpin orisinil mendapatkan tempat sebab
kepemimpinan mereka secara emosional meyakinkan.

Istilah primal berasal dari Bahasa Latin Primalis, primus yang artinya pertama, mula-
mula.Istilah primal dalam istilah kepemimpinan primal artinya pertama (first), orisinil (original),
dan paling penting (the most important).“ the emotional task of the leaders is primal-that is,
first-in two sense. It is both the original and the most important act of leadership” (Goleman,
Boyatzis dan McKee, 2002).
Menurut Teori Kepemimpinan Primal, tugas utama dari seorang pemimpin adalah
mempersiapkan perasaan dan emosi yang baik bagi para pengikutnya. Untuk itu pemimpin
menciptakan gema (resonance)-reservioir positivitas yang membebaskan semua baik yang ada
setiap orang.Dengan demikian, pekerjaan utama kepemimpinan adalah pekerjaan

emosional. Dalam kaitan ini kecerdasan emosional-intelegensia mengenai emosi-menentukan


kesuksesan kepemimpinan

2. Kepemimpinan dan Desain Otak

Model Kepemimpinan Primal ada hubungannya dengan neurology atau ilmu syaraf.
Penelitian mengenai otak menunjukkan bahwa suasana hati dan tindakan pemimpin mempunyai
pengaruh sangat besar kepada para pengikutnya. Sistem syaraf yang bertanggung jawab
mengenai intelektual dan mengenai emosi terpisah, akan tetappi keduanya memiliki koneksi
yang menekun keduanya.
Sirkuit otak yang menenun pikiran dan perasaan menyediakan dasar syaraf dari
kepemimpinan primal. Walaupun budaya manusiamenempatkan nilai-nilai besar terhadap
ketiadaan emosi, emosi orang lebih kuat daripada intelektualnya. Dalam keadaan darurat, otak
limbik –pusat emosi seseorang-mengkomando keseluruhan otaknya.

3. Jenis Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan


1) Kelompok Gaya kepemimpinan Resonan
Resonans tercipta secara alami jika pemimpin mempnyai kecerdasan emosional. Dibawah
bimbingan KE, para pengikutnya merasakan suatu level kenyamanan bersama.
2) Kelompok Gaya Kepemimpinan Disonans
Pemimpin Disonans adalah Kepemimpinan yang menghasilkan kelompok yang merasa secara
emosional bertentangan.

G. kepemimpinan Toksik
1. Pengertian
Menurut Marcia Lynn Qhicker (1996) kepemimpinan toksik adalah pemimpin yang
disebabkan oleh pemimpin yang idak etis, tidak berintegritas dan kepemimpinan yang
disfungsional.
Menurut Lipman-blomen ada beberapa faktor psikologi yang terjadi dalam
kepemimpinan toksik, yaitu:

1) Tak kompeten
2) Kaku
3) Tanpa pengendalian diri

17
4) Tidak punya perasaan
5) Korup

Sedangkan Zangaro,yager, dan Proulx (2010) mengemukKn karakteristik lainya daari


kepemimpinan toksik antara lain:

1) Berpusat pada diri sendiri


2) Mengeksploitasi
3) Perilaku mengontrol
4) Tidak menghormati oranglain
5) Menekan kreativitas dan inovasi para pegawai
6) Tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi
2. Kepemimpinan Toksik di Indonesia
Ciri dari kepemimpinan toksik di Indonesia adalah pemanfaatan dan penyalahgunaan
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin pemerintahan. Fenomena kepemimpinan toksik yang
nyata terlihat dilembaga-lembaga pemerintah antara lain sebagai berikut.
1) Kapialis birokrat
Sebagian besar para birokrat indonesia memperjualbelikan jabatan dan posisinya untuk
mendapatkan keuntungan finansial bagi dirinya sendiri, kelompok dan golongannya.
2) Korupsi
Satu fenomena yang khas indonesia adalah korupsi yang dilakukan oleh pemimpin unit
organisasi pemerintah dan anak buahnya secara bersama.
3) Pemimpin tidak menyukai bawahannya yang lebih pandai, lebih kreatif, dan inovatif
Di indonesia para pimpinan birokrasi tak menyukai bawahan yang lebih pandai,lebih kreatif dan
lebih inovatif dari mereka.
3. Mengatasi Kepemimpinan Toksik
Untuk meminimalkan dan mencegah kepemimpinan tosik langkah-langkah berikut perlu
dilakukan :
1) Melakukan pelatihan kepemimpinan
Disamping diberikan materi mengenai prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik, para peserta
diberikan fenomena dan perilaku yang dapat menimbulkan kepemimpinan toksik serta akibat
kepemimpinan toksik terhadap anggota organisasi dan organisasi.
2) Pementoran
Dalam hal ini mentor merupakan orang yang mempunyai kualitas kepemimpinan tinggi yang
telah berhasil melaksanakan kepemimpinan dengan baik sesuai dengan nilai-nilai
kepemimpinan organisasi dan mencegah kepemimpinan toksik.
3) Audit internal kepemimpinan
Penelitian mengenai kepemimpinan toksik dilakukan dan hasilnya dibahas dengan para
anggota organisasi dan para manajer dan pemimpin organisasi sebagai balikan.
4) Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasi tidak hanya melakukan perbaikan sistem renumerasi pegawai, tapi juga
menyusun peraturan di setiap unit erja dan mengawasi dengan ketat pelaksanaannya.
5) Undang-undang whistle Blower
Dewasa ini sudah saatnya indonesia memiliki undang-undang Whistle Blower yang
memungkinkan setiap warga negara Indonesia yang mengetahui perilaku kepemimpinan
toksik yang merugikan negara dapat menuntutnya dipengadilan.

BUKU PEMBANDING

(Judul : Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi)

A. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus,
kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik.
Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan strategi yang disukai dan
sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu yang mementingkan pelaksanaan
tugas, yang mementingkan hubungan kerja sama dan mementingkan hasil yang dapat dicapai.
Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi gaya tertentu maka perlu
mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur, yaitu diri pemimpin, bawahan, dan
situasi secara menyeluruh.
Pada tahun 1960-an berkembang teori kepemimpinan yang dinamakan pola manajerial.
Menurut teori ini ada empat dasar teori kepemimpinan:
1. Gaya manajemen tugas, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap produksi tetapi
perhatian rendah terhadap manusia.
2. Gaya manajemen kontriklut, pemimpin memperlihatkan kepemimpinan yang tinggi terhadap
manusia, tetapi perhatiannya rendah terhadap produksi.
3. Gaya manajemen miskin, pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian, baik terhadap
produksi maupun manusia.
4. Gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi
maupun manusia.

B. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa semua
kepemimpinan tergantung kepada keadaan dan situasi. Dalam menerapkan teori kepemimpinan
situasional manajer harus didasarkan terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan
mengindetifikasikan kondisi anggota atau anak buah yang dipimpinnya.

Beberapa model kepemimpinan situasional yaitu sebagai berikut:


1. Model kepemimpinan Kontingensi (oleh Fred E. Fielder)
Teori ini tidak membahas gaya kepemimpinan apa yang paling baik dan gaya apa yang tidak
baik, tetapi teori ini mengemukakan bagaimana tindakan seorang manajer dalam situasi tertentu
perilakunya yang efektif.
2. Model kepemimpinan Situasional (oleh Hersey dan Blanchard)
Konsep ini menjelaskan hubungan antara perilaku kepemimpinan yang efektif dengan tindakan
kematangan anggota kelompok atau pengikutnya.

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku

1. Dinamika Kepemimpinan
Hubungan Manusia dalam kepemimpinan:
 Hubungan manusiawi efektif (positif)
Yaitu adanya komunikasi dan perlakuan yang memuaskan dan menyenangkan.
 Hubungan manusiawi tidak efektif (negatif)
Yaitu adanya komunikasi dan perlakuan yang tidak memuaskan dan tidak menyenangkan.

2. Fungsi dan tipe kepemimpinan:


 Fungsi yang berhubungan dengan tugas (tipe otokratis, militeristis).
 Fungsi sebagai pemeliharaan kelompok (tipe demokratis atau karismatis).
3. Keterbatasan kepemimpinan
 Keterbatasan mausiawi (normative/spiritual, fisik/jasmaniah, psikis/rohani).
 Keterbatasan administrative (misi organisasi dan posisi).

4. Gaya dasar kepemimpinan


(Berdasarkan teori kepemimpinan pola manajerial tahun 1960)
 gaya manajemen tugas (focus pada produksi)
 gaya manajemen country club (focus pada manusia)
 gaya manajemen miskin (tidak terlalu memperhatikan produksi dan
manusia)
 gaya manajemen tim (adanya perhatian yang tinggi pada manusia dan
produksi)

5. kepemimpinan situasional
1) kepemimpinan kontingensi
Bagaimana seorang manajer dalam situasi tertentu kepemimpinannya efektif. Adapun situasi
dimaksud menyangkut:
 hubungan pemimpin dengan kelompok
 derajat struktur tugas kelompok
 posisi kewenangan formal pemimpin
2) kepemimpinan situasional
Dasar kepemimpinan situasional: kadar/bimbingan arahan pimpinan, kadar
dukungan, kadar dukungan sosio emosional, dan kematangan anggota.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku

Kelebihan Buku Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

1. cara penulisan buku menarik untuk dibaca


2. buku ini banyak penjelasan dari para ahli tentang KEPEMIMPINAN dan motivasional

kepemimpinan, terdapat juga gaya kepemimpinan.

3. Dari aspek tata Bahasa, buku ini mudah dimengerti.

4. menjelaskan tentang berbagai organisasi yang memiliki pemimpin yang akurat

5. juga menjelaskan tentang cara atau strategi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik

Kelemahan Buku Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

1. Buku ini terlalu mendalami tentang perilaku seseorang bahwa ini akan mengungkit pada
orang yang memiliki perilaku yang sama seperti yang dijelaskan.

2. Begitu banyak organisasi budaya tapi sayangnya tidak ada yang peduli tentang itu bahkan
tidak ada yang merespon.

Kelebihan Buku Kepemimpinan

1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview itu sangat menarik. Dengan
warna putih yang mencolok dipadukan warna lainnya membuat orang ingin membacanya.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font sudah baik. Layout
dan tata letak, tata tulis sudah rapi. Size font yang mudah dibaca langsung dengan mata
3. Dari aspek isi buku, buku tersebut banyak sekali menjabarkan apa itu kepemimpinan, apa saja
gaya gaya kepemimpinan, faktor kesuksesan pemimpin, dll. Buku ini lebih mengarah
bagaimana menjadi seorang pemimpin.
4. Dari aspek tata Bahasa, buku tersebut dapat dipahami dengan baik.

Kelemahan Buku Kepemimpinan

1. Berdasarkan keseluruhan buku, buku ini sudah mendekati sempurna. tidak banyak
kekurangan-kekurangan yang ada, diantara kekurangan dalam buku ini adalah bukunya terlalu
lebar dan besar hingga tidak simpel untuk dibawa kemana-mana.
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau
diarahkan untuk memcapai suatu tujuan. Dimana cara seorang pemimpin itu juga merupakan hal
yang perlu untuk mempengaruhi orang lain. Untuk menjadi seorang pemimpin itu dia harus bisa
memimpin dari lingkungan yang kecil yaitu dirinya sendiri, keluarga, perusahaan hingga di
linkungan yang besar yaitu Negara. Pemimpin yang baik dalam kepemimpinannya mampu
membuat organisasi menjadi lebih maju dan baik dalam proses mencapai suatu tujuan. Oleh
sebab itu menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang berat dan penuh tanggung jawab,
tetapi akan mudah bila kita menerapkan sifat sifat dan gaya gaya kepemimpinan yang baik.

4.2 Rekomendasi

Diharapkan setelah membaca critical book report ini pembaca lebih mengerti tentang menjadi
seorang pemimpin yang baik dan apa saja yang terkandung didalamnya sehingga kita dapat
memehami tentang teori sikap, perilaku dan gaya menjadi seorang pemimpin yang baik dan
betanggung jawab
CJR
A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama
Judul Jurnal : Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan
Penulis : Byrab Johannws Tampi
Kota Terbit : Manado
Pernerbit :–
Tahunterbit : 2014
ISSN :–
Jumlah Halaman : 20

2. Jurnal Pembanding
Judul Jurnal : Gaya Kepemimpinan Perempuan
Penulis : Nina Zulida Situmorang
Kota Terbit : Depok
Pernerbit :–
Tahunterbit : 2011
ISSN : 1858-2559
Jumlah Halaman : 7
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan kekuatan yang sangat penting dibalik kekuasaan berbagai
organisasi dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka ruang lingkup kerja
mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian memobilisasi organisasi itu untuk berubah
kearah visi baru tersebut (Werren Bennis & Burt Nanus,2006:2). Tidak dapat dipungkiri
bahwa kesuksesan sebuah organisasisangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan.

Memang benar bahwa seorang pimpinan baik secara individual maupun sebagai
kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian akan tetapi membutuhkan sekelompok
orang lain yang dikenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para
bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsinya kepada organisasi, terutama dalam
cara bekerja efektif, efisien, ekonomisdan produktif.

Pemimpin berdasarkan konsep teoritis, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pencapaian tujuan suatu organisasi, karena kepemimpinan inti dari pada manajemen yang
merupakan penggerak bagi sumber daya dan fungsi manajemen serta alat lainnya. Untuk
menggerakkan sumber daya terutama sumber daya manusia atau pegawai diperlukan kualitas
kepemimpinan seseorang. Salah satu faktor untuk menilai berkualitas tidaknya seorang
pemimpin termasuk pendapat Werren Bennis & Burt Nanus(2006:3), mengatakan bahwa
berperan kepemimpinan dapat dilihat dari aspek peran sebagai penentu arah, agen perubahan,
juru bicara dan pelatih.

Ketiga aspek tersebut dapat dilaksanakan jika seorangpemimpin memiliki kemampuan


untuk menerapkan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi para pengikutnya untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara efektif. Werren Bennis & Burt Nanus
(2006:4) mengatakan bahwa sudah 850 definisi yang diberikan oleh banyak ahli selama 75
tahun terakhir, namun tidak ada pemahaman yang jelas dan tegas tentang apa yang
membedakan pemimpin dan bukan pemimpin, akan tetapi menurut Bennis yang lebih penting
adalah pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif dan organisasi efektif dan
organisasi yang tidak efektif.
B. Deskripsi Isi
Konsep Kepemimpinan

Berbicara tentang kepemimpinan berarti kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah
manusia, karena memang yang menjalankan kepemimpinan adalah manusia itu sendiri.
Memiliki pemikiran realistis dalam menghadapi berbagai proses aktivitas demi pencapaian
tujuan organisasi. Jadi unit analisisnya adalah manusia/individu. Oleh karena itu
kepemimpinan tidak akan ada tanpa pemimpin dan yang dipimpin, keduanya ini adalah
manusia yang memiliki potensi mengarahkan manusia dengan meningkatkan motivasi kerja
sumber daya pegawai di dalam mencapai tujuan organisasi. Tak dapat dipungkiri bahwa
kesuksesan organisasi tergantung pada kepemimpinan.

Muladi Adi Sujatno (2008:9) mengungkapkan pendapat Dale Cannagie dalam bukunya
“The Leader in You” mengatakan bahwa: ada jiwa kepemimpinan di dalam diri manusia dan
diperkuat oleh Warren Bennis (2006) dalam buku Muladi Adi Sujatno (2008:9) yang
mengatakan bahwa : “seorang pemimpin berbeda dengan orang kebanyakan.” Ia mmemiliki
kelebihan yang orang lain tidak memilikinya. Hal tersebut senada dengan pendapat Sri Sultan
ungguhnya memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Kekuatan terdahsyat
pemimpinadalah suri teladan (uswatun hasanah) dan kejujuran (siddiq)

Kedua pendapat tersebut, membuktikan bahwa keberadaan pemimpin dalam


melaksanakan kepemimpinan sangat penting, karena dalam Al-Quran dan al-Kitab dituliskan
bahwa pada dasarnya manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk memimpin dunia,
memimpin alam semesta, dan memimpin jagat raya ini. Sejak kelahirannya, fitrah manusia
diciptakan sebagai pemimpin khalifatullah di dunia.

Perlu disadari bahwa sumberdaya manusia merupakan suatu potensi kesuksesan untuk
mengimbangi perubahan dan kemajuan dalam sebuah organisasi dan berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pimpinan dan efektivitas organisasi. Keseluruhan tugas hanya akan
bermanfaat dan berhasil baik, apabila diusahakan oleh kerjasama antara pimpinan dan yang
dipimpin. Dengan adanya kerjasama diharapkan seorang pemimpin mempunyai kemampuan
kerja yang serbaguna, berhasil guna dan dapat bekerja sesuai kebutuhan serta tuntutan
organisasi dimana ia bekerja. Di dalam kepemimpinan ada pemimpin, dipimpin dan situasi,
sebagaimana yang dinyatkan oleh Yukl ( 2001:13) membahas tentang kepemimpinan ada
tiga domain yang saling berhubungan yaitu pemimpin, dipimpin dan Situasi.

PEMBAHASAN/ANALISIS
A. Pembahasan Isi Jurnal
I. Jurnal Utama

GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya  kepemimpinan  adalah  pola  tingkah  laku  yang  dirancang  sedemikian  rupa
untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki bawahannya
sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan. Seorang  pemimpin 
harus  menerapkan  gaya  kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang
pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya
(Waridin  danBambang  Guritno,  2005). 

Menurut Tjipto (2006:161) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari
seorang pemimpin yang dirasakan orang lain (Hersey, 2004:29).

Terdapat lima gaya kepemimpinan menurut Siagian (2002), yaitu:

1) Tipe pemimpin yang otokratik


a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c. Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
e. Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
f. Dalam tindaknya  penggeraknya  sering  mempergunakan  approach  yang
mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
1. Tipe pemimpin yang militeristik
a. Perlu  diperhatikan  terlebih  dahulu  bahwa  yang  dimaksud  seorang  pemimpin 
tipemiliteristik  berbeda  dengan  seorang  pemimpin  modern.  Seorang  pemimpin 
yangbertipemiliteristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
b. Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan
c. Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan jabatan
d. Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
e. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya

2. Tipe pemimpin yang paternalistik


a. Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif
e. Jarang memberikan  kesempatan  kepada  bawahan  untuk  mengembangkan  daya
kreasi dan fantasi
f. Sering bersikap mau tahu

3. Tipe pemimpin yang kharismatik

Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian sangat
diperlukan, akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang positif.

4. Tipe pemimpin yang demokratik

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin


yangdemokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena:

a. Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan


b. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama tim dalam usaha mencapai tujuan
c. Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya
d. Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

Sedangkan Robinss (2006) mengidentifikasi tiga jenis gaya kepemimpinan


1. Gaya kepemimpinan kharismatik

Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika
mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karateristik
pokok pemimpin kharismatik:

a. Visi dan artikulasi. memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap masa
depan lebih baik dari pada status quo, dan mampu mengklarifikasi pentingnya visi
yang dapat dipahami orang lain.
b. Riskio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risikopersonal tinggi,
menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
c. Peka terhadap linkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala lingkungan
dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif (sangat
pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsive terhadap kebutuhan dan
perasaan mereka.

2. Gaya kepemimpinan transaksional

Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para


pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan
tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan
tanpa danya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat
karakteristik pemimpin transaksional:

a. Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang dilakukan


menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian.
b. Manajemen berdasarkan pengecualian (aktif): melihat dan mencari penyimpangan
dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.
c. Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika standar tidak
dipenuhi.
d. Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan keputusan.
3. Gaya kepemimpinan transformasional

Pemimpin  transformasional  mencurahkan  perhatian  pada  hal-hal  dan  kebutuhan


pengembangan  masing-masing pengikut. Pemimpin transformasional mengubah kesadaran
para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah
lama dengan cara-cara baru, dan merela mampu menggairahkan, membangkitkan, dan
mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran
kelompok. Ada empat karakteristik pemimpin tranformasional:

a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih
penghormatan dan kepercayaan.
b. Inspirasi: mengkomunikasikan  harapan  tinggi,  menggunakan symbol  untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana.
c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah
secara hati-hati.
d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara
pribadi, melatih dan menasehati.
e. Gaya kepemimpinan visioner : Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi
yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depam organisasi yang tengah
tumbuh dan membaik. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat,
mempunyai kekuatan besar yang bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke
masa depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya umtuk
mewujudkannya.

MOTIVASI KERJA

Dalam  kehidupan  berorganisasi,  pemberian  dorongan  sebagai  bentuk  motivasikerja


kepada bawahan penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan. MenurutMalayu
(2005: 143), motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan. Motivasi merupakan factor yang kehadirannya dapat menghadirkan kepuasan kerja
dan meningkatkan kinerja karyawan (Umar,1999). Kemudian Siagian (2002) mengatakan
bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan kehidupan berkarya dalam
organisasi, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para pemimpin yang
setiap hari berkontak langsung dengan bawahan ditempat kerja.

Motivasi  sendiri  adalah  reaksi  yang  timbul  dari  dalam  diri  seseorang 
sebagaidorongan  karena  adanya  rangsangan  dari  luar  yang  mempengaruhi  untuk 
memenuhitujuan tertentu (Suranta,2002). Berdasarkan pengertian  tentang motivasi diatas, 
disimpulkan bahwa  motivasi  kerja adalah dorongan  atau semangat  yang timbul dalam diri
seseorang  atau karyawan untukmelakukan sesuatu  atau bekerja,  karena adanya rangsangan
dari luar baik  itu dari  atasanserta adanya dasar untuk memenuhi kebutuhan dan rasa puas,
serta memenuhi tanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan dan dilakukan dalam
organisasi.

Teori-teori Motivasi

1. Teori Abraham Maslow

Teori  motivasi Abraham maslow (Robins,  2006) mengatakan bahwa di dalam dirisemua
manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan, yaitu sebagai berikut:

a. Fisiologis: antara lain rasa  lapar,  haus,  perlindungan (pakaian  dan  perumahan),
seks, dan kebutuhan jasmani lain.
b. Keamanan: antaranya keselamatan dan perlindungan atas kerugian fisik dan
emosional.
c. Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima -baik, dan persahabatan.
d. Penghargaan: mencakup faktor penghormatan  diri  seperti harga  diri, otonomi,  dan
prestasi; serta faktor dari luar misalnya status, pengakuan, dan perhatian.
e. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang atau sesuai ambisinya yang
mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri.

2. Teori David McClelland

Teori McClelland (Robins, 2006) mengatakan 3 poin, yaitu:


a. Kebutuhan akan  prestasi: Dorongan untuk mengungguli berprestasi sehubungan
dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
b. Kebutuhan akan kekuasaan: kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam
suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian.
c. Kebutuhan akan afiliasi: hasrat untuk hubungan antar-pribadi yang ramah dan akrab.

II. Jurnal Pembanding


Tema gaya kepemimpinan perempuan tidak bisa terlepas dengan istilah gender. Untuk
memahami istilah gender perlu di padankan dengan istilah jenis kelamin. Jeneiskelamin
merupakan idntitas yang membedakan antara laki-laki dan perempuan verdasarkan ciri-ciri
biologis. sedangkan gender membedakan perempuan dan laki-laki berdasarkan ciri-ciri social
budaya (konstruksi social).

GENDER DALAM ORGANISASI

Beberapa penelitian melaporkan tidak ada perbedaan gender dengan segala aspek
kepuasan kerja (Fry&Greenfield, 1980; Sause&York, 1978; D. B. Smith & Plant, 1982;
Weaver, 1980 dalam Witt dan Nye, 1992). Sedangkan penelitian lain membukikan adanya
hubungan kepuasan antara kepuasan kerja dengan gender (D’Arcy, Syrotiuk&Siddique,
1984; Forgionne&Peeters, 1982; HulindanSmith, 1965; Shapiro&Stern, 1975). Gender lebih
banyak berhubungan dengan ketidakadilan dalam upah, promosi atau kepuasan kerja yang
menunjukkan hasil yang tidak konsisten diantara penelitian-penelitian tersebut
(Witt&Nye,1992). Secara garis besar penelitian-penelitaindiatas membuktikan tidak adanya
perbedaan gender dalam organisasi apalagi jika dari tahun dilakukannya  penelititan, dimana
penelitian diatas tahun 1990 cenderung membuktikan tidak adanya perbedaan gender dalam
organisasi.

GENDER DENGAN STRES KERJA

Penelitian Narayanan, Menon dan Spektor (1999) membuktikan bahwa perempuan


menunjukan frekuensi stress lebih tinggi dari pria yang disebabkan konflik interpersonal.
Dibidang sales, dalam mengatasi (coping) stress pria cenderung menggunakan metode
problem-focuseddengan cara aksi langsung yakni dengan berbicara dengan supervisor
mereka, dibandikan perempuan yang lebih suka membicarakannya kepada orang lain (missal
keluarga). Namun tingkat pekerjaan atau penidika tinggi (profesor) , pria dan perempuan
lebih sering menggukan metode problem-focused. Dikuatkan dengan penelitian Melin dkk.
(1999) yang menyatakan bahwa reaksi psikologis dan stres secara fisiologi pada pekerja
asembling menunjukkan perbedaaandimana pria menyukai epinephrinetinggi dan tekanan
darah systolic lebih tinggi dari wanita. Alasan ini melatar belakangi pandangan bahwa
perempuan lebih stress dari pria karena konflik interpersonal.

GENDER DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan umumnya mengarah ke gaya kepemimpian tertentu yang terlihat


khas perempuan. Parker ( 1996 ) meneliti dengan mengaitkan masalah gender dengan gaya
kepemimpinandengan 2 aspek kepemimpinan yaitu (1) dalam hal pengambilan keputusan
berorientasi pada pemimpin yang demokratik atau otokratik dan (2) mempengaruhi bawahan,
atasan dan rekan kerja dengan strategi komunikasi.

TIPE-TIPE GAYA KEPEMIMPINAN

Secara umum ada 2 gaya kepemimpinan khas perempuan yakni (1) kepemimpinan
masculine dan feminism dan (2) kepemimpinan transformasional-transaksional.

1. Gaya Kepemimpinan Feminim dan Masculin

Menurut Loden ( 1985 ), gaya kepemimpinan measkulin mempunyai ciri-ciri kompetitif,


otoritas hirarki, control tinggi bagi pemimpin, tidak emosional dan analisis dalam mengatasi
masalah. Sedangkan kepemimpinan feminism mempunyai ciri-ciri peratif, korabolasi,
dengan manajer dan bawahan control rendah bagi pemimpin dan mengatasi masalah
berdasarkan intuisi dan empati.

2. Gaya Kepemimpinan Transformasional-Transaksional

Bass (1985) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional adalah suatu pendekatan


social terhadap kepemimpinan yang melibatkan proses timbal balik antara pimpinan dan
bawahan. Pemimpin mayakinkan pengikut bahwa beberapa keuntungan akan bertambah bila
pengikut bereprilaku seperti yang diharapkan pemimpin. Pemimpin merespon terhadap
kebutuhan dasar bawahan dan kebutuhan kan rasa aman. Pemimpin dan bawahan mengatur
suatu prosespertukaran (transaksi)

Sedangkan kepemimpinan transformasional menjelaskan proses hubungan antara atasan


dan bawahan yang didasari oleh nilai-nilai keyakinan dan asumsi mengenai visi dan misi
organisasi. Pemimpin transformasionaldepat menggerakkan pengaruhnya demi kepentingan
kelompok, organisasi, atau Negara daripada kepentingan selfinterest mereka sendiri. Mereka
berusaha agar dapat mengubah konsep diri bawahan dan meningkatkan bawahan mereka
menjadi orang-orang yang dapat mencapai aktualisasi diri, regulasi diri, dan control diri.

Secara umum penelitian-penelitin menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki


gaya kepemimpinan transformasionaldibandingka pria. Rosener ( dalam parker, 1996) dalam
penelitiannya memperlihatkan bahwa perempuan Anglo-American cenderung lebih bergaya
tranformasional sedangkan para prianya transaksional.

Kesimpulannya, hasil penelitian-penelitian masalah gender, umumnya tidak banyak


memberikan perbedaan gender dalam hal organisasi.namun jika gender di hubungkan dengan
gaya kepemimpinan terlihat adanya gaya khas tertentu perempuan, tapi bukan karena
perbedaan jenis kelaminnya, namun lebih kepada faktor karakteristik/tuntutan pekerjaan.

B. Kelebihan dan Kelemahan Jurnal


I. KELEBIHAN

Pada Jurnal Utama, ide-ide yang dituangkan oleh penulis penting dalam
menambah pengetahuan pembaca tentang kepemimpinan.Tidak ada kesalahan/ error atas
fakta dan interprestasi, karena hasil Penelitian yang terdapat didalam jurnal tersebut
berdasarkan fakta dan interprestasi yang sudah  dilakukan.Bahasa yang digunakan
kebanyakan dari ide si penulis sendiri.
Pada Jurnal Pembanding, judul sudah jelas dengan topic yang dibahas, isi abstrak
yang terdapat didalam jurnal tersebut sudah spesifik dan jelas, terdapat tujuan penelitian,
metode penelitian dan kesimpulan.

II. KEKURANGAN

Pada jurnal Utama, font yang digunakan terlalu kecil untuk sebuah jurnal
sehingga menyulit kan pembaca dan juga di dalam jurnal II terdapat kata/gambar
diagaram yang sulit di mengerti.

Pada jurnal Pembanding, terlalu banyak pendapat dan sehingga mengurangi


kreatifitas penulis untuk menuangkan ide-idenya kedalam jurnal tersebut dan hampir
secara keseluruhan isi dari jurnal adalah pendapat para ahli.
PENUTUP
A. Kesmpulan
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk berperan aktif
dalam melaksanakan peran kepemimpinan, baik peran sebagai penentu arah, agen perubahan,
juru bicara maupun pelatih untuk meningkatkan kinerja atau semangat kerja bagi
pegawai/pengikut pada sebuah organisasi.

Kepemimpinan atau leadership sendiri merupakan salah satu cabang ilmu ilmu sosial
sebab prinsip-prinsip , rumus-rumus, serta dalil-dalil nya bermanfaat dalam meningkatkan
kesejahteraan kehidupan manusia. Seperti layaknya ilmu-ilmu lain. Jadi dari berbagai definisi
yang mengemukakan tentang Kepemimpinan dapat saya simpulkan bahwa Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi dan memotivasi seseorang, pemimpin harus mempunyai sifat
dan perbuatan yang menjadikan dirinya panutan dan yang diikut bagi orang-orang yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi.

B. Saran
Saya mengetahui dalam pembuatan critical jurnal riview ini masih banyak memiliki
kekurangan oleh karena itu saya sangat menantikan saran dan kritk yang membangun dari
pembaca sekalian,agar dalam pembatan tugas yang sama selanjutnya saya dapat lebih baik
lagi,akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih bagi yang sudah membantu saya
dalam penyelesaian tugas ini.
BAB II
PENDAHULUAN

Suku Batak Toba


Suku Batak Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak. Suku Batak Toba meliputi
Kabupaten Toba Samosir,Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten
Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan
sekitarnya. Kerajaan Batak Pada masa Kerajaan Batak yang berpusat di Bakara, Kerajaan Batak
yang dalam pemerintahan dinasti Sisingamangaraja membagiKerajaan Batak dalam 4 (empat)
wilayah yang disebut Raja Maropat, yaitu:
1. Raja Maropat Silindung
2. Raja Maropat Samosir
3. Raja Maropat Humbang
4. Raja Maropat Toba
Kultural Batak Toba Batak Toba adalah suatu kesatuan kultural. Batak Toba tidak mesti tinggal
diwilayah geografis Toba, meski asal-muasal adalah Toba. Sebagaimana suku-suku bangsa lain,
suku bangsa Batak Tobapun bermigrasi kedaerah-daerah yang lebih menjanjikan penghidupan
yang labih baik. Contoh, mayoritas penduduk asli Silindung adalah marga-marga Hutabarat,
Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea dan Lumbantobing. Padahal ke-enam marga
tersebut adalah turunan Guru Mangaloksa yang adalah salah- seorang anak Raja Hasibuan
diwilayah Toba. Demikian pula marga Nasution yang kebanyakan tinggal wilayah
Padangsidimpuan adalah saudara marga Siahaan di Balige, tentu kedua marga ini adalah turunan
leluhur yang sama. Batak Toba sebagai kesatuan kultural pasti dapat menyebar ke berbagai
penjuru melintasi batas-batas geografis asal leluhurnya, si Raja Batak yakni wilayah Toba yang
secara spesifik ialah Desa Sianjur Mulamula terletak di lereng Gunung Pusuk Buhit, kira-kira 45
menit berkendara dari Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir, sekarang. Rumah Adat Batak
Toba Sumatera Utara – Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan
empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki
Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah
anak tangga yang ganjil.

BAB II

MINI RISET

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini penulis meneliti gaya kepemimpinan di daerah batak toba serta
permasalahan-permasalahan yang ada di sebuah HUTA/DUSUN dan pemecahan masalah di
HUTA/DUSUN tersebut

A. GAYA KEPEMIMPINAN BATAK TOBA

Berbicara tentang kepemimpinan dalam kebudayaan Batak Toba, maka hal penting yang
menopangnya adalah konsep dalihan na tolu (DNT). Konsep ini berasas kepada hubungan darah
dan perkawinan, yang membagi kelompok kekerabatan dalam tiga kategori, yaitu: (a) hula-hula,
pihak pemberi isteri, (b) anak boru, pihak penerima isteri, dan (c) dongan sabutuha, rekan satu
keturunan atau satu marga yang ditarik berdasarkan garis patrilineal. Hubungan ketiga
kelompok kerabat ini dilukiskan dalam konsep adat: (1) molo naeng ho sangap, manat
mardongan tubu, artinya jika kamu ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat
dalam bergaul dengan dongan sabutuha (teman semarga); (2) molo naeng ho gabe, somba
ma ho marhula-hula, artinya jika ingin keturunan banyak hormatilah hula-hula; (3) molo
naeng namora, elek ma ho marboru, artinya kalau ingin kaya, baik-baiklah kepada boru.
Dari tiga golongan kerabat ini, maka tak heran seorang Batak Toba kadang menjadi hula-
hula dan dihormati, kadang dalam konteks kerabat lain ia menjadi anak boru yang melakukan
horja untuk suksesnya sebuah acara adat. Tentu saja iapun mempunyai marga dalam klen
tertentu. Dengan demikian kedudukan kelompok kekerabatan sedemikian sebenarnya menjaga
harmonisasi struktur sosial. Klen eksogamus dibentuk marga-marga induk atau cabangnya.
Bila diperhatikan lebih dalam khususnya terjadinya marga dalam masyarakat Batak Toba
merupakan satu hal yang sangat rumit, karena erat sekali hubungannya dengan mite dan
sejarah penyebaran masyarakat Batak Toba. Pada umumnya setiap idividu dalam masyarakat
Batak Toba mempercayai dirinya sebagai keturunan Si Raja Batak, yang kalau diurutkan
juga sebagai keturunan dari Debata Mula Jadi Na Bolon, yaitu dewa yang mempunyai
kekuasaan paling tinggi dalam sistem religi Batak Toba Lama.

Berikut saya lampirkan bukti wawancara saya dengan seorang Raja huta dengan tujuan
untuk memperkuat bukti penelitian
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Setelah saya telusuri lebih dalam lagi ternyata gaya kepemimpinan di sebuah
tokoh adat batak sangat kuat dalam menyelesaikan permasalahan di dalam masyarakat
adat maupun di kegiatan adat seperti yang terlihat jelas ketika ada perkumpulan tonngo
raja, pendapat- pendapat dari para pemuka adat berbeda – beda dapat diseragamkan dan
mencapai kata mufakat oleh raja huta . Kemudian ketika ada masyarakat adat yang
berperilaku menyimpang ,keputusan raja huta tegas dan cepat dalam mengambil
keputusan.

Jadi kesimpulan yang bisa penulis ambil dari penelitian kali ini bahwa
kepemimpinan di daerah suku batak toba menggunakan gaya kepemimpinan demokrasi
yang dimana pemipin nya memberikan kebebasan kepada warga nya untuk memberikan
masukan , dan setelah saya perhatikan raja huta memiliki sifat yang mengayomi
warganya sebaga contoh ketika seorang raja huta sedang berpapasan dengan warganya
dia selalu menyapa dengan hangat dan selalu memberi senyuman dan menurut saya ini
adalah sebuah sifat yang harus di terapkan oleh seluruh pemimpin baik itu pemimpin
lingkup kecil maupun pemimpin lingkup besar .
BAB III

Kata penutup

Demikianlah rekeyasa ide yang dapat penulis sampai kan penulis sadar bahwa rekayasa ide ini
jauh dari kata sempurna akan tetapi penulis berharap bahwa setiap orang yang membaca mampu
mengerti terhadap pesan yang penulis tuangkan didalamnya

Daftar pustaka

Tampi , Byrab Johannws. 2014. ” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi terrhadap
Kinerja Karyawan”: Jurnal Acta Diurna.

Situmorang, Nina Zulida. 2011. “Gaya Kepemimpinan Perempuan Dr. Wirawan.,MSI,


Sp.A,M.M.,M.SI.Kepemimpinan.Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.PT Raja
Grafindo Pesada, 2013.

Rivai, Veithzal.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.PT Raja


Grafindo Persada, 2009

Anda mungkin juga menyukai