Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka

1. Tujuan Praktikum
 Mampu melakukan pemeriksaan analisis sperma
 Mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan sperma
 Mampu memahami kepentingan analisis ejakulat dalam masalah infertilitas
2. Definisi Sperma
Sperma merupakan ejakulat yang berasal dari seorang laki-laki berupa cairan
kental dan keruh yang berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain, dan
spermatozoa. ( Adenin, 2014)
Menurut sumber lain, spermatozoid/spermatozoa/sel sperma adalah benih dari
makhluk hidup berupa sel dari sistem reproduksi jantan. Sperma pada hakikatnya
adalah sel yang ditelanjangi, yaitu sebagian sitosol dan semua organel yang tidak
dibutuhkan untuk menyampaikan informasi genetik sperma ke ovum telah
disingkirkan. Karena itu, sperma dapat bergerak cepat, hanya membawa serta sedikit
beban untuk melaksanakan pmbuahan. (Sherwood, 2014)

3. Spermatogenesis (Pembentukan Sperma)

Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pematangan sperma. Tempat


pembentukan sperma adalah tubulus seminiferus yang berada di dalam
testis. Adapun proses pembentukan sperma dan pematangan sperma adalah
diawali dengan differensiasi sel kecambah (germinal) primordial yang terletak
pada dinding terluar tubulus seminiferus menjadi spermatogonium (2n),
spermatogonium mengalami pembelahan mitosis berulang-ulang yang selanjutnya
mengalami differensiasi menjadi spermatosit primer (2n), kemudian spermatosit
primer mengalami pembelahan meiosis (meiosis I) sehingga dihasilkan
spermatosit sekunder (2n), spermatosit sekunder yang dihasilkan mengalami
pembelahan secara meiosis (Meiosis II) menghasilkan 4 spermatid yang
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Selanjutnya spermatid berkembang
menjadi spermatozoa dewasa (sperma) yang bersifat haploid (n), proses
perkembangan spermatid menjadi sperma disebut spermiogenesis. (Campbell, 2008)
Gambar 3.1 Spermatogenesis (Campbell, 2008)
Menurut Campbell (2008) sel sertoli memberikan makanan atau nutrisi
kepada sperma selama di tubulus seminiferus. Di tubulus seminiferus sperma
belum mengalami maturasi (pematangan). Selama spermatogenesis perlahanlahan
sperma di dorong ke arah tengah tubulus seminiferus dan menuju epididimis.
Epipidimis merupakan tempat pematangan sperma sehingga sperma mampu bergerak
(motil). Proses dari pembentukan spermatogonia hingga menjadi sperma yang motil,
memerlukan waktu 65 sampai 75 hari. Sperma yang sudah matang memiliki bagian-
bagian seperti kepala, leher, bagian tengah, dan ekor. Bagian kepala sperma
terlindungi suatu badan yang disebut akrosom. Bagian ini berinti haploid. Selain itu,
badan ini juga mengandung enzim hialurodinase dan proteinase. Enzim ini berfungsi
saat proses penembusan lapisan sel telur. Pada bagian tengah terdapat mitokondria
yang berfungsi menyediakan energi (ATP) untuk menggerakkan ekor sperma, yang
berupa sebuah flagella (Campbell, 2008).
Selanjutnya sperma yang telah matang keluarkan melalui saluran kencing.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya: (Campbell, 2008)
1. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating
Hormone/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone/LH).
2. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
3. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
4. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
Menurut sumber lain, Spermatogenesis adalah suatu rangkaian perkembangan
sel spermatogonia dari epitel tubulus seminiferus yang mengadakan proliferasi
dan selanjutnya berubah menjadi spermatozoa yang bebas. Rangkaian
perkembangan ini dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, sel
spermatogonia mengadakan pembelahan mitosis menghasilkan spermatosit dan
sel induk spermatogonia. Tahap kedua, pembelahan meiosis (reduksi) spermatosit
primer dan sekunder menghasilkan spermatid yang haploid. Tahap ketiga,
perkembangan spermatid menjadi spermatozoa melalui serangkaian metamorfosa
yang panjang dan kompleks disebut spermiogenesis. (Sherwood, 2014)
4. Makros Sperma
a. Warna
Warna sperma yang normal adalah putih atau kuning. ( Adenin, 2014)
Menurut sumber lain, Dalam keadaan normal, sperma berwarna putih keruh.
Interpretasi hasil:

1. Warna putih keabu-abuan  jika jumlah spermatozoa normal

2. Putih jernih  jika jumlah spermatozoa sedikit

3. Coklat  jika ada eritrosit

4. Kuning  jika pasien mengalami ikterus atau konsumsi obat


Pada keadaan normal sperma tidak mengandung darah, pus atau lendir. ( Apriora,
2015)
b. Bau
Bau sperma yang normal adalah bau khas seperti bunga akasia. Menurut
sumber lain, ada juga yang mengatakan bahwa bau normal sperma seperti bau
kaporit. ( Adenin, 2014)
Menurut sumber lain, normalnya bau khas seperti bunga akasia dan apabila
terjadi keabnoramalan maka baunya menjadi busuk karena infeksi.
(Apriora,2015)
c. Likuefaksi (Pencairan)
Sperma yang baru dikeluarkan normalnya sangat kental dan pada suhu
ruangan akan mencair dalam waktu 10-20 menit dan mencair sempurna dalam
waktu 20-60 Menit.Sperma yang encer memberi kesan spesimen tdk segar atau
komposisinya abnormal. Bila sperma tidak mencair setelah 60 menit maka dapat
mengganggu motilitas spermatozoa. ( Adenin, 2014)
Menurut sumber lain, sperma akan mencair sekitar 5-30 menit setelah
dikeluarkan. (Apriora, 2015)
Ada juga yang menyatakan bahwasanya sperma diamati pada suhu kamar dan
dicatat waktu pencairan. Normalnya sperma mencair dalam 60 menit, rata-rata ±
15 menit. (Widhyari, 2015)

d. Volume
Volume sperma dilakukan dengan menggunakan gelas ukur dan baru dapat
dilakukan setelah sperma mencair . Volume sperma yang normal : 2 –5 ml.
Volume yang < 1ml atau > 6ml dihubungkan dengan infertilitas. ( Adenin, 2014)
Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca normalnya > 1.5 ml. (Widhyari,
2015)
e. Konsistensi

 Setelah sperma mengalami pengenceran (liquefaction) antara 5 – 30 menit,


ukurlah viskositas sperma dengan pipet Elliason yang mempunyai volume
0,1 ml.
 Isaplah sperma dengan menggunakan pipet (pergunakan pula karet
penghisap) sampai angka 0,1 kemudian bagian bawah pipet ditutup dengan
jari agar sperma tidak keluar lagi. Setelah karet penghisap dilepas, ujung
atas ditutup dengan jari dan ujung bawah dibuka dan sperma tetap tinggal
dalam pipet.
 Dalam posisi tegak lurus, dengan membuka ujung atas, sperma dibiarkan
menetes dan bersamaan dengan itu, dengan menggunakan stopwatch
dicatat terjadinya tetesan yang pertama.
 Tulislah viskositas sperma dengan methode Elliason dalam detik. Nilai
normalnya antara 1-2 detik. Sperma yang terlalu kental seringkali
menghambat pergerakan spermatozoa. ( Adenin, 2014)
Cara lainnya : (Widhyari, 2015)

- Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan menetes
- Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum
Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung
pipet/jarum hanya sedikit.

f. PH
PH sperma diperiksa dengan menggunakan kertas pH atau pH meter, biasanya
pH sperma berkisar 7,0-7,8. Bila pH sperma 6,0-7,0 mungkin sperma itu hanya
berisi sekret prostat saja tanpa bercampur sekret dari vesicula seminalis. ( Adenin,
2014)
Cara lainnya : (Widhyari, 2015)

- Teteskan sampel pada kertas pH meter


- Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas
standar
Normal : pH 7,2 – 7,8

Abnormal : pH > 7,8  infeksi

pH < 7  pada semen azoospermia, perlu dipikirkan kemungkinan


disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau epididimis
Daftar Pustaka
Adenin, I. 2014. Infertilitas Pada Pria. Repository USU
Apriora, Vinda Dwi, Arni Amir, Oea Khairsya. 2015. Gambaran Morfologi Spermatozoa
pada Perokok Sedang di Lingkungan PE Group yang Datang ke Bagian Biologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4 No. 2 :
425-429

Campbell, Reece, et al. (2008). Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 1.Jakarta : Penerbit Erlangga
Dorland, W.A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Widhyari , Sus Derthi, Anita Esfandiari, Agus Wijaya, Retno Wulansari, Setyo Widodo, Leni
Maylina. 2015. Tinjauan Penambahan Mineral Zn dalam Pakan Terhadap Kualitas
Spermatozoa pada Sapi Frisian Holstein Jantan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol
20 (1) : 72-77

Anda mungkin juga menyukai