Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem reproduksi pria menghasilkan spermatozoa (gamet pria), mempertahankannya dan kemudian
mencurahkannya ke dalam tractus reproduksi wanita. Spermatozoa yang baik merupakan salah satu
faktor dari fertilitas jantan. Spermatozoa yang dikatakan mempunyai kualitas yang cukup baik bila dilihat
secara morfologi lebih dari 50% bersifat normal. Pemerikasaan morfologi mencakup bagian kepala, leher,
dan ekor dari spermatozoa. Bila >50% mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini disebut
teratozoospermia. Pemeriksaan kualitas spermatozoid juga dapat dilihat melalui motilitas atau daya
geraknya. Spermatozoa yang dikatakan baik apabila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan
pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik bahkan sangat baik (grade II/III) menurut
WHO. Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang
digunakan adalah Astenozoospermia. Parameter sperma yang lainnya juga mempunyai nilai informatif
untuk penilaian fungsi kelenjar seks asesori pria. Parameter-parameter tersebut adalah : volume, warna,
bau, pH, koagulum, viskositas, aqlutinasi, dan lekosit.

Analisis spermatozoa dilakukan dengan berbagai cara. Analisis ini merupakan suatu cara untuk
mengevaluasi spermatozoa apakah cukup fertile untuk memfertilisasi telur. Pda pecobaan ini dilakukan
analisis spermatozoa mencit dengan metode penghitungan konsentrasi, dan pengamatan morfologi.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang akan coba diselesaikan dalam percobaan ini adalah bagaimana menghitung
konsentrasi spermatozoa, dan bagaimana membuat preparat spermatozoa guna dilakukan pengamatan
morfologi.

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menghitung konsentrasi spermatozoa, dan membuat
preparat spermatozoa untuk pengamatan morfologi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem reproduksi jantan terdiri dari (1)testes, yang memproduksi sperma dan hormon pejantan, (2)
sistem saluran yang membawa sperma dari testes ke uretra dan di tempat mana spermanya melanjutkan
proses pematangannya, (3) beberapa kelenjar tambahan yang berkaitan dengan sistem saluran yang
mensekresi komponen cairan mani, dan (4) penis (Bevelander, 1988).

Testes (testis) tertutup kapsul jaringan penyambung yang berlapis dua. Lapisan luar, tunika albuginea,
tersusun dari jaringan berserat kolagen yang padat; lapisan dalam atau lapisan vaskulernya tersusun dari
jaringan areolar yang longgar, kaya akan suplai pembuluh darah. Dari kapsulnay terdapat trabekula yang
memanjang masuk ke dalam kumpulan jaringan penyambungf sentral, mediastinum, yang mengandung
bagian-bagian proksimal dari sistem saluran. Dengan demikian, parenkim testes terbagi dalam banyak
lobula pyramidal, yang berisi lilitan-lilitan tubula seminiferi yang padat berhimpitan dan sutu stroma
jaringan penyambung interstisial. Dalam jaringan penyambungnya terdapat pembuluh darah dan
kelompok sel-sel endokrin yang disebut sel-sel interstisial dari testis ( sel-sel Leydig), yang merupakan
produsen hormone-hormoin steroid (Bevelander, 1988). Testes sebagai tempat terjadinya
spermatogenesis, ada sepasang terletak dalam scrotum, suatu kantong di luar tubuh, pada awal
pertumbuhan testis berada di dalam rongga tubuh (abdomen), kemudian turun ke scrotum. Tubuli
seminiferi yang lurus di daerah puncak lobula, disebut tubuli recti. Ini bermuara ke testes, suatu sistem
celah berlapis sel-sel epitel berbentuk batang bermikrofil. Beberapa sel itu ada yang berflagellum. Rete
testis, berfungsi menyalurkan semen ke ducktuli efferent, saluran yang terpilin yang membentuk 5-10
badan berbentuk kerucut du puncak testis. Semua ductuli ini bersatu dan bermuara ke ductus epididimis.
Ada 2 macam sel epitel pada laposan ke lumen ductuli efferentes yakni 1) bersilia, 2)bermikrofili
(Syahrun, 1994).

Ductus epididimis melilit banyak sekali. Lapisan epitel membentuk cairan lingkungan yang cocok bagi
pematangan spermatozoa. Sel-sel epitel membentuk ciran lingkungan yang cocok bagi pemtangan sel
spermatozoa. Sel-sel epitel pelapis lumen itu teridri dari beberapa lapis. Di dasar berbentuk bundar, di
atas berbentuk batang. Cauda Epididimis adalah daerah tempat pematngan dan penyimpanan
spermatozoa. Secara berangsur sejak dari caput sampai ke cauda sel epitel berstereocilia itu makin
rendah. Bentuk batang di caput, di cauda jadi bentuk kubus. Di antara stereocilia banyak lekukan
pinacocyt. Sel itu bersifat absortiuf, 90% cairan yang keluar dari testis diabsorsi dalam ductuli efferents
dan ductuli epididimis. Vas deferens, berdidnding lebih tebal dari saluran sebelumnya, saluran yang
dilalui sperma saat sperma masak dan menuju cauda epididimis (Yatim, 1994).

Pada umumnya mammalia melahirkan anaknya (vivipar) dan kemudian menyusui anaknya sampai
anaknya mandiri. Beberapa perkecualian, misalnya : pada hewan paruh bebek (Platypus), bertelur,
setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan berkantung (Marsupialia), contoh : kanguru, anaknya
lahir muda (amat prematur) kemudian merayap masuk, kantung induknya, mencari putting susu,
kemudian menyusu dalam kantung sampai mandiri.

Alat Reproduksi Mamalia Jantan


Yang berkaitan dengan produksi sperma terdiri dari sepasang kelenjar kelamin yang disebut testis yang
disimpan dalam kantung disebut skrotum/kantung pelir. Di dalam testis terdapat saluransaluran halus
yang disebut tubulus seminiferus yang merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Untuk keluar
tubuh spermatozoa melewati saluran epididimis. Saluran ini kemudian melebar menjadi vas deferens
yang bermuara pada uretra. Palo pertemuan uretra dengan vas deferens terdapat kelenjar prostat dan di
sebelah belakangnya terdapat kelenjar cowper. Kedua kelenjar tersebut berfungsi menghasilkan sekret
untuk memberi nutrisi dan mempermudah gerakan spermatozoa.
BAB III

SKEMA KERJA

1. Menghitung konsentrasi spermatozoa

Epididimis cauda

- Diambil dari mencit jantan yang telah dibinuh secara disokasi servikalis, dibedah
dan diamati alat reproduksinya
- Dimasukkan kaca arloji yang telah berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 1 ml
- Digunting sehalus mungkin
- Diaduk homogeny dengan larutan NaCl 0,9%
- Suspense disedot di atas sampai skala tertentu dengan pipet thoma sel darah
merah, NaCl 0,9% disedot sampai skala 101
- Digoyang larutan sampai homogeny
- Dibuang satu sampai 3 tetes larutan dalam pipet thoma
- Duiteteskan Larutan pada Hemacitometer Improved Neuber
- Dihitung spermatozoa dalam 25 kamar sel adarh
- Hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran
- Ditentukan konsentrasi spermatozoa dalam larutan NaCl 0,9%

Hasil
2. Pengamatan morfologi spermatozoa

Suspensi epididimis dari percobaan 1


- Diteteskan kurang lebih dua tetes di atas kaca objek

- Diratakan dengan kaca objek

- Dikeringkan dengan diangin-anginkan beberapa menit

- Direndam dalam methanol selama 5 menit

- Direndam dalam eosin Y selama 5 menit

- Dibilas kelebihan warna dengan aquades

- Direndam dalam methilen blue selama 5 menit

- Dibilas kelebihan warna dengan aquades

- Dibiarkan sampai kering

- Diamati kelainan morfologi yang terjadi

- Diklasifikasikan sesuai dengan literatur

Hasil

Anda mungkin juga menyukai