Modul Farmakologi PDF
Modul Farmakologi PDF
MODUL I
Pendahuluan
Farmakologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon (obat) dan logos logos
(=ilmu pengetahuan). Sehingga farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu tentang obat. Ada juga yang yang
mengartikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari sejarah, sumber, sifat-sifat
kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi,
distribusi, biotansformasi, eksresi dan penggunaan obat; atau studi tentang bahan-bahan
yang berinteraksi dengan sistem hidup melalui proses kimia
Latihan
Modul Farmakologi 3
Rangkuman
1. Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu tentang obat
2. Farmakologi memiliki cabang ilmu biofarmasi, farmakognosi, biofarmasetik,
farmakokinetik, farmakodinamik, toksikologi, dan lain-lain.
Tes Formatif 1
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada bagian
akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian dengan
menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait materi pada
kegiatan belajar 1.
70 – 79% = Cukup
Modul Farmakologi 4
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari kegiatan
belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80% berarti
anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama pada bagian
yang belum anda kuasai.
Modul Farmakologi 5
MODUL II
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
Pendahuluan
Assalamualaikum warahamtullahi wabaraokaatuh. Adek-adek semua yang
berbahagia. Hari ini kita akan belajar tentang farmakoninetik dan farmakodinamik obat.
Farmakokinetik adalah deskripsi matematis laju dan besar ambilan, distribusi,
serta eliminasi obat di dalam tubuh. Disebut juga sebagai fase yang memotret perjalanan
obat di dalam tubuh sejak saat pemberian hingga keluar dari tubuh. Atau disebut juga
sebagai aksi tubuh terhadap obat
Fase ini akan menjawab apakah obat tersebut sampai pada tempat kerja yang
dikehendaki (absorpsi dan distribusi), ataukah apakah obat tsb keluar dari tubuh
(eliminasi) dan apakah terdapat resiko akumulasi dan toksisitas.
Pada fase farmakokinetik, terjadi beberapa proses, yaitu:
a. Absorpsi
b. Distribusi
c. Metabolisme
d. Ekskresi
Absorpsi
Apapun rute pemberian obat, obat terlebih dahulu harus mencapai tempat aksi obat.
Obat akan melewati beberapa membran sel untuk mencapai peredaran darah.
Absorpsi merupakan proses yang membuat obat tersedia di dalam cairan tubuh untuk
didistribusikan.
Ada tiga cara obat melewati membrane, yaitu difusi sederhana, difusi terfasilitasi, dan
transport aktif.
a. Difusi Sederhana
Merupakan mekanisme yang mana sebagian besar melewati memberan sel. Difusi
sederhana dan difusi terfasilitasi merupakan mekanisme pasif yang tidak
memerlukan tambahan energy dari luar, hanya energy kinetic dari molekul itu
sendiri.
Modul Farmakologi 6
• Besar partikel
• Sediaan obat
• Dosis
• Integritas membran
• Tempat absorpsi
Dalam prakteknya, terdapat perbedaan konsentrasi obat yang diberikan dalam jumlah
yang cukup, kebanyakan obat dapat diabsorpsi dengan bantuan luas permukaan yang
besar dan jarak yang pendek.
.
Modul Farmakologi 7
b. Difusi terfasilitasi
Sebagian besar nutrisi dan sebagian kecil obat menggunakan proses ini. Molekul
akan dibawa oleh protein membrane yang berfungis sebagai carier. Protein
cariernya spesifik. Glukosa memasuki tubuh melewati proses ini dan jauh lebih
efisian dari difusi sederhana.
c. Transport aktif
Karena sebagian besar obat diberikan secara oral, maka absorpsi dari saluran
cerna perlu diketahui. Saluran cerna mulai dari mulut dan berakhir pada rectum
dan anus melibatkan pancreas dan hati.
Setelah makanan diabsorpsi pada usus halus, maka akan melewati hati sebelum
menuju organ yang lain. Maka obat dan makanan mengalami metabolism, yang
disebut first pass metabolism. Proses ini akan mengakibatkan perubahan pada
makanan dan obat.
Transport obat secara aktif terjadi pd sel saraf, hati, & tubuli ginjal. Pinositosis adalah
cara transport dengan membentuk vesikel, misalnya misalnya makromolekul seperti
protein. Difusi terfasilitasi suatu proses transport yang terjadi dengan bantuan suatu
faktor pembawa yg merupakan komponen membran sel tanpa menggunakan energi
Terdapat hal-hal yang mempengaruhi proses absorpsi, yaitu cara pemberian, formulasi,
cara molekul obat bergerak melintasi membran sel di seluruh tubuh . Transport litans
membrane harus emlewati membrane yang terdiri atas dua lapis lemak yg membentuk
fase hidrofil di kedua sisi membran dan fase hidrofobik diantaranya.
Obat yang diberikan terserap dari tempat pemberian, masuk sirkulasi sistemik. Akan
terdapat % dosis terabsorbsi dan kecepatan proses (laju absorbsi).
Membran GI terdiri dari lipid dan protein, shg obat yang larut dalam lemak cepat
menembus membran GI. Obat yg larut air memerlukan carier, baik berupa enzim atau
protein, untuk melalui membran.Partikel besar menembus membran jika telah menjadi
tidak bermuatan. Obat yg larut dalam lemak dan tidak bermuatan diabsorpsi lebih cepat
Modul Farmakologi 9
daripada yg larut air dan bermuatan.Obat yg larut dalam lemak dan tidak bermuatan
diabsorpsi lebih cepat daripada obat yang larut dalam air dan bermuatan
Absorpsi juga dipengaruhi aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan dan pH.
Sirkulasi yg buruk akibat syok, obat vasokonstriktor, atau penyakit yang merintangi
absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan amkanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat
emmperlambat masa pengosongan lambung, sehinggaa obat menjadi lebih lama dlm
lambung.
Sifat fisiko kimia obat yang menentukan cara transport yi : ukuran molekul, kelarutan
dlm air, derajat ionisasi, dan kelarutan dalam lemak.
Distribusi
Distribusi adalah perjalanan obat ke seluruh tubuh. Adalah proses dimana obat menjadi
berada dalam cairan tubuh dan jaringan tubuh atau Adalah perjalanan obat ke seluruh
tubuh
- fase 1 : segera setelah absorbsi, ke organ ferfusi baik : jantung, hati, ginjal, otak
Ditentukan juga oleh ikatan plasma, hanya yang bebas yang dapat berdifusi. Distribusi
ke SSP hrs tembus sawar darah-otak, ke janin, tembus sawar uri.
Hanya obat yang bebas atau yg tidak berikatan dgn protein yg bersifat aktif dan dapat
menimbulkan efek farmakologik. Dgn menurunnya kadar obat bebas dlm jaringan,
maka lebih banyak obat yg berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya degn protein
u menjaga keseimbangan dari oabt yg dalam bentuk bebas.
METABOLISME (biotransformasi)
Metabolisme adalah proses perubahan struktur kimia obat di dalam tubuh, dikatalisis
enzim.
Umumnya obat dimetabolisme menjadi tidak aktif = akhir kerja obat. Beberapa
metabolit masih aktif, efek obat lama, cenderung toksik. Ada obat asal tidak aktif,
menjadi metabolit aktif (prodrug)
• fase I : oksidasi, reduksi dan hidrolisis mengubah obat menjadi metabolit yang
lebih polar, inaktif, kurang aktif atau lebih aktif dari senyawa aslinya.
• Fase II
- lebih polar
- mudah terionisasi
- mudah terekskresi
Modul Farmakologi 12
Ekskresi
Merupakan pengeluaran obat dari tubuh dalam bentuk asal atau metabolit.
Kulit keringat
Paru-paru ekspirasi
Ginjal urin
Mamae ASI
Mulut Saliva
Sebagian besar obat menghilang dari plasma melalui proses yang bergantung
konsentrasi, yang menghasilkan kinetika orde pertama. Pada eliminasi orde pertama,
persentase obat yg hilang per satuan waktu adalah kosntan. Konstanta kecepatan
eliminasi adalah ke (satuannya adalah l/waktu),merupakan periode waktu yg diperlukan
untuk konsentrasi suatu obat berkurang separuhnya.
T1/2 = 0,693/ke
Modul Farmakologi 13
Obat bebas, yg tidak berikatan, yg larut dlm air, dan obat yg tidak diubah,
difiltrasi oleh ginjal dan obat yg berikatan dgn protein tidak difiltrasi. Sekali
obat dilepaskan oleh protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan
diekkresikan melalui urin
Dengan pemberian dosis ganda atau infus kontinyu, suatu obat akan
berakumulasi sampai jumlah yg diberikan per satuanw aktu sama dengan jumlah
yg dieliminasi per satuan waktu. Konsentrasi plasma pada titik ini disebut
konsentrasi keadaan tunak (steady state/Css)
Modul Farmakologi 14
bersihan (ml/menit)
Loading dose : suatu dosis besar obat yang digunakan untuk menaikkan
konsentrasi plasma sampai akdar terapeutik secara lebih cepat daripada yang
akan diperoleh dengan dosis berulang yg lebih kecil.
kontinue
A : bolus iv
B : iv kontinu
Modul Farmakologi 16
Waktu paruh eliminasi : waktu yg diperlukan u penurunan konsentrasi obat tersebut dlm
darah atau plasma hingga separuh dari nilai maksimum
Bioavaibilitas
Pengertian bioavaibilitas adalah “ the rate and extent to which the active ingredient or
active moiety is absorbed from the drug product and becomes available at the site of
action” atau jumlah obat, dlm persen thd dosis, yg mencapai sirkulasi sistemik dalam
bentuk utuh/aktif . Tdk semua yg diabsorpsi ax capai sirkulasi sistemik
Farmakodinamik
Mempelajari efek obat thd fisiologi dan biokimia seluler dan mekanisme kerja
obat. Respon obat dpt menyebabkan efek fisiologis primer atau sekunder atau kedua-
duanya. Efek primer adalah efek yg diinginkan, dan efek sekunder bisa tidak diinginkan
atau tidak diinginkan
Modul Farmakologi 17
Suatu reseptor obat adalah suatu makromalekul target khusus yg mengikat suatu
obat dan memediasi kerja farmakologis obat tsb. Reseptor dpt berupa enzim, asam
nukleat, atau protein terikat-membran khusus. Pembentukan kompleks obat-reseptor
menghasilkan suatu respon biologis. Besar respon sebanding dgn jumlah kompleks obat
–reseptor. Semakin baik suatu obat berikatan dgn reseptor, maka obat tsb semakin aktif
secara biologis.
Efek fisiologik – biokimiawi obat terhadap tubuh serta mekanisme kerjanya. Terutama
berhubungan dengan reseptor. Kebanyakan kerja via interaksi dengan reseptor spesifik,
disebut reseptor fisiologik
RESEPTOR OBAT
• Ikatan Ion
• Ikatan Hidrogen
• Ikatan Hidrofobik
Modul Farmakologi 18
• Ikatan Kovalen
Intensitas efek berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang terikat. Intensitas
efek maksimal jika seluruh fraksi reseptor terikat
Suatu agonis dpt berupa obat atau ligan endogen u reseptor. Peningkatan
konsentrasi agonis akan meningkatkan respon biologis sehinggga tidak ada lagi
reseptor yg dpt mengikat agonis atau respon maskimal telah tercapai.
Kajian Keperwatan
1. Obat dlm bentuk cair diabsorpsi lebih cepat drpd dalam bentuk padat
Gambar 12. Kurva persen efek pada obat agonis penuh dan parsial
Efikasi adalah respon maksimal yang dapat dihasilkan suatu obat. Potensi : dosis suatu
obat yang diperlukan untuk mencapai 50% efek teapeutik yg diinginkan. Ini yang
disebut ED 50 (dosis efektif)
Obat C hanya mengurangi PVC hanya sebesar 60%, dan memerlukan dosis 50
mg untuk emncapai efek tersebut.
Obat C mempunyai efikasi dan potensi lebih kecil dalam mengurangi PVC
dibandingkan obat A dan B.
Modul Farmakologi 21
AUC iv
Latihan
Petunjuk Latihan
Rangkuman
1. Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari perjalanan obat dlaam tubuh (aksi
tubuh terhadap obat.
2. Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari aksi obat terhadap tubuh
3. Proses obat dalam tubuh adalah absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Tes Formatif 1
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada bagian
akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian dengan
Modul Farmakologi 22
menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait materi pada
kegiatan belajar 1.
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari kegiatan
belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80% berarti
anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama pada bagian
yang belum anda kuasai.
Modul Farmakologi 23
MODUL III
Pendahuluan
Hari ini kita akan belajar tentang perhitungan dosis dan tetesan infus. Sesi ini akan
banyak bersinggungan dengan perhitungan sehingga memerlukan perhatian yang lebih.
Angka Romawi
Angka romawi banyak digunakan dalam menulis resep dan dosis obat
I 1
V 5
X 10
L 50
C 100
D 500
M 1000
Cara menghitung angka romawi adalah bila suatu angka romawi dikuti oleh angka
romawi yang nilainya lebih besar, maka nilainya ditentukan dengan cara mengurangi
angka romawi yang besar dengan yang kecil. Bila suatu angka romawi diikuti angka
Modul Farmakologi 24
yang lebih kecil, maka nilainya ditentukan dengan cara menjumlahkan nilai yang kecil
pada yang besar.
Contoh :
a. IX = (10-1) =9
b. LXI = (50+10+1) = 61
Pada angka yang menggunakan dua atau tiga huruf yang sama, amka nilainya
ditentukan dengan menambahkan
Contoh :
a. III =3
b. MMLX = 2060
Bila suatu angka diletakkan diantara dua huruf yang lebih besar maka angka yang
nilainya lebih rendah ini mengurangi nilai angka yang mengikutinya.
Contoh :
a. XIV : (10+5-1) = 4
Pecahan
Pecahan merupakan suatu bagian dari suatu keseluruhan misalnya 2/3 berarti 2 dari 3
bagian yang sama.
1. Pecahan sempurna, yaitu pecahan dimana nilai pembilang lebih kecil daripada
nilai penyebut, misalnya ½
Perbandingan
Perbandingan merupakan suatu hubungan antara jumlah suatu bilangan dengan bilangan
yang lain. Perbandingan menunjukkan suatu pemabgian yang dapat ditulis dengan
bilangan pecahan, misalnya rasio 1 : 4 dapat ditulis menjadi ¼.
Prosentase
Prosentase dinaytakan dalam lambing % mempunyai arti bagian dari seratus atau
perseratus. Prosentase merupakan bilangan pecahan yang mana angka pembilang selalu
ditulis, dan angka penyebutnya adalah 100. Prosentase dapat dinyatakan dalam angka
decimal atau pecahan.
Contoh :
Prosentase sering digunakan untuk emnuyatakan jumlah bilangan atau porsi dan suatu
keatuan bilangan, misalnya :
60 x 0,15
Latihan :
1. Seorang pasien mengkonsumsi 20% lemak pada dietnya setiap hari. Apabila
setiap harinya ia mengkonsumsi 1400 mg diet, maka berapa mg lemak yang
dikonsumsi pasien tersebut dalam jangka waktu 1 minggu ?
Modul Farmakologi 26
2. Berapa prosentase dari larutan sabun bila 15 cc air sabun dicampur dengan 75 cc
air?
Sistem metric
Volume
1000 ml = 1 Liter
Berat
Sistem apothecaries
Volume
Berat
20 grains = 1 scruple
3 scruples = I dram
8 drams = 1 ounce
12 ounce = 1 pound
Sistem takaran runmah tangga digunakan khususnya untuk bahan-bahan yang tidak
emmerlukan sistem pengukuran yang akurat. Satuan yang lazim digunakan adalah tetes,
sendok the, sendok makan, cangkir, dan gelas.
Perhitungan Larutan
Modul Farmakologi 27
Obat yang dikemas dalam bentuk alrutan sering digunakan pada tatanan klinik. Larutan
digunakan dalam bentuk desinfektan dan antiseptic. Larutan juga diberikan secara
parenteral baik melalui intravena atau intramuskuler.
Dengan semakin majunya teknologi farmasi, banyak larutan yang dibuat oleh pabrik
farmasi dan dikemas dalam bentuk menyiapkan alrutan. Namun, di berbagai rumahs
akit ekcil atau d klinik dan Puskesmas, perawat sering menyipakan larutan.
Bagaimanapun juga, perawat perlu memiliki dasar-dasar dan mengetahui prinsip-prinsip
dalam menyiapkan atau membuat larutan.
Contoh :
Siapkan 300 cc larutan sabun 10% (10 % larutan setara dengan 10 g sabun dalam 100 cc
air). Sehingga perbandingannya adalah :
x = 10g/100cc*300cc
= 30 g
Perhitungan Dosis
Dosis terapeutik merupakan dosis yang mempunyai efek yang diharapkan yang
merupakan alasan suatu obat diberikan. Misalnya parasetamol diberikan dengan
ahrapakn bias menurunkan suhu badan yang tinggi. Namun pada kenyataaannya,
beberapa obat juga mempunyai efek samping (side effect) yang tidak diharapkan .
Dosis terapeutik dapat dinaytakan sebagai dosis minimal, dosis maksimal dan dosis
optimal.
Dosis minimal adalah dosis palingkecil yang masih memberi efek medis.
Dosis maksimal adalah dosis paling besar yang masih memberi efek medis
Dosis optimal adalah dosis yang cukup tepat untuk memberi efek medis.
Modul Farmakologi 28
Dosis letal merupakan dosis yang dapat menimbulkan kematian Agar dosis yang
diberikan dapat efektif dalam efek terapeutiknya, maka besarnya dosis yang diebrikan
harus tepat sesuai dengan pasien dan kondisinya.
Anak-anak apda umumnya tidak toleransi terhadap dosis orang dewasa. Dosis pada
anak-anak harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Walaupun pada umumnya perawat
tidak menentukan dosis, namun perawat harus mengetahui bagaimana dosis yang aman
bagi anak-anak.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung dosis anak-anak.
Perhitungan ini dilakukan menurut luas permukaan tubuh anak, usia, atau berat badan
anak. Dan yang paling akurat adalah berdasarkan luas permukaan tubuh, selanjutnya
berat badan, dan yang paling tidak akurat berdasar umur.
1,7 m2
Atau didapatkan dari monogram BSA (Body Surface Area), yaitu perpotongan dari
tinggi (cm) dan berat badan (kg).
Modul Farmakologi 29
Misalnya : seorang anak yang mempunyai berat badan 26 kg dan tinggi badan 60 cm
mempunyai luas permukaan tubuh 0,45; sehingga dosis anak untuk menyesuaikan dosis
dewasa (missal : parasetamol 500 mg) adalah :
= 13,23 mg ≈ 13 mg
Berat badan
Rumus Clark digunakan untuk menghitung dosis anak pada semua tingkat usia.
Perhitungan dengan membandingkan berat badan anak (dalam pound) dengan rata-rata
Modul Farmakologi 30
berat badan orang dewasa (150 pound) atau 68 kg. Namun, terkadang ada pula yang
menggenapak menjadi 70 kg.
Rumus Clark :
150 pound
Contoh :
Jawab :
Cara perhitungan dosis dengan megnacu berat badan anak ini lebih akurat daripada
mengacu ke usia anak. Namun, dalam menentukan dosis pada bayi dan anak, masih
banyak faktor lain yang dipertimbangkan antara lain keadaan bayi/anak, kasus penyakit,
jenis obat, toleransi tubuh dan lain-lain.
Hampir semua obat selalu mencantumkan dosis untuk orang dewasa. Namun, tidak
semuanya mencantumkan dosis bayi dan anak-anak sehingga untuk dosis bayi dan
anak-anak harus dilakukan perhitungan dahulu. Untuk mempermudah menyiapkan dosis
bagi bayi/anak-anak, diperlukan aturan dosis sesuai bobot berat badan.
Obat yang diberikan secara parenteral banyak yang dikemas dalam ampul atau vial
dalam bentuk cairan atau bubuk. Dosis obat biasanya ditulis dalam label, namun sering
dalam pemberian diebrikan dalam dosis yang lebih rendah daripatada yang tertera
dalam label.
Contoh :
Berapa cc harus dihisap untuk emndapatkan penisilin 150.000 unit dari vial yang
berlabel 600.000 unit/cc?
Jawab :
Modul Farmakologi 31
600.000 unit = 1 cc
150.000 unit x
600.000 x = 150.000
600.000 unit
Dalam tatanan klinik, banyak obat yang diberikan secara intravena menggunakan infus.
Cara ini biasanya digunakan untuk obat dalam jumlah yang banyak dan harus diberikan
secara terus menerus. Jenis cairan dan kecepatan tetesan yang diperlukan ditentukan
oleh doter, namun perawat harus mengetahui volume cairan dan lamanya absorpsi obat
sehingga perawat dapat memonitor selama ciran digunakan.
Peralatan infus terdiri dari botol/flabot infus, penampang (drip),selang, dan jarum infus.
Drip infus mempunyai ukuran dan jumlah tetesan untuk menyatakan 1 cc yang
bervariasi misalnya 10 tetesan = 1 cc atau 15 tetesan = 1 cc dan lain-lain. Dengan
mengetahui jumlah tetesan/menit setara dengan berapa cc, maka perawat dapat
memperkirakan berapa lama obat dalam suatu kemasan flabot infus akan habis
terabsorpsi.
Rumus :
Kecepatan infus (v) = jumlah tetesan infus = volume infus x ukuran drip
Waktu waktu
Satuan :
Volume infus = ml
Modul Farmakologi 32
Waktu = detik
Contoh :
Apabila suatu cairan 1800 cc dipesan untuk diabsorpsi dalam jangka waktu 10 jam, dan
drip infus mempunyai ukuran 1 cc = 15 tetesan, maka berapakah kecepatan tetesan yang
diperlukan?
Jawab :
10 jam x 60 menit/jam
Dosis insulin dinyatakan dengan satuan unit yang pada umumnya insulin dikemas
dalam vial 10 cc. Dalam setiap vial selalu dipasang label emngenai kandungan insulin,
misalnya insulin U-40 berarti kekuatan insulin adalah 40 unit/cc.
Cara paling mudah untuk menakar insulin adalah dengan menggunakan spuit insulin
yang lazimnya pada setiap spuit mempunyai kalibrasi U-40 atau U-80. Sehingga untuk
mengambil obat dari vial sesuai unit yang diperlukan, cukup dengan mengisi spuit yang
diharapkan. Apabila spuit spuit insulin tidak tersedia, dapat digunakan spuit tuberculin
yang mempunyai kapasitas volume 1 cc. Bila spuit tuberculin diguanakn, maka dosis
unit dikonversikan ke dalam cc.
Contoh :
Berapa cc harus diambil untuk memenuhi order 35 unit insulin dengan menggunakan
regular insulin U-40?
Jawab :
X = 35 unit x 1 cc
40 cc
Latihan :
Modul Farmakologi 33
1. Seorang pasien mendapatkan diet 1000 kalori setiap hari. Berpa kalori yang ia
konsumsi dalam jangka waktu 7 hari?
2. Suatu bangsal menghabiskan alcohol 70% sebanyak 60 liter setiap bulan. Berapa
liter alcohol 70% yang dihabiskan dalamw aktu 3 hari ?
3. Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan penisilin 200.000 unit dari vial yang
berlabel 600.000 unit/cc?
4. Apabila suatu cairan 1500 cc dipesan untuk diabsorpsi dalam jangka waktu 10 jam,
dan drip infus mempunyai ukuran 1 cc = 15 tetesan, maka berapakah kecepatan
tetesan yang diperlukan?
Petunjuk Latihan
2. Perhatikan perbandingan
3. Perhatikan perbandingan
Rangkuman
Tes Formatif 1
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada bagian
akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian dengan
menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait materi pada
kegiatan belajar 1.
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari kegiatan
belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80% berarti
anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama pada bagian
yang belum anda kuasai.
Modul Farmakologi 35
MODUL VI
PENGGOLONGAN OBAT
Pendahuluan
Dalam bahasa asing, terdapat dua istilah, yaitu drug dan medicine. Yang dimaksud
dengan drug adalah bahan kimia yang dapat mengakibatkan perubahan pada sistem
biologi yang merupakan bahan aktif dari medicine. : Sedangkan medicine adalah
formulasi drugs dalam bentuk tablet, kapsul dan bentuk sediaan lainnya.
a. OBAT FARMAKODINAMIKA
b. OBAT KEMOTERAPEUTIKA
c. OBAT DIAGNOSTIKA
Berdasarkan Nama
1. Nama kimia : adalah nama yang digunakan oleh ahli kimia untuk menggambarkan
rumus kimia struktur dari oabt
2. Nama generik: adalah nama resmi yang digunakan sesuai INN dan nam umum
untuk menggambarkan bahan akrif obar.
1. Sediaan padat
3. Sediaan cair
1. Oral
2. Non oral
Berdasarkan Penandaannya
1. Obat Bebas
3. Obat Keras
4. Obat Narkotik
Latihan :
Petunjuk Latihan
Rangkuman
3. Penggolongan obat berdasar penandaan : obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras, dan obat narkotika.
Tes Formatif 1
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada bagian
akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian dengan
menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait materi pada
kegiatan belajar 1.
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Modul Farmakologi 38
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari kegiatan
belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80% berarti
anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama pada bagian
yang belum anda kuasai.
Modul Farmakologi 39
MODUL V
Sebelum memberikan obat, maka perawat harus yakin dengan obat tersebut benar-benar
diorderkan oleh dokter.
Terdapat 4 jenis order dari dokter, yaitu staat order, single order, standing order, dan
order kalau perlu.
Peralatan :
1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang
ada).
Tahap Kerja
2. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan
menelan, mula dan muntah, akan dilakukan penghisapan cairan lambung,
atau tidak boleh makan/minum).
3. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, no RM, nama dan dosis
oabt, waktu dan cara pemberian). Bila ada keragua-raguan laporkan ke
perawat jaga atau dokter.
Modul Farmakologi 40
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca order pengoabtan dan ambil obat di
lemari, rak atau lemari es sesuai yang diperlukan).
6. Berikan obat apda waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara :
• Bila obat memiliki rasa tidak enak, beri apsien beberapa butir es batu
untuk diisap sebelumnya, atau berikan oabt dengan menggunakan
lumatan apel atau pisang.
8. Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian
cuci tangan.
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien 30 menit setelah waktu
pemberian.
Obat dapat diebrikan secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat di
bawah lidah. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur
di bawah lidah maka obat segera mengalami absorpsi ke dalam pembuluh
darah. Untuk mencegah oabt tidak ditelan, maka pasien diberitahu untuk
Modul Farmakologi 41
membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat hancur dan terserap.
Dengan cara sublingual, obat beraksi dalam satu menit dan pasien dapat
merasakan efeknya dalam tiga menit.
Dalam pemberian obat secara bukal, obat diletakkan antara gigi dengan
selaput lender pada pipi bagian dalam.seperti pada pemaberian secara
sublingual,pasien dianjurkan untuk membiarkan obat pada selaput lender
pipi bagian dalam sampai obat hancur dan diabsorbsi.kerjasama pasien
sangat penting dalam pemberian obat cara ini karna biasanya pasien akan
menelan yang akan menyababkan obat menjadi tidak efektif
b.kapas alcohol
e.kassa pengusap
Suppositoria
Cara penggunaan :
Modul Farmakologi 42
• Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum digunakan
sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian
ditempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka.
Obat vagina
Cara penggunaan:
• Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan
petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.
• Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan
air.
Latihan :
1. Jelaskan cara pemberian obat sublingual
2. Jelaskan cara pemberian obat vaginal
Petunjuk Latihan
Modul Farmakologi 43
Rangkuman
1. Agar mendapatkan hasil yang optimal, maka penmberian obat harus sesuai dengan
aturan pemakaian.
Tes Formatif 1
MODUL VI
Dalam memberikan obat kepada pasien, perawat harus menerapkan 7 benar pemberian obat untuk
menghindari Ketidaksesuaian obat.
1. Benar Pasien:
• Gunakan minimal 2 identitas pasien.
• Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
• Anamnesis riwayat alergi.
• Anamnesis kehamilan/ menyusui.
• Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar obat-obat tersebut.
• Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien di rumah
(termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau
tambahan obat).
• Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua
orang yang kompeten double check.
2. Benar Obat
• Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat), dan larutan lain.
• Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak akan segera dipakai
juga harus diberi label.
• Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap kali obat atau
larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.
• Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal
persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika
kurang dari 24 jam.
• Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual jika orang yang
menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
• Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak segera diberikan.
• Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat disiapkan/ diisi.
• Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat atau larutan pada
satu saat.
• Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
• Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau prosedur
dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan selesai).
• Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama dan petugas baru
secara bersama.
• Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
• Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang yang kompeten
double check.
3. Benar Dosis
• Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung & dicek oleh dua
orang yang kompeten à double check.
• Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
• Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
4. Benar Waktu
Modul Farmakologi 46
• Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.
• Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari à tiap 8 jam, 2 x sehari à tiap 12 jam, Sehari sekali à
tiap 24 jam, Selang sehari à tiap 48 jam
• Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
• Belum memasuki masa kadaluarsa obat.
6. Benar Dokumentasi
• Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus didokumentasikan.
• Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang melakukan.
• Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang memberikan obat
tersebut.
• Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama & paraf yang
mengubahnya.
• Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di ujungnya: Contoh
: Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd à Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
• Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat (ESO) dicatat dalam
rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan
Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek
Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.
• Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan à Form Pelaporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien.
• Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan à Form Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan
Pasien.
7. Benar Informasi
• Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
termasuk pasien di ICU (hak pasien!).
• Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.
• Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
• Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
• Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya ini ditulis dalam “Form
Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada Pasien” yang ada di dalam paket rekam medik dan
ditandatangani oleh dokter dan pasien/ keluarga pasien.
Latihan :
1. Jelaskan tujuan penerapan 7 prinsip benar dalam pemberian obat
2. Jelaskan 7 prinsip benar dalam pemberian obat
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan tujuan 7 prinsip benar dalam pemberian obat
2. Perhatikan 7 prinsip benar dalam pemberian obat
Modul Farmakologi 47
Rangkuman
1. Agar mendapatkan hasil yang optimal, maka penmberian obat harus sesuai dengan
aturan pemakaian.
2. 7 prinsip benar tersebut adalah benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu,
benar rute/cara pemberian, benar dokumentasi, dan benar informasi.
Tes Formatif 1
MODUL VII
Pendahuluan
Obat tidak hanya memiliki efek yang emnguntungkan tetapi juga dapat
menimbulkan reaksi yang merugikan. Masalah yang berhubungan dengan terapi oabt
meliputi semua masalah yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan farmakoterapi
pada pasien yang diberi obat. Beberapa masalah yang berhubungan dengan terapi
obat yaitu :
a. Kesalahan pengobatan (medication error)
b. Kejadian efek samping obat yang merugikan (adverse drug events-ADEs) atau
ESO
c. Reaksi obat yang merugikan (adverse drug reactions-ADRs) atau ESO
Apa sajakah efek samping yang dapat terjadi dari penggunaan suatu obat?
Setiap obat memiliki efek sampingnya masing-masing, berbeda dari satu obat ke
obat lainnya. Informasi mengenai efek samping obat terdapat dalam label yang
menyertai kemasan obat tersebut. Efek samping obat dapat bervariasi mulai dari efek
yang ringan dan cukup umum terjadi seperti mual dan muntah, hingga efek samping
yang jarang terjadi namun dapat bersifat fatal seperti serangan jantung.
akan Anda konsumsi, serta seberapa besar kemungkinan terjadinya efek samping
tersebut. Dokter atau apoteker Anda pasti akan memberikan saran bagaimana cara
mengenali efek samping tersebut, dan cara untuk menguranginya jika
memungkinkan. Contohnya, untuk mengatasi efek samping heartburn pada
penggunaan ibuprofen tadi, ibuprofen disarankan diminum setelah makan.
Latihan :
1. Jelaskan macam-macam efek samping obat
2. Jelaskan cara penanggulangan efek samping obat
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan efek samping obat
2. Perhatikan cara penanggulangan efek samping obat
Rangkuman
1. Setiap obat yang dikonsumsi dapat menimbulkan efek samping obat.
Modul Farmakologi 50
2. Setiap perawat harus mengamati efek samping obat yang timbul pada pasien.
Tes Formatif 1
MODUL VIII
Pendahuluan
Obat sebelum sampai ke apsien telah melewati proses panjagaan dari pengolahan bahan
baku, pembuatan, pengujian, perizinan, perdagangan, perorderan, pembelian dan
pemakaian. Lembaga yang berwenang : Badan Pengawas Obat dna Makanan (Badan
POM). Acuan resmi : Farmakope Indonesia. Pidana dan Sanksi kesalahan merujuk ke
UU Kesehatan, pidana denda 15 tahun dan denda Rp 500 juta.
Hanya dapat memberikan obat setelah mendapat pesan dari dokter. Perawat
lebih benyakt terlibat dalam pemberian obat. Macam peran :
a. Peran independen : peran dimana perawat secara legal dpt melakukan tindakan
secara madiri terhadap diagnose keperawatan tertentu.
b. Peran dependen : peran dimana perawat tergantung pada profesi lain dalam
melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan
Harus memiliki pengetahuan yang memadai ttg daya kerja dan efek terapikk
obat, mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan melkukan
upaya untuk meningkatkan keefektifan obat
Perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien dan kemungkinan
efek samping
Cara penyimpanan
Umumnya tidak boleh terpapar langsung sinar amtahari, tempat lembab atau
suhu ekstrim.
Sistem administrasi
Modul Farmakologi 53
Penyimpanan Narkotik
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
4. Apabila tempat khusus tsb berupa lemari ukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka
lemari tsb dibaut di dinding.
Distribusi
Pendistribusian obat menggunakan sistem First Expired First Out, yaitu obat
dikeluarkan berdasarkan tangal expired-nya.
Modul Farmakologi 54
Implikasi Keperawatan
Continuing education.
Latihan :
1. Jelaskan jenis-jenis peran perawat dalam pelayanan kesehatan
2. Jelaskan jenis-jenis peran perawat dalam pemberian obat
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan peran perawat dalam pelayanan kesehatan
2. Perhatikan pembahasan peran perawat dalam pemberian obat
Kesimpulan
1. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan dapat berupa dependen, independen, dan
interdependen (kolaboratif)
Tes Formatif 1
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terletak pada bagian
akhir modul 1 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah penilaian dengan
menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat pengusaan anda terkait materi pada
kegiatan belajar 1.
MODUL IX
OBAT ANTIBIOTIK
1. Pengertian Antibiotik
Sesuai dengan namanya, antibiotic bekerja melawan kehidupan dalam konteks ini
adalah mikroorganisme. Karena alasan ini, obat ini juga dikenal sebagai antimikroba.
Obatan antibiotic dapat berupa antibakteri (misalnya gentamisin), antivirus (misalnya
asiklovir), antifungi (misalnya flukonazol), antiprotozoa (misalnya metronidazol) atau
antihelmintes (misalnya mabendazol).
Agar obat antimikroba efektif, obat tersebut harus ada dalam konsentrasi yang cukup di
dalam aliran darah seseorang, dan begitu juga dalam cairan interstisial.
Antibiotic digolongkan ke dalam spectrum luas atau sempit. Antibiotic spectrum luas
adalah antibiotic yang efektif melawan berbagai mikroorganisme berbeda, seperti kokus
dan basilus. Warna berbagai bakteri setelah diberi zat pewarna untuk identifikasi oleh
ahli mikrobiologi menyebabkan bakteri dibagi menjadi kelompok Gram Positif dan
Gram negative. Antibiotic spectrum luas mungkin efektif melawan kelompok bakteri
Gram positif dan Gram negative. Antibiotic spectrum sempit sangat efektif melawan
mikroorganisme spesifi. => bakteri
2. Resistensi antibiotic
Selama ini, antibiotic dapat menjadi sangat tidak efektif melawan mikroorganisme
spesifik. Hal ini disebabkan perubahan protektif yang terjadi dalam mikroorganisme.
Suatu perubahan bahwa mikroorganisme menjadi mampu menghasilkan sebuah enzim
yang menonaktifkan antibiotic, misalnya, sebagian besar stafilokokus menghasilkan β-
Modul Farmakologi 57
Kebanyakan bahan antibiotika tidak stabil bila berada dalam larutan, untuk waktu lama
yang diinginkan dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas, bahan obat dengan bentuk
tidak larut dalam suspense berair atau sebagai serbuk kering untuk dioplossangat
menarik bagi pabrik obat. Suspense oran antibiotic juga memberikan cara yang
memuaskan dari pemberian sediaan kepada bayi dan anak-anak, sebagaimanaa juga
pada orang dewasa yang lebih senang memilih sediaan cair daripada bentuk sediaan
padat. Banyak dari suspense oral yang dimaksudkan terutama untuk bayi dikemas
dengan penetes yang berukuran, guna membantu pemberian dosis yang telah ditetapkan.
Contoh dari beberapa suspense oran antibiotika untuk pediatric diperdagangan.
Fase pendispresi dari suspense antibiotic adalah air dan biasanya diberi warna, pemanis,
pewangi dan perasa untuk memberikan cairan lebih menarik dan menambah selera.
Bentuk palmitat dari kloramfenikol dipilih untuk bentuk sediaan suspense bukan hanya
karena tidak larutnya dalam air saja, tetapi juga karena kualitasnya yangtidak akan
member rasa, dengna cara itu menghilangkan masalah formulasi dalam usaha menutupi
rasa pahit dari basa kloramfenikol.
Modul Farmakologi 58
Penggunaan Antibiotik
Makin banyaknya antibiotik yang ditemukan, maka makin sulit untuk dikelompokkan
dan mengadakan pilihan. Untungnya, beberapa antibiotika yang ditemukan dan beredar
di pasaran tela htersaring dari toksisitas berat dan hanya memiliki efek alergi serta
mudahnya terjadi resistensi.
Biasanya penderita datang dengan gejala infeksi umum yang belum dapat ditetapkan
diagnosis pastinya. Diagnosis pasti mikrobiologik memerlukan waktu, laboratorium dan
interpretasi. Penetapan diagnosa mikrobiologik dengan metode cakram cukup
sederhana, dan yang lengkap disertai penetapan daya hambat minimum, daya bunuh
minimum, kadar obat dalam darah, titer serum- bakteri, dan pemantauan mikrobiologik
dengan hasil perjalanan klinis. Kelengkapan demikian hanya tersedia pada beberapa
rumah sakit saja, sedangkan selebihnya, diagnosis didasarkan pada pengalaman
perkiraan klinis. Terapi empiris demikian, meskipun dari segi ilmiah tidak benar, tetapi
dilakukan dengan penajaman pendekatan, yaitu:
1) Mencari lokasi anatomi dari tempat infeksi, misalnya faring, telinga bagian dalam,
ginjal dan sebagainya.
Penggunaan antibiotika dalam kombinasi harus dibatasi, karena tidak banyak yang
bekerja sinergistik dan dalam kombijnasi tersebut dosis tidak dapat diturunkan. Karena
efek toksiknya menjadi lebih luas. Beberapa antibiotik malahan bekerja antagonistik,
antara lain penisilin dengan tetrasiklin dan penisilin dengan kloramfenikol.
Istirahat dan menjaga gizi sangat menunjang daya tahan tubuh dan mempercepat
penyembuhan, disamping tindakan perawatan lainnya.
Beberapa antibiotik diusakan untuk diberikan pada indikasi khusus, seperti berijut
(Label Antibiotik untuk indikasi khusus)
Modul Farmakologi 59
Penilisilin pembunuh bakteri Gram negatif dan kokus Gram positif, streptokokus,
stafilokokus, spiroketa, klostridia, antraks dan aktinomisetes. Bakteri dalam fase
tumbuh lebih peka, sehingga penyakit lebih cepat disembuhkan dari pada penyakit
kronis. Penyerapan per os baik, tetapi beberapa bentuk penislin mudah dirusak oleh
asam lambung dan enzim. Distribusinya setelah diserap luas, tetapi sulit memasuki otak.
Pengeluarannya melalui ginjal cepat. Karena itu, diusahakan mencari ikatan penisilin
yang diserap secara lambat dari tempat injeksi dan bila diberikan per os tidak dirusak
asam lambung.
Toksisitas penisilin terutama berupa alergi hingga syok anafilatik. Pertolongan pertama
syok adalah memberi epinefrin i.m. secepatnya dan diulangi hingga tekanan darah
menetap minimal 90 mmHg. Ampisilin dapat menimbulkan perubahan flora usus.
2. Prokain penisilin, dosisnya 300000-6 juta unit untuk penyerapan lambat dan
disuntikan 1-2 kali sehari.
3. Benzatin penisilin, dengan dosis 300000-1,2 juta unit 1-2 kali seminggu.
5. Ampisilin merupakan penisilin berspetrum luasy ang dpaat diberikan per os dan
injeksi dengan 2 gram.
6. Amoksisilin hampir sama dengan ampisilin diberikan dengan dosis 1,5 gram.
7. Oksasilin dan kloksasilin, dengan dosis 2 gram dan beberapa puluh jenis dari
golongan penisilin baru, menggeser golongan penisilin lama yang tidak lagi
diproduksi.
Sejumlah preparat resmi dan diperdagangan terdiri dari campuran kering serbuk atau
granula yang dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya
sebelum pemberian. Sebagaimana telah diketahui preparat resmi ini mencantumkan
Modul Farmakologi 61
“untuk suspense oral” pada judul resminya guna membedakannya dari suspense yang
sudah disiapkan.
Kebanyakan dari obat yang dibuat sebagai campuran kering untuk suspense oral adalah
obat antibiotic. Produk kering yang dibuat secara komersial guna mengandung obat
antibiotic, dengan bahan tambahan untuk pewarna, pemanis, flavor, penstabil dan
pensuspensi, atau zat pengawet yang mungkin didinginkan untuk meningkatkan
stabilitas dari, baik serbuk kering atau campuran granul atau dasar suspensecair.
Apabila akan dioplos dan diberikan kepada pasien, salah satu dari obat ini, ahli farmasi
membuka serbuk yang ada pada dasar wadah dengan menusuk secara perlahan dengan
benda keras lalu menambahkan sejumlah air murni sesuai dengan yang ditunjukkan
pada table, biasanya sebagian dan kocok yang keras sampai semua serbuk kering telah
tersuspensi. Penting bagi seroang ahli farmasi untuk menambahkan secara tepat jumlah
air yangtelah ditetapkan kepada campuran kering apabila ingin dihasilkan konsentrasi
yang tepat per unit dosis. Juga penggunaan air murni lebih baik daripada air ledeng
untuk menghindari penambahan pengotoran yang dapat merusak serta member efek
kebalikan dari efek stabilitas sediaan yang dihasilkan. Ahli farmasi harus
memberitahukan pasien mengenai sifat ini dan mengharuskannya untuk mengocok
isinya baik-baik sesaat sebelum pemakaian dan obat disimpan secara tepat (biasanyadi
bawah pendinginan). Di antara obat resmi untuk suspense oral adalah sebagai berikut:
1. Amoxicillin for Oral Suspension, USP (amoxil for Oral suspension (becham)]
2. Ampicilin for Oral Suspension, USP [Polycillin for Oral Suspension (Bristol)]
4. Cefaclor for oral suspension, usp [ceclor for oral suspension (Lilly)]
5. Cephadrine for oral suspension, USP [ anspor for oral suspension ( Smith, Kline
&French)]
6. Cephalexin for oral suspension, USP [ Keflex for oral suspension (Dista)]
7. Colistin Sulfate for oral suspension, USP [ Coly-Mycin for oral suspension
(Parke-Davis)]
Modul Farmakologi 62
8. Cyclacillin for oral suspension, USP [Cyclapen-W for oral suspension (Wyeth)]
9. Dicloxacillin for oral suspension, USP [Dynapen for oral suspension (Bristol)]
10. Doxycycline for oral suspension, USP [Vibramycin Monohydrate for oral
suspension (Pfizer)]
11. Erythromycin Ethylsuccinate for oral suspension, USP [EEES for for oral
suspension (Abbott)]
12. Hetacillin for oral suspension, USP [Versapen for Oral Suspension (Bristol)]
13. Penicilin V for oral suspension, USP [V-Cillin for oral suspension (Lilly)]
Di antara obat resmi lainnya dari antibiotic yang dibuat sebagai campuran kering dari
serbuk untuk diencerkan menjadi suspense oral adalah sebagai berikut ini: Kalsium
ipodat (Oragrafin Calcium (Squibb)] alat bantu diagnosis, digunakan dalam
kolesistografi; kolestiramin [Questran (Mead Johnson)], obat yang digunakan dalam
pengaturan tingkat kolesterol yang tinggi; dan barium sulfat (Barospere (Mallinck-
rodt)], digunakan secara oral atau rectal sebagai medium kontras radiopaque untuk
melihat saluran cerna sebagai alat bantu diagnosis.
Yang paling sering digunakan dari zat ini adalah barium sulfat. Barium sulfat
diperkenalkan ke dalam pengobatan sekitar 1910 sebagai medium kontras dalam
pemeriksaan sinar rontgen dari saluran cerna. Praktis tidak larut dalam air, jadi
pemberiannya meskipun diperlukan dalam dosis yang besar, aman karena tidak
diabsorbsi dari saluran cerna. Seorang ahli farmasi harus berhati-hati untuk tidak salah
tafsir “barium sulfat” dengan bentuk lain sebagai sulfide dan sulfit yang merupakan
garam yang mudah larut dan merupakan racun. Barium sulfat adalah serbuk halus, tidak
kasar, putih, tidak berbau, dan tidak terasa. Apabila dibuat menjadi suspense dan
diberikan secara oral penggunaanya untuk mendiagnosis keadaan dari hypopharynx,
esophagus, lambung, usus kecil dan kolon. Barium sulfat menyebabkan saluran cerna
buram (tidak tembus cahaya) terhadap sinar X sehingga ia dapat dibuat foto guna
menunjukkan setiap ketidaknormalan dalam cirri anatomi dari rectum dan kolon.
Apabila diberikan secara rectal, barium sulfat dibiarkan memperagakan sifat dari rectum
dan kolon.
Modul Farmakologi 63
Diperdagangan, barium sulfat untuk diagnose tersedia sebagai serbuk bahan mentah
yang mengandung baku pensuspensi yang dibutuhkan untuk efektivitas pengecoran
pada suspense oral atau enema sebelum diberikan. Untuk enema terdiri dari suspense
yang sudah dibuat dalam kantung diposable dan siap untuk digunakan, jugatersedia
(Barosperse Disopable Barium Enema Unit (Mallinckrodt)
i. Farmakodinamik
Mekanisme kerja: Penghambat sintesis dinding sel pada tahap terakhir dengan jalan
inaktivitas D-alanin0transpeptidase.
v. Efek Samping
Penisilin Oral: reaksi alergi dari pembentukan eritema ringan hingga syok anafilatik dan
untuk mencegah perkembangan alergi, pengunaan topical dilarang
1. Penisilin spectrum luas terhadap kuman gram negative yang sulit dibasmi
i. Indikasi:
Modul Farmakologi 64
Penggunaan terapi pada infeksi, juga infeksi campuran dengan penyebab gram
negative dan gram positif, aerob, dan anaerob, terutama Pseudomonas,
Klebsiella, Proteus, Serratia, E.coli, Neisseria, berbagai bentuk kelangsungannya
(juga yang berat). Untuk profilaksis perioperatif.
Penisilin spectrum luas terhadap kuman gram negative yang sulit dibasmi,
kontraindikasi: alergi penisilin.
iii. Farmakodinamik
Mekanisme kerja: penghambatan sintesis dinding sel pada tahap terakhir melalui
inaktivitas D-alanin-transpeptidase.
Penisilin spectrum luas terhadap kuman gram negative yang sulit dibasmi, penggunaan
terapi: infeksi, juga infeksi campuran dengan penyebab gram negative dan gram positif,
aerob, dan anaerob, terutama Pseudomonas, Klebsiella, Proteus, Serratia, E.coli,
Neisseria, berbagai bentuk kelangsungannya (juga yang berat). Untuk profilaksis
perioperatif.
iv. Farmakokinetik
Modul Farmakologi 65
Petunjuk: 1) Pada pasien dengan diathesis alergis penggunaan parenteral harus dengan
hati-hati; 2) Pada pemberian bersama-sama dengan antikoagulan oral: kecenderungan
perdarahan lebih kuat; 3) Pada pasien dengan kecenderungan perdarahan perlu dikontrol
terhadap parameter pembekuan.
Sikap ketat untuk indkasi pada trimester ke-1 karena Mezlosillin dapat menembus sawar
plasenta.
i. Indikasi:
strain bakteri yang peka infeksi kulit dan jaringan lunak: staphylococcus bukan
penghasil penisilinase, streptococcus, S. pneumonia. E. coli
iii. Dosis:
2) Anak-anak dengan Berat Bayi lahir kurang dari 20 kg: sehari 20-40 mg/kg/ BB
dalam dosis bagi tiap 8 jam.
4) Pada penderita yang menerima dialisa peritoneal: dosis maksimal yang dianjurkan
sehari 500 mg.
Reaksi kepekaan yang serius dengan fatal adalah anafilaksis terutama terjadi pada
penderita yang hipersensitif pada peniseilin.
ii. Farmakodinamik
3) Spectrum aktivitas: 1) Bakterisit terhadap sejumlah besar kuman gram positif dan
beberapa kuman gram negative; 2) Selain kuman yang sensitive terhadap Penisilin G,
batang gram positif dan gram negative juga peka. Aktivitas yang sangat baik terhadap
Stafilokokus (golongan Sefalosporin yang mempunyai efektivitas terhadap stafilokokus
Modul Farmakologi 67
v. Efek samping:
Pada sefalosporin generasi ke-1, efek samping: reaksi hipersenitivitas (syok anafilatik
±1%), leucopenia (alergis), gangguan fungsional pada trombosit (jarang kecenderungan
perdarahan; antagonismus vitamin K), kenaikan konsentrasi transaminase yang
reversible, gangguan gastrointestinal.
i. Indikasi:
Infeksi saluran pernapasan, kulit dan jaringan lunak, ginjal dan saluran kemih, tulang
dan sendi dan pra operasi infeksi intra abdominal, GO tanpa komplikasi
iii. Dosis:
1) Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun: sehari 1x 1-2 gram atau dibagi dalam 2
dosis. Maksimal sehari 4 gram.
4) Anak lebih dari 12 tahun: infeksi kulit, sehari 1×50-75 mg/kgBB atau dibagi
dalam 2 dosis. Maksimal sehari 2 gram.
Modul Farmakologi 68
5) Infeksi berat selain meningitis 50-70 mg/kgBB/ hari dalam dosis terbagi tiap 12
jam. Maksimal 4 gram.
Serupa dengan tetraksilin, maka kloramfenikol juga berspektrum luas dan spesifik
terhadap bakteri Salmonella typhosa, Hemophilus infulenze dan Bordetella pertussis,
meskipun telah banyak bakteri yang resisten. Pemberian utama per os diserap dengan
baik dan distribusinya luas. Biotransformasinya terjadi di hati dan dikeluarkan melalui
air kemih serta empedu. Karena kloramfenikol toksik terhadap sumsum tulang, maka
pemakaiannya sangat terbatas terutama untuk penyakit berat dan penyakit tifus.
Bayi dapat mengalami keracunan yang disebut “Greby-baby syndrome” yaitu bayi
berwarna abu-abu, lemah terjadi syok dan meninggial. Pemberiannya sebagai salep
mata untuk konjungtivitas memberi rasa pedih. Superinfeksi dapat terjadi setelah 5-10
hari pemberian dan juga dapat terjadi depresi sumsum tulang yang mungkin menetap.
Pemeriksaan hitung jenis darah agar dilakukan secara periodik.
Kloramfenikol juga memberi kebutaan dan alergik yang dapat berakibat fatal. Perlu
diperhatikan untuk tidak memberikan koramfenikol pada ibu yang menyusui, karena
kloramfenikol dikeluarkan bersama ASI. Dosis kloramfenikol 50 mg/kg BB dan untuk
tiamfenikol 1 gram sehari.
i. Indikasi:
iii. Dosis:
1) Dewasa, anak-anak dan bayi lebih dari 2 minggu: 50 mg/kg BB, terbagi dalam
sehari 3-4 x.
2) Bayi premature atau kurang dari 2 minggu: 25 mg/kg BB, dalam dosis terbagi 4,
infeksi gonokokal 5000 mg sehari dalam dosis tunggal, dilanjutkan 500 mg sehari 3x
selama 5 hari
3) Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, glositis, stomatitis, dan diare.
4) Efek samping lainnya seperti sakit kepala, depresi migrant, gangguan mental
neuritis optic dan perifer dan sindrom gray
Selain terhadap bakteri Gram negatif dan Gram positif, golongan ini juga membunuh
riketsia, amuba, mikoplasma, trakoma dan beberapa lagi. Resistensi dapat terjadi pada
Modul Farmakologi 70
pemakaian yang kurang tepat. Penyerapannya per os baik, tetapi terikat oleh logam Al,
Mg, Ca, Fe dan makanan. Distribusi golongan tetraksilin dalam tubuh luas dan ditimbun
di dalam tulang dan gigi, karena terikat oleh kalsium. Ekskresinya melalui air kemih
dan tinja. Toksisitasnya berupa mual, muntah dan diare dengan dehidrasi berat;
superinfeksi sering terjadi setelah pemberian selama 3 hari. Karena tetrasiklin ditimbun
di dalam gigi dan tulang, maka pada pemberian pada anak berusia di bawah 12 tahun
dapat menyebabkan kerusakan gigi. Pada wanita hamil trisemester terakhir, dapat terjadi
gangguan perkembangan tulang pada bayi yang akan dilahirkan. Yang berbahaya adalah
toksisitasnya pada ginjal dan hati, karena berakibat fatal. Pada pemberian yang lama
mengakibat anemia, fotosensitivitas dan gangguan pembekuan darah.
i. Indikasi:
1) Antibiotik spectrum luas pilihan kedua; 2) Bronkitis kronis, infeksi pulmonal karena
mikoplasma, infeksi saluran empedu dan banyak infeksi lainnya, untuk terapeutik lain
yang diindikasi primer; 3) obat pilihan ke-1 pada infeksi langka seperti kolera atau pes.
Petunjuk: tetrasiklin dengna ion logam bervalensi 2 atau lebih membentuk kompleks
kelat. Tetrasiklin dapat melewati sawar plasenta dan berdifusi ke dalam ASI. Di tulang,
tetrasiklin disimpan dalam bentuk kelat –Ca2+ yang inaktif dan selama fase mineralisasi
terkumulasi secara ireversibel pada email gigi.
Modul Farmakologi 71
iii. Farmakodinamik
Mekanisme kerja: biosintesis protein (inisiasi dan elongasi) dihambat melalui ikatan
pada subunit 30S.
Spectrum aktivitas: 1) sangat luas 2) mencakup bakteri gram positif dan gram negative,
mikoplasma, klamida, dan riketsia, serta dalam dosis tinggi terhadap amuba.
v. Efek Samping:
Efek samping (±5-10%): efek gastroinstestinal, gangguan fungsi hati (fatty liver),
dermatosis fotoalergik, eksantema, perlambatan pembekuan darah (pembentukan
kompleks dengan Ca 2+?). gangguan fungsi ginjal karena hasil peruraian, kerusakan
gigi, superinfeksi oleh jamur dan bakteri.
i. Indikasi:
iii. Dosis:
1) Dewasa dan anak-anak lebih dari 2 tahun BB>45 kg: hari pertama 200mg dosis
tunggal atau terbagi 2 dosis; dilanjutkan dengan pemeliharaan sehari 1×100 mg atau
sehari 2×50 mg
3) Anak-anak lebih dari 8 tahun BB kurang dari 45 kg: hari pertama 4 mg/kgBB/ hari
terbagi dalam 2 dosis, selanjutnya 2 mg/kgBB/hari
Obat merek Doxacin, golongan Tetrasiklin. Efek samping: gangguan fungsi hati, control
fungsi dan ginjal
1. Streptomisin
Modul Farmakologi 73
Toksisitasnya berupa reaksi alergi hingga syok anafilaktik berat, ketulian untuk
dihidrostreptomisin dan kehilangan keseimbangan untuk streptomisin, dan pada dosis
tinggi terjadi kerusakan ginjal.
Aktifitas antibiotik ini bersifat bakterisid terhadap Gram positif dan Gram negatif.
Kanamisin dan neomisin juga efektif terhadap mikrobakteri. Penyerapan neomisin dan
kanamisin per os buruk, sedangkan gentamisin dan tobramisin cukup baik.
Kelompok antibiotik ini memberi keracunan yang sama dengan streptomisin yaitu pada
ginjal dengan saraf pendengaran/ keseimbangan.
Penggunaan klinisnya sama dengan streptomisin, dengan dosis 1-2 gram i.m., dosis
gentamisin dan tobramisin 300-500 mg i.m., dosis kanamisin dan neomisin 500 mg i.m.
sediaan salep gentamisin banyak diberikan sebagai salep luka bakar dan luka pada kulit.
i. Indikasi:
Serratia dan local untuk mata; 5) Kelompok Neomisin: local untuk infeksi kulit dan
usus; 6) Spektinomisin: gonore.
iii. Dosis:
iv. Farmakodinamik
Mekanisme kerja: penghambat biosintesis Protein (inhalasi dan elongasi) melalui ikatan
pada subunit 30S. selain itu, menyebabkan salah baca pada mRNA, yang
mengakibatkan pembentukan protein “nonsense”. Namun efek bakterisid senyawa ini
disebabkan oleh gangguan permeabilitas dari membrane sitoplasma.
Tipe efek: bakterisid primer (juga kuman dalam fase istirahat dapat dibasmi)
Spectrum aktivitas: 1) sedang; 2) terutama bakteri gram negative, yang penting adalah
efek dari senyawa baru (kelompok Gentamisin) terhadap kelompok Pseudomonas.
v. Farmakokinetik
Aminoglikosid menembus sawar plasenta dan mencapai fetus. Kadar yang tercapai di
ASI rendah (±2% nilai serum).
i. Indikasi:
iii. Dosis:
2) Infeksi mengancam jiwa 5 mg/kg/ BB/ hari terbagi dalam 4 dosis. Kemudian
diturunkan menjadi 3 mg/kg/BB/ hari.
5) Bayi premature atau bayi matur usia 1 minggu: 6 mg/ kg/BB/ hari terbagi dalam 2
dosis. GO 280 mg IM dosis tunggal.
Contohnya obat merek abaktal, akilen, armolec 500, avelox, bactiprox, baquinor,
bernoflox, dan lain-lain.
ii. Farmakokinetik:
iii. Farmakodinamik:
iv. Dosis:
v. Efek Samping:
Mual, rasa tidak enak diperut, dyspepsia, kembung, diare danstomatitis, colitis
psedomembranosa, sakit kepala, pusing, tidak enak badan, mengantuk, rasa capek,
kegelisahan, insomnia (sulit tidur), terkadang depresi, halusinasi, pandangan kabur,
psikosis dan kejang, kulit kemerahan.
Modul Farmakologi 78
i. Indikasi:
ii. Dosis:
Mual, rasa tidak enak diperut, dyspepsia, kembung, diare danstomatitis, colitis
psedomembranosa, sakit kepala, pusing, tidak enak badan, mengantuk, rasa capek,
kegelisahan, insomnia (sulit tidur), terkadang depresi, halusinasi, pandangan kabur,
psikosis dan kejang, kulit kemerahan.
Penggunaan
Contohnya obat merek: abbotic/ abbotic XL, anbiolid, aztron, bannthrocin, bicrolid,
binoklar, binozyt, biostatic, clanine, clapharma, colistine, comtro, corsatrocin, dan
sebagainya.
i. Farmakokinetik:
2) Roksitromisin setelah pemberian oral diabsorbsi cepat dan baik (→dosis rendah).
Bioavailablitias oral tidak dipengaruhi oleh penyerapan makanan pada waktu yang
Modul Farmakologi 79
sama. Karena t1/2 panjang (pada orang lanjut usia hingga 27 jam) pemberian dapat
dilakukan 1 -2 kali sehari.
1) Pada alergi penisilin dan kuman yang resisten terhadap Peniseilin, serta penting
untuk infeksi dengan Mycoplasma pneumonia, Legionella dan Kampilobakter.
Spectrum aktivitas: mencakup terutama kokus positif dan gram negative, legionella,
klamida dan mikoplasma. Di antara anggota golongan Makrolid, terhadap Linkosamid
serta Kloramfenikol ada resistensi silang parsial. Perkembangan tensi terjadi dengan
cepat menurut pola langkah tunggal.
iii. Kontraindikasi:
Kontra indikasi pada kerusakan hati (Eritromisinestolat dan TAO), massa menyusui.
iv. Dosis:
v. Efek Samping:
Modul Farmakologi 80
Efek samping (±10%): sangat jarang bersifat serius: keluhan lambung karena iritasi
lokal, hepatitis kolestatis disebabkan oleh Eritromisinestolat dan Triasetiloleandromisin
(TAO), pada dosis tinggi, kerusakan pendengaran, reaksi alergis.
i. Indikasi:
1) Pengobatan pada usia lebih dari 16 tahun dengan infeksi saluran pernafasan atas
(misalnya Sinusitis, faringitis, tonsillitis, dan media otitis akut)
2) Infeksi saluran pernapasan bawah (misalnya Bronkitis akut dan ringan sampai
pneumonia berat sedang)
iii. Dosis:
3) Dewasa lebih dari 16 tahun:1500 mg dalam 3 hari (500 mg/ hari) atau
rejimen 5 hari (500mg dosis tunggal pada hari 1, kemudian sehari 250 mg pada hari 2-5)
9. Eritromisin
Aktivitas eritromisin mirip dengan penisilin, tetapi kekuatannya lebih rendah. Karena
banyak individu yang alergi terhadap penisilin, maka eritromisin bermanfaat sebagai
penggantinya. Indikasi klinisnya sama dengan golongan penisilin.
Juga bila terdapat resistensi terhadap penisilin, maka eritromisin dapat digunakan
sebagai pengganti. Penyerapan per os baik, sulit memasuki SSP dan eksresinya melalui
tinja. Toksisitasnya berupa mual, muntah, superinfeksi dan alergi seperti penisilin.
Pemberian i.m. menimbulkan rasa nyeri, tetapi dapat diberikan secara i.v. untuk
beberapa preparat. Dosis eritromisin 2 gram diawali dengan dosis 500 mg. Yang mirip
golongan eritromisin adalah spiramisin dengan dosis 1,5-2 gram per os.
1. Kelompok polimiksin
Polimiksin tidak diserap di usus dan tidak dapat memasuki cairan serebrospinal.
Eksresinya melalui ginjal dan sangat toksik terhadap ginjal. Obat ini juga dapat
Modul Farmakologi 82
Contohnya obat merek: aditrim, aditrim force, andrizen, anerocid, anamerob, bactoprim,
bactricid, dan sebagainya
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan
lain-lain.
i. Indikasi:
infeksi tratus urinarius, infeksi traktus, saluran cerna, infeksi traktus respiratorius.
ii. Kontraindikasi:
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan
lain-lain. Kontra Indikasi: penderita yang diketahui hipersensitif terhadap Metronidazol
atay derivate nitromidazole lainnya, trimester pertama kehamilan.
iii. Dosis:
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan
lain-lain. Dosis
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan
lain-lain. Efek samping: anoreksia, nyeri pada epigastrum, convulsive seizure dan
neuropati perifer, rasa tidak enak di mulut, furred tongue, mual, muntah atau gangguan
pada saluran cerna sering dilaporkan, urtikaria, kemerahan pada kulit, pruritus,
angioderma dan anafilasi; pernah terjadi: mengantuk, pusing, sakit kepala, ataksia dan
urin berwarna.
Latihan :
1. Jelaskan macam-macam antibiotik
2. Jelaskan jenis-jenis antibiotik berdasarkan struktur kimianya
3. Jelaskan resistensi antibiotik
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan macam-macam antibiotik berdasarkan targetnya
2. Perhatikan pembahasan macam-macam antibiotik berdasarkan struktur kimianya
3. Perhatikan pembahasan resistensi antibiotik
Kesimpulan
Tes Formatif 1
MODUL X
OBAT ANALGESIK/ANTIPIRETIK
Pendahuluan
Assalamualaikum, hari ini kita akan mempelajari tentang analgesik dan antipiretik.
Karena pengggunaannya yang sangat luas, maka kita sebagai perawat harus
memperhatikan golongan obat ini.
Analgesik
Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen
obat yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri.
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh atau obat untuk
menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif
pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin
pada CNS.
Analgetika Narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja
yangterletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan
danmenidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan
toleransidan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan
adiksi) dengangejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya
adiksi ini, makakebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam
Undang-UndangNarkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen
Modul Farmakologi 86
POM.Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai
berikut:
d-ptopoksifen
Histamin
Serotonin
Prostaglandine.
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang
dapatmenimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu
yang disebutmediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di
kulit, selaput lendir, ataujaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini
rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui
sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudianke pusat nyeri di dalam otak besar,
dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting
adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin,
serta ion-ion kalium. Jadi peran hipotalamus adalah sebagai control pusat nyeri.Indikasi
dan KontraindikasiEfek Samping dan Gejala Toksik Efek samping yang paling umum
adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hatidan ginjal dan juga
reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaanlama atau
dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak
dianjurkan.
Modul Farmakologi 88
ANTIPIRETIKA
Definisi Obat analgetik adalah obat penghilang demam yang banyak digunakan untuk
mengatasi demam tanpa menghilangkan kesadaran.
Dosis: Untuk dewasa 325 mg- 650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk
anak 15-20 mg/kgBB diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak melebihi 3,6 gr per
hari.
Diflunisal
Modul Farmakologi 89
Diflunisal merupakan derivate difluorofenil dari asam salisilat, tetapi in vivo diubah
menjadiasam salisilat.Farmakokinetika: Setelah pemberian oral, kadar puncak dicapai
dalam 2-3 jam. 99% akanterikat di albumin dan waktu paruh berkisar 8-12 jam.
Dosis: Dosis awal 500 mg disusul 250-500 mg sehari dengan dosis pemeliharaan tidak
melebihi 1,5 gram sehari
Para Amino FenolDerivat para amino fenol yaitu asetaminophen dan fenasetin.
Mekanisme: menghambatbiosintesis PGE2 yang lemah.Farmakokinetika: Diabsorpsi
cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasitertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu 0,5 jam dan masa paruh dalam plasma adalah1-3 jam. Dalam plasma,
asetaminofen 25% dan fenasetin 30% terikat dalam protein plasma.
Tubuh kita sendiri sebenarnya memiliki analgesik alami Tubuh, analgesik tersebut
adalah Endorfin.
ANALGETIK
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri
seperti pada fractura dan kanker.
Metadon.
Indikasi : Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah
sakit.
Depresi pernapasan
Konstipasi
Gangguan SSP
Hipotensi ortostatik
Fentanil.
Mekanisme kerja : Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.
Efek tak diinginkan : Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.
c. Kodein
Efek tak diinginkan : Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik),
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan
efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat
Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
a. Ibupropen
b. Paracetamol/acetaminophen
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat
pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
Modul Farmakologi 92
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
1. Analgesik Sentral
2. Analgesik Perifer
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
B. Antipiretik
1. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat
ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan
yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh
digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
2. Fentanyl
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit
secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap.
Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik
narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit.
Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat.
Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering
terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Modul Farmakologi 94
3. Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat
manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon
diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel
darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu
disertai resep dokter.
Latihan :
1. Jelaskan definisi obat analgesik dan antipiretik
2. Jelaskan obat-obat antipiretik
3. Jelaskan obat-obat analgesik
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan definisi obat analgesik dan antipiretik
2. Perhatikan pembahasan obat-obat antipiretik
3. Perhatikan pembahasan obat-obat analgesik
Modul Farmakologi 95
Kesimpulan
1. Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
2. Obat antipiretik adalah obat penghilang demam yang banyak digunakan untuk
mengatasi demam tanpa menghilangkan kesadaran.
Tes Formatif 1
MODUL XI
Pendahuluan
Infeksi pada saluran nafas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat.
Infeksi saluran nafas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran
nafas atas dan infeksi saluran anfas bawah. Infeksi salurna nafas atas meliputi rhinitis,
sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, dan otitis. Sedangkan saluran anfas
bawah meliputi infeksi pada bronkus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis,
penumonia. Infeksi saluran nafas atas bila tidak diatasi dapat menjadi infeksi saluran
nafas bawah.
Tingginya prevalensi infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) serta dampak yang
ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas (seperti obat anti
influenza, obat abtuk, multivitamin0 dan antibiotika.
Obat Batuk
Farmakokinetik
Penggunaan oral, sub kutan onzet 15-30 menit durasi 4-6 jam. Pada penggunaan i.m
mencapai puncak setelah 0,5 – 1 jam.
Pendosisan
Dosis dewasa
Per oral,sc, atau i.m sepagai analgesik 15-60 mg tiap 4-6 jam. Per oral dan sc sebagai
antitusif 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg per hari.
Modul Farmakologi 98
Dekstromethorphan
Farmakokinetik
Per oral onset 1-2 jam, durasi 6-8 jam. Sediaan lepas lambat durasi 12 jam.
Dosis
Dewasa; sebagai penekan abtuk 10 – 30 mg tiap 4-8 jam, maksimal 120 mg per ahri.
Pediatri: untuk anak kurang dari 2 tahun tidak dianjurkan, 2-6 tahun 2,5-7,5 mg tiap 4-8
jam, maksimal 30 mg per hari.
Farmakologi
Bekerja sebagai ekspektorat sebagai suatu aksi meningkatkan sekresi saluran pernafasan
sehingga viskositas dahak berkurang, meningkatkan aksi cilia dan dengan demikian
dahak akan lebih mudah dikeluarkan.
Indikasi
Untuk meringankan batuk yang berhubungan dengan infeksi pada saluran pernafasan
Farmakokinetik
Pendosisan
Peiatri; 2-6 tahun 50-100 mg tiap 4 jam maksimal 600 mg per hari.
Modul Farmakologi 99
Bromheksin
Farmakologi
Indikasi
Bromheksin HCl digunakan sebagai mukolitik pada batuk dengan dahak yang kental.
Pendosisan
Ambroksol Hidroklorida
Farmakologi
Pendosisan
Chlorpheniramin Maleat
Sebagai antihistamin, CTM merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor H1-
histamin. CTM juga merupakan anticholinergik dan mempunyai efek sedative
menengah.
Farmakokinetik
Pendosisan
Modul Farmakologi 100
Per oral pada rhinitis alergi (efeknya akan maksimum jika diberikan terus menerus)
dengan dosis inisial 4 mg, peningaktan secara gradually lebih dari 10 hari yang
ditoleransi sampai 24 mg/hari dibagi dalam 1-2 dosis sampai selesai.
Latihan :
1. Jelaskan farmakologi dan farmakokinetik obat antitusif
2. Jelaskan farmakologi, farmakokinetik, dan pendosisan mukolitik.
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan antitusif
2. Perhatikan pembahasan mukolitik
3. Perhatikan pembahasan obat-obat analgesik
Kesimpulan
1. Infeksi salauran pernafasan dibagi menjadi infeksi saluran pernafasan atas dan
infeksi saluran pernafasan bawah.
2. Contoh obat yang digunakan adalah cetirizine, DMP, CTM, GG, Kodein dan
Bromheksin.
Tes Formatif 1
MODUL XII
Pendahuluan
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit kardiovakuler saat ini merupakan salah
satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk
Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di
seluruh dunia pada tahun 2001, meninggal dunia karena penyakit kardiovaskuler.
Bretilium Tosilat
Bretilium adalah suatu antiaritmia tipe 3 dengan aksi sedikit karena pelepasan
katekholamin dan urutan penempatan katekholamin dan/atau efek langsung yang tidak
tergantung sistem syaraf adrenergik. Aksi langsung dapat dihubungkan dengan
penghambatan saluran kalium. Bretilium menyebabkan meningkatnya tekanand arah,
denyut jantung, dan kontaktilitas miokardial (dari pelepasn aktekholamin), diikuti oleh
hipotensi.
Farmakokinetik
Onset dan durasi IV biasanya 5-10 menit tetapi dapat tertunda sampai 20-60 menit,
mutu miokardial meningkat berangsur-angsur setelah 6-12 jam. Durasi biasanya 6-12
jam setelah dosis tunggal. Disebabkan oleh mutu miokardial menetap, durasi setelah
dosis ganda dapat jauh lebih panjang.
Dosis
Dewasa; IV loading dose 5 mg/kg didorong dengan dosis tambahan 10 mg/kg ila tidak
ada respon. Dosis pemeliharaan IM atau IV (diatas 8 menit aatau lebih) 5-10 mg/kg
setiap 6 jam atau sebagai infus 1-2 mg/menit.
Modul Farmakologi 103
Digoxin
Digoxin adalah glikosida digitalis dapat menimbulkan efek inotropik positif melalui
perbaikan kemampuan kalsium terhadap kontraktilitas otot jantung, yang menaikkan
cardiac output dalam CHF. Dalam CHF digoxin memperbaiki gejala-gejala CHF tetapi
tidak merubah kematian masa panjang. Aksi antiaritmia digoxin utamanya disebabkan
oleh suatu kenaikan masa refrakter nodus AV melalui naiknya tonus vagus, withdrawal
simpatetik, dan mekanisme secara langsung. Digoxin juga menimbulkan vasokonstriksi
yang sedang secara langsung pada otot polos pembuluh darah vena. Digoxin digunakan
untuk pengobatan gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama fibrilasi atrium).
Farmakokinetik
Onset dan durasi IV 14-30 menit, emncapai puncak 1,5 – 5 jam.Sedikit lebih lambat
setelah pemakaian oral.
Dosis
Dewasa; IV loading dose 10-15 ʯg/kg dalam dosis yang terbagi lebih dari 12-24 jam
pada interval 6-8 jam.
Captopril
Captopril adalah suatu inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Onset cepat
dan durasi pendek yang dipunyai kaptopril adalah secara menguntungkan untuk menilai
pasien yang toleran terhadap onhibitor ACE tetapi tidak tepat selama penggunaan
jangka panjang.
Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral sekitar 65%, makanan menurunkan absorpsi, sebaiknya obat ini
digunakan saat perut kosong. Sekitar 30% terikat dengn protein plasma.
Dosis
Modul Farmakologi 104
PO untuk hipertensi; permulaan 12,5 – 25 mg dua sampai tiga kasi sehari, yang
meningkat setelah 1-2 minggu sampai 50 mg dua sampai tiga kali sehari, sampai
maksimum 450 mg/hari.
Diltiazem
Diltiazem adalah sautu obat yang menghambat saluran alsium, menurunkan frekuensi
denyut jantung, memperpanjang konduksi nodus AV dan menurunkan tonus pembuluh
darah arteri dan pembuluh darah koroner.
Farmakokinetik
Onset dan durasi; onset per oral selama 0,5 – 3 jam, durasi selama 6-10 jam, 12 – 24
jam dengan kapsul SR, tergantung pada produk.
Bioavailabilitas oral sebesar 38±11% dengan dosis pertama dam 90±21% dengan terapi
panjang.
Dosis
Dewasa; Iv loading dose 0,25 mg/kg (kira-kira 20 mg) lebih 2 menit; dapat diulang
dalam 15 menit dengan 0,35 mg/kg.
Verapamil
Farmakokinetik
Onset dan durasi; pemberian iv, onset segera terjadi; duasi 2-6 jam, sampai 12 jam apda
pemakaian lama.
Dosis
Dewasa; per oral untuk angina permulaan 80-120 3x sehari, yang meningkat setiap hari
Per oral untuk hipertensi; biasanya 240 mg/hari yang menggunakan tablet SR.
Modul Farmakologi 105
Latihan :
1. Jelaskan farmakologi dan farmakokinetik captoril
2. Jelaskan farmakologi, farmakokinetik, dan pendosisan verapamil
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan captopril
2. Perhatikan pembahasan verapamil
Kesimpulan
1. Penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu untuk penyakit tidak menular.
Tes Formatif 1
anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama pada bagian
yang belum anda kuasai.
Modul Farmakologi 107
MODUL XIV
Pendahuluan
Assalamualaikum. Hari ini sampailah kita pada pembahasan obat sistem endokrin.
Penyakit endokrin ini dibagi 2, yaitu hipotiroid dan hipertiroid.
Hipotiroid
Kekurangan hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ pada tubuh. Terapi yang
digunakan adalah levotiroksin. Dosis pengganti rata-rata 1,6 ʯg/kg BB PO sekali sehari.
Hipertiroid
Tirotoxicosis adalah sautu keadaan klinis yang disebabkan oleh hormon tiroid yang
berlebihan dalam sirkulasi darah.
Propanolol
Dosis 10-20 mg PO setiap 6 jam dan sedikit demi sedikit dinaikkan sampai simptom
hilang. Untuk sebagian besar kasus, dosis harian 80-320 mg telah mencukupi.
Diltiazem
Suatu antagonis saluran kalsium. Dosis 30 mg PO setiap 6 jam dan sedikit demi sedikit
dinaikkan sampai simptom hilang.
Iodida
Propiltiourasil (PTU) dan methimazole (tapazole) hanya tersedia dalam bentuk preparat
oral. Dosis awal PTU 100 mg PO 3x sehari.
Modul Farmakologi 108
Latihan :
1. Jelaskan obat-obat yang digunakan pada hipotiroid
2. Jelaskan obat pada hipertiroid
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan hipotiroid
2. Perhatikan pembahasan hipertiroid
Kesimpulan
1. Obat pada sistem endokrin dibagi menjadi obat untuk hipotiroid dan hipertiroid.
Tes Formatif 1
70 – 79% = Cukup
<70% = kurang
Apabila anda mencapai nilai 80% atau lebih, anda dapat meneruskan mempelajari kegiatan
belajar 2. BAGUS, TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA! Jika masih di bawah 80% berarti
anda harus mengulangi kembali mempelajari materi kegiatan belajar 1 terutama pada bagian
yang belum anda kuasai.
Modul Farmakologi 110
MODUL XIV
Walaupun proporsi yang sangat kecil dalam seluruh keinan dalam kelahiran,
penghindaran penggunaan beberapa obat mesti dihindari untuk menghindari
ketidaknormalan tersebut.
Hari ke18 – 55 setelah konsepsi merupakan waktu yang sangat potensial dalam
menimbulkan efek teratogenik, yaitu ketika organ berdifensiasi. Efek teratogenik dari
obat dapat mempengaruhi struktur organ dan fungsi organ. Pemeriksaan USG janin oleh
tenaga yang terlatih dapat mendeteksi keabnormalan mayor, namun keabnormalan yang
minor biasanya sulit untuk dideteksi. Pasien dengan resiko neural tube defect (NTDs)
seaiknya mengkonsumsi 5 mg asam folat setiap hari untuk sekurang-kurangnya 6
minggu sebelum konsepsi.
Kategori Kriteria
b. Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dgn mempertimbangkan manfaat dan
resikonya.
e. Gunakan dosis efektif yg terendah, tetapi perlu juga diingat bahwa perubahan fisiologis
ibu selama kehamilan akan mengubah farmakokinetika obat, sehingga pd beberapa obat
mungkin perlu peningkatan dosis u mempertahankan kadar terapeutiknya.
h. Jika obat yg digunakan diduga kuat dpt menyebabkan kecacatan, maka lakukan
USG.
i. Utamakan monoterapi
Pertimbangkan apakah obat dpt diberikan secara langsung dgn aman pd bayi
Pilih obat yg sedikit melalui ASI dgn memprediksikan ratio M/P paling rendah
Obat Keterangan
Obat antitiroid dan yodium Menekan fungsi tiroid dan goiter pd bayi
Benzodiazepin (mis:diazepam) Sindrom “flat baby”, letargi, kurang nafsu minum, kemungkinan
ikterus
Preparat radioaktif Dapat diteruskan menyusui jika ASI tdk mengandung radioaktif
Waktu Menyusui:
Obat yg diberikan dosis tunggal harus diminum sesaat sblm periode tidur bayi
yg paling lama.
Untuk mengurani lagi obat tsb, stlh minum obat n I sebelumnya. Hindadberikan
terlebih dahulu ASI yg telah ditampung. Hindari kongesti dgn memompa ASI.
Perimbangan Lain
Selalu mengamati bayi thd tanda-tanda ygnt idak biasa atau gejala kliniknya (spt
sedasi, iritasi, rash, menurunkan nafsu makan, kesukaran menelan)
Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko thd bayi lebih berat
Zat besi
Anti muntah
Modul Farmakologi 115
Analgesik
Preparat Besi
Jika tdk ada indikasi medis, terapi besi dimulai selama kehamilan trisemester kedua
Tata laksana :
5. Jika belum ada perbaikan juga, mungkin perlu masuk Rs u menghindari resiko
ketosis dan dehidrasi. Beri cairan intravena ditambah metoklopramid atau
proklorperazin. Obat lain yg jg dipakai adalah prometazin, ttietlperazin, dan
promazin
6. Bagi sebagian kecil ibu hamil, jika gejala muntah berkaitan dgn faktor psikotik, perlu
diberi klorpromazin atau haloperidol
Modul Farmakologi 116
Analgesik
Aspirin adalah obat pilihan bagi sejumlah penyakit virua akut dan gangguan radang,
tetapi harus diberikan berdasarkan anjuran dokter.
Latihan :
1. Jelaskan kelas keamanan obat selama masa kehamilan
2. Jelaskan obat-obat yang memiliki efek teratogenik pada janin
Petunjuk Latihan
1. Perhatikan pembahasan keamanan obat
2. Perhatikan pembahasan obat teratogen
Kesimpulan
Tes Formatif 1
DAFTAR PUSTAKA
16. Priharjo, Robert, (1995), “ Teknik Dasar Pemberian Obat bagi Perawat”, EGC,
Jakarta.
- Syarif, Amir, dkk. (1995),”Farmakologi dan Terapi”, Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
- Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
- The Midwifes Pharmacopia, Banister, 1997.
- Goodman & Gilman (2008), “Dasar Farmakologi Terapi”, EGC.
- James Olson, M.D., Ph.D., (1993)“ Belajar Mudah Farmakologi( Clinical
Pharmacology : made Ridiculously Simple), terjemahan de.Linda Chandranata,
EGC.
- Aoes, Azwar, dkk (1991),’Catatan Kuliah Farmakologi bagian I”, Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, EGC.
- Kee, Joyce L.; Hayes, R.Evelyn ,”Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan”,
EGC, Penerbit Buku Kedokteran
- Radde, Ingeborg, MecLeod, Stuard M. (1999); Farmakologi & Terapi Pediatri, Edisi
II, Mosby Year Book, Jakarta.
- Marie a.Chrisholm (dkk), (2008),”Pharmacoterapy, Principles & Practice”, Mc.Graw
Hill Medical, New York, 721-777.
- Barbara G.Wells (dkk), 2009,”Pharmacoterapy Handbook”, 7 th edition, Mc.Graw Hill,
New York, 321-493.
- BMA Royal Pharmaceutical Society (2011), “British National Formulary 61 edition”.
- Christin M.Thorp, dkk.,(2008),”Pharmacology for the Health Care Professions”, A
John Wiley & Sons Ltd Publication.
- Shargel,dkk (2005),”Applied Biopharmaceutikcs & Pharmacokinetics”, 5th edition,Mc
Graw Hill, Singapore.
- Rubin, Peter (2008), Prescribing in Pregnancy,4 th edition,Blackwell Publishing,