Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma
Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma
ABSTRACT
This research aimed to find effect of maceration time on antioxidant activity of java turmeric rhizome
extract and to get the right maceration time with highest antioxidant activity of java turmeric rhizome extract.
This study used The Completely Randomized Design with the treatment of maceration time of 6 levels: 18 hours,
24 hours, 30 hours, 36 hours, 42 hours and 48 hours. The experiment was repeated in three replication, so that
18 experimental units were obtained. Data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and then continued
with Duncan Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the treatment of maceration time had very
significant effect on extraction yield, total curcumin, total phenol and antioxidant activity of java turmeric
rhizome extract. The best treatment was 24 hours with extraction yield was 18.88%, total phenol 205.86 mg
GAE/g, total curcumin 21.22 mg/g extract, antioxidant activity 84.45% and IC50 36.96 mg/L.
*Korespondensi Penulis:
Email: egaamelinda03@gmail.com1
165
Amelinda, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
Tukiran, 2015). Senyawa fenolik telah banyak sebesar 8,20% dan etil asetat sebesar
diteliti sebagai senyawa yang 17,00%.Penggunaan etanol untuk ekstraksi
bertanggungjawab terhadap berbagai aktivitas kurkumin dan fenol telah dilaporkan oleh
biologis tanaman, salah satunya yaitu Hincapie et al. (2011) padakunyit
antioksidan (Cartea et al., 2011). Hasil (Curcumadomestica) yang menghasilkantotal
penelitian Nurcholis dan Bintang (2017) fenol dan aktivitas antioksidan yang lebih
menyatakan bahwa temulawak memiliki tinggi dari petroleum eter. Hasil penelitian
kandungan total fenolik dan aktivitas Prasetya dan Yuliani (2014) melaporkan
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan bahwa kurkumin pada ekstrak temulawak yang
dengan temu ireng. diperoleh sebesar 16,40% dengan
Ekstrak temulawak dapat dimanfaatkan menggunakan pelarut etanol 80% dengan lama
sebagai pewarna alami pada pengolahan waktu ekstraksi 28 jam dan perbandingan
makanan, minuman instan temulawak dan ekstrak dengan pelarut adalah 1:4.
tablet effervecent. Cara untuk mendapatkan Menurut Budiyanto dan Yulianingsih
ekstrak temulawak dapat dilakukan dengan (2008) waktu ekstraksi sangat berpengaruh
ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan terhadap senyawa yang dihasilkan. Waktu
komponen-komponen dalam larutan maserasi yang tepat akan menghasilkan
berdasarkan perbedaan kelarutannya. Faktor– senyawa yang optimal.Waktu maserasi yang
faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi terlalu singkat dapat mengakibatkan tidak
adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, semua senyawa terlarut dalam pelarut yang
jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut (Utami, digunakan. Fauzana (2010) melaporkan bahwa
2009).Selama proses ekstraksi, bahan aktif hasil rendemen ekstrak rimpang temulawak
akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat dengan waktu maserasi kurang dari 18 jam
kepolarannya. Ekstraksi dapat dilakukan menghasilkan rendemen yang rendah yaitu
dengan metode maserasi. Maserasi merupakan dibawah 12,60%. Lebih lanjut dilaporkan
metode sederhana yang paling banyak bahwa semakin lama waktu maserasi yaitu dari
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala 4 jam hingga 24 jam, hasil rendemen ekstrak
kecil maupun skala industri (Agoes, 2007). semakin meningkat. Menurut Ramdja et al.,
Metode maserasi dapat menghindari rusaknya 2009 melaporkan bahwawaktu maserasi yang
senyawa-senyawa yang bersifat termolabil terlalu lama tidak akan berpengaruh lagi
(Mukhriani, 2014). karena jumlah pelarut dalam zat terlarut telah
Maserasi dilakukan dengan memasukkan jenuh . Oleh karena itutujuan dari penelitian
bubuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu
dalam wadah inert yang tertutup rapat pada maserasi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak
suhu kamar. Pelarut yang dapat digunakan rimpang temulawak dan mendapatkan waktu
untuk ekstraksi senyawa bioaktif pada maserasi yang tepat sehingga menghasilkan
temulawak salah satunya adalah etanol. Etanol ekstrak rimpang temulawak dengan aktivitas
merupakan pelarut organik dengan polaritas antioksidan tertinggi.
medium dengan sifat mudah menguap.
Somaatmadja (1981) menyatakan bahwa METODE PENELITIAN
etanol merupakan pelarut paling aman karena
tidak beracun. Menurut Hayani (2006), ekstrak Bahan dan Alat
rimpang temulawak terbanyak diperoleh Bahan yang digunakan adalah rimpang
dengan menggunakan pelarut alkohol yaitu temulawak yang diperoleh dari petani
sebesar 20,40% sedangkan dengan temulawak di Kecamatan Gondang,
menggunakan heksan diperoleh ekstrak Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur dengan
166
Vol.7, No.4, Desember 2018. Pengaruh Waktu Maserasi terhadap Aktivitas …
umur panen 9 bulan. Bahan kimia yang Proses Pembuatan Ekstrak Rimpang
digunakan adalah etanol 80 % Temulawak
(Merck),aquadest, 1,1-diphenyl-2- Ekstraksi dilakukan dengan metode
picrylhydrazil (DPPH) (SigmaAldrich),etanol maserasi. Ditimbang sebanyak 10 gram bubuk
PA (Merck), reagen Folin Ciocalteu (Merck), sampel, kemudian di masukkan kedalam
natrium karbonat (Merck), dan Kurkumin erlenmeyer. Ditambahkan pelarut etanol 80%
(Merck). sebanyak 100 ml atau perbandingan sampel
Alat yang digunakan yaitu oven (Labo DO dengan pelarutnya adalah 1:10. Erlenmeyer
225), pisau, blender (Philip), kertas saring ditutup dengan aluminium foil kemudian
Whatman no.1, timbangan analitik (Shimadzu dimaserasi pada suhu kamar sesuai perlakuan
ATY224), aluminium foil, ayakan 60 mesh, yaitu waktu maserasi 18 jam, 24 jam, 30 jam,
mikropipet (Socorex), vortex, rotary vacuum 36 jam, 42 jam dan 48 jam. Selanjutnya
evaporator (Ika Labortechnik), disaring menggunakan kertas saring Whatman
spektrofotometer UV –Vis (Genesys 10s Uv- no. 1. Filtrat yang diperoleh kemudian
Vis), rak tabung, corong dan alat-alat gelas dipekatkan dengan rotary vacuum merk IKA
lainnya. dengan suhu 40ºC dan tekanan 100 mBar dan
didapatkan ekstrak kasar (Widarta dan Arnata
Rancangan Percobaan (2014), yang dimodifikasi).
Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan perlakuan waktu Variabel yang Diamati
ekstraksi. Perlakuan waktu ekstraksi (W) Variabel yang diamati dalam penelitian ini,
terdiri dari 6 taraf yaitu : W1 : 18 jam, W2 : 24 diantaranya adalah rendemen (AOAC, 1999),
jam, W3 : 30 jam, W4 : 36 jam, W5 : 42 jam kadar total kurkumin (Harini et al., 2012),
dan W6 : 48 jam. Perlakuan ini diulang kadar total fenol dengan metode Folin-
sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 unit Ciocalteau (Garcia et al., 2007), dan aktivitas
percobaan. Data dianalisis menggunakan antioksidan dengan metode DPPH (Shah dan
metode analisis ragam (Analysis of Variant Modi, 2015)
atau ANOVA), apabila terdapat pengaruh
antar perlakuan terhadap parameter yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diamati maka dilanjutkan dengan uji Duncan
(Steel and Torrie, 1993). Rendemen
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
Pelaksanaan Penelitian waktu maserasi berpengaruh sangat nyata
Pembuatan Bubuk Temulawak terhadap rendemen ekstrak (P<0,01). Grafik
Temulawak segar dipilih dan dicuci hingga hasil pengaruh waktu maserasi terhadap
bersih kemudian di angin-anginkan selama ± rendemen ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1 .
15 menit. Setelah itu temulawak diiris dengan
ketebalan ± 1 mm lalu dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 55ºC selama
24 jam selanjutnya diblender hingga halus lalu
diayak dengan menggunakan ayakan 60 mesh
dan diapatkan bubuk temulawak. (Widarta dan
Arnata (2017),
yang dimodifikasi).
167
Amelinda, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
168
Vol.7, No.4, Desember 2018. Pengaruh Waktu Maserasi terhadap Aktivitas …
169
Amelinda, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
84,45a
y = 0.451x - 15.301
Aktivitas Antioksidan
R² = 0.7827
62,53b
55,04de 57,10c
54,20e
(%)
55,71d
170
Vol.7, No.4, Desember 2018. Pengaruh Waktu Maserasi terhadap Aktivitas …
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi
ekstrak terhadap aktivitas Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB
antioksidan. Press, Bandung
Gambar 6 menunjukkan hubungan antara
Akram, M., S. Uddin, A. Ahmed, K.
konsentrasi ekstrak (x) dengan aktivitas
Ushmanghani, A. Hannan, E. Mohiuddin
antioksidan yang diperoleh (y). Semakin tinggi
dan M. Asif. 2010. Curcuma longa and
konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi
171
Amelinda, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
curcumin. Journal Plant Biol.55(2) : 65- dan aktivitas antioksidan ekstrak kunyit
70 (Curcuma domestica Val.). Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.
Anggoro, D., R.S. Rezki, M.Z. Siswarni. 2015. 4(2) : 101-111
Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin Dari
Temulawak (Curcuma xanthorriza Fauzana, D. L. 2010. Perbandingan Metode
Roxv.) Menggunakan Pelarut Etanol. Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Jurnal Teknik Kimia USU. 4(2) : 39-45 Reperkolasi Terhadap Rendemen
Ekstrak Temulawak (Curcuma
Anonimus. 2015. Statistik Tanaman xanthorrhiza Roxb.). Skripsi. Tidak
Biofarmaka Indonesia. Badan Pusat Dipublikasikan. Fakultas Teknologi
Statistik, Jakarta Pertanian IPB, Bogor
Arif, R.S. dan Tukiran. 2015. Identifikasi Harjanti, R.S. 2008. Pemungutan kurkumin
senyawa fenolik hasil isolasi dari fraksi dari kunyit (curcuma domestica val.) dan
semi polar ekstrak etil asetat kulit batang pemakaiannya sebagai indikator analisis
tumbuhan nyiri baru (Xylocarpus volumetri. Jurnal Rekayasa Proses.2(2).
moluccencis). Journal of Chemistry. 4(2) Hal 49-54
: 105-110
Hayani, E. 2006. Analisis Kandungan Kimia
Budiyanto, A. dan Yulianingsih. 2008. Rimpang Temulawak. Departemen
Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi Pertanian, Bogor
terhadap karakter pektin dari ampas
jeruk siam (Citrus nobilis L.). J. Hincapie, C.A., Z. Monsalve, D.S. Seigler, J.
Pascapanen. 5(2) : 37-44 Alarco dan C.L. Cespedes. 2011.
Antioxidant activity of Blechnum
Cartea, M.E., M. Francisco, P. Soegas dan P. chilense (Kaulf.) Mett.,Curcuma
Velasco. 2011. Phenolic compounds in domestica Valeton and Tagetes
brassica vegetables. Molecules. 16 : 251- verticillata Lag. Boletin latinoamericano
280 y del Caribe de Plantas Medicinales y
Aromáticas. 10(4): 315-324.
Cikita, I., I. H. Hasibuan dan R. Hasibuan.
2016. Pemanfaatan Flavonoid Ekstrak Ismarti. 2011. Isolasi Triterpenoid dan Uji
Daun Katuk Sauropusandrogynous (L) Antioksidan dari Fraksi Etil Asetat Kulit
Merr) Sebagai Antioksidan pada Minyak Batang Meranti Merah (Shorea
Kelapa. Jurnal Teknik Kimia USU: 1-7. singkawan (Miq).Miq). Tesis. Tidak
Dipublikasikan. Program Studi Kimia
Devi, R.R dan C. Arumughan. 2007. Pascasarjana, Universitas Andalas
Phytochemical characterization of
defatted rice bran and optimization of a Jayaprakasha, G. K., J.M. Rao. and K.K.
process for their extraction and Sakariah. 2006. Antioxidant activities of
enrichment. Bioresource Technol. 98: curcumin, demethoxycurcumin and
3037-3043 bisdemethoxcurcumin. Food
Chemistry.98 : 720-724.
Dewi, P.J.N, A. Hartiati, dan S. Mulyani.
2016. Pengaruh umur panen dan tingkat Jitoe, A., T. Masuda, I.G.P. Tengah, D.N.
maserasi terhadap kandungan kurkumin Suprapta, I.W. Gara, dan N. Nakatani.
172
Vol.7, No.4, Desember 2018. Pengaruh Waktu Maserasi terhadap Aktivitas …
173
Amelinda, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
174