Anda di halaman 1dari 10

BAB 5

HASIL PENELITIAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Umum

1. Klasifikasi Data Usia Responden

Data ibu berdasarkan usia di BPM Ny. Sri W Mangunharjo Kabupaten

Ngawi Tahun 2016.

Tabel 5.1 Tabel karakteristik ibu akseptor KB3 bulan menurut usia di
BPM Ny. Sri W Mangunharjo Kabupaten Ngawi Tahun 2016

Usia Frekuensi Prosentase (%)


< 20 tahun 2 4,6 %
20-35 tahun 42 95,4 %
>35 tahun 0 0%
Jumlah 44 100 %

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 5.1 klasifikasi distribusi frekuensi tersebut dapat

dilihat bahwa sebagian besar usia ibu akseptor KB 3 bulan adalah usia

20-35 tahun sebanyak 42 orang (95,4%) dan tidak ada ibu akseptor KB 3

bulan yang usianya > 35 tahun (0%).

48
49

5.2 Data Khusus

5.2.1. Analisis Univariat

Analisis Gambaran Frekuensi Hubungan Antara Perubahan Berat

Badan dengan Motivasi Ibu Untuk Melanjutkan KB Suntik 3 Bulan di

BPM Ny. Sri W Mangunharjo Kabupaten Ngawi Tahun 2016.

a. Kualifikasi Distribusi Frekuensi Perubahan Berat Badan

Responden

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi perubahan berat badan akseptor KB


Suntik 3 bulan di BPM Ny. Sri W Mangunharjo
Kabupaten Ngawi Tahun 2016.
NO PerubahanBB F Prosentase ( %)
1 Turun 0 0%
2 Tetap 25 56,8%
3 Naik 19 43,2 %
Jumlah 44 100 %
Sumber: Data Primer, 2016

Dari data tabel 5.2 klasifikasi distribusi frekuensi tersebut

dapat dilihat bahwa ibu pemakai KB suntik 3 bulan yang

mengalami perubahan berat badan terbesar akibat pengaruh KB

suntik 3 bulan terhadap berat badan adalah yang ada dalam kategori

tetap yaitu sebesar 25 responden ( 56,8 %) dan terendah ada pada

kategori turun yaitu 0 responden ( 0 % ).


50

b. Kualifikasi Distribusi Frekuensi Motivasi Responden

Melanjutkan KB Suntik 3 Bulan.

Tabel 5,3. Distribusi Frekuensi Motivasi Melanjutkan KB


Suntik 3 bulan di BPM Ny. Sri W Mangunharjo
Kabupaten Ngawi Tahun 2016.
Motivasi Jumlah (f) Prosentase (%)
Motivasi kuat 27 61,4 %
Motivasi Lemah 17 38,6 %
Jumlah 44 100 %
Sumber: Data Primer, 2016

Dari data tabel 5.3 klasifikasi distribusi frekuensi tersebut

dapat dilihat bahwa dari 44 akseptor KB suntik 3 bulan yang

mempunyai motivasi kuat untuk melanjutkan KB suntik 3 bulan

sebanyak 27 responden (61,4)%, dan yang mempunyai motivasi

lemah untuk melanjutkan KB suntik 3 bulan sebanyak 17

responden (38,6)%.

5.2.2. Analisis Multivariat

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi silang Hubungan Antara


Perubahan Berat Badan dengan Motivasi ibu untuk
Melanjutkan KB Suntik 3 Bulan di BPM Ny. Sri W
Mangunharjo Kabupaten Ngawi.

Perubahan Berat Badan Jumlah


Motivasi
Turun Tetap Naik
F % F % f % F %
Kuat 0 100 19 76 8 42,1 27 61,4
Lemah 0 0 6 25 11 61,1 17 38,6
Jumlah 0 0 25 100 19 100 44 100

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 5.4 klasifikasi distribusi frekuensi diatas

menyatakan bahwa prosentase paling besar adalah ibu dengan berat


51

badan tetap memiliki motivasi kuat sebanyak 19 (76%) dan prosentase

terendah adalah ibu dengan berat badan tetap dengan motivasi lemah

yaitu sebanyak 6 responden (24%).

Berdasarkan perhitungan menggunakan uji Chi Square

diperoleh ρ value = 0,022 < taraf signifikasi yang digunakan yaitu

0,05. Sehingga H1 dapat diterima, yaitu terdapat hubungan antara

pertambahan berat badan dengan motivasi ibu untuk melanjutkan KB

suntik 3 bulan. Dan koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,345

sehingga tingkat hubungannya rendah.

5.3 Pembahasan

5.3.1. Perubahan Berat Badan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu akseptor KB suntik 3

bulan di BPM Ny. Sri W Mangunharjo Kabupaten Ngawi dari

penelitian yang dilakukan pada periode Maret – Mei akseptor KB

suntik yang mengalami perubahan berat badan akibat efek samping

KB suntik 3 bulan dari 44 responden adalah 25 responden mengalami

perubahan berat badan dan dikategorikan tetap (56,8%), dan 19

responden dikategorikan naik akibat perubahan berat badan efek

samping KB (43,2 %).

Hal ini sejalan dengan penelitian Rohani Agustina (2008) yang

menunjukkan adanya pengaruh yang penggunaan kontasepsi DMPA

terhadap perubahan berat badan. Dari 57 responden yang diamati 31

mengalami perubahan berat badan dan 19 tidak mengalamai

perubahan berat badan. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat


52

dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap

perubahan berat badan.

Menurut Mansjoer (2003) perubahan berat badan terjadi

karena adanya hormone progesterone yang kuat sehingga merangsang

hormone nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu

makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat

gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormone progesterone dirubah

menjadi lemak dan disimpan dibawah kulit. Perubahan berat badan ini

akibat penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa karbohidrat

menjadi lemak. Risiko kenaikan berat badan menurut Saifuddin

(2006) kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron

mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,

sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon

progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan

menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat

menyebabkan berat badan bertambah.

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar,

bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama

penyuntikan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.

Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan

karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli, DMPA merangsang

pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan

akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto, 2004).


53

Efek samping dari pertambahan berat badan yaitu penampilan

kurang menarik, gerakan tidak gesit dan lamban, merupakan faktor

resiko penyakit diantaranya,jantung dan pembuluh darah,kencing

manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi, gangguan sendi dan

tulang, gengguan ginjal, gangguan kandung empedukanker pada

wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur,

perdarahan yang tidak teratur) serta faktor penyulit pada persalinan

(Depkes,2008).

Menurut peneliti apabila seorang akseptor KB suntik yang

mengalami peningkatan berat badan yang berlebihan hendaknya

disarankan untuk mengganti alat kontrasepsi. Perubahan berat badan

yang tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan berbagai macam

masalah termasuk masalah kesehatan akseptor KB sendiri.

5.3.2. Motivasi

Hasil penelitian terhadap ibu akseptor KB suntik 3 bulan di

BPM Ny. Sri W Mangunharjo Kabupaten Ngawi adalah didapatkan

hasil 27 ibu mempunyai motivasi kuat (61,4 %), dan 17 mempunyai

motivasi lemah (38,6%). Menurut Sardiman (2008), motivasi dibagi

menjadi 2 macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi intrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.


54

b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Dalam penelitian

ini menggunakn acuan teori yang mempengaruhi motivasi dalam

aspek harga diri yang mempengaruhi motivasi menurut Maslow

yaitu berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri,

kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Etik Sulistyorini (2012) di

Desa Karangkepoh, Kecamatan Karanggede, Boyolali Hasil penelitian

menunjukkan motivasi akseptor KB sntik 3 bulan paling dominan

adalah motivasi cukup, dengan rincian sebagai berikut; motivasi baik

12 responden (30,0%), cukup 20 responden (50,0%) dan kurang 8

responden (20,0%).

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

yang berat badan naik mempunyai motivasi lemah 11 orang (61,1%).

Motivasi seseorang dapat muncul apabila orang tersebut memiliki

harapan dari apa yang akan dilakukan, misalnya seseorang termotivasi

untuk mendapatkan kontrasepsi suntik karena memiliki harapan

bahwa setelah disuntik akan terhindar dari kehamilan yang tidak

diinginkan. Hal ini sesuai dengan teori harapan yaitu teori ini

memiliki asumsi bahwa motivasi seseorang sangat tergantung pada

harapannya (Sulistiyani 2008).

Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa teori diatas sesuai

dengan hasil dari penelitian yang didapatkan, karena dari hasil


55

penelitian sebagian besar ibu mempunyai motivasi lemah untuk

melanjutkan KB suntik setelah mengalami perubahan berat badan.

Diharapkan petugas kesehatan memberikan pengetahuan

kepada ibu akseptor lama baru terutama Kontrasepsi suntik mengenai

semua keuntungan dan kelemahan dari penggunaan alkon tersebut

dalam hal ini salah satunya adalah adanya peningkatan berat badan

sehingga akseptor dapat memilih alkon yang tepat dan dapat

menjalankan program keluarga berencana dengan optimal.

5.3.3. Hubungan perubahan berat badan dengan motivasi ibu untuk

melanjutkan KB suntik 3 bulan di BPM Ny. Sri W Mangunharjo

Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang

mempunyai berat badan tetap dengan motivasi kuat sejumlah 19

responden (76%), dan berat badan tetap dengan motivasi lemah ada 6

responden (24%). Ibu dengan berat badan naik motivasi kuat sejumlah

8 responden (42,1%), dan naik dengan motivasi lemah sejumlah 11

responden (57,9%).

Dalam data diatas menyatakan bahwa prosentase paling besar

adalah ibu dengan berat badan tetap memiliki motivasi kuat sebanyak

19 (76%) dan prosentase terendah adalah ibu dengan berat badan tetap

motivasi lemah yaitu sebanyak 6 responden (24%.). Apabila seorang

wanita mengalami penambahan berat badan biasanya wanita tersebu

memiliki perubahan persepsi tentang tubuhnya, merasa kurang

percaya diri, takut, minder, dsb.


56

Dalam hal ini akseptor biasanya enggan untuk meneruskan

kontrasepsi tersebut. Bahkan penambahan berat badan sedikit saja

yang memang wajar untuk pemakaian kontrasepsi ini mendorong

akseptor untuk berganti alat kontrasepsi. Oleh karena itu pada

akseptor pengguna KB suntik yang mengalami penambahan berat

badan dianjurkan untuk diet yaitu kurangi makanan yang berminyak,

berlemak, dan bersantan serta makan-makanan yang berserat, olah

raga teratur yaitu ½ -1 jam minimal 3 kali seminggu sesuai dengan

usia dan kondisi kesehatan, melakukan aktivitas fisik yaitu tingkatkan

kegiatan fisik yang dilakukan sehari-hari.

Apabila kontrasepsi suntik ke metode kontrasepsi yang lain.

Selain itu konseling sebelum memilih kontrasepsi yang diinginkan

sangat perlu untuk mengetahui beragam kemungkinan efek samping

yang terjadi agar tidak salah mengambil keputusan dalam memilih alat

kontrasepsi.
57

Anda mungkin juga menyukai