Fasilitasi
Bimbingan Teknis Calon Fasilitator
Pendidikan Keluarga Dalam Jaringan
TIM PENYUSUN
Pengarah
Sukiman
Ketua
Kurniati Restuningsih
Penyunting
Agus Muhammad Solihin
Poerwanto
Penulis
Sri Lestari Yuniarti, Asih Priamsari
Penelaah
Nike Kusumahani, A. Hendra Sudjana, E. Dede Suryaman, Nanik Suwaryani, Agus M. Solihin,
Aria Ahmad Mangunwibawa, Poerwanto, Sugiyanto, Yohana Rumanda, Anik Budi Utami
Sekretariat
Atih Jumiarsih, Emmi Dhamayanti, Sri Sugiarti, Islamiarso Wibowo, Linang, Badarusalam, Parluhutan,
Irene Cuang, Siti Jenab, Andry, Ferdi, Wahyu Diono, Tiyni Saftiani, Lina
Narahubung
Surel: subdit.anakremaja@kemdikbud.go.id
(021) 2527664
Sila hubungi salah satu kanal informasi di atas untuk memberikan masukan dan pengayaan atas
materi ini
DA FTA R IS I
Kata Pengantar
Pendahuluan 1
Latar Belakang 2
Tujuan Instruksional Umum 4
Tujuan Instruksional Khusus 4
Uraian Materi 5
Konsep dasar fasilitasi 6
Peran fasilitator 9
Sikap fasilitator 14
Keterampilan fasilitator 17
Tanggung Jawab fasilitator 20
Penutup 28
kata p en g a n ta r
Agar kegiatan BCF Dikkel Daring dapat berjalan dengan baik, maka perlu disiapkan
modul untuk menjadi acuan bagi fasilitator dalam menyebarluaskan pendidikan
keluarga di wilayahnya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi, kami sampaikan kepada semua
pihak yang sudah berkontribusi dalam penyusunan dan penyempurnaan modul ini.
1
Latar Belakang
Kegiatan peningkatan kapasitas bagi orang dewasa membutuhkan perhatian
tersendiri terutama dalam pendekatan yang digunakan. Hal ini penting, mengingat karakter
orang dewasa dengan segenap pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya harus
diapresiasi dan dijadikan dasar bagi pemecahan masalahnya.
2
Pertama, individu tumbuh dan berkembang dengan konsep diri yang bergerak
dari ketergantungan total menuju pengarahan diri sendiri. Anak-anak, konsep dirinya
masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena
konsep diri inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan dari orang lain sebagai
manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Jika dia menghadapi situasi yang tidak
memungkinkan dirinya menjadi self directing, maka akan timbul reaksi tidak senang
atau mzenolak.
Kedua, karena sudah matang dengan sejumlah besar pengalaman, maka
dirinya menjadi sumber belajar yang kaya sekaligus menjadi dasar untuk belajar
sesuatu yang baru. Oleh karena itu, dalam andragogi pembelajaran harus mengurangi
metode ceramah dan menggantinya dengan metode yang lebih banyak berbuat. Hal
ini selaras dengan prinsip pembelajaran umum yang meyakini bahwa belajar dengan
berbuat lebih efektif jika dibandingkan dengan belajar yang hanya melihat dan
mendengarkan.
Ketiga, kesiapan belajar orang dewasa bukan semata karena paksaan
akedemik, tapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran
sosialnya. Peran sebagai pekerja, orang tua, pemimpin suatu organisasi dan lain-lain.
Keempat, orang dewasa memiliki kecenderungan orientasi belajar yang
berdasar pada pemecahan masalah kehidupan (problem-centered orientation).
Untuk itu, teknik fasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas bagi orang dewasa
menjadi salah satu yang penting untuk dikuasai oleh calon fasilitator program
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, agar tujuan kegiatan dapat tercapai
dengan efektif.
3
Tujuan Instruksional Umum
Peserta memahami dan menguasai teknik-teknik fasilitasi
4
uraian
M at e r i
5
K o n s e p D a sa r
fas il itas i
6
Pengertian Fasilitasi
Dari kata facil yang bermakna memudahkan, teknik fasilitasi berarti cara untuk
membuat mudah suatu proses. Orang yang melakukan fasilitasi suatu proses disebut
sebagai fasilitator. Tugas fasilitator adalah merencanakan, membimbing dan mengelola
kelompok atau kelas dalam suatu acara dan memastikan tujuan tercapai secara efektif,
dengan partisipasi peserta yang memadai. Perlu diingat bahwa fasilitator bukanlah
penyuluh atau juru penerang (jupen) yang merupakan petugas penyampai informasi dari
lembaga formal (pemerintah). Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses
dialog. Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan
belajarnya. Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan
pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta dominan untuk mendengarkan. Fasilitator
memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator
menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses
belajar/komunikasi menjadi lebih efektif. Peran fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap
dan diserahkan kepada peserta. Hanya dengan mengurangi ‘dominasi’ fasilitator, proses
pembelajaran bisa diambil alih oleh peserta sehingga pembelajaran bisa berjalan sebagai
inisiatif sendiri.
7
Perbedaan antara guru/penyuluh
/pelatih dengan fasilitator
8
Peran
fas il itato r
9
Peran Fasilitator
Bagi seorang yang terbiasa menyuluh atau menjadi guru, membangun proses
pembelajaran yang partisipatif pada awalnya akan sulit. Dalam memfasilitasi kegiatan
pembelajaran masyarakat, seorang fasilitator tidak perlu selalu harus tahu segala-galanya.
Dengan menggunakan ’Jendela Johari’ kita dapat melihat peran fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran masyarakat.
Jendela pertama: aku tahu, kamu tahu. Topik yang dibahas dalam kegiatan
pembelajaran biasanya berkisar mengenai topik-topik yang ada dalam keseharian atau
kehidupan masyarakat sendiri. Dalam membahas topik-topik yang demikian, tugas
fasilitator adalah membangun proses dialogis antara para peserta untuk menanggapi,
menganalisis dan mengembangkan gagasan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya sendiri. Tugas pokok seorang fasilitator adalah membangun proses
pembelajaran dimana setiap orang belajar menjadi sumber belajar sekaligus peserta belajar.
Demikian juga fasilitator sendiri, selain menjadi sumber belajar juga sekaligus merupakan
peserta belajar, yang selalu tertarik belajar berbagai hal dari pengalaman para peserta.
10
Jendela kedua: aku tidak tahu, kamu tahu. Seorang fasilitator perlu meyakini bahwa
diri pribadi selalu bisa belajar dari siapa saja. Apabila meyakini hal itu, fasilitator bisa
mendorong masyarakat untuk mau belajar dari orang lain. Sikap mau belajar dari orang lain
ini membutuhkan kerendahan hati, apalagi bila belajar dari orang yang dianggap
berpendidikan rendah atau tidak punya pengalaman apa-apa. Tetapi sesungguhnya setiap
orang pasti punya pengalaman yang bisa dibagi. Setiap orang juga punya pendapat atau
pandangan yang bisa dipertukarkan.
Jendela ketiga: aku tahu, kamu tidak tahu. Sesuai dengan namanya, seorang fasilitator
sebaiknya menguasai pengembangan dan penggunaan media-media komunikasi dan
pembelajaran dalam menjalankan tugasnya. Selain itu seorang fasilitator bertugas juga
untuk membelajarkan peserta tentang cara menggunakan berbagai media informasi dan
pembelajaran.
Jendela keempat: aku tidak tahu, kamu tidak tahu. Seorang fasilitator tidak perlu harus
tahu semuanya. Tidak seorang pun yang bisa tahu segalanya. Kita hanya harus tahu apa yang
kita tidak tahu sebagai kebutuhan kita untuk belajar.
Tugas seorang fasilitator bukanlah memberikan sebanyak-banyaknya informasi
kepada masyarakat, melainkan membangun kegiatan yang menimbulkan kebutuhan untuk
belajar dan belajar terus.
11
Tehnik 5W dan 1H
Strategi yang dapat dilakukan untuk melibatkan peserta secara aktif dapat dilakukan melalui
tehnik 5W dan 1H :
1 2 3
Menceritakan/ Menjelaskan dan Menarik
Menguraikan Menganalisis Kesimpulan
12
Tehnik 5W dan 1H
Strategi yang dapat dilakukan untuk melibatkan peserta secara aktif dapat dilakukan melalui
tehnik 5W dan 1H :
4 5
Menarik Pelajaran Mengembangkan
Gagasan Penerapan
13
S ik a p
fas il itato r
14
Sikap Fasilitator
Berikut adalah sikap-sikap yang harus dimiliki seorang fasilitator:
Empati
Ikut merasakan dan menghargai pengalaman maupun perasaan
peserta. Tidak meremehkan peserta, hadir sepenuh hati dan
sepenuh tubuh
Percaya diri
Yakin mampu mengajak peserta belajar bersama. Tidak malu meski-
pun harus berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain
15
Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta
Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat/berpura-pura
Obyektif
Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi netral atau tidak
memihak.
16
K e t e r a m p ila n
fas il itato r
17
Bertanya
Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman peserta, bukan mengajari.
Pertanyaan yang baik akan membuat peserta belajar dari pengalamannya, dan menemukan
solusi sendiri, tanpa merasa digurui.
- Gunakan pertanyaan yang menggali pengalaman peserta didasari rasa ingin tahu
- Gunakan jenis pertanyaan terbuka (pertanyaan yang yang jawabannya berupa cerita),
misalnya, “bisa diceritakan bu, apa yang dilakukan putranya kalau sedang
tantrum/marah?”
- Awali dengan pertanyaan mudah, yang langsung bisa dijawab berdasar keseharian.
Biasanya menggunakan kata tanya “apa” atau “bagaimana”
- Untuk pertanyaan yang sensitive dapat digunakan pertanyaan orang ke-3 agar
peserta tidak merasa dihakimi/malu. Contohnya,”Menurut ibu, mengapa ada orang
yang tidak pernah marah pada anaknya?”
- Saat peserta terlihat pesimis di tengah diskusi, gunakan pertanyaan untuk mengajak
peserta mengingat keberhasilan di masa lalu.
Mendengar Aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu arah, melainkan lebih banyak menjadi pendengar
- Simak perkataan peserta. Tanggapi pembicaraan dengan ekspresi wajah yang sesuai
(senyum, prihatin dst)
- Beri tanggapan berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta.
Contoh, “Oya?, contohnya bagaimana ya bu?”
- Konfirmasi pendapat peserta dengan menyatakannya kembali. Jangan terburu-buru
menyimpulkan, tanyakan apakah pernyataan kita betul.
- Jangan memotong pembicaraan, kecuali jika topik sudah jauh melenceng. Ajak
peserta kembali ke topik dengan sopan. Misalnya, “Wah, menarik sekali pak. Mungkin
kita lanjutkan kembali nanti, sementara ini kita kembali ke topik awal ya pak..”
18
Komunikasi
Hal utama yang dilakukan fasilitator adalah menjalin komunikasi yang baik.
- Bicara/bertanya dengan Bahasa sederhana tapi jelas
- Gunakan kalimat singkat, langsung ke tujuan
Misalnya, “Bapak, putra Bapak yang SMA itu, masih sering ngajak ngobrol ya?”
- Perkenalkan diri dan hafalkan nama peserta. Supaya bisa menghafal, gunakan saat
memanggil dan ulangi dalam kalimat. Misalnya, “Ibu Bapak, ada yang akan
menanggapi pertanyaan ini? Ya, ibu Asih kan ya..?” (sambil mendekati ibu tersebut
untuk memberikan kesempatan menanggapi)
Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi non-verbal
- Tatap mata peserta. Jangan bicara sambil melihat lantai, langit-langit atau kertas
catatan.
- Bergerak secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster. Jangan gugup,
misalnya tangan memainkan spidol, kaki melangkah ke depan ke belakang seperti
tanpa tujuan.
- Usahakan setara/melebur dengan peserta, misalnya duduk sama rendah ketika
peserta sedang duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok
Mengarahkan Orang
Fasilitator mengarahkan lalu lintas informasi agar peserta mengalami proses pembelajaran
yang baik.
- Pelajari hal yang akan disampaikan agar pembicaraan tidak melenceng dari topik.
- Dorong semua peserta untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan atau
diskusi, terutama peserta yang pendiam. Jangan membiarkan hanya satu atau dua
peserta yang mendominasi
- Gunakan jeda, canda, dan pujian untuk mendorong peserta nyaman berbicara.
Jangan mengkritik/mendebat/membela diri. Jika diperlukan mendebat/menyanggah
pendapat peserta, upayakan peserta lain juga melakukan.
19
Ta n g g u n g J aw a b
fas il itato r
20
Merencanakan alur pelatihan
Setelah tujuan pelatihan dan tujuan masing-masing sesi dalam pelatihan sudah diketahui dengan
baik, persiapan pelatihan dilakukan. Tugas fasilitator adalah merancang langkah-langkah
kegiatan selama proses.
Ada banyak cara dalam merancang langkah-langkah kegiatan dalam proses pelatihan, yang itu
adalah seni tersendiri. Beberapa pertimbangan dalam merancang langkah-langkah kegiatan
adalah:
Proses terstruktur apa yang diinginkan? Jika yang diinginkan adalah mengakomodasi partisipasi
dari kelompok besar, pertimbangkan membagi menjadi kelompok menjadi lebih kecil. Jika
partisipasi yang memadai dari semua atau sebagian besar peserta dinilai penting, maka beri
peserta waktu untuk memikirkan sesuatu dan menuliskan apa yang bisa mereka kontribusikan.
Jika menginginkan gagasan mengalir, pertimbangkan untuk melakukan curah pendapat
(brainstorming).
• Dalam sistematika seperti apa topik akan disajikan? Topik umum ke khusus atau sebaliknya?
21
• Dengan cara apa peserta akan diperkenalkan satu sama lain?
- Bagaimana peserta mendapat pemahaman yang sama tentang tujuan pelatihan/tujuan
sesi tertentu?
- Jika pelatihan harus dibagi menjadi beberapa sesi, berapa lama masing-masing sesi
harus dialokasikan waktunya?
- Akankah semua peserta dilibatkan di tiap sesinya? atau hanya beberapa saja?
- Bagaimana dan kapan hasil kerja kelompok kecil disampaikan dalam kelompok besar?
- Kapan fasilitator merekap hasil kerja kelompok kecil dan menyimpulkannya?
• Akankah hasil suatu sesi akan berkaitan dan mengalir ke sesi selanjutnya?
• Bahan
Apa yang diperlukan oleh peserta, sebelum atau pada saat pelatihan? Bagaimana dan kapan
bahan ini akan dibagikan?
• Desain ruangan
Desain ruangan yang seperti apa yang dinilai efektif untuk partisipasi aktif peserta? Ruangan
terpisah atau bagi kelompok dalam ruiangan yang sama? Bentuk U, atau lingkaran?
22
• Metode pembelajaran
Ada beberapa hambatan yang memang tidak bisa dikendalikan oleh fasilitator. Tetapi
fasilitator dapat mengoptimalkan proses dan langkah-langkah kegiatan yang ada dengan
beragam metode.
Misalnya: saat tiba-tiba mati listrik, maka fasilitator tidak bisa menggunakan loud speaker,
video, dll. Pikirkan alternatif-alternatif media atau metode sebagai penggantinya.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses fasilitasi:
Ceramah
Metode ceramah dapat digunakan pada saat menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi tertentu, menyimpulkan aktivitas tiap sesi
dan saat menyampaikan materi substansi oleh narasumber. Tetapi ceramah juga dapat dilakukan
sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan,
studi kasus, dll). Biasanya ceramah ini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu
melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta.
curah pendapat
Curah Pendapat adalah diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi,
pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Teknik yang digunakan di antaranya:
Brainstorming (yang berkenan memberi pendapat saja), Round Robin (semua peserta diminta
pendapat), atau Meta Plan (menyampaikan pendapat dengan menuliskannya di kertas tempel
dan dipasang di kertas plano atau papan).
Tujuan dari curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta
informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi pembelajaran
bersama.
23
Diskusi
Diskusi kelompok merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua
orang atau lebih dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan
juga meningkatkan partisipasi peserta yang pasif dalam diskusi yang lebih luas. Sedangkan hasil
diskusi dapat dipresentasikan dengan teknik Gallery Walk atau World Café.
Simulasi (role-playing)
Metode simulasi merupakan metode pelatihan dengan melibatkan peserta untuk berperan
sebagai pihak-pihak tertentu untuk memeragakan pemecahaman masalah yang sedang
dihadapi.
Praktek
Teknik ini digunakan ketika materi pembelajarn bertujuan untuk membuat peserta terampil
dalam materi tertentu. Misalnya, menyiapkan makanan pendamping ASI, menyusun rencana aksi
pendidikan keluarga.
Sebagai pengingat, beberapa hal di bawah ini dapat pertimbangkan sebelum menetapkan
penggunaan metode tertentu:
• Jumlah peserta
• Topik yang didiskusikan: akankah terkait dengan ranah “pengetahuan, “keterampilan” atau
“sikap”? Karena perbedaan ini akan menentukan metode, dan media yang sebaiknya dipilih
• Jenis partisipasi dari peserta yang diinginkan
• Latar belakang dan posisi peserta
• Seberapa baik peserta memahami topik atau tema kegiatan/pelatihan
• Ketersediaan waktu untuk sesi tertentu
24
Membimbing dan mengontrol
proses kelompok
Langkah akhir dalam mempersiapkan pelatihan adalah pertimbangan tentang bagaimana
fasilitator membimbing dan mengontrol sesi-sesi dalam pelatihan.
Pada saat pelatihan baru saja dimulai, pastikan peserta memahami hasil yang diharapkan,
langkah-langkah kegiatan dan aturan yang disepakati bersama.
Beberapa yang harus dilpertimbangkan untuk sesi pelatihan yang terbimbing dan terkontrol
adalah:
· Menetapkan skenario.
Pastikan semua peserta memahami perannya, kapan kerja dalam kelompok, sebagai anggota
atau juru bicara.
25
· Mendengar, terlibat
Meskipun fasilitator bersikap netral, namun syarat utama agar peserta terlibat adalah
kemamuan fasilitator untuk mendengar. Selain itu, fasiltator juga haras terlibat dalam semua
langkah kegiatan, bak di kelas/kelompok besar maupun di kerja kelompok. Menyimak dan
mengikuti dinamika kelompok yang terjadi, sehingga peserta merasa dihargai
· Membuat daftar apa saja yang harus dikontrol, materi yang terlihat belum dipahami peserta,
atau peserta yang kurang aktif. Apakah ada ketidaknyamanan sehingga peserta ada yang
pasif? Libatkan mereka dalam kerja kelompok atau beri kesempatan mereka berpendapat.
Sampaikan apresiasi jika peserta telah selesai atau mencapat hasil tertentu, dan simpulkan.
· Intervensi dalam kelompok hanya dilakukan jika peserta belum sepenuhnya mengerti apa yang
harus dilakukan atau terjadinya debat kusir . Intervensi yang paling sulit adalah ketika terjadi
konflik antar peserta, kemarahan dan ketidaksetujuan akan pendapat peserta lain yang
berkepanjangan.
· Pastikan fasiltator tetap tenang, tidak emosional dan lakukan sesedikit mungkin intervensi,
ajak peserta lain mengambil bagian dalam penyelesaian masalah.
PEMBUKAAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membuka tehnik
fasilitasi adalah mengucapkan salam, memperkenalkan diri, melakukan
ice breaking atau energizer dan menerangkan tujuan dan hasil yang
diharapkan dari sesi kegiatan.
26
KEGIATAN INTI
Dalam kegiatan inti, untuk menggali pemahaman awal peserta,
fasilitator dapat melakukan curah pendapat dengan menggunakan
pertanyaan kunci. Fasilitator dapat memakai teknik brainstorming
(meminta secara acak peserta mengeluarkan pendapatnya), round
robin (setiap peserta menyatakan pendapatnya) atau Meta Plan
(menyampaikan pendapat dengan menuliskannya di kertas tempel dan
dipasang di kertas plano atau papan). untuk kemudian dilakukan
pembahasan bersama.
Saat masuk ke sesi diskusi, fasilitator dapat membagi peserta
menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan tugas yang
diberikan. Fasilitator dapat menggunakan tehnik asset based
thingking, problem based thingking, snow ball, dsb.
Kemudian fasilitator dapat meminta peserta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Tehnik yang dapat dipakai
diantaranya adalah Galery Walk atau World Café. Setelah
mempresentasikan hasil diskusi, peserta dapat melakukan sesi diskusi
atau tanya jawab dalam kelompok besar. Saat sesi diskusi atau tanya
jawab dalam kelompok besar berlangsung, fasilitator dapat
mengarahkan proses jalannya diskusi atau tanya jawab yang ada agar
tidak keluar dari tujuan yang ingin dicapai pada sesi tersebut
PENUTUP
Pada tahapan penutupan, fasilitator dapat melakukan kegiatan
refleksi/evaluasi / penguatan. Setelah proses diskusi atau Tanya jawab
dalam kelompok besar terjadi, fasilitator dapat melakukan refleksi dan
evaluasi atas proses yang sudah berjalan dan hasil yang sudah
diperoleh dari awal sampai dengan proses berjalannya diskusi untuk
mengarahkan peserta pada tujuan kegiatan pada sesi tersebut.
Fasilitator juga dapat memberikan pertanyaan untuk mengukur pema-
haman peserta terhadap materi yang sudah diberikan. Selanjutnya
fasilitator dapat menguatkan pemahaman peserta.
27
PE N U T U P
Untuk bisa menjadi fasilitator yang efektif, harus tahu, kapan ambil peran
kepemimpinan, kapan harus netral dan kapan harus di belakang layar. Tidak mudah,
namun dengan perencanaan yang matang dan bimbingan terhadap proses yang ada,
fokus untuk pencapaian hasil, akan membuahkan hasil yang maksimal.
28
29