Anda di halaman 1dari 33

Teknik

Fasilitasi
Bimbingan Teknis Calon Fasilitator
Pendidikan Keluarga Dalam Jaringan

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Dan
Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Tahun 2019
Penata Letak

TIM PENYUSUN
Pengarah
Sukiman

Ketua
Kurniati Restuningsih

Penyunting
Agus Muhammad Solihin
Poerwanto

Penulis
Sri Lestari Yuniarti, Asih Priamsari

Penelaah
Nike Kusumahani, A. Hendra Sudjana, E. Dede Suryaman, Nanik Suwaryani, Agus M. Solihin,
Aria Ahmad Mangunwibawa, Poerwanto, Sugiyanto, Yohana Rumanda, Anik Budi Utami

Penata Letak dan Ilustrator


Tolentino (Pimpinan), Luisa Erica (Pembimbing)
Agnessa Nathania Dessandra, Angeline Zeanetti Tenggara, Caroline Andrian, Eldad Efata, Jennifer
Carolina, Jessy Angelica, Josephine Senjaya, Julia, Michelle Alexandra Audria, Niken Larasati
Ayuningtyas, Olivia Giovanny, Ruth Anastasia, Salma Farhana
(DKV, Universitas Multimedia Nusantara)

Sekretariat
Atih Jumiarsih, Emmi Dhamayanti, Sri Sugiarti, Islamiarso Wibowo, Linang, Badarusalam, Parluhutan,
Irene Cuang, Siti Jenab, Andry, Ferdi, Wahyu Diono, Tiyni Saftiani, Lina

Narahubung
Surel: subdit.anakremaja@kemdikbud.go.id
(021) 2527664

Sila hubungi salah satu kanal informasi di atas untuk memberikan masukan dan pengayaan atas
materi ini
DA FTA R IS I

Kata Pengantar
Pendahuluan 1
Latar Belakang 2
Tujuan Instruksional Umum 4
Tujuan Instruksional Khusus 4
Uraian Materi 5
Konsep dasar fasilitasi 6
Peran fasilitator 9
Sikap fasilitator 14
Keterampilan fasilitator 17
Tanggung Jawab fasilitator 20
Penutup 28
kata p en g a n ta r

Pendidikan yang pertama dan utama adalah di keluarga. Keluarga memiliki


peran penting terutama dalam penumbuhan karakter anak. Keluarga merupakan
salah satu pilar dari tri pusat pendidikan yang berperan penting dalam membentuk
generasi emas yang berkarakter dan berbudaya prestasi di masa yang akan datang.
Anak belajar banyak hal dalam keluarga karena lingkungan keluarga adalah
lingkungan terdekat dengan anak.

Penyebarluasan program pendidikan keluarga diharapkan dapat menjangkau


ke seluruh wilayah Indonesia, sehingga dibutuhkan fasilitator pendidikan keluarga
yang memadai. Sejak tahun 2015 sampai dengan 2018 Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keluarga telah melaksanakan kegiatan Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan
Keluarga untuk 21 Provinsi dan 310 Kab/Kota. Untuk memperluas jangkauan wilayah
dan jumlah fasilitator, Direktorat akan melaksanakan Bimbingan Teknis Calon
Fasilitator Pendidikan Keluarga Dalam Jaringan yang disingkat BCF Dikkel Daring.

Agar kegiatan BCF Dikkel Daring dapat berjalan dengan baik, maka perlu disiapkan
modul untuk menjadi acuan bagi fasilitator dalam menyebarluaskan pendidikan
keluarga di wilayahnya.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi, kami sampaikan kepada semua
pihak yang sudah berkontribusi dalam penyusunan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Oktober 2019


Direktur Pembinaan
Pendidikan Keluarga,

Dr. Sukiman, M.Pd.


NIP 196006151981021001
P e n da h u lu a n

1
Latar Belakang
Kegiatan peningkatan kapasitas bagi orang dewasa membutuhkan perhatian
tersendiri terutama dalam pendekatan yang digunakan. Hal ini penting, mengingat karakter
orang dewasa dengan segenap pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya harus
diapresiasi dan dijadikan dasar bagi pemecahan masalahnya.

Pendekatan pembelajaran dalam pelatihan bagi orang dewasa dikenal dengan


sebutan pendekatan andragogik. Berasal dari dua kata yaitu andra yang berarti dewasa dan
agogos yang bermakna memimpin. Tehnik fasilitasi dengan pendekatan andragogi
mangutamakan peran dari audiens dan tugas fasilitator hanya mengarahkan,
mempermudah kerumitan, dan berusaha menyimpulkan ide gagasan yang keluar dari
pemikiran audiens. Metode ini tepat jika audiens yang dihadapi sudah mempunyai bekal
yang cukup atas materi-materi yang akan disampaikan dan biasanya diterapkan dalam
lembaga pendidikan tingkat atas dan pendidikan tinggi. Metode ini beranggapan bahwa
audiens adalah sebuah gelas yang sudah terisi air tetapi belum penuh. Tugas fasilitator
adalah memenuhi gelas tersebut dan kalau bisa sampai tumpah dengan cara
mengeksplorasi ide dari audiens. Feed back (umpan balik) sangat mendukung metode ini
dengan harapan fasilitator tidak mendominasi forum.
Malcom Knowles, (dalam Sunhaji, 2013:5) mengembangkan konsep andragogi atas
empat asumsi pokok yakni:

2
Pertama, individu tumbuh dan berkembang dengan konsep diri yang bergerak
dari ketergantungan total menuju pengarahan diri sendiri. Anak-anak, konsep dirinya
masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena
konsep diri inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan dari orang lain sebagai
manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Jika dia menghadapi situasi yang tidak
memungkinkan dirinya menjadi self directing, maka akan timbul reaksi tidak senang
atau mzenolak.
Kedua, karena sudah matang dengan sejumlah besar pengalaman, maka
dirinya menjadi sumber belajar yang kaya sekaligus menjadi dasar untuk belajar
sesuatu yang baru. Oleh karena itu, dalam andragogi pembelajaran harus mengurangi
metode ceramah dan menggantinya dengan metode yang lebih banyak berbuat. Hal
ini selaras dengan prinsip pembelajaran umum yang meyakini bahwa belajar dengan
berbuat lebih efektif jika dibandingkan dengan belajar yang hanya melihat dan
mendengarkan.
Ketiga, kesiapan belajar orang dewasa bukan semata karena paksaan
akedemik, tapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran
sosialnya. Peran sebagai pekerja, orang tua, pemimpin suatu organisasi dan lain-lain.
Keempat, orang dewasa memiliki kecenderungan orientasi belajar yang
berdasar pada pemecahan masalah kehidupan (problem-centered orientation).
Untuk itu, teknik fasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas bagi orang dewasa
menjadi salah satu yang penting untuk dikuasai oleh calon fasilitator program
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, agar tujuan kegiatan dapat tercapai
dengan efektif.

3
Tujuan Instruksional Umum
Peserta memahami dan menguasai teknik-teknik fasilitasi

Tujuan Instruksional khusus


a. Peserta dapat memahami konsep dasar fasilitasi
b. Peserta dapat memahami alur dalam melakukan tehnik fasilitasi
c. Peserta dapat memahami ragam metode dalam tehnik fasilitasi

4
uraian
M at e r i

5
K o n s e p D a sa r
fas il itas i

6
Pengertian Fasilitasi
Dari kata facil yang bermakna memudahkan, teknik fasilitasi berarti cara untuk
membuat mudah suatu proses. Orang yang melakukan fasilitasi suatu proses disebut
sebagai fasilitator. Tugas fasilitator adalah merencanakan, membimbing dan mengelola
kelompok atau kelas dalam suatu acara dan memastikan tujuan tercapai secara efektif,
dengan partisipasi peserta yang memadai. Perlu diingat bahwa fasilitator bukanlah
penyuluh atau juru penerang (jupen) yang merupakan petugas penyampai informasi dari
lembaga formal (pemerintah). Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses
dialog. Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan
belajarnya. Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan
pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta dominan untuk mendengarkan. Fasilitator
memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator
menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses
belajar/komunikasi menjadi lebih efektif. Peran fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap
dan diserahkan kepada peserta. Hanya dengan mengurangi ‘dominasi’ fasilitator, proses
pembelajaran bisa diambil alih oleh peserta sehingga pembelajaran bisa berjalan sebagai
inisiatif sendiri.

7
Perbedaan antara guru/penyuluh
/pelatih dengan fasilitator

Ada perbedaan pendekatan antara proses fasilitasi dengan


pengajaran/penyuluhan/pelatihan konvensional. Tiap pendekatan memiliki tujuan yang
berbeda.

Pengajaran/penyuluhan/pelatihan konvensional Fasilitator


Mengarahkan peserta untuk dapat
Menyampaikan materi/pengetahuan agar peserta
mengambil pelajaran menurut peserta
paham dan terampil
sendiri
Paham dengan materi yang akan
Harus ahli dalam materi tersebut
dibahas bersama
Mengajar Belajar bersama peserta
Memfasilitasi peserta untuk aktif dan
Cenderung lebih aktif, peserta pasif
mandiri
Merancang proses yang partisipatif dan
Menggunakan proses satu arah
menyenangkan
Langsung memberikan kesimpulan untuk Mengelola proses belajar dan
diterapkan peserta menghasilkan kesimpulan bersama
Materi yang diberikan berdasar pengetahuan yang Materi yang dibahas berdasar dari
dipahami pelatih/guru pengalaman peserta
Peserta diasumsikan memiliki
Peserta diasumsikan tidak tahu apa-apa, sehingga
pengalaman dan pengetahuan yang
perlu dipahamkan dengan materi
perlu digali dan dibagikan antar peserta

8
Peran
fas il itato r

9
Peran Fasilitator

Bagi seorang yang terbiasa menyuluh atau menjadi guru, membangun proses
pembelajaran yang partisipatif pada awalnya akan sulit. Dalam memfasilitasi kegiatan
pembelajaran masyarakat, seorang fasilitator tidak perlu selalu harus tahu segala-galanya.
Dengan menggunakan ’Jendela Johari’ kita dapat melihat peran fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran masyarakat.
Jendela pertama: aku tahu, kamu tahu. Topik yang dibahas dalam kegiatan
pembelajaran biasanya berkisar mengenai topik-topik yang ada dalam keseharian atau
kehidupan masyarakat sendiri. Dalam membahas topik-topik yang demikian, tugas
fasilitator adalah membangun proses dialogis antara para peserta untuk menanggapi,
menganalisis dan mengembangkan gagasan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya sendiri. Tugas pokok seorang fasilitator adalah membangun proses
pembelajaran dimana setiap orang belajar menjadi sumber belajar sekaligus peserta belajar.
Demikian juga fasilitator sendiri, selain menjadi sumber belajar juga sekaligus merupakan
peserta belajar, yang selalu tertarik belajar berbagai hal dari pengalaman para peserta.

10
Jendela kedua: aku tidak tahu, kamu tahu. Seorang fasilitator perlu meyakini bahwa
diri pribadi selalu bisa belajar dari siapa saja. Apabila meyakini hal itu, fasilitator bisa
mendorong masyarakat untuk mau belajar dari orang lain. Sikap mau belajar dari orang lain
ini membutuhkan kerendahan hati, apalagi bila belajar dari orang yang dianggap
berpendidikan rendah atau tidak punya pengalaman apa-apa. Tetapi sesungguhnya setiap
orang pasti punya pengalaman yang bisa dibagi. Setiap orang juga punya pendapat atau
pandangan yang bisa dipertukarkan.
Jendela ketiga: aku tahu, kamu tidak tahu. Sesuai dengan namanya, seorang fasilitator
sebaiknya menguasai pengembangan dan penggunaan media-media komunikasi dan
pembelajaran dalam menjalankan tugasnya. Selain itu seorang fasilitator bertugas juga
untuk membelajarkan peserta tentang cara menggunakan berbagai media informasi dan
pembelajaran.
Jendela keempat: aku tidak tahu, kamu tidak tahu. Seorang fasilitator tidak perlu harus
tahu semuanya. Tidak seorang pun yang bisa tahu segalanya. Kita hanya harus tahu apa yang
kita tidak tahu sebagai kebutuhan kita untuk belajar.
Tugas seorang fasilitator bukanlah memberikan sebanyak-banyaknya informasi
kepada masyarakat, melainkan membangun kegiatan yang menimbulkan kebutuhan untuk
belajar dan belajar terus.

11
Tehnik 5W dan 1H
Strategi yang dapat dilakukan untuk melibatkan peserta secara aktif dapat dilakukan melalui
tehnik 5W dan 1H :

1 2 3
Menceritakan/ Menjelaskan dan Menarik
Menguraikan Menganalisis Kesimpulan

Fasilitator mengajukan Apabila diskusi mulai Meskipun kita sedang


pertanyaan APA (WHAT) hidup dengan cerita - membahas suatu topik,
terlebih dahulu, cerita peserta, fasilitator biasanya akan selalu
sehingga masyarakat bisa melontarkan banyak aspek menarik
bisa menceritakan pertanyaan tentang yang terkait dengan
pengalamannya proses: BAGAIMANA topik tersebut dan
Kemudian dilanjutkan KEJADIAN ITU TERJADI? menjadi diskusi yang
dengan pertanyaan - Ceritakan prosesnya berkembang (meluas).
pertanyaan yang secara runtut setelah itu Fasilitator dapat
bersifat KAPAN (WHEN) dilanjutkan dengan mengajak peserta
hal itu terjadi? DIMANA pertanyaan analitis: mempersempit
(WHERE) hal itu terjadi? MENGAPA hal itu terjadi pembahasan pada
SIAPA (WHO/WHOM) menurut Anda? beberapa hal paling
yang terlibat? penting/menarik dari
topik tersebut dengan
melontarkan
pertanyaan: APA HAL -
HAL PENTING/MENARIK
yang muncul dari
peristiwa/kejadian di
atas? KESIMPULAN APA
yang bisa kita tarik dari
kejadian/peristiwa tadi?

12
Tehnik 5W dan 1H
Strategi yang dapat dilakukan untuk melibatkan peserta secara aktif dapat dilakukan melalui
tehnik 5W dan 1H :

4 5
Menarik Pelajaran Mengembangkan
Gagasan Penerapan

Kemudian peserta Kemudian peserta


diajak mengubah diajak merumuskan
kesimpulan itu menjadi gagasan kongkrit: APA
pelajaran-pelajaran TINDAKAN yang bisa
(lesson learneds) atau dilakukan untuk
tanggapan pribadi, menerapkan pelajaran
dengan melontarkan atau hikmah di atas?
pertanyaan sbb.: APA Sampaikan berdasarkan
ARTI PENTING dari pendapat perorangan.
kejadian/peristiwa itu BAGAIMANA cara
menurut Anda? melakukannya? Uraikan
menjadi langkah
langkah untuk
mengkongkritkan
gagasan tindakan di

13
S ik a p
fas il itato r

14
Sikap Fasilitator
Berikut adalah sikap-sikap yang harus dimiliki seorang fasilitator:

Empati
Ikut merasakan dan menghargai pengalaman maupun perasaan
peserta. Tidak meremehkan peserta, hadir sepenuh hati dan
sepenuh tubuh

Peka terhadap situasi pertemuan


Mengetahui kapan peserta merasa bersemangat, bosan, mengan-
tuk, tahu kapan harus bicara, berhenti dan bertanya

Tidak hanya memikirkan target penyampaian


materi (hasil),
melainkan proses belajar para peserta

Percaya diri
Yakin mampu mengajak peserta belajar bersama. Tidak malu meski-
pun harus berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain

15
Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta
Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat/berpura-pura

Ramah, semangat, luwes/fleksibel


Mampu membuat suasana hangat, akrab, dan peserta merasa
diperhatikan

Hormat terhadap peserta secara sederajat


Menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan kepercayaan
yang dianut peserta

Tidak menonjolkan diri sendiri/menggurui/


merasa paling ahli
Tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan

Obyektif
Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi netral atau tidak
memihak.

16
K e t e r a m p ila n
fas il itato r

17
Bertanya
Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman peserta, bukan mengajari.
Pertanyaan yang baik akan membuat peserta belajar dari pengalamannya, dan menemukan
solusi sendiri, tanpa merasa digurui.

- Gunakan pertanyaan yang menggali pengalaman peserta didasari rasa ingin tahu
- Gunakan jenis pertanyaan terbuka (pertanyaan yang yang jawabannya berupa cerita),
misalnya, “bisa diceritakan bu, apa yang dilakukan putranya kalau sedang
tantrum/marah?”
- Awali dengan pertanyaan mudah, yang langsung bisa dijawab berdasar keseharian.
Biasanya menggunakan kata tanya “apa” atau “bagaimana”
- Untuk pertanyaan yang sensitive dapat digunakan pertanyaan orang ke-3 agar
peserta tidak merasa dihakimi/malu. Contohnya,”Menurut ibu, mengapa ada orang
yang tidak pernah marah pada anaknya?”
- Saat peserta terlihat pesimis di tengah diskusi, gunakan pertanyaan untuk mengajak
peserta mengingat keberhasilan di masa lalu.

Mendengar Aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu arah, melainkan lebih banyak menjadi pendengar
- Simak perkataan peserta. Tanggapi pembicaraan dengan ekspresi wajah yang sesuai
(senyum, prihatin dst)
- Beri tanggapan berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta.
Contoh, “Oya?, contohnya bagaimana ya bu?”
- Konfirmasi pendapat peserta dengan menyatakannya kembali. Jangan terburu-buru
menyimpulkan, tanyakan apakah pernyataan kita betul.
- Jangan memotong pembicaraan, kecuali jika topik sudah jauh melenceng. Ajak
peserta kembali ke topik dengan sopan. Misalnya, “Wah, menarik sekali pak. Mungkin
kita lanjutkan kembali nanti, sementara ini kita kembali ke topik awal ya pak..”

18
Komunikasi
Hal utama yang dilakukan fasilitator adalah menjalin komunikasi yang baik.
- Bicara/bertanya dengan Bahasa sederhana tapi jelas
- Gunakan kalimat singkat, langsung ke tujuan
Misalnya, “Bapak, putra Bapak yang SMA itu, masih sering ngajak ngobrol ya?”
- Perkenalkan diri dan hafalkan nama peserta. Supaya bisa menghafal, gunakan saat
memanggil dan ulangi dalam kalimat. Misalnya, “Ibu Bapak, ada yang akan
menanggapi pertanyaan ini? Ya, ibu Asih kan ya..?” (sambil mendekati ibu tersebut
untuk memberikan kesempatan menanggapi)

Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi non-verbal
- Tatap mata peserta. Jangan bicara sambil melihat lantai, langit-langit atau kertas
catatan.
- Bergerak secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster. Jangan gugup,
misalnya tangan memainkan spidol, kaki melangkah ke depan ke belakang seperti
tanpa tujuan.
- Usahakan setara/melebur dengan peserta, misalnya duduk sama rendah ketika
peserta sedang duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok

Mengarahkan Orang
Fasilitator mengarahkan lalu lintas informasi agar peserta mengalami proses pembelajaran
yang baik.
- Pelajari hal yang akan disampaikan agar pembicaraan tidak melenceng dari topik.
- Dorong semua peserta untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan atau
diskusi, terutama peserta yang pendiam. Jangan membiarkan hanya satu atau dua
peserta yang mendominasi
- Gunakan jeda, canda, dan pujian untuk mendorong peserta nyaman berbicara.
Jangan mengkritik/mendebat/membela diri. Jika diperlukan mendebat/menyanggah
pendapat peserta, upayakan peserta lain juga melakukan.

19
Ta n g g u n g J aw a b
fas il itato r

20
Merencanakan alur pelatihan
Setelah tujuan pelatihan dan tujuan masing-masing sesi dalam pelatihan sudah diketahui dengan
baik, persiapan pelatihan dilakukan. Tugas fasilitator adalah merancang langkah-langkah
kegiatan selama proses.

Dua aspek dalam merencanakan dan merancang alur pelatihan adalah


• Memilih langkah kegiatan yang tepat, dan;
• Merancang agenda yang realistik.

Ada banyak cara dalam merancang langkah-langkah kegiatan dalam proses pelatihan, yang itu
adalah seni tersendiri. Beberapa pertimbangan dalam merancang langkah-langkah kegiatan
adalah:

• Apa yang diinginkan, diskusi terbuka atau kegiatan yang terstruktur?


Jika diskusi terbuka menjadi pilihan, pastikan dalam diskusi terbuka tersebut peserta
dapat berpartisipasi. Selain itu, fasilitator harus dapat memastikan beberapa hal berikut:
- Mengemas beragam topik yang relevan;
- Menghasilkan gagasan-gagasan yang dikehendaki untuk pencapaian tujuan;
- Dihasilkannya solusi atas permasalahan ata isu yang mungkin muncul.

Proses terstruktur apa yang diinginkan? Jika yang diinginkan adalah mengakomodasi partisipasi
dari kelompok besar, pertimbangkan membagi menjadi kelompok menjadi lebih kecil. Jika
partisipasi yang memadai dari semua atau sebagian besar peserta dinilai penting, maka beri
peserta waktu untuk memikirkan sesuatu dan menuliskan apa yang bisa mereka kontribusikan.
Jika menginginkan gagasan mengalir, pertimbangkan untuk melakukan curah pendapat
(brainstorming).

• Dalam sistematika seperti apa topik akan disajikan? Topik umum ke khusus atau sebaliknya?

21
• Dengan cara apa peserta akan diperkenalkan satu sama lain?
- Bagaimana peserta mendapat pemahaman yang sama tentang tujuan pelatihan/tujuan
sesi tertentu?
- Jika pelatihan harus dibagi menjadi beberapa sesi, berapa lama masing-masing sesi
harus dialokasikan waktunya?
- Akankah semua peserta dilibatkan di tiap sesinya? atau hanya beberapa saja?
- Bagaimana dan kapan hasil kerja kelompok kecil disampaikan dalam kelompok besar?
- Kapan fasilitator merekap hasil kerja kelompok kecil dan menyimpulkannya?

• Akankah hasil suatu sesi akan berkaitan dan mengalir ke sesi selanjutnya?

Memilih bahan atau sumber


belajar, metode dan media
Pertimbangkan beberapa hal berikut ketika menentukan bahan, metode dan media dalam
pelatihan atau sesi tertentu dalam pelatihan:

• Bahan
Apa yang diperlukan oleh peserta, sebelum atau pada saat pelatihan? Bagaimana dan kapan
bahan ini akan dibagikan?

• Desain ruangan
Desain ruangan yang seperti apa yang dinilai efektif untuk partisipasi aktif peserta? Ruangan
terpisah atau bagi kelompok dalam ruiangan yang sama? Bentuk U, atau lingkaran?

• Media, perlengkapan dan ATK


Pastikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing langkah kegiatan suatu sesi. Apakah kertas
plano, kertas tempel (post-it), spidol, papan tulis, dan lain-lain. Pastikan juga jika suatu sesi
membutuhkan alat peraga atau media seperti kartu, gambar, video, dan perangkat keras yang
terkait (laptop, LCD, layar dll)

22
• Metode pembelajaran
Ada beberapa hambatan yang memang tidak bisa dikendalikan oleh fasilitator. Tetapi
fasilitator dapat mengoptimalkan proses dan langkah-langkah kegiatan yang ada dengan
beragam metode.
Misalnya: saat tiba-tiba mati listrik, maka fasilitator tidak bisa menggunakan loud speaker,
video, dll. Pikirkan alternatif-alternatif media atau metode sebagai penggantinya.

Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses fasilitasi:

Ceramah
Metode ceramah dapat digunakan pada saat menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi tertentu, menyimpulkan aktivitas tiap sesi
dan saat menyampaikan materi substansi oleh narasumber. Tetapi ceramah juga dapat dilakukan
sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan,
studi kasus, dll). Biasanya ceramah ini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu
melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta.

curah pendapat
Curah Pendapat adalah diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi,
pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Teknik yang digunakan di antaranya:
Brainstorming (yang berkenan memberi pendapat saja), Round Robin (semua peserta diminta
pendapat), atau Meta Plan (menyampaikan pendapat dengan menuliskannya di kertas tempel
dan dipasang di kertas plano atau papan).

Tujuan dari curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta
informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi pembelajaran
bersama.

23
Diskusi
Diskusi kelompok merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua
orang atau lebih dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan
juga meningkatkan partisipasi peserta yang pasif dalam diskusi yang lebih luas. Sedangkan hasil
diskusi dapat dipresentasikan dengan teknik Gallery Walk atau World Café.

Simulasi (role-playing)
Metode simulasi merupakan metode pelatihan dengan melibatkan peserta untuk berperan
sebagai pihak-pihak tertentu untuk memeragakan pemecahaman masalah yang sedang
dihadapi.

Praktek
Teknik ini digunakan ketika materi pembelajarn bertujuan untuk membuat peserta terampil
dalam materi tertentu. Misalnya, menyiapkan makanan pendamping ASI, menyusun rencana aksi
pendidikan keluarga.

Sebagai pengingat, beberapa hal di bawah ini dapat pertimbangkan sebelum menetapkan
penggunaan metode tertentu:

• Jumlah peserta
• Topik yang didiskusikan: akankah terkait dengan ranah “pengetahuan, “keterampilan” atau
“sikap”? Karena perbedaan ini akan menentukan metode, dan media yang sebaiknya dipilih
• Jenis partisipasi dari peserta yang diinginkan
• Latar belakang dan posisi peserta
• Seberapa baik peserta memahami topik atau tema kegiatan/pelatihan
• Ketersediaan waktu untuk sesi tertentu

24
Membimbing dan mengontrol
proses kelompok
Langkah akhir dalam mempersiapkan pelatihan adalah pertimbangan tentang bagaimana
fasilitator membimbing dan mengontrol sesi-sesi dalam pelatihan.

Pada saat pelatihan baru saja dimulai, pastikan peserta memahami hasil yang diharapkan,
langkah-langkah kegiatan dan aturan yang disepakati bersama.

Beberapa yang harus dilpertimbangkan untuk sesi pelatihan yang terbimbing dan terkontrol
adalah:

· Menetapkan kesepakatan atau aturan bersama (kontrak belajar)


Akan lebih baik jika salah satu peserta memimpin jalannya kontrak belajar ini. Dari perihal
kehadiran ke ruangan pelatihan, penggunaan gawai selama sesi pelatihan, bekerja dalam
kelompok, dan lain-lain yang perlu disepakati.

· Menetapkan skenario.
Pastikan semua peserta memahami perannya, kapan kerja dalam kelompok, sebagai anggota
atau juru bicara.

· Pastikan semua langkah kegiatan berjalan lancar


Dari awal sesi pelatihan, peserta dikondisikan nyaman dan terlibat dalam proses belajarnya,
untuk itu facilitator dapat memilih ice breaking yang sesuai untuk perkenalan.

· Jaga fokus dan antusiasme peserta


Dengan melibatkan semua peserta dalam kegiatan baik kerja kelompok maupun berpendapat
dalam kelas/kelompk besar, menggunakan penyegaran (energizer) yang sesuai ketika peserta
terlihat lelah atau mengantuk.

25
· Mendengar, terlibat
Meskipun fasilitator bersikap netral, namun syarat utama agar peserta terlibat adalah
kemamuan fasilitator untuk mendengar. Selain itu, fasiltator juga haras terlibat dalam semua
langkah kegiatan, bak di kelas/kelompok besar maupun di kerja kelompok. Menyimak dan
mengikuti dinamika kelompok yang terjadi, sehingga peserta merasa dihargai

· Membuat daftar apa saja yang harus dikontrol, materi yang terlihat belum dipahami peserta,
atau peserta yang kurang aktif. Apakah ada ketidaknyamanan sehingga peserta ada yang
pasif? Libatkan mereka dalam kerja kelompok atau beri kesempatan mereka berpendapat.
Sampaikan apresiasi jika peserta telah selesai atau mencapat hasil tertentu, dan simpulkan.

· Intervensi dalam kelompok hanya dilakukan jika peserta belum sepenuhnya mengerti apa yang
harus dilakukan atau terjadinya debat kusir . Intervensi yang paling sulit adalah ketika terjadi
konflik antar peserta, kemarahan dan ketidaksetujuan akan pendapat peserta lain yang
berkepanjangan.

· Pastikan fasiltator tetap tenang, tidak emosional dan lakukan sesedikit mungkin intervensi,
ajak peserta lain mengambil bagian dalam penyelesaian masalah.

Alur dalam Melakukan Tehnik Fasilitasi


Fasilitator dapat menggunakan alur yang terdiri dari 3 tahapan dalam melakukan tehnik fasilitasi,
yaitu :

PEMBUKAAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membuka tehnik
fasilitasi adalah mengucapkan salam, memperkenalkan diri, melakukan
ice breaking atau energizer dan menerangkan tujuan dan hasil yang
diharapkan dari sesi kegiatan.

26
KEGIATAN INTI
Dalam kegiatan inti, untuk menggali pemahaman awal peserta,
fasilitator dapat melakukan curah pendapat dengan menggunakan
pertanyaan kunci. Fasilitator dapat memakai teknik brainstorming
(meminta secara acak peserta mengeluarkan pendapatnya), round
robin (setiap peserta menyatakan pendapatnya) atau Meta Plan
(menyampaikan pendapat dengan menuliskannya di kertas tempel dan
dipasang di kertas plano atau papan). untuk kemudian dilakukan
pembahasan bersama.
Saat masuk ke sesi diskusi, fasilitator dapat membagi peserta
menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan tugas yang
diberikan. Fasilitator dapat menggunakan tehnik asset based
thingking, problem based thingking, snow ball, dsb.
Kemudian fasilitator dapat meminta peserta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Tehnik yang dapat dipakai
diantaranya adalah Galery Walk atau World Café. Setelah
mempresentasikan hasil diskusi, peserta dapat melakukan sesi diskusi
atau tanya jawab dalam kelompok besar. Saat sesi diskusi atau tanya
jawab dalam kelompok besar berlangsung, fasilitator dapat
mengarahkan proses jalannya diskusi atau tanya jawab yang ada agar
tidak keluar dari tujuan yang ingin dicapai pada sesi tersebut

PENUTUP
Pada tahapan penutupan, fasilitator dapat melakukan kegiatan
refleksi/evaluasi / penguatan. Setelah proses diskusi atau Tanya jawab
dalam kelompok besar terjadi, fasilitator dapat melakukan refleksi dan
evaluasi atas proses yang sudah berjalan dan hasil yang sudah
diperoleh dari awal sampai dengan proses berjalannya diskusi untuk
mengarahkan peserta pada tujuan kegiatan pada sesi tersebut.
Fasilitator juga dapat memberikan pertanyaan untuk mengukur pema-
haman peserta terhadap materi yang sudah diberikan. Selanjutnya
fasilitator dapat menguatkan pemahaman peserta.

27
PE N U T U P

Untuk bisa menjadi fasilitator yang efektif, harus tahu, kapan ambil peran
kepemimpinan, kapan harus netral dan kapan harus di belakang layar. Tidak mudah,
namun dengan perencanaan yang matang dan bimbingan terhadap proses yang ada,
fokus untuk pencapaian hasil, akan membuahkan hasil yang maksimal.

28
29

Anda mungkin juga menyukai