Disusun oleh:
Achdiyaka Muttaqin Utbah 1101618061
Aditya Yulianto 1101618074
Akram Ziyad Chairullah 1101618080
Andika Karuniawan Rhamadani 1101618068
Andreas Hariyo Pamungkas Songo 1101618057
Muhammad Ferdiansyah 1101618056
Tujuan Pengembangan
Filosofis
Meninjau tujuan pendidikan nasional Indonesia menurut Undang – Undang No. 20
Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Kemudian, berdasarkan visi misi
sekolah yakni visinya adalah terbentuknya manusia Indonesia yang memiliki sikap juang,
iman, taqwa, moral luhur, dan ilmu pengetahuan untuk mempertahankan kemerdekaan
dan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang
- Undang Dasar 1945, dan misinya adalah membentuk insan akademis yang profesional
dan idealis dengan semangat nasionalisme dan patriotisme sejati.
Tentu dalam upaya mewujudkan tujuan dan cita-cita tersebut, tenaga pengajar
atau kependidikan di lingkungan SMA 17 Agustus 1945 harus selalu sadar akan
pentingnya nilai dan manfaat pengembangan diri dalam dunia akademik. Apalagi di masa
pandemi COVID-19 yang mengharuskan pembelajaran diselenggarakan secara jarak
jauh atau dalam jaringan (daring), perlu adaptasi kembali bagi para akademisi untuk
mampu melaksanakan pembelajaran jarak jauh yang mampu menyalurkan pemahaman
dan pengetahuan secara efektif bagi para siswa sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Melihat dari latar belakang pengembangan kurikulum ini peserta pelatihan dari
kurikulum ini adalah guru – guru SMA 17 Agustus 1945, dimana guru – guru tersebut
sudah dikatakan sebagai orang dewasa. Tentu dalam mengembangkan kurikulum
pelatihan, kami sebagai pengembang dalam mengembangkan kurikulum harus
menyesuaikan pembelajaran yang diberikan dengan karakteristik belajar orang dewasa
yang mana berbeda dengan karakteristik belajar anak – anak.
Pendidikan orang dewasa atau pembelajaran untuk orang dewasa disebut sebagai
pedagogi. Menurut UNESCO (Townsend Coles 1977 dalam Lanundi, 1982), Pendidikan
orang dewasa adalah keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apa pun isi,
tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan
pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang
membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan
kemampuannya, memperkarya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau
profesuonalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam
perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam
pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas. Dari pernyataan
diatas menunjukkan bahwa :
Selain itu, adapula karakteristik atau ciri – ciri belajar orang dewasa lainnya menurut
Soedomo (1989) sebagai berikut :
Tidak hanya memiliki karakteristik, pendidikan orang dewasa atau andragogi juga
memiliki beberapa prinsip. Prinsip – prinsip ini dapat menciptakan suasana lingkungan
belajar yang efektif dan efisien. Berikut ini beberapa prinsip tersebut :
• Pembelajaran yang praktis dan berpusat pada masalah Orang dewasa menyukai
pembelajaran yang mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman-
pengalaman mereka
• Orang dewasa menyukai pembelajaran yang meningkatkan harga diri mereka
• Orang dewasa menyukai pembelajaran yang menunjukkan perhatian secara
individual
Kemudian yang terakhir adalah evaluasi pendidikan orang dewasa. Evaluasi atau
penilaian adalah suatu kegiatan untuk menetapkan seberapa jauh program pembelajaran
dapat diimplementasikan sesuai harapan. Dengan demikian penilaian atau evaluasi
difokuskan pada kegiatan untuk menentukan seberapa jauh keberhasilan program
(mikro: fasilitator, makro: lembaga). Menurut Fajar, A., (2002), penilaian dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar, pertumbuhan
serta perkembangan sikap dan perilaku yang dicapai peserta. Pengetian di atas
menunjukkan bahwa evaluasi dilakukan selama program pelatihan, tidak dilakukan di
akhir pelatihan saja. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menggambarkan
perubahan dari diri peserta setelah pelatihan. Proses memberi arti bahwa evaluasi
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, dengan cara tertentu sehingga
mendapat hasil sesuai yang diharapkan. Di sana juga digambarkan bahwa dalam
penilaian dilakukan dengan mengumpulkan kenyataan secara sistematis. Hal ini
memperlihatkan bahwa di dalam evaluasi diperlukan pengambilan data atau disebut
pengukuran.
Teori evaluasi di atas sebenarnya sama antara pedagogi dan andragogi, hanya saja
cara mengevaluasinya yang berbeda. Dalam pendidikan orang dewasa metode
evaluasinya harus mencerminkan kebebasan, artinya evaluasinya harus datang dari
yang belajar dan bukan dipaksakan dari luar. Pengertian di atas menunjukkan bahwa
orang dewasa harus dapat menilai dirinya sendiri. Sehingga istilah “ujian” atau tes bagi
orang dewasa lebih tepat digunakan istilah uji diri. Contoh metode evaluasi yang cocok
untuk orang dewasa adalah sebagai berikut.
• Umpan balik: Setiap peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan pikiran dan
perasaan mengenai pelajaran yang baru berlangsung.
• Refleksi: Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan refleksinya. Refleksi
bersifat subjektif yang khas pribadi, sehingga tidak perlu ditanggapi oleh fasilitator.
• Diskusi kelompok: Peserta diberi kesempatan untuk mendiskusikan hasil evaluasi
masing-masing dan menuangkannya dalam sebuah laporan.
• Questionnaire: Penilaian dengan disiapkan formulir pertanyaan yang telah
disiapkan dan diisi oleh peserta pelatihan.
• Tim pengelola: Diantara peserta dibentuk sebuah tim yang terdiri dari moderator,
pencatat, dan evaluator. Tim ini bertugas untuk membuat laporan singkat padat
dan menyusun evaluasi dari acara seharian.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta dapat
menggunakan alat atau instrumen berikut: