Anda di halaman 1dari 29

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Layanan Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar

Istilah “bimbingan” digunakan sebagai terjemahan dari istilah Bahasa

Inggris “guidance”. Kata “guidance” itu sendiri selain diartikan sebagai

bimbingan atau bantuan, juga diartikan sebagai pimpinan, arahan, pedoman,

petunjuk, kemudian menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, dan

mengemudikan. Adapun bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang

diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki

mampu mengembangkan diri secara optimal dengan cara memahami diri,

memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa

depan yang lebih baik.1

Menurut Prayitno dan Eman bimbingan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang

individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.2

1
Ahmad Rohani Hm And Abu Ahmadi, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta: Pt
Rineka Cipta, 1991).
2
Prayitno And Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994).
17

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan

kepada seseorang atau beberapa orang individu agar mampu menolong dirinya

sendiri, bertanggung jawab, dan memiliki rasa percaya diri dan dapat

menyesuaikan diri baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Layanan

bimbingan dan konseling memiliki berbagai setting pelayanan, diantaranya

layanan bimbingan belajar.

Menurut Kartini Kartono, belajar merupakan proses perbuatan yang

dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang

keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat

perubahannya relative permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula.

Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan

akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.3

Dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha

perubahan tingkah laku dengan sengaja dan bersifat relative permanen. Sedangkan

dalam Islam, belajar bukan hanya sekedar ditunjukkan dengan adanya perubahan

tingkah laku, tetapi lebih dari itu. Belajar merupakan sebuah konsep yang ideal

karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Bimbingan belajar menurut Dewa

Ketut Sukardi mengemukakan bahwa bimbingan belajar adalah proses bantuan

yang diberikan kepada individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan dalam belajar

mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal.4

3
Kartini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya (Jakarta: Rajawali Bina
Aksara, 2014).
4
Djumhur And Mohammad Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Bandung:
Cahaya, Cetakan Keempat, 2005).
18

Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan diri dengan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar

serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.5

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar

adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan

masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik, sehingga tujuan dari

belajar akan tercapai. Bimbingan belajar adalah suatu kegiatan bantuan belajar

kepada peserta didik yang bertujuan agar peseta didik dapat mencapai prestasi

belajar secara optimal.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Tujuan dari layanan bimbingan belajar adalah agar peserta didik mampu

menguasai pengetahuan dan dapat mengembangkan keterampilan yang diperoleh

dari sekolah, sehingga dengan diberikannya layanan bimbingan belajar maka

diharapkan peserta didik termotivasi dalam mencapai prestasi yang optimal dan

mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari sekolah. 6 Tohirin

menjelaskan bahwa tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut:

a. Secara umum tujuan bimbingan belajar adalah membantu peserta didik agar

mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat

perkembangan peserta didik. Peserta didik yang perkembangannya

5
Ni Putu, “Penerapan Layanan Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Bagi Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar Siswa Kelas X4 Sma Negeri 1 Sukasada,” Jurnal
Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling 2, No. 1 (2014).
6
Rifda El Fiah And Adi Putra Purbaya, “Penerapan Bimbingan Belajar Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Di Smp Negeri 12 Kota Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/2016,” Jurnal Ilmiah Bimbingan Dan Konseling 3, No. 2 (2016): 230.
19

terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan

belajarnya

b. Secara khusus dapat bertujuan agar peserta didik mampu menghadapi dan

memecahkan masalah-masalah belajar, serta peserta didik dapat mandiri

dalam belajar.7

Jadi tujuan bimbingan belajar adalah membantu agar mampu mengatasi dan

memecahkan permasalahan belajarnya agar tidak mengganggu perkembangannya.

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Fungsi utama dari bimbingan belajar adalah membantu peserta didik dalam

masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran

atau penempatan dan juga menjadi perantara dari peserta didik dalam

hubungannya dengan para guru.

Ada beberapa fungsi dari bimbingan belajar yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi kognitif

Melalui fungsi kognitif manusia menghadapi objek-objek dalam suatu

bentuk representative yang menghadirkan semua objek itu dalam kesadaran.

Hal ini paling jelas nampak dalam aktivitas mental berfikir.

b. Fungsi konatif-dinamik

Fungsi psikis ini berkisar pada penentuan suatu tujuan dan pemenuhan suatu

kebutuhan yang disadari dan dihayati. Semakin tinggi tahapan

perkembangan anak, semakin boleh diharapakan bahwa siswa mampu

7
Tohirin, Bimbingan Konseling Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja
Grafindo, 2011).
20

berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara aktif dengan suatu

tujuan.

c. Fungsi afektif

Di dalam perasaan manusia mengadakan penilaian terhadap semua objek

yang dihadapi, dihayatinya apakah suatu benda, suatu peristiwa atau

seseorang, baginya berharga atau bernilai atau tidak. Bila objek itu dihayati

sebagai sesuatu yang berharga maka timbulah perasaan senang. Alam

perasaan seolah-olah terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda beda

peranannya terhadap semangat belajar.

d. Fungsi sensorik-motorik

Kemampuan yang dimiliki peserta didik dibidang psikomotorik juga

merupakan bagian dari keadaan awal dipihak peserta didik, yang dapat

menghambat atau membantu disemua proses belajar mengajar atau paling

sedikit, dalam proses belajar yang harus menghasilkan keterampilan

motorik. Perolehan kemampuan yang dimaksud antara lain, kecepatan

menulis, kecepatan berbicara dan artikulasi kata-kata, menggunakan alat-

alat menggunting, memotong dan lain-lain.8

4. Asas-Asas Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan belajar, ada asas yang dijadikan pertimbangan kegiatan.

Menurut Prayitno ada 11 asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam

kegiatan pelayanan bimbingan belajar.9 Asas-asas bimbingan belajar itu adalah

sebagai berikut:

8
Djumhur Dan Mohammad Surya, Op.Cit, H.75-81 .
9
Prayitno, Pedoman Khusus Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Depdiknas, 2003).
21

1) Asas kerahasiaan

Asas kerahasiaan yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data

dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu

data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang

lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban

memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga

kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2) Asas keterbukaan

Asas keterbukaan yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)

yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak

berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri

maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang

berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)

berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar

peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih

dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaani ini

bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan.

3) Asas kekinian

Asas kekinian yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan

bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta

didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa

depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang

ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.


22

4) Asas kemandirian

Asas kemandirian yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum

bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik sebagai sasaran

layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-

individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan

lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta

mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya

mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi

berkembangnya kemandirian peserta didik.

5) Asas kegiatan

Asas kegiatan yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)

yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam

penyelenggaraan atau kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor)

perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam

setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.

6) Asas kedinamisan

Asas kedinamisan yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap

sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju,

tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan

kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

7) Asas keterpaduan

Asas keterpaduan yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan

dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
23

pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan

terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai

pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat

penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

8) Asas kenormatifan

Asas kenormatifan yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan

dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma,

baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,

dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui

segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,

menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

9) Asas keahlian

Asas keahlian yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan

bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah

profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan

bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar

ahli, dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing

(konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan

kode etik bimbingan dan konseling.

10) Asas alih tangan kasus


24

Asas alih tangan kasus yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak

yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling

secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien)

kiranya dapat mengalih tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru

pembimbing (konselor) dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,

guru–guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru

pembimbing (konselor), dapat mengalih tangankan kasus kepada pihak

yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah

maupun di luar sekolah.

11) Asas tut wuri handayani

Asas tut wuri handayani yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan

bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana

mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan

memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-

luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.10

5. Pelaksanaan Bimbingan Belajar

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dalam

berbagai format layanan, salah satunya adalah dengan format bimbingan belajar.

Untuk dapat melaksanakan bimbingan belajar secara baik terdapat beberapa

langkah-langkah dalam pelaksanaannya.

Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik

yaitu:

a. Langkah 1
10
Prayitno Dan Erman, Op.Cit, H.115-120.
25

Menentukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan belajar yang

sedang dihadapi oleh para peserta didik, baik sebagai individu maupun

sebanyak kelompok.

b. Langkah 2

Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah atau

kesulitan belajar yang dihadapi siswa, selanjutnya menetapkan satu atau

beberapa faktor yang diduga paling determinan terhadap terjadinya

masalah belajar tersebut.

c. Langkah 3

Menetapkan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk melakukan

bimbingan belajar kepada para peserta didik.

d. Langkah 4

Melakukan bimbingan belajar dalam bentuk bantuan, arahan, petunjuk,

gerakan, dan sebagainya sesuai dengan cara-cara yang telah ditetapkan

sebelumnya.

e. Langkah 5

Peserta didik sendiri yang memecahakan masalah atau kesulitan belajar

yang sedang dialaminya.

f. Langkah 6

Memisahkan peserta didik yang telah dibimbing dan mengembalikannya

ke dalam kelas semula.

g. Langkah 7
26

Melakukan penelitian dengan teknik tertentu untuk mengetahui sampai

dimana tingkat keberhasilan bimbingan yang telah dilaksanakan dan

bagaimana tindak lanjutnya.11

B. Teknik Diskusi

1. Pengertian Diskusi

Diskusi adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau

lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau memperjelas suatu

persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Dalam pelaksanaan diskusi ada

tiga langkah yaitu perencanan, pelaksanaan dan penilaian. Pada tahap

perencanaan, fasilitator melaksanakan lima macam hal yaitu merumuskan tujuan

diskusi, menentukan jenis diskusi, melihat pengalaman dan perkembangan peserta

didik, mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi, misalnya kesimpulan

atau pemecahan masalah pada tahap pelaksanaan, fasilitator memberikan tugas

yang harus didiskusikan, dan memberitahukan cara melaporkan tugas, serta

menunjukkan pengamat diskusi jika diperlukan. Pada tahap penilaian fasilitator

meminta pengamat melaporkan, memberi komentar mengenai proses diskusi dan

membicarakan pada kelompok.12

Diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan kelompok sebab kegiatan

kelompok sangat beraneka macam kreasi bersama lari bersama, bekerja bersama,

dan banyak manfaat dipetik oleh para siswa maupun bimbingan melalui diskusi

oleh sebab itu pembimbing perlu memperhatikan dan membina intensif kegiatan

11
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Angkasa, 2004).
12
Romlah, Teori Dan Praktek Bimbingan Kelompok (Malang: Universitas Negeri Malang,
2001).
27

ini.13 Diskusi adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih yang diajukan untuk

saling tukar pengalaman dan pendapat, biasanya menghasilkan keputusan

bersama.14 Menurut Bimo walgito mengemukakan pelaksanaan diskusi harus

mendapatkan pengawasan dari guru pembimbing bagaimana kelompok itu

berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah, di dalam diskusi setiap anggota

harus turut serta berbicara secara aktif sehingga ada sesuatu pertanggung jawaban

sebagai suatu kelompok yang hidup.15

2. Tujuan Penggunaan Diskusi

Tujuan yang ingin dicapai melalui diskusi kelompok antara lain

a. Peserta didik memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan

pembimbing diskusi. Pengalaman yang baik maupun buruk dan pendapat

dari teman, banyak membantu perkembangan pribadi peserta didik

informasi mungkin bersifat praktis, sederhana, dan langsung dapat

dimanfaatkan, misalnya cara menghafal sajak-sajak chairul Anwar. Namun,

ada juga informasi yang bersifat kompleks dan manfaatnya tidak langsung

diketahui, misalnya tentang keberhasilan membiasakan diri menepati

belajar.

b. Mengembangkan motivasi dan semangat peserta didik untuk melakukan

sesuatu tugas. Bila peserta didik mula-mula enggan mengerjakan sesuatu

tugas, misalnya membuat ringkasan tentang ini bacaan setelah diskusi

tentang manfaat membuat ringkasan, maka timbul minat dan kemauan untuk

13
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program: Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah (Jakarta: Renika Cipta, 2002).
14
Ibid. H.220
15
Bimo Walgito, Bimbingan Dan Koseling ( Studi & Karier ) (Pt Andi Offset, 2010).
28

membuat ringkasan. Begitu juga terhadap terhadap hal-hal yang semula

ditolak, kurang diminati, kurang dipahami, bahkan semula dibenci dapat

berubah untuk dicintai dan dikerjakan.

c. Mengembangkan kemauan peserta didik berfikir kritis, mampu melakukan

analisis dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya. Dalam

diskusi peserta didik memperoleh berbagai informasi yang mungkin saling

bertentangan, berhubungan atau saling menunjang. Peserta didik secara

bertahap akan mampu menanggapi secara kritis dan lambat laun mampu

membuat analisis serta mensistensiskan informasi yang diterimanya.

d. Mengembangkan keterampilan dan keberanian peserta didik untuk

mengemukakan pedapat secara jelas dan terarah. Tanpa latihan akan sulit

mengemukakan pendapat dengan jelas, terarah, dan berisi, apalagi para

peserta didik. Dalam diskusi, peserta didik dibimbing untuk berani dan

terampil menyampaikan pengalaman dan gagasan secara teratur, sehingga

mudah dipahami orang lain.

e. Membiasakan kerja sama di antara peserta didik

Diskusi pada hakikatnya kerja sama dalam mengumpulkan dan tukar

menukar pengalaman serta gagasan. Melalui diskusi siswa dibina

memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat orang lain dan

menerima keputusan bersama.16

Menurut Sukardi tujuan penggunaan diskusi kelompok antara lain:

(a) menanamkan atau mengembangkan keterampilan dan keberanian untuk

mengemukakan pendapat sendiri secara jelas dan terarah,


16
Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit, H. 221-222
29

(b) mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan-pertimbangan

pendapat yang mungkin saja berbeda yang satu dengan yang lainnya,

(c) belajar menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah karena

masalahnya telah dimengerti dan bukan karena paksaan atau terpaksa

menerima kalah dalam pemungutan suara,

(d) para peserta didik mendapatkan informasi yang berharga dari teman-

temanya dalam diskusi kelompok dan pembimbing diskusi.

Menurut TIM MKDK, bertujuan diskusi kelompok adalah sebagai berikut:

(e) memberi kesempatan peserta didik untuk mengambil suatu pelajarandari

pengalaman-pengalaman teman-teman peserta yang lain dalam mencari

jalan keluar suatu masalah,

(f) memberi suatu kesadaran bagi setiap peserta bahwa setiap orang itu

mempunyai masalah sendiri-sendiri,

(g) berani mengutarakan masalahnaya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

diskusi kelompok adalah menanamkan atau mengembangkan keterampilan dan

keberanian supaya peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya, mendapat

informasi yang berharga, memberikan suatu kesadaran bahwa setiap orang

mempunyai masalah sendiri–sendiri mengubah sikap dan tingkah laku tertentu

serta menerima kritikan atau saran dari teman anggota kelompok.17

3. Langkah-langkah Dalam Diskusi

Adapun langkah- langkah pelaksanaan diskusi, yaitu:

1. Menyampaikan tujuan dan mengatur setting


17
Lailatul Mufidah Dan Mochamad Nursalim, Op.Cit, H. 3
30

Menyampaikan tujuan dari diskusi yang akan dilakukan. Tujuan dari diskusi

mengenai minat belajar yaitu supaya peserta didik dapat mengetahui

manfaat dari minat belajar.

2. Mengarahkan diskusi

Guru menunjukkan hubungan antara pengetahuan yang telah diperoleh oleh

peserta didik sebelumnya dengan topik yang akan dibahas. Pembahasan

mengenai minat belajar yang berkaitannya dengan materi yang akan

disampaikan.

3. Menyelenggarakan diskusi

Diskusi dipimpin oleh guru. Guru bertugas memonitor jalannya diskusi,

mendengarkan gagasan siswa, menyampaikan gagasan sendiri dan

meluruskan pendapat peserta didik jika terjadi kekeliruan. Waktu diskusi

ditentukan oleh guru yaitu selama 20-30 Guru berhak memotong jalannya

diskusi apabila ada peserta didik yang saling beradu argumen, dan

meluruskan pendapat dari masing-masing peserta didik.

4. Mengakhiri diskusi

Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna

mengenai diskusi yang telah diselenggarakan kepada peserta didik. Guru

merangkum mengenai kelebihan, kelemahan dan peranan pemerintah

terhadap macam-macam minat belajar berdasarkan buku acuan/sumber data.

5. Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu


31

Guru memberikan tanya jawab singkat guna membantu peserta didik

membuat rangkuman mengenai kelebihan, kelemahan minat belajar dengan

menggunakan bahasanya sendiri.

4. Kelebihan dan Kelemahan Diskusi

Kelebihan teknik diskusi adalah:

a) Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan

terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. Memperluas

wawasan

c) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam

memecahkan masalah.

Kekurangan teknik diskusi adalah:

a) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

b) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang

panjang.

c) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin

menonjolkan diri.

5. Bentuk-bentuk Diskusi

Sebelum membina kegiatan diskusi kelompok, pembimbing perlu mengenal

bentuk diskusi yang akan dibinanya. Setiap bentuk tentu saja memerlukan

pembinaan yang berbeda-beda bentuk lainnya. Bentuk diskusi menurut aspek dan

cirri-cirinya seperti tertera pada tabel berikut.


32

Tabel 2.1
Bentuk - Bentuk Diskusi Kelompok Dilihat Berbagai Aspek
Dilihat dari Bentuk Ciri utama
a. Jumlah A. Kelompok besar  Anggota 20 orang atau lebih
anggota B. Kelompok kecil  Anggota kurang dari 20 orang
biasanya sekitar 2-12 orang

b. Pembentukan A. Bentuk formal  Sengaja dibentuk


B. Bentuk informal  Terbentuk secara spontan
tampa direncanakan

c. Tujuan A. Pemecahan masalah  Menekankan pada hasil


B. Terapi anggota diskusi
 Menekankan pada proses
diskusi
d. Waktu diskusi A. Maratbon  Terus menerus 5-12 jam
B. Singkat/ reguler  1-2 jam, mungkin
dilaksanakan berulang - ulang

e. Masalah yang A. Sederhana  Relatif mudah dipecahkan


dibahas B. Komplek / rumit sulit pecahkan

f. Aktivitas A.Terpusat pada  Anggota kurang aktif,


pemimpin demokratis pemimpin sangat aktif
terbagi ke semua  Anggota dan pemimpin sama-
anggota sama aktif.

C. Burnout Belajar

1. Definisi Burnout

Jenuh secara harfiah berarti padat atau penuh sehingga tidak mampu

memuat apapun. Jenuh juga dapat diartikan jemu atau bosan. Peserta didik dalam

belajarnya terkadang mengalami burnout yang dalam psikologi disebut learning

pleateau atau plateau.18

18
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015). h. 180.
33

Berikut adalah definisi burnout belajar menurut para ahli:

1. Menurut Maslach dan Jackson, burnout sebagai sindrom kelelahan

emosional, sinisme atau depersonalisasi, dan reduced personal

accomplishment (berkurangnya prestasi diri) atau menurunnya kinerja.19

2. Reber berpendapat, burnout adalah rentan waktu tertentu yang digunakan,

untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.20

3. Corey mendefinisikan burnout adalah suatu keadaan kelelahan fisik, mental,

sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena keterlibatan yang intensif

dengan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang.

4. Menurut Agustina burnout merupakan kondisi emosional ketika seorang

peserta didik merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai

akibat tuntutan pekerjaan akademik yang terus meningkat.21

5. Menurut Muhibbin Syah menyatakan bahwa burnout adalah suatu kondisi

yang dialami peserta didik yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya

tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-

item informasi atau pengalamn baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-

akan jalan ditempat.

6. Menurut Thrusan Hakim burnout adalah kondisi mental seseorang saat

mengalami rasa bosan dan lelah yang sangat amat sehingga menimbulkan

rasa enggan, lesu, tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas belajar.22


19
Christina Maslach and Susan E Jackson, “The Measurement Of Experienced Burnout,”
Journal Of Occupational Behaviour 2 (1981): 99–113. h. 1.
20
Syah, Psikologi Belajar. h. 181.
21
Naeli Rifatil Muna, “Efektivitas Teknik Self Regulation Dalam Mereduksi Tingkat
Kejenuhan Belajar Siswa Di SMA Insan Cendekia Sekarkemuning Cirebon,” Holistik 14, no. 2
(2013): 57–78. h. 63.
22
Achmad Furqon Bildhonny, “Menurunkan Kejenuhan Belajar Siswa Dengan Teknik
Relaksasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,” Pendidikan Olahraga, Pascasarjana,
34

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa burnout adalah

suatu kondisi kelelahan emosional, lelah mental dan fisik yang dialami peserta

didik saat belajar yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan dalan jangka

waktu yang lama sehingga mengakibatkan munculnya rasa keletihan, merasa

cemas dengan hasil belajar, dan suasana hati mudah terganggu (mudah marah

tanpa alasan yang jelas).

2. Jenis-jenis Burnout

Burnout yang terjadi pada peserta didik memerlukan penanganan khusus.

Akan tetapi ada satu langkah penting yang harus dilakukan sebelum menangani

kejenuhan belajar tersebut yaitu dengan cara mengetahui jenis-jenis burnout

secara umum. Berikut adalah jenis-jenis burnout yang dikemukakan oleh Abu

Abdirrahman Al-Qawi.

a. Burnout Positif

Burnout positif merupakan kejenuhan yang dialami individu pada suatu hal

yang buruk, seperti penyimpangan perilaku, berbuat dosa, bertindak dzalim,

hingga kesesatan. Contohnya, seseorang yang bosan menipu, bosan hura-hura,

dan lain-lain. Burnout ini tidak perlu diberikan penanganan khusus atau dicegah,

sebailiknya Burnout ini perlu ditumbuhkembangankan.

b. Burnout Wajar

Burnout wajar merupakan hal yang lumrah terjadi. Seseorang yang

melakukan kegiatan berulang-ulang pasti akan merasa bosan dan jenuh.

Kejenuhan belajar ini sering terjadi pada saat proses belajar, bekerja, berumah

Universitas Negeri Malang, no. 1964 (2001): 260–66. h. 262.


35

tangga dan lain sebagainya. Burnout ini adalah Burnout yang paling banyak

dialami oleh seseorang karena hal ini sudah menjadi kodrat manusia.

c. Burnout Negatif

Burnout negatif merupakan Burnout yang berat, merusak kehidupan dan

dapat menjadi pemicu timbulnya keburukan lain yang lebih serius. Contohnya

Burnout akibat kegagalan, penganiayan, kesempitan hidup, kekacauan hidup dan

lain-lain. Burnout ini dapat memberikan pengaruh buruk bagi kehidupan

manusia.23

3. Indikator Burnout

Maslach dan Jackson menjelaskan kelelahan emosi yang terjadi pada

individu disebabkan oleh sumber daya atau energy individu yang habis dan

mereka merasa bahwa tidak mampu pada tahap psikologis. Berikut tiga dimensi

burnout yang dikemukakan oleh Maslach dan Jackson.

a. Kelelahan Emosional

Kelelahan emosional merupakan perasaan secara emosional terlalu berat dan

kelelahan karena suatu pekerjaan. Kelelahan emosional dapat terjadi saat individu

merasa terkuras secara emosional yang disebabkan oleh banyaknya tuntutan

pekerjaan. Kelelahan emosional ditandai dengan terkurasnya sumber-sumber

emosional, misalnya perasaan keletihan, frustasi, putus asa, sedih, tidak berdaya,

tertekan, apatis, mudah marah dan mudah tersinggung serta merasa terbelenggu

oleh tugas-tugas dalam.

b. Sinisme atau Depersonalisasi

23
Ibid. h. 263.
36

Depersonalisasi merupakan perkembangan dari dimensi kelelahan emosional.

Depersonalisasi adalah sebuah perasaan buruk pada respon diri sendiri. Gambaran

dari depersonalisasi adalah adanya sikap negatif, pasif, merasa terbebani dengan

pekerjaan, menjaga jarak dengan penerima layanan, menjauhnya seseorang dari

lingkungan sosial, dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan dan orang-

orang disekitarnya.

c. Reduced Personal Accomplishment (Berkurangnya Prestasi Diri) atau

Penurunan Kinerja

Dalam hal ini yang dimaksud Reduced Personal Accomplishment

(Berkurangnya Prestasi Diri) adalah menurunnya prestasi belajar pada peserta

didik. Hal ini ditandai dengan adanya perasaan puas terhadap diri sendiri, belajar

bahkan kehidupan serta merasa bahwa dirinya belum pernah melakukan sesuatu

yang bermanfaat. Hal tersebut mengacu pada penilaian yang rendah terhadap

kompetensi diri dan pencapaian dan pencapaian keberhasilan diri dalam belajar.

Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh perasaan bersalah karena peristiwa

sebelumnya.24

4. Faktor-faktor Penyebab Burnout

Menurut Abu Abdirrahman Al-Qowy ada beberapa faktor penyebab

kejenuhan belajar adalah sebagai berikut:

a. Kesibukan Monoton

Kesibukan monoton merupakan salah satu penyebab kebosanan yang sering

dialami. Hal tersbut disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan secara

24
Maslach and Jackson, “The Measurement Of Experienced Burnout.” h. 1.
37

berulang-ulang tanpa adanya perubahan. Kesibukan ini menjadi penyebab

utama seseorang mengalami kejenuhan.

b. Prestasi Mandeg

Kemandegan prestasi dialami peserta didik yag terus menerus belajar

dengan giat dan konsisten dan tidak kenal lelah dan pantang menyerah.

Akan tetapi setelah melakukan hal tersebut secara berkepanjangan namun

tidak membawa hasil perubahan. Kondisi ini dapat memicu terjadinya

burnout pada peserta didik.

c. Lemah Minat

Kondisi ini dapat terjadi pada peserta didik yang harus menekuini sesuatu

yang tidak diinginkan. Contohnya dalam proses belajar, beberapa peserta

didik tidak menyukai mata pelajaran tersebut, akan tetapi mereka harus

mempelajarinya.

d. Penolakan Hati Nurani

Penyebab selanjutnya adalah tinggal atau berkecimpung disebuah

lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Seperti halnya sekolah

yang ditempati oleh peserta didik.

e. Kegagalan Beruntun

Peserta didik yang mengalami kegagalan dalam meraih prestasi disekolah

padahal dirinya telah belajar dan berusaha semaksimal mungkin dan masih

mengalami kegagalan.

f. Penghargaan Nihil
38

Penghargaan kecil terhadap prestasi pengorbanan yang dilakukan dapat

menjadi pemicu kejenuhan belajar.

g. Ketegangan Panjang

Ketegangan yang berkepanjangan dapat menjadi pemicu timbulnya

kejenuhan belajar apabila hal ini terjadi secara terus menrus.

h. Perlakuan Buruk

Perlakuan buruk seperti yang dilakukan kepada peserta didik dapat menjadi

pemicu timbulnya kejenuhan belajar. Kondisi demikian dapat menyebabkan

rasa jenuh, bosan dan malas.

5. Gejala-gejala Burnout

Menurut Reber ciri-ciri burnout sebagai berikut:

a. Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses

belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki kejenuhan dalam

belajarnya merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang

diperolehnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga siswa merasa sia-sia

dengan waktu belajarnya.

b. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam

proses informasi atau pengalaman, sehingga mengalami stagnan dalam

kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh,

sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam

memproses berbagai informasi yang diterima atau pengalaman baru yang

didapatnya.
39

c. Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan jenuh

merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang dapat

membuatnya bersemangat untuk meningkatkan pemahamannya terhadap

pelajaran yang diterimanya atau dipelajarinya.25

6. Cara Mengatasi Burnout

Burnout lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat-kiat antara lain

sebagai berikut:

a. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi

dengan takaran yang cukup banyak;

b. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang

dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat;

c. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi

pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar

dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada disebuah kamar

baru yang lebih menyenangkan untuk belajar;

d. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk

belajar lebih giat daripada sebelumnya. Contohnya dengan menonton film

motivasi yang bertujuan agar individu termotivasi untuk melakukan hal serupa

dari apa yang telah diamatinya. Selain memberikan contoh perilaku baru

kemudian meminta individu untuk melakukannya sesuai dengan kebutuhan

individu tersebut;

25
Syah, Psikologi Belajar. h.182.
40

e. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara

mencoba belajar dan belajar lagi.26

D. Penelitian Relevan

Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan layanan bimbingan belajardengan teknik DISKUSI terhadap

burnout belajar pada peserta didik, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska, Slamat Fitriyadi, dan Iip

Istirahayu dengan judul penelitian Layanan Bimbingan Kelompok Dengan

Teknik Diskusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Interpersonal Siswa Kelas VIII Smp Negeri 7 Singkawang Tahun Ajaran

2014/2015 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan

komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singkawang,

antara sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan

teknik diskusi. Gambaran Kemampuan komunikasi interpersonal siswa

sebelum di beri perlakuan (pre-test) di ketahui bahwa rata-rata kemampuan

komunikasi interpersonal siswa memperoleh presentase sebesar 74,78 %

yang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aspek

komunikasi interpersonal yang meliputi keterbukaan, empati, dukungan,

rasa positif dan kesamaan, sebagai indikator komunikasi interpersonal telah

meningkat sehingga siswa dapat dikategorikan memiliki komunikasi

interpersonal yang efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat De Vito dalam

[1] yang menyatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi,

keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. Namun, pada


26
Ibid. h. 183.
41

penelitian ini teknik diskusi akan peneliti gunakan atau terapkan dalam

meningkatkan motivasi belajar peserta didik.27

2. Penelitian yang dilakukan oleh Urip Mulyani, Wirda Hanim, dan Endang

Setiyowati dengan judul penelitian Pengaruh Teknik Diskusi Kelompok

Dalam Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Pemahaman Siswa

Tentang Dimensi Seksualitas Manusia dapat disimpulkan bahwa teknik

diskusi kelompok dalam bimbingan kelompok secara signifikan

berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman tentang dimensi seksualitas

manusia pada siswa kelas IX SMP Negeri 7 Jakarta. Peningkatan tersebut

terlihat dari peningkatan rata-rata skor kelompok eksperimen dibandingkan

dengan kelompok kontrol pada saat pretest posttest. Nilai rata-rata

kelompok eksperimen meningkat dari 15,3 (pretest) menjadi 21,5 (posttest)

sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol menurun dari 17 (pretest)

menjadi 16 (posttest). Teknik diskusi kelompok dalam bimbingan kelompok

dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman tentang dimensi

seksualitas manusia karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya siswa

diberikan kesempatan yang sama untuk saling bertukar informasi dan

pengalaman tentang seksualitas yang mereka miliki. Hal tersebut

menciptakan suasana keakraban, saling terbuka, dan kepercayaan yang pada

akhirnya memberikan mereka suasana yang nyaman dan memudahkannya

dalam memahami materi tentang seksualitas tersebut. Namun, pada

27
Fransiska, Slamat Fitriyadi, And Iip Istirahayu, “Layanan Bimbingan Kelompok Dengan
Teknik Diskusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas Viii
Smp Negeri 7 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015,” Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia 2,
No. 1 (2017): 12–14.
42

penelitian ini teknik diskusi akan peneliti gunakan atau terapkan dalam

meningkatkan motivasi belajar peserta didik.28

3. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Lisdiana, Giyono, dan Ratna Widiastuti

dengan judul penelitian Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik

Diskusi Untuk Mengurangi Kenakalan Remaja Siswa Kelas XI Di Sekolah

Pertanian Pembangunan Negeri Lampung Tahun Ajaran 2012/2013 dapat

disimpulkan bahwa kenakalan remaja dapat dikurangi dengan menggunakan

layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Hal ini di tunjukan dari

berkurangnya perilaku kenakalan remaja siswa pada setiap pertemuan

kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Berdasarkan hasil

yang diperoleh dalam penelitian bahwa uji hipotesis menggunakan uji

Wilcoxon dengan uji signifikansi 5 % diperoleh nilai p=0,027; p<0,05.

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya adalah perilaku

kenakalan remaja siswa dapat dikurangi menggunakan layanan bimbingan

kelompok teknik diskusi. Maka terdapat perbedaan yang signifikan antara

perilaku kenakalan remaja siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

atau treatment berupa layanan bimbingan kelompok. Namun, pada

penelitian ini teknik diskusi akan peneliti gunakan atau terapkan dalam

meningkatkan motivasi belajar peserta didik.29

E. Kerangka Berfikir

28
Urip Mulyani, Wirda Hanim, And Endang Setiyowati, “Pengaruh Teknik Diskusi
Kelompok Dalam Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang
Dimensi Seksualitas Manusia,” Jurnal Bimbingan Konseling 5, No. 1 (2016): 116–25.
29
Eka Lisdiana, Ratna Widiastuti, And Eka Lisdiana, “Penggunaan Layanan Bimbingan
Kelompok Teknik Diskusi Untuk Mengurangi Kenakalan Remaja Siswa Kelas Xi Di Sekolah
Pertanian Pembangunan Negeri Lampung Tahun Ajaran 2012/2013,” No. 3 (2013): 1–14.
43

Penelitian ini memiliki dua variabel utama yaitu independen (bebas) dan

variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik

diskusi sedangkan variabel terikatnya yaitu burnout belajar.

Tabel 2.2

Berikut ini merupakan kerangka berfikir:

Burnout
Burnout adalah suatu kondisi kelelahan emosional, lelah mental dan
fisik yang dialami peserta didik saat belajar yang mengakibatkan
munculnya rasa keletihan, merasa cemas dengan hasil belajar, dan
suasana hati mudah terganggu (mudah marah tanpa alasan yang jelas).

Konseling Kelompok dengan Teknik Diskusi


Diskusi adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang
atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau memperjelas
suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin.

Burnout pada peserta didik


menurun

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan anggapan sementara yang perlu adanya pembuktian

adanya pembenaran.Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan

yang sedang dihadapi kebenarannya masih perlu diuji. 30 Hipotesis dikaitkan


30
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2013).H.18
44

sementara karena kebenaran masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan

data yang asalnya dari lapangan. Hipotesis juga penting perannya karena dapat

menunjukkan harapan dari peneliti yang direfleksikan dalam hubungan ubahan

atau variabel dalam permasalahan peneliti.31 Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah: Implementasi bimbingan belajar dengan teknik diskusi untuk menurunkan

burnout belajar pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Waway Karya.

31
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).H.41

Anda mungkin juga menyukai