Anda di halaman 1dari 3

Moral Hazard

Moral hazard didefinisikan sebagai tindakan oleh salah satu pihak (agen) dalam suatu transaksi

yang memengaruhi penilaian pihak lain (prinsipiel) terhadap transaksi tersebut, tetapi pihak

kedua (prinsipiel) tidak dapat mengawasi/memaksa secara sempurna tindakan yang dimaksud.

Motif utamanya adalah memaksimalkan manfaat bagi pihak yang bersangkutan. Moral hazard

dilandasi demi kepentingan (keuntungan) pribad seseorang dalam menjalankan suatu kontrak,

berusaha untuk mengoptimalkan usahanya (effort) sesuai batasan yang dihadapi.

Moral hazard terjadi karena tindakan manajemen tidak dapat diobservasi. Mereka melakukan

tindakan yang berada dalam diskresinya untuk kepentingan diri sendiri yang mungkin

bertentangan dengan kepentingan investor. Misalnya, kompensasi manajemen yang didasarkan

atas bonus bila target laba terpenuhi, akan mengakibatkan manajemen cenderung mengambil

keputusan yang dampaknya menaikkan laba.

Adverse Selection

Adverse Selection diartikan dengan salah pilih. Adverse Selection terjadi jika salah satu pihak

(agen) dalam suatu transaksi mengetahui informasi yang relevan tentang transaksi tersebut.

Sementara, pihak kedua tidak mengetahuinya sehingga salah satu pihak dapat melakukan

kesalahan dalam pengambilan keputusan yang tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Contoh klasik yang digunakan adalah transaksi jual-beli mobil bekas yang diperkenalkan oleh

Akerlof.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah Adverse Selection dengan pemberian sinyal kepada

pasar (market signaling). Inti dari pemberian sinyal adalah pemberian insentif dan pengendalian

atau monitoring. Inti dari masalah Adverse Selection adalah pengambilan keputusan yang salah
karena tidak diketahuinya informasi yang cukup dan relevan tentang objek yang

bersangkutan.Dalam sebuah transaksi, masalah Adverse Selection dapat dialami oleh banyak

pihak dalam transaksi penjualan portofolio kredit oleh bank kepada investor.

Perspektif Bisnis

Sebagai usaha yang bergerak dalam bidang bisnis, hamper semua kegiatan perusahaan akan

berkaitan dengan hubungan keagenan sehingga penuh dengan urusan kontrak-mengontrak dalam

arti yang luas. Hubungan keagenan adalah kontrak. Insentif, alat monitoring dan bentuk-bentuk

pengendalian social lain yang digunakan untuk meminimalkan biaya kegenan adalah elemen dari

kontrak. Kontrak melibatkan hamper semua proses bisnis. Kegiatan perusahaan juga diatur oleh

regulasi. Selain kontrak dan regulasi pada waktu menjalankan kegiatannya perusahaan terikat

etika untuk menunjukkan identitasnya sebagai entitas yang berintegritas dalam menjalankan

bisnis.

Hubungan keagenan merupakan acuan bagi hamper semua aspek dalam bisnis. Struktur

organisasi yang akan dibentuk, perilaku organisasi yang diinginkan gaya manajemen yang akan

diterapkan, tata kelola perusahaan yang digunakan, dan strategi yang dianut adalah aspek-aspek

yang menggunakan hubungan keagenan sebagai acuan. Semua itu dapat diimplementasikan

dalam kebijakan dan prosedur yang dibuat.

Perspektif Organisasi

Teori organisasi mempunyai hubungan erat dengan literature organisasi. Teori organisasi

digunakan untuk menentukan struktur organisasi yang dipilih apakah berdasarkan divisi atau

matriks. Teori keagenan lebih menitikberatkan pada struktur optimal dari hubungan
pengendalian yang berasal dari pola pelaporan dan pengambilan keputusam akibat struktur

tersebut.

Hubungan yang jelas antara teori keagenan dan teori organisasi adalah kaitannya dengan

pengendalian. Teori keagenan dan teori organisasi juga mempunyai kesamaan dalam kaitannya

dengan biaya transaksi atau sering disebut dengan biaya keagenan (agency cost). Teori keagenan

mempunyai dua sumbangan utama dalam pemikiran organisasi. Pertama tentang perlakuan

terhadap informasi. Kedua berkaitan dengan implikasi resiko.

Anda mungkin juga menyukai