BAB V
FILTRASI DAN FLUIDA
Hidraulik halaman - 66
Filtrasi dan Fluida
Hidraulik halaman - 68
Filtrasi dan Fluida
dapat menghasilkan kotoran yang tinggal di dalam sistem. Kotoran ini tidak selalu
dibersihkan oleh pekerja.
Komponen biasanya bersih sesuai dengan yang ditentukan oleh pemakai
komponen tersebut, tetapi waktu antara komponen meninggalkan pabrik dan
waktu komponen dipasang pada instalasi akan terdapat kotoran jika tidak
dikontrol dengan baik selama pengangkutan dan penyimpanannya.
Kotoran juga dapat berada di dalam pipa atau reservoir, ini dihasilkan saat
fabrikasi. Untuk mengurangi terjadinya kotoran saat instalasi, maka sebaiknya
ujung-ujung pipa ditutup dan tetap tertutup sampai pipa, selang siap untuk dirakit.
b) Kotoran dari Tempat Fluida
Fluida yang diterima dalam tangki tidak selalu bersih, walaupun telah dilakukan
tindakan pencegahan dengan baik oleh penjual fluida hidraulik. Sebagian besar
fluida saat diisikan kedalam tangki dilewatkan saringan, tetapi sayangnya tangki
sendiri tidak bersih seperti yang diinginkan oleh pemakai. Kotoran ini harus
dibuang dari fluida dengan menggunakan saringan yang baik sebelum
dimasukan kedalam reservoir. Secara praktis kotoran tersebut disaring dengan
ukuran 10 sampai dengan 20 m.
c) Kotoran dari Udara
Kotoran dapat masuk ke dalam sistem lewat saluran pernapasan (breathing) di
reservoir, hal ini terjadi saat aktuator bergerak, maka ketinggian fluida di dalam
reservoir berubah dan ini yang disebut dengan “Reservoir Breathing”, yaitu udara
akan masuk dan keluar dari reservoir.
Saat udara masuk kedalam reservoir tersebut akan membawa kotoran dan akan
tertinggal di dalam reservoir. Hal ini tidak akan terjadi bila reservoir bertekanan.
d) Kotoran yang masuk (pull-in)
Silinder yang beroperasi pada kondisi kotor, cenderung menarik kotoran ke
dalam silinder setiap kali batang piston bergerak masuk. Meskipun pada ujung
silinder telah dilengkapi dengan seal yang mencegah kotoran masuk terbawa
batang piston kedalam silinder, tetapi masih ada kotoran yang terbawa masuk.
Penggunaan “rod boot” dan “rod scraper” dapat mengurangi jumlah kotoran yang
masuk, tetapi ini bukan penyelesaian akhir masalah yang timbul. Sebaiknya
dipasang saringan pada saluran balik.
e) Kotoran hasil perawatan
Hidraulik halaman - 69
Filtrasi dan Fluida
Setiap kali komponen dilepaskan dari rangkaian atau diperbaiki kotoran dapat
masuk ke dalam sistem.Bila komponen akan dilepas dari rangkaian diperlukan
pembersihan pipa yang masuk kedalam komponen dan juga pembersihan
komponen. Ujung pipa sebaiknya ditutup untuk mencegah masuknya kotoran.
Penggantian komponen sebaiknya dicuci dan dikeringkan dengan udara dan
selanjutnya ditutup. sampai komponen akan dirakit.
f) Kotoran yang dihasilkan
Kotoran ini berasal dari ausnya komponen yang saling bergesekan. Kotoran hasil
proses ini lebih banyak timbul pada sistem yang baru. Kotoran ini dapat diambil
dengan menggunakan saringan pada saluran balik.
Hidraulik halaman - 70
Filtrasi dan Fluida
Hidraulik halaman - 71
Filtrasi dan Fluida
Hidraulik halaman - 72
Teknik Penyelesaian Masalah
BAB VI
TEKNIK PENYELESAIAN MASALAH (TROUBLESHOOTING)
Hidraulik halaman - 73
Teknik Penyelesaian Masalah
Jika viskositas fluida yang dispesifikasikan untuk sistem terlalu tinggi, mungkin
akan menyebabkan terjadinya kavitasi pada pompa oleh karena karasteristik
aliran dari viskositas fluida yang tinggi. Fluida tidak dapat masuk ke ruang pompa
dengan cukup cepat.
d) Temperatur fluida yang terlalu rendah
Jika temperatur fluida terlalu rendah akan terjadi kavitasi pada pompa sampai
dengan fluida cukup panas sehingga viskositasnya turun sampai dengan nilai
viskositas yang tepat. Umumnya pembuat pompa tidak menginginkan pompa
produksinya dijalankan saat viskositas fluida melebihi 4000 SUS pada temperatur
saat menjalankan pompa. Oleh karena itu harus diyakinkan bahwa viskositas
fluida pada reservoir mempunyai nilai yang tepat. Viskositas fluida yang tinggi
akan tidak memungkinkan fluida mengalir kepompa dengan cepat untuk mengisi
ruang-ruang pompa sehingga timbul kavitasi.
Langkah yang baik adalah untuk mencek lembar-lembar data setiap komponen
untuk mengetahui viskositas minimum yang disyaratkan, dan yakinkan bahwa
fluida yang digunakan pada sistem akan mempunyai viskositas yang berada
range viskositas yang disyaratkan dari perubahan temperatur yang terjadi.
e) Kecepatan motor yang salah
Pompa yang berputar melebihi dari kecepatan desain tidak dapat mendapatkan
fluida yang cukup untuk mengisi ruang-ruang pompa sehingga timbul kavitasi,
sehingga harus diyakinkan bahwa kecepatan motor bersesuaian dengan
kecepatan desain pompa. Produsen pompa akan menunjukkan informasi pada
lembaran data komponen range kecepatan setiap pompa yang
direkomendasikan. Jika range kecepatan tersebut dilampaui, maka akan
memperpendek umur pompa.
f) Baut-baut pengencang rumah pompa longgar
Suara bising pada pompa mungkin disebabkan terjadinya kelonggaran baut
pengencang pada rumah pompa akibat terjadinya getaran yang mengakibatkan
mengalirnya udara ke ruang pompa, sehingga terjadi kavitasi. Baut-baut
pengencang rumah pompa harus diikat (dibaut) cukup keras sesuai dengan yang
dianjurkan oleh pembuat pompa pada spesifikasi pompa.
Hidraulik halaman - 74
Teknik Penyelesaian Masalah
Beberapa pompa, oleh karena desainnya tidak dapat priming sendiri oleh karena
itu diperlukan pengisian pada rumah pompa dengan fluida hidraulik sebelum
sistem hidraulik dijalankan untuk pertama kalinya. Pertama yang perlu dilakukan
setelah mengencangkan baut rumah pompa yaitu mengisikan rumah pompa
dengan fluida hidraulik secukupnya. Dengan cara ini pompa akan diprime secara
sempurna.
h) Mulut saluran isap terlalu tinggi
Pompa mempunyai kemampuan tinggi isap yang tertentu. Jika pompa dipasang
dengan mulut saluran isap yang terlalu tinggi, maka fluida hidraulik tidak dapat
masuk ke pompa sehingga timbul kavitasi. Jika ini terjadi maka pemasangan
pompa perlu disesuaikan dengan data teknik tentang ketinggian mulut saluran
isap sesuai dengan lembar data kemampuan pompa.
i) Saluran isap pompa terlalu kecil
Jika saluran isap pompa terlalu kecil untuk kemampuan pompa yang ada, maka
akan terjadi tidak cukup fluida yang masuk ke pompa, sehingga akan timbul
kavitasi. Saluran isap sebaiknya tidak boleh terlalu kecil dari lubang masuk
pompa. Umumnya, sebaiknya diameter pipa isapnya lebih besar satu ukuran dari
diameter lubang masuk pompa. Sebagai contoh jika diameter lubang pompa
0.5”, maka diameter saluran isapnya 0.75”. Jika diameter lubang masuk pompa
1”, maka diameter saluran isapnya 1.25”.
j) Kesalahan pemasangan seal pada poros
Seal pada poros dipasang untuk menghindari kebocoran luar dari fluida hidraulik
pada pompa. Dalam pemasangannya sering terjadi terbalik. Jika ini terjadi maka
akan memungkinkan udara masuk ke pompa melalui sisi singgung antara seal
dengan poros yang akan menyebabkan kavitasi.
k) Pipa isap terlalu pendek pada reservoir
Sumber lain penyebab kavitasi adalah terjadi pada reservoir. Jika saluran isap ke
pompa tidak tercelup di bawah permukaan fluida hidraulik pada reservoir, maka
akan memungkinkan udara masuk ke pompa yang menyebabkan kavitasi.
Saluran isap harus tercelup cukup dalam walaupun dalam kondisi ketinggian
fluida hidraulik minimum, saluran isap masih cukup tercelup untuk menghidari
terjadinya pusaran yang dapat membawa udara ke sistem. Sebagai perkiraan
umum jarak ujung saluran isap dengan dasar reservoir sebaiknya sebesar 6” dan
Hidraulik halaman - 75
Teknik Penyelesaian Masalah
Hidraulik halaman - 77
Teknik Penyelesaian Masalah
akan membantu mengatasi hal ini. Isi reservoir dengan ketinggian normal dengan
fluida hidraulik yang bersih.
d) Kesalahan pemasangan seal poros
Jika terjadi kesalahan pemasangan seal pada poros akan memungkinkan udara
masuk ke pompa yang akan mengakibatkan tekanan sistem turun.
e) Putaran pompa terbalik
Jika pompa berputar dengan arah terbalik, pompa tidak dapat menghasilkan
aliran yang cukup. Pompa harus berputar sesuai dengan desainnya.
e) Kebocoran luar
Kebocoran luar pada salah satu bagian sistem akan menyebabkan kelambanan
gerak dari aktuator, hal ini karena kebutuhan fluida dorong tidak terpenuhi dari
akibat terjadi pengurangan karena terjadinya kebocoran. Pengontrolan secara
rutin terhadap kebocoran luar akan sangat membantu mengatasi gangguan ini.
Hidraulik halaman - 79
Teknik Penyelesaian Masalah
Jika sistem hidraulik menggunakan katup kontrol arah sebagai komponen untuk
proses unloading, dan jika perpindahan spool tidak sempurna, tanpa melihat
penyebabnya, akan meningkatkan temperatur sistem. Hal ini oleh karena
penurunan tekanan pada spool yang terbuka sebagian akan mengalirkan fluida
seakan terjadi kebocoran yang akan meningkatkan temperatur sistem.
e) Katup relief tidak menempati kedudukannya dengan baik
Jika katup relief tidak menempati dudukannya dengan baik, akan timbul
kebocoran dalam yang akan menyebabkan timbulnya kenaikan temperatur
sistem oleh karena adanya aliran kebocoran dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.
f) Kesalahan disain sistem
Jika dalam desain sistem memungkinkan terjadinya piston untuk menggerakkan
ke posisi maksimum apakah dalam gerak maju ataupun mundur, dan diam pada
posisi maksimumnya, sementara fluida terus menerus melewati katup relief,
maka akan terjadi peningkatan temperatur sistem. Desain sistem harus
sedemikian rupa, sehingga pompa pada kondisi aktuator seperti di atas, harus
dalam kondisi tanpa pembebanan.
g) Kebocoran dalam
Jika komponen-komponen sistem telah aus sehingga menimbulkan kebocoran
dalam apakah pada pompa, motor atau aktuator lain maka akan meningkatkan
temperatur sistem. Semakin besar tingkat kebocorannya, maka semakin tinggi
kenaikan temperaturnya.
Hidraulik halaman - 80
Teknik Penyelesaian Masalah
pertama. Ini untuk meyakinkan fluida akan terbebas dari kontaminan dan kotoran
yang tersisa saat penyaringan dalam pengisian resevoir. Selanjutnya
penggantian filter sesuai dengan kebutuhan.
Langkah 5:
Atur alat pengatur tekanan.
Atur pengaturan tekanan pada katup relief utama, kompensator pompa, dan
semua komponen dengan pengotoran tekanan pada nilai minimumnya. Ini
termasuk squence valve, counter balance valve dan lain-lain. Dengan
pengaturan ini, diyakinkan laju aliran fluida yang maksimum dengan tekan
seminimum mungkin. Ini diasumsikan bahwa semua beban berada langkah
terbawah, jika tidak maka diperlukan untuk mengatur counter balance pada
tekanan maksimumnya untuk menjaga beban tidak jatuh. Setelah tidak terjadi
gangguan, maka dapat dilakukan penyetelan tekanan sesuai dengan nilai
sesungguhnya.
Langkah 6:
Atur pengaturan kecepatan dan katup-katup cushion.
Buka setiap katup cushion pada silinder pada langkah tengahnya, dan atur
pengontrol kecepatan pada langkah tengahnya pula. Dengan melakukan hal ini,
dapat diyakinkan kemampuan aliran sebagiannya. Kemudian semua pengaturan
tersebut diatur sesuai dengan nilai sebenarnya.
Hidraulik halaman - 82
Teknik Penyelesaian Masalah
terdapat pada katup kontrol aliran. Bila setelah katup kontrol aliran diatur dan
ternyata tidak ada pengaruhnya (piston tetap tidak mau bergerak). Maka
pemeriksaan dapat dilanjutkan pada langkah yang ke 4.
2g
2h
2e 2f
2d
2c
DOWN UP
2a 2b
Langkah 4:
Periksa dinding silinder.
Bila terjadi kebocoran pada seal di dalam silinder, maka ini dapat diperiksa
dengan cara merasakan dinding silinder. Periksa seluruh dinding silinder dengan
jari, bila terdapat kebocoran seal maka pada tempat yang bocor permukan
silinder akan panas. Bila tidak terdapat bagian yang panas, maka seal pada
piston kondisinya baik, dan pemeriksaan dapat dilanjutkan pada langkah 5.
Langkah 5:
Hidraulik halaman - 84
Teknik Penyelesaian Masalah
fluida akan mengalir lewat katup dengan suatu kecepatan. Bila memang ini
masalahnya gantilah silinder dan atur kembali seluruh katup pada posisi semula.
Hidraulik halaman - 86
Teknik Penyelesaian Masalah
Hidraulik halaman - 87
Teknik Penyelesaian Masalah
Latihan
1. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan pompa bising!
2. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan tekanan sistem
rendah!
3. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan aktuator bergerak
tidak menentu!
4. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan panas berlebih
pada sistem!
Hidraulik halaman - 88