Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN MATRIKS

ANALISA STRUKTUR II

1
MATRIKS
A. PENGANTAR MATRIKS

Perhitungan statis untuk struktur yang linier elastis dapat dilakukan dengan metode matriks. Karena pada
umumnya struktur mempunyai sifat mechanis dan geometris yang diidealisasikan sebagai :
• Material bertingkah laku secara linier dan elastis.
• Lendutan dari struktur dianggap sangat kecil sehingga analisa dapat dilakukan sebagai struktur yang belum
dibebani.

PENGERTIAN MATRIKS SECARA MATEMATIS


1.
Matriks
Bila mempunyai satu susunan persamaan linier, misalnya :

2x+3y+2z= 0 maka koefisien dari pers linier ini dapat dituliskan atau dikelompokkan
x+ y+3z= 0 dalam suatu cara penulisan yang lain, yaitu dalam bentuk jajaran
- x+2y - z =0 bilangan seperti dibawah ini :

2 3 2
3 1 3 2
-1 2 -1
MATRIKS
a 11 a 12 a 13 ………a 1j …….a 1n

a 21 a 22 a 23 ………a 2j ……. a 2n

a 31 a 32 a 33 ………a 3j ……..a 3n

a i1 a i2 a i3 ………a ij ………a in

a i1 a i2 a i3 ………a ij ………a in

Dimana m, n adalah bilangan bulat > 1


Biasanya menandai suatu matriks dipakai tanda [ ] atau ( ) atau { } untuk matriks baris dan kolom.
Bilangan-bilangan a ij disebut elemen-elemen dari matriks, dimana i =1,2,3.... m dan j = 1,2,3 ..... n.

Bilangan m menunjukkan banyaknya baris dan n adalah banyaknya kolom, sedangkan keduanya
menyatakan orde dari matriks.

Dengan demikian dapat dikatakan matriks dengan orde m x n adalah merupakan jajaran persegi
dari elemen-elemen atas m buah baris dan n buah kolom.

Kadang-kadang notasi yang dipakai untuk baris memakai indeks dibawah, sedangkan untuk kolom
3
memakai indeks diatas misalnya sepeti yang ditulis diatas.
MATRIKS
Ada berbagai macam jenis matriks :
4. Matriks nol , bila a ij = 0
1. Matriks bujur sangkar , bila m = n
0 0 0 0
1 2 3 0 0 0 0
Elemen-elemen a 11, a 22 , a 33 ……… a nn
4 5 6 disebut elemen-elemen diagonal utama. 0 0 0 0
7 8 9 0 0 0 0

2. Matriks baris, bila m = 1, yaitu hanya terdiri dari 1 baris saja

[ 1 2 3 4 5 6 ]
1

3. Matriks kolom, bila n = 1, yaitu hanya terdri atas 1 kolom saja. 2

4
4
5

6
MATRIKS
Ada beberapa type dari matriks bujur sangkar yaitu :
2. Lower Triangular matriks, ialah suatu matriks di mana
1. Upper Triangular matriks, ialah suatu matriks dimana semua semua elemen diatas diagonal utama sama dengan
elemen dibawah diagonal utama sama dengan nol. nol.

a 11 a 12 a 13 a 14 …………a 1n a 11 0 0 0 ……… 0
0 a 22 a 23 a 24 …………a 2n
a 21 a 22 0 0 ………..0
0 0 a 33 a 34 …………a 3n
0 0 0 a 44 ……….. a 4n a31 a32 a 33 0 ………0

a41 a42 a43 a 44 ……0


0 0 0 0 …………a nn
am1 am2 am3 am4 ……..a mn

5
MATRIKS
3. Matriks Diagonal ialah suatu matriks di mana semua elemennya 5. Matriks satuan (unit matriks) ialah
1 0 0 0
sama dengan nol kecuali elemen-elemen diagonal utamanya. suatu matriks skalar di mana
elemen diagonalnya ialah 1. 0 1 0 0
Matriks satuan di sebut juga 0 0 1 0
matriks identitas dan sering ditulis
0 0 0 1
dengan notasi [ 1 ].
1 0 0 0
0 2 0 0
0 0 3 0 6. Band matriks ialah suatu matriks bujur sangkar, dimana
elemen-elemen yang bukan nol ( nonzero elements) di
0 0 0 4 keleompokkan mengelilingi diagonal utamanya,
membentuk suatu jalur elemen diagonal.

a 11 a 12 0 0 …………0 0
4. Matriks skalar ialah
suatu matriks diagonal, 2 0 0 0 a 21 a 22 0 0 …………0 0
dimana elemen 0 2 0 0 0 0 a 33 a 34 …………0 0
diagonalnya
0 0 2 0
merupakan bilangan 0 0 a 43 a 44 …………0 0
yang sama. 0 0 0 2
0 0 0 0 …………an. n a n-1. n 6
0 0 0 0 ………… an. n-1 a n. n
MATRIKS
2. OPERASI MATRIKS

1. Kesamaan Matriks
Dua matriks [A] dan [B] dikatakan sama bila a ij = b ij
Dimana : a ij ialah elemen dari matrikls [A)
bij ialah elemen dari matriks [B]
Contoh : 2 3 1 2 3 1
[A] = [B] =
1 5 3 1 5 3

Jelas disini bahwa dua matriks [A] dan [b} tsb diatas harus mempunyai orde yang sama.
2. Penjumlahan Matriks
Apabila [A) dan [B] adalah 2 matriks yang mempunyai orde yang sama, maka kedua matriks
tersebut dapat dijumlahkan menghasilkan suatu matriks [C] = [A] + [B], di mana c ij = a ij + bij
c ij ialah elemen dari matriks [C]
a ij ialah elemen dari matriks [A]
b ij ialah elemen dari matriks [B]
Contoh : 2 3 1 -1 2 4 2-1 3+2 1+4 1 5 5
[A] = [B] =
[C] = [A] + [B] = =
1+2 5+5 3-3 3 10 0
7
1 5 3 2 5 -3
MATRIKS
Suatu penjumlahan matriks akan mempunyai sifat-sifat sbg berikut :
1. [A] + [B] = [B] + [A] ( comulatif )
2. A] + [B] + [C] = ([A] + [B] ) + [C] (associatif )
3. Akan terdapat suatu matriks [X] sedemikian sehingga [A] + [X] = [B].

3. Perkalian Skalar

Suatu matriks [A] dapat diperkalikan dengan suatu skalar k, menghasilkan suatu
matriks [D] = k [A], dimana : d ij = k. a ij.
d ij menyatakan elemen dari matriks [D]
a ij menyatakan elemen dari matriks [A]

Contoh : 2 3 1
[A] = k =-3
1 5 3

-6 -9 -3
[D ] = k. [A] [D]=
-3 -15 -9
8
Suatu perkalian skalar matriks mempunyai sifat-sifat antara lain :
• k ([A] + [B] ) = k [A] + k [B]
• k ([A] + [B] ) = ( [A] + [B] ) k dimana k adalah skalar
MATRIKS
4. Perkalian Matriks

Suatu matriks [A] dengan orde ( m x p ), dan matriks [B] dengan orde (p x n ), dapat
diperkalikan menghasilkan suatu matriks baru
[E] = [A] . [B] dengan elemen

e ij = a ij . b 1j + a i2. b 2j + a i3. b 3j + ..... + a ip. b pj

p
atau e ij = Σ a ik . b kj di mana : e ij : elemen matriks [E]
k=1 a ij : elemen matriks [A]
b ij : elemen matriks [B]

Matriks [E] dimana hasil perkalian tersebut akan mempunyai orde ( m x n )

Contoh 1 : a 11 a 12 b 11 b 12
[A] = a 21 a 22 [B] =
a 31 a 32 b 21 b 22

a 11 a 12 9
b 11 b 12
[E] = [ A ] . [ B ] = a 21 a 22
b 21 b 22
a 31 a 32
MATRIKS
Beberapa sifat penting perkalian matriks antara lain :
a 11. b 11 + a 12 . b 21 a 11. b12 + a 12. b 22
➢ [A] ([B] + [C] ) = [A] [B] + [A] [C] ( distributif pertama)
[E] = a 21. b11 + a 22 . b 21 a 21. b12 + a 22. b 22 ➢ dimana [ A ]. [ B ] .[ C ] dalah matriks yang memenuhi syarat

a 31. b 11 + a 32 . b 21 a 31. b12 + a 32. b 22 untuk penjumlahan dan perkalian matriks.


➢ ( [A] + [ B ] ) [ C ] = [ A ] [ C ] + [ B ] [ C ] ( distributif kedua )
Contoh 2 :
➢ [ A ] ([ B ] [ C ] = ( [ A ] [ B ] ) [ C ] (assosiatif )
2 1 5 3 4
[A]= [B] = -1 2 ➢ Pada umumnya [ A ] [ B ] = [ B ] [ A ]
1 3 2 2 1 ➢ [ A ] [ B ] = 0, belum tentu mengakibatkan [ A ] = 0 atau [ B ] = 0
➢ [ A ] [ B ] = [ A ] [ C ] , belum tentu mengakibatkan [ B ] = [ C ].
[E] =[A].[B]

2.3 + 1 (-1) + 5.2 2.4 + 1.2 + 5.1


=
1.3 + 3 (-1) + 2.2 1.4 + 3.2 + 2.1

Jadi jelaslah dengan orde ( 2 x 3 ) x ( 3 x 2 ) akan menghasilkan orde (2 x 2) 10


MATRIKS
3. TRANSPOSE DARI MATRIKS 4. MATRIKS SIMETRIS

Apabila [ A ] adalah suatu matriks dengan orde ( m x n ), maka yang


Suatu matriks [A] di katakan simetris bila
dinamakan transpose matriks [ A ] ( dengan tanda [ A ] T ) adalah
[A] T = [A ] atau a ij = a ji
matriks ber orde ( n x m ) dimana baris dan kolom matriks [ A ]
menjadi kolom dan baris matriks [ A ] T
Contoh
1 9 -2
[B] =[A] T [ A ] = [A] T= 9 2 7
-2 7 3
b ij = a ji
[A] Disebut matriks simetris karena [A] T = [A ]
Contoh
1 2 3 1 4
[A] T = 2 5
[A] = Suatu matriks dikatakan skew simetris bila memenuhi
4 5 6 3 6 hubungan [A] T = - [A ]

Beberapa hal berhubungan dengan transpose dari matriks antara lain Contoh
1. ([ A ] T) T = [A]
T T 0 2 3 11
2. (k [A] ) = k. [ A ] Perhatikan bilangan nol pada
[A] = -2 0 4 elemen diagonalnya.
3. ([A] + [ B] ) T = [A] T + [B ] T
-3 -4 0
4. ([A]. [B] ) T = [A] T + [B ] T
MATRIKS
5. MATRIKS KOMPLEX

a. Suatu matriks [A] disebut sebagai matriks komplex bila elemennya terdiri dari
bilangan-bilangan komplex.

Contoh 1+i 2+3i


[A] = dimana i = √ - 1
2 1-i

b. Bila suatu matriks komplex [A] elemen-elemennya diganti dengan conjugate dari masing-
masing elemem tersebut, maka matriks yang terjadi disebut sebagai conyugate dari
matriks [A], dengan notasi [ A ] *.

1 +i 2+3i 1–i 2-3i


[A] = [ A ]* =
2 1-i 2 1+ i

12
MATRIKS
dimana bilangan komplex 1 – i merupakan conjugate dari bilangan 1 + i dan demikian pula
elemen yang lain. Dengan demikian bila satu matriks [ A ] semua elemennya terdiri dari
bilangan riil, maka [ A ] * = [ A ] : sebaliknya bila semua elemennya terdiri dari bilangan
imajinair maka [ A ]* = - [ A ].

c. Suatu matriks [ A } disebut matriks hermitian bila memenuhi hubungan :

( [ A ] *) T = [ A ]

dimana : [ A ]* = conyugate dari [ A ]


( [A]* T = transpose dari [ A ]*
[A] = matriks komplex bujur sangkar.
Contoh

1 2+ i 1 2- i 1 2+ i
( [A]* T = = [A]
[A] = [ A ]* =
2-i 3 2+i 3 2-i 3
13
Dalam hal ini elemen diagonal dari matriks hermitian akan selalu terdiri dari
bilangan-bilangan riil.
MATRIKS
([A]*)T =-[A]

0 1+ i 0 1-i 0 -1 + i
([A]*) T = = -[A]
[A] = [ A ]* =
-1 – i 0 -1+ i 0 1-i 0

6. MATRIKS ORTHOGONAL

a. Suatu matriks bujur sangkar [ A ] disebut matriks orthogonal bila memenuhi hubungan

[A][A]T =(A]T [A] =[I] dimana [ I ] menyatakan matriks satuan.

Cos θ Sin θ Cos θ -Sin θ


T
[A] =
[A] =
- Sin θ Cos θ Sin θ Cos θ

1 0
[A] . [A] T = =[1]
14
0 1
MATRIKS
6. LANJUTAN MATRIKS ORTHOGONAL

b. Suatu matriks komplex bujur sangkar [ A ] disebut sebagai matriks unitary bila memenuhi
hubungan :

[A] . ( [A] * )T = ( [A] * ) T. [ A ] = 1 dimana [ 1 ] menyatakan matriks satuan.

1 1+i
√3 √3
[A] =
1-i -1
√3 √3

Suatu matriks unitary dengan elemen riil akan merupakan matriks orthogonal.

15
MATRIKS
7. DETERMINAN Kalau dimasukkan dalam angka
1 2
Determinan dari suatu matriks bujur sangkar [ A ] [A] = = 1.4 – 2.3 = 4 – 6 = - 2
dituliskan sebagai 3 4

a 11 a 12 a 13 ………. a 1n
Untuk matriks dengan orde yang lebih tinggi , sebelum dihitung
a 21 a 22 a 23 ………. a 2n
determinannya harus dikenal dulu minor dan co factor dari
[A] = a 31 a 32 a 33 ………. a 3n elemen matriks. Minor dari elemen a ij, dimana a ij merupakan satu
elemen dari matriks bujur sangkar [ A ], didefenisikan sebagai
determinan dari bagian matriks [ A ] diluar baris ke- i dan kolom ke
a n1 a n2 a n3 ……… a nn
– j yang diberi notasi M ij.

Sebelum membahas tentang determinan lebih mendalam , Contoh


akan diperlihatkan dulu keadaan yang khusus yaitu matriks 1 2 3 4 3 4 1
dengan orde 2 x 2. seperti berikut : [A]= 2 3 4 1 M11 = 5 6 7
4 5 6 7
a b Determinan [ A ] untuk orde 2 x 2 ini 7 6 5 4
6 5 4 16
[A] = didefenisikan sebagai
c d [ A ] = ad – bc
MATRIKS
Bila M ij diperkalikan dengan ( – 1) i+j, maka akan menghasilkan cofactor dari a ij, yang
diberi notasi C ij.

C ij = (-1) i + j . M ij

Determinan dari matriks [A] dengan orde (n x n ) dapat didefenisikan sebagai :

❖ [A] = a i1 . C i1 + a i2. C i2 + a i3 . C i3 + ….. a in. C in

atau
n
[A] = ∑ a ik . C ik Persamaan ini adalah rumus untuk menghitung
k=1 determinan dengan expansi menurut baris ke – i.

❖ [A] = a ij . C ij + a 2j. C 2j + a 3j . C 3j + ….. a nj C nj

atau

n Determinan dapat pula dihitung berdasarkan 17


[A] = ∑ a kj . C kj expansi menurut kolom ke – j sebagai berikut :
k=1
MATRIKS

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan perhitungan


determinan ini antara lain :

❖ Apabila 2 baris atau 2 kolom dari matriks [A] adalah sama maka [ A ] = 0.
❖ Apabila [A] adalah matriks satuan maka [A] = 1
❖ Apabila 1 kolom dari matriks [A] dijumlahkan dengan kolom yang lain (atau
kelipatan dari kolom yang lain), maka [A] tidak berubah.
❖ Apabila 2 kolom dari matriks [A] ditukar posisinya maka [A] mengalami perubahan
tanda.
❖ Determinan dari matriks [A] akan sama dengan determinan matruks transposenya.

18
MATRIKS
8. ADJOINT DARI MATRIKS

Adjoint dari satu matriks bujur sangkar [A] yang diberi notasi [A] + ialah satu matriks
dengan orde yang sama, yang didapat dengan mengganti elemen dari [A] T (transpose
dari matriks [A] ) dengan cofaktor dari elemen yang bersangkutan.

a 11 a 12 a 13 a 11 a 21 a 31 c 11 c 21 c 31
[A] = a 21 a 22 a 23 [A] T = a 12 a 22 a 32 [A] + = c 12 c 22 c 32
a 13 a 23 a 33 c 13 c 23 c 33
a 31 a 32 a 33

9. INVERS DARI MATRIKS

Apabila [A] dan [B] adalah matriks bujur sangkar sehingga [A]. [B] = [B].[A] = matriks satuan,
maka [B] disebut invers dari matriks [A]. dan [A] adalah invers dari [B] seperti contoh

1 2 3 6 -2 -2 19
[A] = 1 3 3
[B] = -1 1 0
1 2 4 -1 0 1
MATRIKS
1 2 3 6 -2 -3 1 0 0
[A] .[B] = 1 3 3 -1 1 0 = 0 1 0 = [1]
1 2 4 -1 0 1 0 0 1

maka dikatakan :
[B] = [A] -1

atau : [A] = [B] -1

dimana :
[A] -1 menyatakan invers dari matriks [A]
[B] -1 menyatakan invers dari matriks [B]

Untuk mencari invers dari matriks ada beberapa cara yaitu :


➢Metode Adjoint (adjoint method)
➢Metode Pemisahan (matriks partitioning)
➢Metode Gauss – Jordan (Gauss – Jordan Method)
➢Metode Cholesky (Cholesky Method ). 20
MATRIKS
➢Metode Adjoint (adjoint method)

Metode ini menyatakan satu hubungan dalam menghitung invers dari satu matriks bujur
sangkar [A] sebagai :
dimana : [A] –1 = invers dari matriks [A] :
[A] + = adjoint dari matriks [A] :
I A I = determinan dari matriks [A]

Jadi invers dari satu matriks [A], bisa didapat dengan membagi adjoint dari matriks
bersangkutan dengan determinannya sendiri.

Contoh :
1 3 3 + - +
[A] = 1 4 3 - + -
1 3 4 + - +

Determinan matriks [A] dapat di cari berdasarkan perhitungan di depan yaitu : 21


[A] . ( [ A ] * ) T = ( [ A ] * ) T . [A] = [ 1 ]
MATRIKS
4 3 3 3 3 3
IAI = 1 -1 +1
3 4 3 4 4 3

Selanjutnya di hitung cofactor dari elemen-elemen matriks [A]

3 3 C 11 = baris pertama dengan


kolom pertama, maka 4 3
[ A ]= 1 4 3
cofactornya dengan
1 3 4 tanda (+ )sesuai 3 4
urutan

1 3 3 C 33 = baris ketiga dengan 1 3


 A = 1 4 3

kolom ketigamaka
cofactornya 1 4 22

1 3 4

MATRIKS
4 3
c11 = + = (4 x 4) − (3x3) = 7 3 3
3 4 c31 = + = (3x3) − (3x 4) = −3
4 3
1 3
c12 = − = (1x 4) − (3x1) = −1 c32 = −
1 3
= (1x3) − (3x1) = 0
1 4 1 3
1 3
c13 = +
1 4
= (1x3) − (4 x1) = −1 c33 = + = (1x 4) − (3x1) = 1
1 3 1 4

3 3 penempatan cofaktor masing –


c21 = − = (3x 4) − (3 x3) = −3 masing pada posisi [ A ]T
3 4

c22 = +
1 3
= (1x 4) − (3x1) = 1 c11 c21 c31   7 − 3 − 3
1 4
A = c12 c22 c32  = −1 1 0 
+ 
23

c23 = −
1 3
= (1x3) − (3x1) = 0
c13 c23 c33  − 1 0 1 
1 3
MATRIKS
Invers dari matriks [ A ] :
Invers dari matriks [ A ] :

7 −3 − 3
− 1 7 −3 −3
 1 0  𝐴 −1
= −1 1 0

A = 
−1 A
+
=
− 1 0 1  −1 0 1

A 1

1 0 −3 −3 −3 −3
7 − (− 1) + ( −1)
0 1 0 1 1 0
=
1

7(1 − 0) + 1(−3 − 0) − 1(0 + 3) 7 − 3 − 3


= = =1 24
1 1
MATRIKS

TERIMAKASIH

25

Anda mungkin juga menyukai