Anda di halaman 1dari 16

MATERI III

CIRI MORFOLOGI DAUN (FOLIUM)

Daun termasuk organ pokok pada tumbuhan. Pada umumnya daun berbentuk
pipih bilateral, berwarna hijau karena memiliki klorofil dan merupakan tempat utama
terjadinya proses fotosintesis. Berkaitan dengan itu daun dari daun ke alam sekitar dan
sebaliknya. Bentuk pipih dorsoventral dan menghadap ke arah data ngnya sinar memiliki
logika untuk efisiensi penangkapan sinar.
Daun yang lengkap mempunyai 3 bagian yaitu pelepah daun/upih (vagina),
tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun yang tidak lengkap adalah daun
yang tidak mempunyai 1 atau 2 bagian dari 3 bagian daun tersebut hingga ada yang
disebut daun bertangkai, daun berpelepah atau daun duduk/daun memeluk batang dan
ada yang disebut daun semu/palsu.
Pada daun juga sering terdapat alat tambahan atau pelengkap seperti daun
penumpu (stipula), selaput bumbung (ochrea) dan lidah daun (ligula)
Ada beberapa sifat daun yang perlu diperhatikan diantaranya bangun/bentuk
daun, bangun ujung daun, pangkal daun, tepi daun, macam pertulangan daun, warna
daun, dan daging daun. Sifat susunan tulang-tulang daun (nervatio) juga sangat
bervariasi. Selain sifat di atas, daun tumbuhan juga ada yang berupa daun tunggal dan
ada yang berdaun majemuk.
Sifat-sifat daun tersebut yaitu :
1. Circumscriptio (bangun daun) dapat dikelompokkan berdasarkan bagian daun yang
terlebar.
a. Untuk daun dengan bagian yang terlebar kira-kira di tengah helaian daun:
ada bangun daun orbicularis (bulat atau bundar), peltatus (perisai), ovalis atau
ellipticus (jorong), oblongatus (memanjang), lanceolatus (lanset).
b. Untuk daun dengan bagian terlebar di bawah tengah helaian daun: 1). untuk
daun tidak bertoreh ada bangun ovatus (bulat), triangularis (segi tiga), deltoideus
(delta), rhomboideus (belah ketupat) 2). untuk daun bertoreh ada bangun
cordatus (jantung), reniformis (ginjal), sagitatus( anak panah), hastatus (tombak),
auriculatus (bertelinga).
c. Untuk daun dengan bagian yang terlebar di atas tengah helaian daun: ada
bangun obovatus ( bulat telur), obcordatus (jantung sungsang), cuneatus (segitiga
terbalik), spatulatus (sudip/spatel/solet).
d. Untuk daun yang kira-kira sama lebar dari pangkal sampai ke ujung helaian
daun: ada bangun linearis (garis), ligulatus (pita), ensiformis (pedang), subulatus
(paku), acerosus (jarum).

Gambar 2.Bangun daun (Circumscriptio) a. jarum (acerosus/acicular), b. bangun


garis (linearis), c. memanjang (oblongatus/oblong). d. lanset (lanceolate), e. jorong
(ovate/ovalis.ellipttic), f. (oblanceolate), g. bulat telur (obovate), h. oval,
i.membulat (orbicular/ peltate), j. bulan sabit (falcate). k. elips (elliptical), l. jantung
(cordate), m. ginjal (reniform), n. delta (deltoid), o.sagitatte, p. auriculate, q.
hastate, r. spatulate, s. obcordate

2. Apex folii (ujung daun) ada yang berbentuk acutus (runcing), acuminatus (meruncing),
obtusus (tumpul), rotundatus (membulat), truncatus (rompang/rata), retusus
(terbelah), mucronatus (berduri).
Gambar 3. Ujung Daun (Apex folii) a. berduri pendek (mucronatus/mucronate), b.
berduri (cuspidatus/cuspidate), c. berlekuk dangkal (retusus/retuse), d. berlekuk
dalam/terbelah (emarginatus/emarginate), e. rompang/rata (truncates/truncate), f.
meruncing (acuminatus/acuminate), g. runcing(acutus/acute), h. tumpul
(obtusus/obtuse), i. membulat (rotundatus/rounded)

3. Basis folii (pangkal daun) ada yang berbentuk acutus (runcing), acuminatus
(meruncing), obtusus (tumpul), rotundatus (membulat), truncatus (rompang/rata),
cordatus (berlekuk).
Gambar 4. Pangkal daun (Basis folii) a. berbentuk corong (Cuneate), b.
berlekuk/bentuk hati (Cordatus/cordate),c. tidak sama (inequilateral/oblique), d.
meruncing (acuminatus/acuminate), e. runcing (acutus/acute), f. tumpul
(obtusus/obtuse), g. membulat (rotundatus/rounderd), h. rompang/rata
(truncatus.truncate), i. sagitatte, j. hastate, k. bertelinga (auriculatus/auriculate)

4. Margo folii (tepi daun) ada yang integer (rata) dan ada yang divisus (bertoreh).
Pada daun yang bertoreh terbagi manjadi : toreh yang tidak mempengaruhi bentuk
dan toreh yang mempengaruhi bentuk daun.
a. Toreh yang tidak mempengaruhi bentuk daun
Gambar 5. a. rata (integer), b. bergigi (dentatus/dentate), c. bergerigi
(seratus/serrate), d. beringgit (crenatus/crenate), e. bergelombang (sinuate)

b. Toreh yang mempengaruhi bentuk daun


- Berlekuk (berlekuk menyirip dan berlekuk menjari)
- Bercangap (bercangap menyirip dan bercangap menjari)
- Berbagi (berbagi menyirip dan berbagi menjari)

Gambar 6. a. berlekuk menyirip, b. bercangap menyirip, c. berbagi menyirip,


d. berlekuk mejari, e. bercangap menjari, f. berbagi menjari

5. Nervatio (tulang daun) terdiri dari: costa (ibu tulang daun), nervus lateralis (tulang
daun cabang), vena (urat daun).
Gambar 7. a. menyirip (pinnate), b. menyirip dengan 3 vena utama, c & d. menjari
(palmate), e. melengkung, f. sejajar, g. dikotom

6. Intervenium (daging daun) ada yang tipis seperti selaput, tipis lunak, seperti kertas,
perkamen, berdaging.

Folium compositum (Daun Majemuk)


Daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa helai daun disetiap
tangkainya. Daun majemuk memiliki ciri bila pada sebatang tangkai daun
terdapat beberapa helai daun misalnya daun belimbing (Averhoa bilimbi), daun mawar
(Rosa sp), daun asam dan lain-lain.

Bagian-bagian daun majemuk :


a. Ibu tangkai daun (ptiolus communis) yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat
duduknya helaian-helaian daun yang disini masing-masing dinamakan anak daun
(foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun
tunggal ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan
yang mempunyai daun majemuk letaknya juga di atas pangkal ibu pada batang.
b. Tangkai anak daun (ptiololus) yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak
daun. Bagian ini dapat dilihat sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada
daun tunggal, oleh sebab itu didalam ketiaknya tidak pernah terdapat suatu kuncup.
c. Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian helaian daun,
karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu
daun majemuk duduk pada ibu tangkai yang pendek saja atau hampir duduk pada ibu
tangkai misalnya pada daun seledri (Apium graveolens L). Ada kalanya anak daun
memiliki tangkai yang cukup panjang dan jelas kelihatan misalnya pada daun
mangkokan (Nothoponax scutellarium Merr).

Karena suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada
daun majemuk dapat pula ditemukan bagian lain seperti,:
d. Upih daun (vagina) yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya
memeluk batang, seperti pada daun pinang (Areca catechu L).

Sama halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau
di dekat pangkal ibu tangkai itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu misalnya
pada daun mawar (Rosa sp), yang berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri
pangkal ibu tangkai daun.
Berikut adalah tambahan untuk dapat mengenal daun majemuk:
 Pada suatu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya
runtuh bersama-sama pula. Tapi jika cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai
daun yang tak sama umur maupun besarnya tentu saja daun-daun itu tidak runtuh
bersama-sama.
 Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal terdapat pula pertumbuhan yang
terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup.
Suatu cabang biasanya bertambah panjang dan mempunyai sebuah kuncup di
ujungnya.
 Pada daun majemuk tidak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang
pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daun terdapat satu atau mungkin lebih dari
satu kuncup.

Walaupun demikian selalu ada hal-hal yang jika kurang saksama memeriksanya
dapat menyesatkan, seperti halnya pada tanaman berikut ini:
 Daun pada pohon cerme (Phyllanthus acidus skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L). Kedua pohon ini mempunyai daun majemuk, tetapi daun majemuk ini
sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak
daunnya memiliki umur yang berbeda, oleh karena itu tidak luruh bersamaan. Sering
kali terlihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedangkan ujungnya
masih ada anak daun yang kelihatan segar.
 Pada tumbuhan katu (Sauropus androgynus Merr) terdapat cabang-cabang dengan
daun tunggal yang berseling yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas
pertumbuhannya (tidak bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun ini akan
terlihat seperti daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru, karena dari ketiak-ketiaknya
pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah. Jika
itu daun majemuk tidak akan pernak ditemui bunga atau buah.

Gambar 8. a. daun tunggal, b. daun majemuk

Folium compositum (daun majemuk) ada 2 kelompok :


a. Daun majemuk menyirip (pinnatus) yaitu daun majemuk yang anak daunnya
terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun. Jadi tersusun seperti sirip pada ikan.
Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam:
 Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus).
Pada daun ini terdapat lebih daripada satu helaian daun hanya saja yang lain-
lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja, biasanya didapati
pada berbagai jenis pohon jeruk. Misal jeruk besar (Citrus maxima Merr) dan jeruk
nipis (Citrus aurantifolia Sw).
 Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus).
Terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang,
oleh sebab itu anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Contoh daun majemuk
menyirip genap terdapat pada pohon asam (Tamarindus indica L) dan daun
leci(Litci chinensissonn)
 Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus)
Akan dijumpai bilangan yang benar-benar gasal jika anak daunnya berpasangan,
sedangkan diujung ibu tangkai terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak
daun ini lebih besar dari pada yang lainnya), seperti daun pacar cina (Aglaia
odorata Lour) dan mawar (Rosa sp).

 Daun majemuk menyirip ganda


Dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat berapa dari ibu
tangkainya, yaitu :
- Majemuk menyirip ganda dua (bipannatus) jika anak daun duduk pada cabang
tingkat satu dari ibu tangkai.
- Majemuk menyirip ganda tiga (tripannatus), jika anak-anak daun duduk pada
cabang tingkat dua dari ibu tangkai,
- Majemuk menyirip ganda empat, jika anak-anak daun duduk pada cabang
tingkat tiga dari ibu tangkai.
Daun yang menyirip ganda dibedakan lagi dalam:
 Menyirip ganda dengan sempurna yaitu jika tidak ada satu anak daunpun
yang duduk pada ibu tangkai.
 Menyirip ganda tidak sempurna yaitu jika masih ada anak daun yang duduk
langsung pada ibu tangkainya.
Gambar 9. a & b. daun majemuk menyirip gasal, c. daun majemuk menyirip
genap, d. daun majemuk genap ganda, e. daun majemuk menyirip genap ganda
dua.

Selain dari itu suatu daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya
anak-anak daun pada ibu tangkai dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun
yang terdapat pada satu ibu tangkai yaitu:
 Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan yaitu
duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan.
 Menyirip berseling jika anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling.
 Menyirip berselang-seling yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-
seling pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang sempit
misalnya pada anak daun tomat (Solanum lycopersicum L).

b. Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) yaitu daun majemuk yang semua
anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari
pada tangan. Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat
dibedakan seperti berikut :
 Beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terpadat dua anak daun,
misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L).
 Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun,
misalnya pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell) dan kacang hijau(Phaseolus
vulgaris).
 Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih maka dapat
dikatakan saja beranak daun banyak (polyfoliolatus) tidak usah lagi dihitung jumlah
anak daun yang tepat misalnya pada daun randu (Ceiba pentandra).
Gambar 10. a. daun majemuk beranak daun dua, b. daun majemuk beranak
daun tiga, c. daun majemuk beranak daun empat, d. daun majemuk beranak
daun lima hingga Sembilan

c. Daun majemuk bangun kaki (pedatus) yaitu daun yang mempunyai susunan seperti
daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada
ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang di sampingnya, misalnya pada
Arisaema filiformi (Araceae).

Tata Letak Daun (Phyllotaxis)


Daun-daun pada tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabangnya
dengan suatu susunan tertentu. Pada berbagai jenis tumbuhan ternyata terdapat
perbedaan mengenai aturan letak daun-daun pada batang atau cabang. Aturan tata letak
daun pada batang ini dinamakan Phyllotaxis (disposition foliorum).
Istilah phyllotaxis sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun
tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang ditempatinya mengalami
pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan
susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai
daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk secara
tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai daun
pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih pada
setiap buku
Letak daun pada batang/cabang :
a. Tersebar (folia sparsa) yaitu terdapat 1 daun di setiap buku
Pada letak daun yang tersebar, di mana pada satu buku batang duduk hanya satu
tangkai daun. Maka pola seperti ini dikenal sebagai pola daun duduk tersebar (folia
sparsa). Biasanya daun tersusun berselang-seling. Susunan tangkai daun dapat
berselang-selang teratur atau tidak teratur. Contoh tumbuhan yang memiliki letak daun
tersebar, antara lain : lang-alang (Imperata cylindrica), mangga (Mangifera indica),
belimbing wuluh (Averhoa belimbi). Duduk daun folia spara juga berlaku untuk daun
majemuk menyirip, contohnya yaitu: angsana (Pterocarpus indicus), cemara
(Phyllanthus arcidus), belimbing wuluh (Averhoa belimbi), sedangkan daun folia sparsa
majemuk menjari antara lain :wali songo (Schefflera grandiflora), karet (Hevea
bransiliensis)

b. Berhadapan - bersilang (folia opposita atau folia decussata) yaitu terdapat 2 tangkai
daun di setiap buku
Pada pola ini, setiap buku daun diduduki dua tangkai daun, daun duduk berpasang-
pasangan atau berhadap-hadapan sehingga disebut juga folia opposita.
Contohnya dapat ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan bakau seperti :Bakau
(Rhizophora mucronata), salam (Syzygium polyanthum), jambu air (Eugenia aquatica),
jambu biji (Psidium guajava)
Ada juga beberapa daun memiliki folia opposita yang saling bersilangan antara satu
buku dengan buku yang lainnya. Misalnya pada buku pertama, ketiga, kelima, dan
seterusnya posisi daun saling berhadapan. Pada buku kedua, keempat , kelima posisi
daun yang berhadapan memutar 900 dari posisi daun yang berada pada di atas dan di
bawahnya tersebut. Duduk daun seperti ini dinamakan berhadapan bersilangan.
Contohnya pada tumbuhan mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Soka (Ixora poludosa
Kurz.).

c. Berkarang (folia verticillata) yaitu terdapat lebih dari 2 daun di setiap buku.
Pada pola yang berkarang, pada setiap daun terdapat tiga atau lebih daun yang
duduk di sana. Pola seperti ini dinamakan sebagai daun yang berkarang (folia verticillata).
Pada beberapa buku determinasi tumbuhan , pola berkarang sering di sebut karang
daun. Contoh daun berkarang dengan tiga daun dengan satu buku dapat ditemukan pada
: Oleander (Nerium olender). Sedangkan tumbuhan berkarang lebih dari tiga daun pada
satu buku dapat ditemukan pada : alamanda (Allamanda cathartica L.), Pulai (Alstonia
schorllis).

Gambar 11. a. folia sparsa (alternate), b. berhadapan bersilang (opposite decussate), c


& d. berkarang

Istilah- Istilah Dalam Phyllotaxis

Beberapa istilah yang dipakai dalam phyllotaxis antara lain:


a. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas
tanah, contohnya pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus
scaber L.), lidah buaya (Aloe vera), kubis (Brassica aloeraccea).
b. Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang,
contohnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam–macam tumbuhan
dan famili arecaceae lainnya.
c. Mosaik daun, yaitu daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa
pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet),
umumnya ada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas.

Bagan (Skema) Dan Diagram Tata Letak Daun

1. Bagan Tata Letak Daun


Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batangnya. Daun-daun digambar sebagai
penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada
daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2,
7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.

Gambar 12. Bagan tata letak daun menurut rumus 2/5

2.Diagram Tata Letak Daun atau Disingkat Diagram Daun


Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut
yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang
sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya,
seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu
diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus
meloncati satu ortostik. Spiral genetiknya dalam diagram daun akan merupakan suatu
garis spiral yang putarannya semakin ke atas digambar semakin sempit.

Gambar 13. Bagan duduk daun menurut rumus 2/5

3. Spirostik dan Parastik

Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas,
dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam
faktor. Perubahan yang sangat karakteristik perubahan ortostik menjadi garis spiral yang
tampak melingkar pada batang pula. Dalam keadaan yang demikan spiral genetik sukar
untuk ditentukan, dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah
berubah menjadi garis spiral tadi, yang disini lalu diberi nama yang lain pula, yaitu
spirostik. Suatu spirostik terjadi biasanya karena pertumbuhan batang tidak lurus
melainkan memutar. Akibatnya ortostiknya pun ikut memutar dan berubah menjadi
spirostik tadi. Tumbuhan yang memperlihatkan sifat demikian ini misalnya:
 Pacing (Costus speciosus Smith) yang mempunyai satu spirostik, hingga daun-
daunnya tersusun seperti anak tangga pada tangga yang melingkar.
 Bupleurum falcatum, yang mempunyai dua spirostik.
 Pandan (Pandanus tectorius L.) yang memperlihatkan tiga spirostik.

Gambar 14. a. Costus specious Smith., b. Bupleurum falcatum c. Pandanus tectorius L

Selanjutnya pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat satu sama lain,
misalnya pada kelapa sawit (Elaeis guenensis) daun-daunnya seakan-akan duduk
menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Pada pohon ini, ortostik dan spiral
genetiknya amat sukar untuk ditentukan. Garis-garis spiral dengan arah putaran
melingkar batang ke kiri dan kekanan itu menghubungkan daun-daun yang menurut arah
ke samping (mendatar horizontal) mempunyai jarak terdekat. Dapat dimengerti bahwa
setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat satu disebelah kiri dan satu lagi
disebelah kanannya.
Dari itu pula tampaknya ada dua spiral kekiri dan ke kanan. Garis-garis spiral ini lah
yang disebut parastik. Garis-garis spiral yang tampak pada buah nanas yang
menunjukkan aturan letak mata-mata pada buah nanas tadi adalah parastik-parastik.

Anda mungkin juga menyukai