Daun termasuk organ pokok pada tumbuhan. Pada umumnya daun berbentuk
pipih bilateral, berwarna hijau karena memiliki klorofil dan merupakan tempat utama
terjadinya proses fotosintesis. Berkaitan dengan itu daun dari daun ke alam sekitar dan
sebaliknya. Bentuk pipih dorsoventral dan menghadap ke arah data ngnya sinar memiliki
logika untuk efisiensi penangkapan sinar.
Daun yang lengkap mempunyai 3 bagian yaitu pelepah daun/upih (vagina),
tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun yang tidak lengkap adalah daun
yang tidak mempunyai 1 atau 2 bagian dari 3 bagian daun tersebut hingga ada yang
disebut daun bertangkai, daun berpelepah atau daun duduk/daun memeluk batang dan
ada yang disebut daun semu/palsu.
Pada daun juga sering terdapat alat tambahan atau pelengkap seperti daun
penumpu (stipula), selaput bumbung (ochrea) dan lidah daun (ligula)
Ada beberapa sifat daun yang perlu diperhatikan diantaranya bangun/bentuk
daun, bangun ujung daun, pangkal daun, tepi daun, macam pertulangan daun, warna
daun, dan daging daun. Sifat susunan tulang-tulang daun (nervatio) juga sangat
bervariasi. Selain sifat di atas, daun tumbuhan juga ada yang berupa daun tunggal dan
ada yang berdaun majemuk.
Sifat-sifat daun tersebut yaitu :
1. Circumscriptio (bangun daun) dapat dikelompokkan berdasarkan bagian daun yang
terlebar.
a. Untuk daun dengan bagian yang terlebar kira-kira di tengah helaian daun:
ada bangun daun orbicularis (bulat atau bundar), peltatus (perisai), ovalis atau
ellipticus (jorong), oblongatus (memanjang), lanceolatus (lanset).
b. Untuk daun dengan bagian terlebar di bawah tengah helaian daun: 1). untuk
daun tidak bertoreh ada bangun ovatus (bulat), triangularis (segi tiga), deltoideus
(delta), rhomboideus (belah ketupat) 2). untuk daun bertoreh ada bangun
cordatus (jantung), reniformis (ginjal), sagitatus( anak panah), hastatus (tombak),
auriculatus (bertelinga).
c. Untuk daun dengan bagian yang terlebar di atas tengah helaian daun: ada
bangun obovatus ( bulat telur), obcordatus (jantung sungsang), cuneatus (segitiga
terbalik), spatulatus (sudip/spatel/solet).
d. Untuk daun yang kira-kira sama lebar dari pangkal sampai ke ujung helaian
daun: ada bangun linearis (garis), ligulatus (pita), ensiformis (pedang), subulatus
(paku), acerosus (jarum).
2. Apex folii (ujung daun) ada yang berbentuk acutus (runcing), acuminatus (meruncing),
obtusus (tumpul), rotundatus (membulat), truncatus (rompang/rata), retusus
(terbelah), mucronatus (berduri).
Gambar 3. Ujung Daun (Apex folii) a. berduri pendek (mucronatus/mucronate), b.
berduri (cuspidatus/cuspidate), c. berlekuk dangkal (retusus/retuse), d. berlekuk
dalam/terbelah (emarginatus/emarginate), e. rompang/rata (truncates/truncate), f.
meruncing (acuminatus/acuminate), g. runcing(acutus/acute), h. tumpul
(obtusus/obtuse), i. membulat (rotundatus/rounded)
3. Basis folii (pangkal daun) ada yang berbentuk acutus (runcing), acuminatus
(meruncing), obtusus (tumpul), rotundatus (membulat), truncatus (rompang/rata),
cordatus (berlekuk).
Gambar 4. Pangkal daun (Basis folii) a. berbentuk corong (Cuneate), b.
berlekuk/bentuk hati (Cordatus/cordate),c. tidak sama (inequilateral/oblique), d.
meruncing (acuminatus/acuminate), e. runcing (acutus/acute), f. tumpul
(obtusus/obtuse), g. membulat (rotundatus/rounderd), h. rompang/rata
(truncatus.truncate), i. sagitatte, j. hastate, k. bertelinga (auriculatus/auriculate)
4. Margo folii (tepi daun) ada yang integer (rata) dan ada yang divisus (bertoreh).
Pada daun yang bertoreh terbagi manjadi : toreh yang tidak mempengaruhi bentuk
dan toreh yang mempengaruhi bentuk daun.
a. Toreh yang tidak mempengaruhi bentuk daun
Gambar 5. a. rata (integer), b. bergigi (dentatus/dentate), c. bergerigi
(seratus/serrate), d. beringgit (crenatus/crenate), e. bergelombang (sinuate)
5. Nervatio (tulang daun) terdiri dari: costa (ibu tulang daun), nervus lateralis (tulang
daun cabang), vena (urat daun).
Gambar 7. a. menyirip (pinnate), b. menyirip dengan 3 vena utama, c & d. menjari
(palmate), e. melengkung, f. sejajar, g. dikotom
6. Intervenium (daging daun) ada yang tipis seperti selaput, tipis lunak, seperti kertas,
perkamen, berdaging.
Karena suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada
daun majemuk dapat pula ditemukan bagian lain seperti,:
d. Upih daun (vagina) yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya
memeluk batang, seperti pada daun pinang (Areca catechu L).
Sama halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau
di dekat pangkal ibu tangkai itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu misalnya
pada daun mawar (Rosa sp), yang berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri
pangkal ibu tangkai daun.
Berikut adalah tambahan untuk dapat mengenal daun majemuk:
Pada suatu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya
runtuh bersama-sama pula. Tapi jika cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai
daun yang tak sama umur maupun besarnya tentu saja daun-daun itu tidak runtuh
bersama-sama.
Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal terdapat pula pertumbuhan yang
terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup.
Suatu cabang biasanya bertambah panjang dan mempunyai sebuah kuncup di
ujungnya.
Pada daun majemuk tidak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang
pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daun terdapat satu atau mungkin lebih dari
satu kuncup.
Walaupun demikian selalu ada hal-hal yang jika kurang saksama memeriksanya
dapat menyesatkan, seperti halnya pada tanaman berikut ini:
Daun pada pohon cerme (Phyllanthus acidus skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L). Kedua pohon ini mempunyai daun majemuk, tetapi daun majemuk ini
sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak
daunnya memiliki umur yang berbeda, oleh karena itu tidak luruh bersamaan. Sering
kali terlihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedangkan ujungnya
masih ada anak daun yang kelihatan segar.
Pada tumbuhan katu (Sauropus androgynus Merr) terdapat cabang-cabang dengan
daun tunggal yang berseling yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas
pertumbuhannya (tidak bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun ini akan
terlihat seperti daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru, karena dari ketiak-ketiaknya
pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah. Jika
itu daun majemuk tidak akan pernak ditemui bunga atau buah.
Selain dari itu suatu daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya
anak-anak daun pada ibu tangkai dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun
yang terdapat pada satu ibu tangkai yaitu:
Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan yaitu
duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan.
Menyirip berseling jika anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling.
Menyirip berselang-seling yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-
seling pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang sempit
misalnya pada anak daun tomat (Solanum lycopersicum L).
b. Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) yaitu daun majemuk yang semua
anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari
pada tangan. Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat
dibedakan seperti berikut :
Beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terpadat dua anak daun,
misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L).
Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun,
misalnya pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell) dan kacang hijau(Phaseolus
vulgaris).
Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih maka dapat
dikatakan saja beranak daun banyak (polyfoliolatus) tidak usah lagi dihitung jumlah
anak daun yang tepat misalnya pada daun randu (Ceiba pentandra).
Gambar 10. a. daun majemuk beranak daun dua, b. daun majemuk beranak
daun tiga, c. daun majemuk beranak daun empat, d. daun majemuk beranak
daun lima hingga Sembilan
c. Daun majemuk bangun kaki (pedatus) yaitu daun yang mempunyai susunan seperti
daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada
ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang di sampingnya, misalnya pada
Arisaema filiformi (Araceae).
b. Berhadapan - bersilang (folia opposita atau folia decussata) yaitu terdapat 2 tangkai
daun di setiap buku
Pada pola ini, setiap buku daun diduduki dua tangkai daun, daun duduk berpasang-
pasangan atau berhadap-hadapan sehingga disebut juga folia opposita.
Contohnya dapat ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan bakau seperti :Bakau
(Rhizophora mucronata), salam (Syzygium polyanthum), jambu air (Eugenia aquatica),
jambu biji (Psidium guajava)
Ada juga beberapa daun memiliki folia opposita yang saling bersilangan antara satu
buku dengan buku yang lainnya. Misalnya pada buku pertama, ketiga, kelima, dan
seterusnya posisi daun saling berhadapan. Pada buku kedua, keempat , kelima posisi
daun yang berhadapan memutar 900 dari posisi daun yang berada pada di atas dan di
bawahnya tersebut. Duduk daun seperti ini dinamakan berhadapan bersilangan.
Contohnya pada tumbuhan mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Soka (Ixora poludosa
Kurz.).
c. Berkarang (folia verticillata) yaitu terdapat lebih dari 2 daun di setiap buku.
Pada pola yang berkarang, pada setiap daun terdapat tiga atau lebih daun yang
duduk di sana. Pola seperti ini dinamakan sebagai daun yang berkarang (folia verticillata).
Pada beberapa buku determinasi tumbuhan , pola berkarang sering di sebut karang
daun. Contoh daun berkarang dengan tiga daun dengan satu buku dapat ditemukan pada
: Oleander (Nerium olender). Sedangkan tumbuhan berkarang lebih dari tiga daun pada
satu buku dapat ditemukan pada : alamanda (Allamanda cathartica L.), Pulai (Alstonia
schorllis).
Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas,
dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam
faktor. Perubahan yang sangat karakteristik perubahan ortostik menjadi garis spiral yang
tampak melingkar pada batang pula. Dalam keadaan yang demikan spiral genetik sukar
untuk ditentukan, dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah
berubah menjadi garis spiral tadi, yang disini lalu diberi nama yang lain pula, yaitu
spirostik. Suatu spirostik terjadi biasanya karena pertumbuhan batang tidak lurus
melainkan memutar. Akibatnya ortostiknya pun ikut memutar dan berubah menjadi
spirostik tadi. Tumbuhan yang memperlihatkan sifat demikian ini misalnya:
Pacing (Costus speciosus Smith) yang mempunyai satu spirostik, hingga daun-
daunnya tersusun seperti anak tangga pada tangga yang melingkar.
Bupleurum falcatum, yang mempunyai dua spirostik.
Pandan (Pandanus tectorius L.) yang memperlihatkan tiga spirostik.
Selanjutnya pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat satu sama lain,
misalnya pada kelapa sawit (Elaeis guenensis) daun-daunnya seakan-akan duduk
menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Pada pohon ini, ortostik dan spiral
genetiknya amat sukar untuk ditentukan. Garis-garis spiral dengan arah putaran
melingkar batang ke kiri dan kekanan itu menghubungkan daun-daun yang menurut arah
ke samping (mendatar horizontal) mempunyai jarak terdekat. Dapat dimengerti bahwa
setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat satu disebelah kiri dan satu lagi
disebelah kanannya.
Dari itu pula tampaknya ada dua spiral kekiri dan ke kanan. Garis-garis spiral ini lah
yang disebut parastik. Garis-garis spiral yang tampak pada buah nanas yang
menunjukkan aturan letak mata-mata pada buah nanas tadi adalah parastik-parastik.