Anda di halaman 1dari 5

BANGKIT-BANGKIT, DAN BANGKIT

Al - Kisah, seorang pemuda sedang duduk di.bawah pohon rindang. Rautr mukanya
tampak kesal, sedih, dan kecewia. Tiba-tiba dia melihat seekor laba-laba sedang membuat
sarangnya di antara ranting sebatang pohon tempat dia duduk. Karena kesal, dia iseng
mengambil ranting dan menumpahkan kekesalannya pada sarang laba-laba itu hingga hancur.
Namun, apa yang dilakukan laba-laba itu setelah sarangnya hancur? Ia berusaha lagi
merayap, merajut, melompat membuat sarangnya lagi. Setiap, helai benang yang dihasilkan
dari tubuhnya dipintalnya dari awal hingga akhirnya sarangnya jadi. Lalu, si pemuda itu
penasaran dan dirusaknya kembali sarang laba-laba itu. Namun, laba-laba tetap saja
mengulangi lagi kegiatannya mulai awal dengan semangat tanpa mengenal lelah hingga
akhirnya sarangnya pun jadi kembali. Begitu terus-menerus dilakukan laba-laba setiap kali si
pemuda merusak sarangnya.
Kisah laba-laba di atas menggambarkan sosok seorang entrepreneur (wirausaha)
sejati. “Jangan menghitung berapa kali Anda gagal, tapi hitunglah berapa kali Anda bangkit,”
demikian pesan begawan entrepreneur Ir Ciputra dalam salah satu kesempatan. Bahkan,
ketika saya berkunjung ke Ciputra University di Surabaya beberapa waktu lalu untuk sebuah
studi banding, kalimat di atas ditulis besar-besar di depan kampus sebagai “spirit” dari sang
Begawan kepada para mahasiswanya.
Yah, entrepreneur, sebuah kata yang beberapa tahun belakangan dijadikan rujukan,
solusi, kata kunci, atau jawaban atas persoalan akut negeri ini, pengangguran dan kemiskinan.
Saking saktinya kata ini, sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2
Februari lalu mencanangkan satu gerakan yang dia namakan Gerakan Kewirausahaan
Nasional (GKN).
Pada hakikatnya, enterpreneur atau kewirausahaan adalah sebuah cara pandang (a
world view), cara melihat segala sesuatu. Pengertian ini diambil dari kesimpulan dalam
International Entrepreneurship Conference yang September 2010 lalu diadakan di Kanada.
Inilah yang belum banyak dipahami oleh sebagian besar pembelajar entrepreneur. Sebab,
selama ini entrepreneur disamakan dengan kegiatan dagang. Padahal, dagang belum tentu
entrepreneur, tapi entrepreneur
sudah pasti dagang.
Sebagai ilustrasi, Anda sekarang membuka usaha baru di sekitar rumah Anda,
misalnya toko buku. Input dari pasokan barang di toko Anda diperoleh dari kulakan lalu
Anda jual. Ini tipologi dagang. Berbeda jika Anda entrepreneur. Anda akan melakukan input
yang berasal bukan dari kulakan barang, namun dari aktivitas mencipta (berkarya) buku. Bisa
lewat usaha penerbitan buku, kemudian setelah jadi baru Anda jual. Inilah elaborasi
entrepreneur yang disebut writerpreneur.
Rhenald Kasali, Hermawan Kartajaya, Goenawan Muhammad, Asma Nadia, Helvy
Tiana Rosa, Andrie Wongso, dan sederet penulis produktif lain masuk kategori writerpreneur.
Artinya, mereka memandang hasil karya tulisan bisa diperdagangkan dan menghasilkan uang
(hasil karya yang bernilai jual). Jadi, perbedaan utamanya terletak pada prosesnya dan bukan
output-nya (hasilnya).
Karena itulah, lewat tulisan ini saya ingin mengajak mereka semua yang selama ini
memercayai bahwa entrepreneur adalah solusi masalah pengangguran dan kemiskinan untuk
saling bekerja sama menyebarkan pemahaman yang keliru tersebut. Sebab, kekeliruan
pemahaman ini akan membuat sulitnya entrepreneur berkembang di Indonesia.
Entrepreneur bukanlah tanpa kelemahan. Ia muncul dengan keunggulan dan sekaligus
kelemahan. Keunggulannya sudah jelas. Kelemahannya menurut saya tampak dari belum
adanya strategic linkage (keterkaitan strategic) antara dunia pendidikan dan dunia usaha
(pemerintah dan perbankan). Jika pendidikan kewirausahaan dipahami sebagai proses
pelatihan kekaryaan dan bukan hanya dagang an sick, dunia usaha lewat pemerintah dan
perbankan seyogianya memberikan ruang kemudahan dan bukan sebaliknya.
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Jika Anda sekarang seorang
entrepreneur dan mengalami kegagalan demi kegagalan, bangkitlah, bangkitlah dan
bangkitlah. Jika gagal lagi, Anda harus bangkit lagi sampai akhirnya Anda berhasil seperti
cerita laba-laba di atas. Inilah yang dalam literatur entrepreneur disebut persistence factor
(faktor ketahanan mental untuk terus bangkit, bangkit, dan bangkit lagi). Dalam bahasa Paul
G Stoltz (2008) disebut mentalitas climbers (pendaki). Bagaimana menurut Anda ?
Gak Punya Otak
Di sebuah universitas seorang dosen sedang mengajar Ilmu filsafat pada mahasiswanya.
Dosen : “Anak-anak, ada yang pernah melihat Tuhan?”
Mahasiswa : “Tidaaak!”
Dosen : “Apa di dunia ini ada yang pernah menyentuh tuhan ?””
Mahasiswa : “Tidaaak!”
Dosen : “Jadi…kesimpulannya Tuhan itu tidak ada !!”

Andi, salah seorang mahasiswa terlihat kesal, tiba-tiba dia berdiri dan berbicara dengan suara
keras.
Andi : “Teman-teman, ada yang pernah melihat otak pak Dosen ??””
Mahasiswa : “Tidaaak!”
Andi : “Ada yang pernah menyentuh otak Pak Dosen ??”
Mahasiswa : “Tidaaak!”
Andi : “Kesimpulannya…pak dosen tidak punya otak!!”
Sama-sama Bohong
Tono adalah murid yang sagnat nakal dan sering membolos. Pada suatu hari ia dipaggil oleh
gurunya.
Pak Guru : “Tono kamu ini nakal ya ! Kenapa kemaren kamu bolos sekolah ?”
Tono : “Saya tidak bolos, Pak, kemarin adik saya sakit, jadi saya harus menjaga adik
saya karena orangtua saya bekerja pak.”
Pak guru : Eh kamu berani bohong ya…lha
Kemarin bapak lihat adikmu sehat-sehat saja.”
Tono : “Lha pak Guru juga bohong dong, kan saya gak punya adik.”
Seorang cewek yang nggak begitu bisa berbahasa inggris menabrak bule ketika sedang jalan-
jalan di Mal.
Cewek : “I’m Sorry.”
Bule : “I’m Sorry, too.”

Si cewek bingung, kok bulenya ngejawab “I’am Sorry Dua” (Too???). Trus si cewek itu
menimplai lagi
Cewek : “Oh yes, I’m Sorry Three.”
Bule : “What for?”
Cewek : “I’m Sorry, Five.”
Bule : Are you Sick?” (Sambil Heran)

Waduh, kok diterusin melulu sih piker cewek tersebut. Habis Sikc (Pikirnya enam), pasti
seven, nah ntar habis seven…wah apaan yaa mendingan cabut aja deh, pikir cewek itu.
Lalu sambil berjalan cepat meninggalkan bule tersebut, si cewek menyahut.
Cewek : “ I’m Sorry, Seven, bye-bye
Bule : ???

Anda mungkin juga menyukai