Anda di halaman 1dari 9

Diagram Hjulstrom

Diagram Hjulstrom menunjukkan hubungan antara kelajuan aliran air dengan ukuran butir.
Diagram ini di tunjukkan oleh Hjulstrom pada tahun 1939. Ada dua garis utama dalam
diagram ini. Garis yang di bawah menunjukkan hubungan kelajuan aliran dan partikel yang
telah berada dalam keadaan bergerak. Kemudian yang atas menunjukkan kelajuan yang
dibutuhkan untuk menggerakkan partikel yang berada dalam keadaan diam.
Pada bagian kanan kedua garis tampak lebih sejajar dibandingkan dengan yang di sebelah
kiri. Garis atas menunjukkan kelengkungan dibanding dengan garis di bawah. Ini
menunjukkan bahwa, dalam keadaan diam, partikel seperti claydan silt membutuhkan
kelajuan yang lebih besar dibandingkan pasir untuk dapat digerakkan oleh aliran. Hal ini
disebabkan oleh sifat dari mineral lempung yang adhesif. Sekali mineral-mineral lempung ini
terendapkan, maka mineral-mineral ini akan salin menempel. Hal inilah yang menyebabkan
partikel-pertikel lempung lebih sulit terangkut.
Gambarkan Endapan Turbidit, sekuen bouma dan jelaskan masing2 lapisanya.
Mekanisme Turbidit dan Struktur Sedimennya ?
Jawaban :
Arus turbidit merupakan salah satu mekanisme dalam sedimen gravity flow (pergerakan
sedimen oleh gravitasi) yang mana material sedimen terangkut atau tertransportasikan pada
bagian atas arus fluid turbulence (turbulen fluida).Penyebab terjadinya suspensi sedimen pada
aliran disebabkan oleh densitasnya yang meningkat pada ambient water, menghasilkan aliran
menuruni slope.
Arus densitas merupakan longsoran-longsoran material sedimen dari tumpukan sedimen yang
lerengnya sudah tidak stabil dan karena suatu gaya/sentakan (gempa bumi, badai) yang
menyebabkan sedimen-sedimen tersebut meluncur.Sedimen- sedimen yang meluncur ini
kemudian berkembang menjadi suatu arus dimana sedimennya lepas-lepas dan butir-butirnya
bergerak sendiri.
Arus densitas terbentuk oleh gaya gravitasi karena adanya perbedaan densitas antara tubuh
fluida.Perbedaan densitas tersebut disebabkan oleh salinitas dan temperatur yang bervariasi
pada suspensi sedimen dalam fluida.Arus turbidit merupakan salah satu type dari arus
densitas yang mengalir menuruni lereng sepanjang dasar samudra atau danau disebabkan
perbedaan densitas dengan ambient water yang disebabkan oleh sedimen tersuspensi pada air
yang disebabkan oleh turbulen. Arus turbidit dapat terbentuk oleh berbagai mekanisme,
diantaranya sediment failure, aliran pasir pada tebing (canyon) yang dipicu oleh badai,
aliranbedload dari sungai, glacial yang mencair, dan aliran selama erupsi. Secara singkat
mekanisme pengendapan arus turbidit adalah partikel- partikel bergerak tanpa
perantara/bantuan air, tetapi karena adanya energi potensial yang dimilikinya
(ketinggian/kemiringan lereng) berubah menjadi energi kinetik karena adanya pengaruh dari
gravitasi, dan pengendapan materialnya terjadi segera setelah energi kinetis habis (tempat
datar, hambatan). Pada umunya endapan turbidit ditafsirkan sebagai endapan laut
dalam.terutama jika terdapat sisipan-sisipan sedimen-sedimen pelitic.Namun turbidit juga
dapat dijumpai sebaai endapan sedimen dangkal yaitu endapan danau.
Surges, atau arus turbidit yang tidak teratur, dipicu oleh beberapa kejadian katastropik,
diantaranya gempa bumi yang menyebabkan sedimen massive slumping (longsoran sedimen
masif) atau gelombang badai yang terjadi pada continental slope.Middleton dan Hampton
(1976) menyatakan bahwa aliran gelombang berkembang dalam tiga bagian utama ketika
bergerak dari source-nya:
1. Head (kepala), Paling tebal, mempunyai bentuk khusus, sedimen dan air menyapu ke muka
dan ke atas, jatuh kembali ke belakang, erosi terjadi disisni.
2. Body (tubuh utama), arus di sini ketebalannya bersifat uniform.
3. Tail (ekor), arus menipis dan tidak beraturan, arus menjadi sangat encer
Arus densitas mengalir pada suatu slope dan mengikis permukaan dari dasar slope tersebut
karena adanya muatan sedimen pada arus densitas tersebut yang mempunyai daya
mengikis.Oleh karena itu pada depositional interface (permukaan pengendapan) sering
terdapat struktur sedimen seperti :
1.drag cast
2. Tool mark
3. Rill mark
Struktur sedimen yang paling umum dan khas terjadi pada endapan turbidit adalah “Flute
cast”.Struktur sedimen ini terbentuk akibat adanya pengikisan oleh arus pada
permukaannyua.Struktur sedimen ini berupa pusaran-pusaran pada permukaan endapan
turbidit.
Pengendapan endapan turbidit terjadi sesaat setelah arus kehilangan tenaga, yang pertama
kali diendapkan adalah fraksi- fraksi kasar pada bagian bawah, sedangkan bagian atas
mungkin arus masih mengalir.Karena sifat dari arus densitas maka pengendapan terjadi
sekaligus sehingga pasir yang diendapkan sangat buruk sortingnya (pemilahannya).Dan butir-
butir yang kasar akan terendapkan terlebih dahulu daripada yang lebih halus.Ini akan
membentuk struktur sedimen graded bedding dan pada pemilahan yang lebih baik akan
membentuk struktur sedimen
horizontal stratification.
Fraksi yang lebih halus akan lebih lama dalam arus densitas sebagai suspensi.Pengendapan
dapat terjadi diatas fraksi kasar yang lebih dulu terendapkan atau dapat pula mengendap pada
tempat yang lebih jauh.pengendapan ini menghasilkan struktur sedimen “current ripple” dan
“convolute lamination”.Pada akhir dari siklus sedimentasi material dalam bentuk suspensi
terendapkan membentuk struktur sedimen “pararel laminasi”. Pada fase sedimentasi
selanjutnya akan terbentuk sedimen pelagik.
Contoh endapan turbidit
Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
besar berdasarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :
- Karakteristik Litologi
a) Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar dengan
batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan beberapa milimeter sampai
beberapa puluh centimeter. Umumnya perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan
bawah lapisan datar, tanpa adanya penggerusan (scouring).
b) Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung mineral-
mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-
kadang dijumpai adanya fosil rework, yang menunjukan lingkungan laut dangkal.
c) Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
d) Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
e) Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan proses
pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, perlapisan
bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan tertentu.
f) Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun
fluvial, antara lain pengerukan, silang siur, dll.
g) Sifat-sifat penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat suplai
terjadi.
Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal ini lebih
merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu tempat ke tempat
lain.
Karakteristik Struktur sedimen
Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang penting
adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbid memberikan
karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil mekanisme arus
turbid, salah satunya karakteristik genetik dari Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan
struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan proses pembentukannya :
a) Struktur Sedimen Pre-Depositional
Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan
dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973).
Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir dan serpih. Beberapa struktur sedimen
yang antara lain flute cast, groove cast.
b) Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan struktur
yang penting dalam penentuan suatu endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang
penting diantaranya adalah perlapisan bersusun, perlapisan sejajar dan perlapisan
bergelombang.
c) Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya
berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya struktur pembebanan.
Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan struktur
stratifikasi dan bentuk dasar. Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :
(1) Bedding dan lamination
(2) Bedforms
(3) Cross lamination
(4) Irregular stratification
Struktur sedimen dibagi 4 berdasarkan proses terjadinya, yaitu :
1) Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi
2) Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi
3) Struktur yang terjadi karena erosi
4) Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic
Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen
yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan
suspensi dan arus.
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Bouma
Sequence, dari interval a-e. Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya berupa perselingan
antara batupasir dan batulempung merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana
setiap satuan merupakan hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence yang
lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu interval ke interval berikutnya dapat secara
tajam, berangsur, atau semu, yaitu :
1) Gradded Interval (Ta)
Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir
kadang-kadang sampai kerikilatau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau
hilang sama sekali apabila batupasir penyusun ini terpilah baik. Tanda-tanda struktur lainnya
tidak tampak.
2) Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan
interval dibawahnya umumnya secara berangsur
3) Interval of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-
20 cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya.
(Interval Tb).
4) Upper Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung
lanauan. Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan
lempung, kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat
jelas.
5) Pelitic Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke
arah tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang
foraminifera makin sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur.
Diatas lapisan ini sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang disebut
lempung pelagik.
Urut-urutan ideal seperti diatas mungkin tak selalu didapatkan dalam lapisan, dan umumnya
dapat merupakan urut-urutan internal sebagai berikut (Gb.2.5) :
1) Base cut out sequence.
Urutan interval ini merupakan urutan turbidit yang lebih utuh, sedangkan bagian bawahnya
hilang. Bagian yang hilang bisa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.
2) Truncated sequence
Urutan interval yang hilang dari sekuen yang hilang adalah bagian atas, yaitu : Tb-e, Tc-e,
Td-e, Te. Hal ini disebabkan adanya erosi oleh arus turbid yang kedua
3) Truncated base cut out sequence
Urutan ini merupakan kombinasi dari kedua kelompok base cut out sequence dan truncated
sequence yaitu bagian atas dan bagian bawah bisa saja hilang.
Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tunggal dan ganda (gb.2.5). Pada
dasarnya endapan oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang lengkap dan
setelah pengendapan material yang kasar kecepatan berkurang dan pada saat tertentu dimana
kecepatan sangat rendah mulai terbentuk laminasi interval (Tb-e = T2). Proses berkurangnya
kecepatan dan ukuran butir sedimen berjalan terus selama pengendapan, sehingga terbentuk
rangkaian (Tc=T3), (Td-e=T4) dan (Te=T5).
Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi menjadi 3 fasies,
yaitu : fasies proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan endapan turbidit yang
pengendapannya relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak mengandung interval a dan b.
endapannya dicirikan oleh adanya perselingan yang teratur antara batupasir dan serpih,
lapisan batupasirnya tipis-tipis dan lapisan serpihnya lebih tebal. Pengendapan yang relatif
lebih dekat dengan sumbernya disebut turbidit proximal, biasanya berbutir kasar, kadang 0
kadang konglomeratan dan sedikit serpih.

Diagram Hjulstrom

Gambar di atas merupakan gambar diagram Hjulstrom (oleh Hjulstrom, 1939) yang
menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan ukuran butir. Diagram ini terdiri dari
dua sumbu utama, yaitu sumbu x dan sumbu y.
Sumbu x menunjukkan hubungan antara kecepatan (kelajuan) aliran air dengan
partikel yang dalam keadaan bergerak. Sedangkan sumbu y menunjukkan hubungan antara
kecepatan aliran air dengan partikel yang dalam keadaan diam. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa parikel seperti clay(lempung) dan silt (lanau) memerlukan kecepatan yang lebih besar
dibandingkan dengan pasir untuk digerakkan oleh aliran ketika berada dalam keadaan diam.
Keadaan ini disebabkan oleh sifat mineral lempung. Mineral lempung, apabila telah
terendapkan akan saling mengikat/menempel.

Diagram Hjulstrom
Diagram Hjulstrom menunjukkan hubungan antara kelajuan aliran air dengan ukuran butir.
Diagram ini di tunjukkan oleh Hjulstrom pada tahun 1939. Ada dua garis utama dalam
diagram ini. Garis yang di bawah menunjukkan hubungan kelajuan aliran dan partikel yang
telah berada dalam keadaan bergerak. Kemudian yang atas menunjukkan kelajuan yang
dibutuhkan untuk menggerakkan partikel yang berada dalam keadaan diam.
Pada bagian kanan kedua garis tampak lebih sejajar dibandingkan dengan yang di sebelah
kiri. Garis atas menunjukkan kelengkungan dibanding dengan garis di bawah. Ini
menunjukkan bahwa, dalam keadaan diam, partikel seperti clay dansilt membutuhkan
kelajuan yang lebih besar dibandingkan pasir untuk dapat digerakkan oleh aliran. Hal ini
disebabkan oleh sifat dari mineral lempung yang adhesif. Sekali mineral-mineral lempung ini
terendapkan, maka mineral-mineral ini akan salin menempel. Hal inilah yang menyebabkan
partikel-pertikel lempung lebih sulit terangkut.
Diagram Hjulstrom

Sumber gambar : http://www.earth.unh.edu/


Diagram Hjulström

Posted by Hasan celebes 07.06, under all about geologi | 1 comment

Diagram Hjulström, menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan transportasi


butir-butir lepas. Ketika butir telah terendapkan, diperlukan energi yang lebih tinggi untuk
mulai menggerakkannya daripada menjaganya tetap bergerak ketika telah bergerak. Sifat
kohesif partikel lempung mengartikan bahwa sedimen berbutir halus memerlukan kecepatan
yang lebih tinggi untuk mengerosi kembali sedimen ini ketika sedimen ini terendapkan,
khususnya ketika terkompaksi. (dari Earth, edisi kedua oleh Frank Press dan Raymond
Siever. 1974, 1978, dan 1986 oleh W.H. Freeman and Company).

Partikel halus dalam aliran, sebagaimana yang ditunjukkan oleh diagram Hjulström,
memiliki konsekuensi penting untuk pengendapan dalam lingkungan pengendapan alami.
Lempung dapat tererosi dalam semua kondisi kecuali air yang menggenang, tapi lumpur
dapat terakumulasi dalam semua kondisi dimana aliran berhenti mengalir dengan waktu yang
cukup untuk partikel lempung terendapkan: aliran yang kembali mengalir tidak akan
menaikkan kembali endapan lempung kecuali kecepatannya relatif tinggi.
Diagram Hjulström adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara kecepatan
aliran air dan ukuran butir (Hjulström 1939). Ada dua garis utama pada grafik. Garis yang
lebih rendah menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan partikel yang siap akan
bergerak. Ini menunjukkan bahwa kerakal akan berhenti di sekitar 20-30 cm/s, butirpasir
sedang pada 2-3 cm/s, dan partikel lempung ketika kecepatan aliran adalah secara efektif nol.
Oleh karena itu ukuran butir partikel di dalam aliran dapat digunakan sebagai petunjuk
kecepatan pada waktu pengendapan sedimen jika terendapkan sebagai partikel-partikel
terisolasi. Garis kurva bagian atas menunjukkan kecepatan aliran yang diperlukan untuk
mengerakkan partikel dari kondisi diam. Pada setengah bagian kanan grafik, garis ini sejajar
dengan garis yang pertama tapi untuk ukuran butir tertentu diperlukan kecepatan yang lebih
besar untuk memulai pergerakan daripada untuk menjaga partikel tetap bergerak. Pada sisi
kiri diagram terdapat garis divergen yang tajam: secara intuisi, partikel lanau yang lebih kecil
dan lempung memerlukan kecepatan yang lebih besar untuk menggerakkannya daripada
pasir. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat mineral lempung yang akan mendominasi fraksi
halus dalam sedimen. Mineral lempung bersifat kohesif (2.5.5) dan sekali terendapkan akan
cenderung merekat bersama, membuatnya lebih sulit untuk naik ke dalam aliran daripada
butir-butir pasir. Catat bahwa ada dua macam untuk material kohesif. Lumpur „tak
terkonsolidasi‟ (unconsolidated mud) telah terendapkan tapi tetap merekat, material plastis.
Lumpur „terkonsolidasi‟ (consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan air darinya dan
bersifat kaku atau keras (rigid). Dalam prakteknya, banyak endapan material lumpuran
berada antara dua macam ini.

Anda mungkin juga menyukai