Anda di halaman 1dari 13

KONFLIK ANTARA SONS OF LIBERTY DENGAN IMPERIUM INGGRIS (1673 – 1781)

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konflik dan Kerjasama Internasional Yang Diampu oleh
Ibu Dra. Yuliati, M.Hum

Oleh:

Herandi Taufik Salim (190731638543)


Indah Diah Ayu Muzarohmah (190731638420)
Siti Khusnul Khotimah (190731638502)

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala Kuasa-Nya dan
Petolongan-Nya dapat menyusun makalah yang berjudul “Konflik Antara Sons of Liberty dengan
Imperium Inggris” sesuai dengan kaidah penulisan dan waktu batas pengerjaan yang telah
ditentukan.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konflik dan Hubungan
Internasional. Meskipun menemui banyak kesulitan dan tantangan yang kami alami dalam
menyusun makalah agar dapat mencapai nilai maksimal. Namun, penulis telah berhasil
menyelesaikan tugas makalah ini dengan bantuan rekan kelompok serta dosen pembimbing.
Maka dari itu, rasa hormat kami ucapkan kepada Ibu Dra. Yuliati M.Hum yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah ini serta penyusunan makalah kelompok kami. Penulis
juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami sendiri, para akademisi, maupun
mastarakat umum.
Kami juga meminta maaf sebesar – besarnya jika terjadi kesalahan dan kekurangan dalam
makalah kami. Kami juga bersedia menerima saran, kritikan yang membangun, serta masukan
dari seluruh kalangan masyarakat agar kami dapat menyempurnakan tugas kuliah kami di masa
selanjutnya.

Malang, 25 November 2020

Tim Penyusun
1.1 Latar Belakang
Kemerdekaan merupakan sebuah proses suatu bangsa untuk membebaskan diri dari
belenggu penjajahan dan kolonialisme dengan membentuk sistem pemerintahan sendiri dan
menjalankan kedaulatan bangsa dan negara, baik secara formal maupun informal. Beberapa
negara pasti mengalami masa kolonialisme, khususnya bangsa – bangsa di Benua Asia, Benua
Afrika, dan Benua Amerika. Maka untuk meraih, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan
tersebut, setiap bangsa akan melakukan segala upaya dan usaha demi terciptanya sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah disepakati bersama. Kemerdekaan suatu bangsa
sering ditandai dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan maupun penyerahan kekuasaan
wilayah dari penjajah kepada tokoh masyarakat suatu bangsa yang akan merdeka.
Salah satu bangsa yang memiliki perjuangan panjang dalam meraih, mempertahankan, dan
berjuang dalam masa kemerdekaan adalah Bangsa Amerika Serikat. Sebagai bangsa yang
didirikan oleh perantau dari berbagai negara di Benua Eropa, para koloni Eropa tersebut
berusaha menciptakan pemerintahan sendiri dengan melepaskan diri dari pengaruh dan hegemoni
Inggris. Sebelum merdeka, Inggris mengendalikan kehidupan para koloni yang kemudian
memberikan beban pajak yang cukup memancing kemarahan para koloni, seperti pajak teh, pajak
prangko, dan lain sebagainya, salah satu pelampiasan kemarahan koloni terhadap pajak teh
dengan peristiwa “Boston Tea Party” pada tanggal 16 September 1773 yang kemudian memicu
gelombang militer dari pihak Inggris ntuk memberantas para pemberontak. Maka muncullah ide
untuk memerdekakan diri dari Kerajaan Inggris yang di mana perjuangan Bangsa Amerika
Serikat sering disebut dengan Revolusi Amerika Serikat. Pada Revolusi Amerika Serikat,
melaksanakan kongres pertama yang dihadiri oleh perwakilan setiap negara bagian di
Philadelphia sehingga merumuskan proklamasi kemerdekaan yang dirumuskan oleh Thomas
Jefferson, John Adams, dan Benyamin Franklin dan perumusan landasan konstitusional oleh
James Medison, John Jay, dan Alexander Hamilton.
Namun dalam menjalani masa awal kemerdekaan, Inggris tidak mengakui kemerdekaan dari
Amerika Serikat justru mengerahkan kekuatan militer untuk menghentikan gerakan revolusioner
dari para koloni dan menganggap bahwa wilayah Amerika masih menjadi wilayah koloni dari
Kerajaan Inggris. Dari tindakan Inggris, pasukan Amerika Serikat yang dikenal Pasukan
Kebebasan (sons of liberty) yang direkrut dari para petani, nelayan, mekanitor, dan para ahli
strategi. Maka Pasukan Kebebasan Amerika Serikat di bawah komando Samuel Adams
berperang dan berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan melawan imperalisme Inggris
yang ingin mempertahankan Tanah Amerika sebagai bentuk perjuangan atas kesamaan hak dan
kesetaran antarbangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab dari konflik antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris ?
2. Bagaimana kronologi dari konflik antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris ?
3. Apakah dampak dari konflik antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab konflik antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris.
2. Untuk mengetahui kronologi dari kronologi dari konflik antara Sons of Liberty dengan
Imperium Inggris.
3. Untuk mengetahui dampak dari konflik antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris.
1.4 Metode
Dalam pembuatan makalah ini, saya menggunakan metode penelitian library research atau
studi pustaka yang dikutip dari sumber – sumber sekunder dan jurnal – jurnal elektronik yang
tersedia di akun penyedia jurnal secara digital. Beberapa platform – platform jurnal yang tersedia
di media internet serta literatur – literatur juga menjadi media smber – sumber dalam pembuatan
karya tulis ini agar menciptakan karya tulis yang terstandar dan akurat.
Kemudian, metode penelitian disesuaikan dengan metode penelitian sejarah, yang dimulai
dari pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber primer dan sekunder), kritik sumber
(internal dan eksternal), interpretasi (menafsirkan dan menyederhanakan keterangan dari sumber
– sumber yang didapat), dan terkahir historiografi (penulisan). Dari runtutan proses penelitian
sejarah tersebut maka saya dapat menyusun makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Penyebab dari Konflik Antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris.
Menurut buku yang berjudul “The Ideological Origins of the American Revolution” yang
terbit pada pada tahun 1992 karya dari Bernard Baily menyatakan bahwa akar dari konflik antara
koloni Amerika Serikat dengan Imperium Inggris berawal dari tahun 1763. Pada saat itu,
Parlemen Inggris mengesahkan tiga pajak yang tinggi, yaitu pajak gula pada tahun 1764, pajak
prangko pada tahun 1765, dan Undang – Undang Townshed (pajak impor timah, cat, kertas,
gelas, dan teh pada tahun 1767. Tindakan yang dilakukan oleh Parlemen Inggris tidak lain untuk
membawa kekayaan dari Tanah Amerika kepada Kerajaan Inggris apalagi Inggris baru saja
memenangkan Perang Tujuh Tahun melawan Prancis sehingga banyak mengalami kekurangan
anggaran. Namun hal itu dilakukan tanpa perwakilan setiap koloni di Tanah Amerika yang
menimbulkan kemarahan. Banyak demonstrasi dilakukan oleh pihak koloni di setiap kantor
perwakilan namun tidak segera memberikan respon untuk disampaikan kepada Parlemen Inggris.
Selanjutnya, beban semakin bertambah bagi penduduk koloni, yaitu pengesahan Undang –
Undang Navigasi pada tahun 1763 yang di mana penduduk koloni dilarang mengimpor barang
dari barang yang diproduksi dan dilegalkan oleh pihak Inggris. Selain itu,barang yang dipasarkan
oleh pedagang dari Inggris sangat tinggi bagi para penduduk koloni sehingga kemarahan pun
kembali menyelimuti para penduduk koloni. Kemudian, banyak sebagian penduduk membentuk
suatu kelompok perwakilan dari koloni di Parlemen Inggris yang disebut dengan Kelompok
Putra – Putra Kebebasan (sons of Liberty) di bawah pimpinan Samuel Adams. Tujuan pertama
dari kelompok ini adalah memohon kepada kantor perwakilan Parlemen Inggris di Boston untuk
menyertakan perwakilan koloni di kursi Parlemen Inggris dengan bayaran mereka akan
mematuhi kebijakan dalam membayar pajak yang dikenal dengan semboyan “no taxation
without representation” no taxation without representation” yang artinya “tidak ada pajak tanpa
perwakilan”.
Namun, aspirasi mereka tidak ditanggapi justru pihak Inggris meninggikan beban pajak
kepada para koloni, terutama pajak teh yang meningkat dua kali lipat dari beban pajak
sebelumnya sehingga Inggris di bawah kongsi dagangnya, yaitu East Indies Company tidak
hanya berdagang di Amerika Serikat melainkan juga memonopoli perdagangan teh di sana. Hal
tersebut direspon oleh Samuel Adams selaku pemimpin dari kelompok Sons of Liberty dengan
mengajak anggotanya untuk menyamar sebagai Suku Indian Mohawk kemudian sembunyi –
sembunyi masuk ke kapal dagang yang memuat berbagai kantong – kantong teh dari Tiongkok
kemudian dibuang ke laut di sekitar Pelabuhan Dagang Boston yang dari peristiwa itu dikenal
dengan peristiwa “The Boston Tea Party” yang artinya “Pesta Teh di Boston” pada tanggal 16
Desember 1773. Dari kejadian tersebut, Parlemen Inggris merasa dirugikan oleh para koloni
yang menamakan diri mereka sebagai putra – putra kebebasan sehingga Parlemen Inggris
mengeluarkan kebijakan, berupa Undang – Undang Paksaan pada tahun 1774 yang memaksa
para koloni, terutama para komplotan pemberontak untuk mengganti rugi kantong – kantong teh
yang telah mereka buang ke laut dengan ancaman akan menangkap dan menghukum siapa pun
yang terlibat dalam peristiwa tersebut, baik dengan tindakan politis maupun militis.
Gambar 2.1
The Tea Party of Boston
(Sember: Wikipedia.id)
Melihat respon Inggris muncul berbagai ide – ide nasionalis dari berbagai tokoh revolusi
Amerika Serikat, seperti Samuel Adams, Thomas Jefferson, dan John Adams untuk
memerdekakan ketiga belas koloni di Tanah Amerika dari Imperium Inggris. Namun usaha itu,
menimbulkan guncangan politik dan sosial antara perwakilan pihak koloni dengan Imperium
Inggris sehingga Imperium Inggris pun mengerahkan kekuatan militer ke Tanah Amerika untuk
menggagalkan kemerdekan para koloni Amerika dan mengembalikan hegemoninya di sana juga.
Akan tetapi, tekad dari para penduduk koloni untuk memerdekakan diri dari Imperium Inggris
sudah bulat sehingga pihak Amerika Serikat membentuk pasukan kemerdekaan Amerika Serikat
guna menangkal serangan dari pihak Inggris. Bersama dengan kelompok Sons of Liberty, Rakyat
Amerika telah siap untuk menghadang serangan pasukan Inggris atas dasar hak – hak asasi
manusia dan kebebasan bagi penduduk koloni Amerika Serikat. Pada tanggal 19 April 1775,
pertempuran terjadi antara pasukan Imperium Inggris dengan pasukan Kemerdekaan Amerika di
bawah komando George Washington di Lexington dan Concord yang dikenal dengan
Petempuran ”Lexington-Concord Raid”.
Melihat kekuatan Imperium Inggris, para tokoh revolusioner Amerika dengan pertimbangan
kondisi dan politik pada masa itu membuat mereka harus sesegera mungkin menyusun
proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat. Namun, ide kemerdekaan tidak sampai kepada
beberapa penduduk koloni, khususnya dari kalangan penambang, nelayan, dan petani sehingga
para tokoh revolusi terlebih dahulu mengadakan kongres pertama dengan mendatangkan setiap
perwakilan dari setiap wilayah koloni pada tanggal 2 September 1774. Dari hasil jajak pendapat
antar perwakilan koloni, mereka pun sepakat mengirim rekonsiliasi kepada Raja George V untuk
memberikan hak kemerdekaan kepada para koloni. Setlah berita kongres itu, jumlah pasukan
yang dikirim oleh pihak Inggris ke Tanah Amerika sehingga hal tersebut memberikan sinyal
kepada para tokoh revolusi Amerika menganggap bahwa Imperium Inggris tidak menyetujuinya.
Sehingga pada tahun 1776, para tokoh kemerdekaan Amerika Serikat mengadakan kongres
kedua untuk sesegera mungkin untuk memerdekakan diri dari Imperium Inggris. Dan pada
tanggal 4 Juli 1776, Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaan yang dibaca oleh Thomas
Jefferson.
2.2 Kronologi Konflk Antara Sons of Liberty Dengan Imperium Inggris
The Sons of Liberty adalah organisasi revolusioner yang didirikan oleh tokoh yang bernama
Samuel Adams di 13 Koloni Amerika untuk memajukan hak-hak para koloni dan memerangi
perpajakan yang dilakukan oleh pemerintah Inggris dimana anggotanya yaitu para koloni patriot
Amerika. Adanya pertentangan yang disebabkan oleh peraturan perpajakan buatan imperium
Inggris. Pada tahun 1760-an Inggris memiliki banyak hutang akibat beberapa perang yang
diikutinya dan salah satu perang tersebut yakni Perang Tujuh Tahun yang dibebani hutang besar.
Demi memulihkan keadaan kembali atau mengembalikan stabilitas keuangan, maka serangkaian
undang-undang yang disahkan oleh pejabat imperium Inggris antara tahun 1763 sampai 1775
untuk mengatur tentang perdagangan dan pajak. George Grenville diangkat menjadi Perdana
Inggris pada tahun 1763. Grenville bertekad untuk membatasi pengeluaran pemerintahan dan
memastikan bahwa sebagai subjek Kerajaan Inggris yaitu penjajah Amerika melakukan bagian
mereka untuk membayar hutang yang sangat besar (OpenStax, 2015:129). Undang-undang ini
menyebabkan ketegangan antara penjajah (koloni) dan pejabat kekaisaran Inggris yang
menjelaskan bahwa Parlemen Inggris tidak akan menangani keluhan dari koloni Amerika, bahwa
undang-undang baru itu memberatkan mereka (Office of The Historian, 2017). Perdana Menteri
Inggris George Grenville akhirnya menegakkan hukum dengan lebih ketat sehingga kebijakan ini
meningkatkan pendapat Pemerintah Inggris. Parlemen Inggris mengeluarkan “Undang-Undang
Mata Uang” pada tahun 1764 yang berisi bahwa penjajah (koloni) dilarang mengeluarkan mata
uang kertas, hal ini pun membuat keadaan penjajah semakin sulit untuk membayar hutang dan
pajak mereka terhadap Pemerintah Inggris. Perdana Menteri George Grenville juga
mengeluarkan “Undang-Undang Gula” yang merupakan tindakan peningkatan pendapatan untuk
Pemerintah Inggris. Kemudian, di tahun 1765 Goerge Grenville mengeluarkan lagi kebijakan
yaitu “Undang-Undang Pajak Stempel”. Dimana undang-undang ini mengharuskan penjajah
Amerika untuk membayar pajak atas semua bahan cetakan termasuk surat-surat kabar, buku-
buku, dokumen pengadilan, kontrak, dan akta tanah yang menggunakan kertas bermaterai
produksi dari London. Dari semua undang-undang yang telah dikeluarkan oleh Pemerintahan
Inggris muncul rasa kekhawatiran penjajah Amerika tentang hak-hak mereka sebagai warga
negara Inggris dan niat Parlemen Inggris untuk lebih langsung mengatur penjajah (Boundless US
History, 2011). Karena itulah muncul organisasi yang bernama Sons of Liberty yang menentang
segala undang-undang yang dianggap merugikan bagi penjajah Amerika. Mereka memimpin
protes dengan berbagai kekerasan dan juga membunuh, mencoreng, menghina pemungut pajak,
membakar rumah pemungut pajak yang akhirnya menyebabkan para pemungut pajak
mengundurkan diri. Pemerintah Inggris tidak mengharapkan adanya penolakan maupun protes
karena undang-undang yang sudah dikeluarkan, mereka merasa bahwa disahkannya semua
undang-undang tersebut merupakan hal yang adil sebab banyaknya hutang Inggris ditimbulkan
oleh perang demi kepentingan para koloni.

Pikiran orang Amerika yang ditulis pada Juli 1764, “Dipenuhi dengan kekhawatiran yang
paling mengerikan dari langkah seperti itu yang terjadi, darimana saya meninggalkan anda untuk
menebak betapa mudahnya pajak semacam itu akan dikumpulkan; itu sulit untuk dikatakan
berapa banyak cara yang dapat ditemukan untuk menghindari pembayaran pajak yang dikenakan
pada suatu negara tanpa Persetujuan Badan Legislatif Negara itu dan menurut pendapat sebagian
besar orang bertentangan dengan pinsip-prinsip dasar dari alam dan Konstitusi Hak dan
Kebebasan mereka.” (Middlekauff, 2005:73). Koloni Amerika merasa bahwa perbuatan
Pemerintah Inggris tidak benar, melalui pengiriman delegasi pada Kongres Undang-Undang
Stempel dalam menyusun Deklarasi Hak dan Keluhan mereka menyatakan bahwa pajak yang
dikeluarkan oleh pihak Inggris ini tanpa adanya sepengetahuan maupun persetujuan resmi dari
koloni Amerika secara tidak konstitusional. Selain itu mereka juga menegaskan bahwa:

a. Hanya majelis kolonial yang memiliki hak untuk memberikan pajak koloni (dalam artian
“tidak ada pajak tanpa perwakilan”)
b. Pengadilan oleh juri adalah hak
c. Penggunaan Pengadilan Admiralty adalah penyalahgunaan
d. Penjajah memiliki semua hak orang Inggris
e. Tanpa hak suara, Parlemen tidak bisa mewakili penjajah

Pemerintah Inggris tahu bahwa para penjajah mungkin keberatan dengan perluasan parlemen
dari Undang-Undang Stempel kekuasaan, tetapi Parlemen percaya hubungan koloni dengan
Kekaisaran Inggris adalah salah satu ketergantungan, bukan kesetaraan (OpenStax, 2015:132-
133). Mengetahui bahwa keluhan mereka tidak digubris oleh Pemerintah Inggris, The Sons of
Liberty juga menarik perhatian massa yang berasal dari kelas bawah juga. Mereka mengandalkan
massa dari kelas bawah untuk melakukan sejumlah demonstrasi publik besar-besaran demi
memperluas basis kekuatan mereka. Namun, pihak Pemerintah Inggris masih bisa menangani
hal tersebut melalaui tindakan militernya.
Tahun 1767 mulai disahkan undang-undang yakni “The Townshend Acts” yang
diusulkan sendiri Perdana Menteri Keungan Charles Townshend. Undang-undang berisi tentang
pajak yang menaikkan bea atas harga gelas, timah, kertas, cat dan teh. Tujuannya untuk
meningkatkan pendapatan koloni dalam rangka membayar gaji gubernur dan hakim pihak
imperium Inggris. Hal ini juga mendapatkan perlawanan dari koloni-koloni Amerika dalam
bentuk melakukan pemboikotan ekonomi agar pihak Inggris mencabut Undang-Undang
Townshend oleh The Daughters of Liberty dan perjanjian non-konsumsi untuk berhenti
mengkonsumsi produk buatan negara lain lalu mereka akan menggunakan produk buatan
kolonial sendiri. Pada tahun 1768 Samuel Adams mengirimkan surat yang dikenal dengan
Massachusetts Circular kepada Dewan Perwakilan Massachusetts ke badan legislatif kolonial
lainnya mengenai inkonstitusionalitas perpajakan tanpa perwakilan dan juga mendorong kembali
koloni Amerika untuk memprotes pajak dengan memboikot barang-barang dari Inggris. Namun
ternyata surat itu telah mendapat perhatian oleh Parlemen kemudian Lord Hillsborough
mengirim 4.000 pasukan Inggris di Boston untuk menangani kerusuhan dan pemberontakan
disana. Setelah itu pada tanggal 5 Maret 1770 juga terjadi sebuah insiden yakni Pembantaian
Boston yang disebut dengan “Insiden di King Street” oleh Inggris. Kejadia itu menggerakkan
Samuel Adams dan patriot The Sons of Liberty untuk melakukan unjuk rasa dalam melawan
pemerintah Inggris.

Pemerintah Inggris memutuskan untuk mencabut undang-undang mereka yang


diberlakukan untuk koloni Amerika, namun kecuali Undang-Undang Teh saja yang masih akan
berjalan. Pada tahun 1773 Parlemen mengesahkan Undang-Undang Teh yang dirangcang untuk
membantu Perusahaan India Timur yang bermasalah secara finansial dengan memberikannya:
(1) monopoli atas semua teh yang diekspor ke koloni, (2) pembebasan pajak ekspor, dan (3)
“kerugian” (pengembalian dana) atas pajak yang harus dibayar atas sejumlah kelebihan teh yang
dimilikinya (The Editors of Encyclopaedia Britannica, 2020). Koloni Amerika benar-benar
dibuat marah dan tidak adil karena mereka yang harus membayar banyak atas tanggungan pajak
bea pengiriman teh sedangkan pihak dari Perusahaan India Timur tidak mengeluarkan pajak
sepeserpun. Akhirnya ketegangan itupun meladak pada tanggal 16 Desember 1773 di malam
hari. The Sons of Liberty bersamaan dengan para koloni Amerika lainnya menyamar sebagai
Mohawk suku Indian yang menuju ke Pelabuhan Boston lalu naik ke kapal untuk membuang 342
peti teh milik British East India Company. Insiden itu dikenal deng Boston Tea Party.
Mengetahui pebuatan tersebut Pemerintah Inngris tidak tinggal diam dan akhirnya memicu
perang antara koloni Amerika dengan Inggirs yang menyebabkan adanya Revolusi Amerika.

Gambar 2.2

Kongres Amerika Pertama

(Sumber: internasional.kompas.com)

2.3 Dampak dari Konflik Antara Sons of Liberty dengan Imperium Inggris

Menurut Bernard Bailyn (1992), melalui kemerdekaan Amerika Serikat yang berhasil
mengalahkan Imperium Inggris dalam Revolusi Amerika telah membuat ide – ide liberalisme
dan demokrasi dapat memperoleh kekuatan politik. Melalui Declaration of Independent yang
merupakan teks proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat, banyak mengilhami gerakan
kebebasan menentukan nasib dan kebebasan dalam bernegara sehingga gerakan yang sama
berusaha dikembangkan di berbagai bangsa, baik negara yang terjajah maupun rakyat yang
tertindas oleh sistem monarki yang absolut.

Selain itu, sistem politik juga membawa Amerika Serikat sebagai bangsa yang besar dan
berpengaruh bagi dunia hingga masa sekarang ini. Melalui bentuk negara federasi membuat
setiap koloni mampu berjuang dan mengisi kemerdekaan walaupun perbedaan struktur institusi
dan teritori. Kemudian, perdagangan bebas juga menjadi suatu sistem perdagangan yang
membawa keuntungan yang baik bagi Negara Amerika Serikat apalagi banyak wilayah Amerika
Serikat semakin berkembang setalah kemerdekaan yang hingga saat ini wilayahnya hingga
pesisir barat Amerika Serikat yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.
Gambar 2.3

Declaration of Independent

(Sumer: Wikipedia.id)

Melalui Revolusi Amerika Serikat, Prancis juga melakukan tindakan yang sama yang
dikenal dengan Revolusi Prancis antara tahun 1789 hingga tahun 1815. Dalam Revolusi Prancis,
rakyat Prancis berusaha menghapus sistem kekuasaan feodalisme absolut kepada sistem
pemerintahan yang liberalis, demokratis, dan sekuleris. Kemudian, semangat kebebasan
menyebar ke bangsa –bangsa lain di berbagai belahan dunia yang memaksa berbagai
pemerintahan monarki melunak kepada sistem pemerintahan parlementer yang lebih demokratis
dan humanis.

Kemudian setelah Amerika Serikat merdeka, bangsa ini berusaha memperoleh kejayaan
sendiri, terutama dalam bidang ekonomi, industry, dan militer yang sangat disegani di seluruh
bangsa. Namun, permasalahan sosial, seperti perbudakan dan rasisme terhadap bangsa asli
Amerika, Suku Indian Mohawk dan ras kulit hitam membuat urusan dalam negeri Amerika
Serikat penuh dengan polemic dan disintegrasi yang membawa Amerika Serikat dalam Perang
Saudara antara tahun 1861 hingga tahun 1869.

Bagi Indonesia, Revolusi Amerika juga memberikan dorongan bagi rakyat Indonesia untuk
melepaskan belenggu kolonialisme Belanda dan memperoleh kemerdekaan, baik melalui
perjuangan bersenjata maupun perjuangan pergerakan nasional. Pada tahun 1908, sistem
perlawanan Bangsa Indonesia mengalami metafora yang semula cenderung kepada perlawanan
fisik menjadi perlawanan politik, ekonomi, keagamaan, dan sosial melalui pembentukan
organisasi pergerakan nasional. Berbagai tokoh muncul dari pergerakan nasional, seperti Ir.
Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan beberapa organisasi pergerakan nasional,
seperti Budi Utomo, Partai Nasioanl Indonesia, Muhammadiyah, dan lain sebagainya
membuktikan bahwa Revolusi Amerika Serikat masih memiliki pengaruh yang dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa itu.

BAB III

KESIMPULAN

Adanya konflik Sons of liberty dengan Imperium Inggris membuktikan kemerdekaan


memerlukan suatu pengorbanan dan perjuangan yang gigih dan pantang menyerah. Melalui
konflik ini juga membuktikan bahwa penindasan terhadap sesama manusia telah memberikan
pelajaran bagi umat manusia lain tentang hak asasi manusia yang seharusnya dijunjung bersama.
Kemudian, mendorong suatu kelompok masyarakat untuk membentuk suatu kelompok
revolusioner guna mengubah sistem sosial dan bangsa kepada sistem sosial yang diharapkan.

Walaupun kini perjuangan bangsa bukan melawan penjajahan dan bukan dalam masa
peperangan namun kita harus sadar masih banyak harapan yang belum dicapai oleh setiap
bangsa, khususnya Bangsa Indonesia. Kini, bukan perjuangan dengan menggunakan senjata
namun persatuan, optimisme, dan keberlanjutan pembangunan menjadi model perjuangan kita
dalam mengisi kemerdekaan dan membawa kepada kehidupan manusia yang damai dan saling
berkontribusi dalam membangun peradaban dunia.

Daftar Pustaka

Bailyn, Bernard. 1992. The Ideological Origins of American Revolution. Harvard: Harvard
University Press

Boundless US History. 2011. The Colonial Crisis: 1750-1755. Lumen Learning. Diaskses dari:
https://courses.lumenlearning.com/boundless-ushistory/chapter/the-acts-of-parliament/
pada tanggal 25 November 2020 pukul 11.13.
Maler, Pauline. 1998. American Scripture: Making the Declaration of Independence.
Massachussets: Massachussets University Press.
Middlekauff, Robert. 2005. The Glorious Cause: The American Revolution, 1763-1789. Oxford:
Oxford University Press.
Ofice of The Historian. 2017. Parliamentary taxation of colonies, international trade, and the
American Revolution, 1763-1775. United States Departement of State. Diakses dari :
https://history.state.gov/milestones/1750-1775/parliamentary-taxation pada tanggal 25
November 2020 pukul 12:03.
OpenStax. 2015. U.S History. Texas: Rice University Press

The Editors of Encyclopaedia Britannica. 2020. Boston Tea Party. Britannica. Diakses dari :
https://www.britannica.com/event/Boston-Tea-Party pada tanggal 26 November 2020
pukul 10:31.

Anda mungkin juga menyukai