Anda di halaman 1dari 62

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DARING

DARI PERSPEKTIF GURU DAN SISWA DI SMK PAYAKUMBUH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Mesin Sebagai Salah Satu
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
FENDA LISMAN
16067066 / 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DARING


DARI PERSPEKTIF GURU DAN SISWA DI SMK PAYAKUMBUH

Oleh:

Nama : Fenda Lisman


NIM/TM : 16067066/2016
Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin (S1)
Jurusan : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik

Padang, November 2020

Disetujui Oleh:
Pembimbing

Primawati, S.Si., M.Si.


NIP. 19860306 201212 2 001

ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fenda Lisman

NIM/TM : 16067066/2016

Program Studi : (S1) Pendidikan Teknik Mesin

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknik

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul:

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DARING


DARI PERSPEKTIF GURU DAN SISWA DI SMK PAYAKUMBUH.

Merupakan hasil karya saya dan bukan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat, maka saya bersedia diproses
dan menerima sanksi akademis maupun hukum sesuai dengan hukum dan
ketentuan yang berlaku, baik di institusi Universitas Negeri Padang maupun
institusi negara.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat ilmiyah.

Saya yang menyatakan,

Fenda Lisman
NIM. 16067066

iii
ABSTRAK

Fenda Lisman (2020): Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembelajaran


Daring dari Perspektif Guru dan Siswa di SMK
Payakumbuh

Dampak dari wabah Covid-19 juga mempengaruhi sektor pendidikan di negara


Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan sistem pembelajaran daring dari perspektif guru dan siswa di SMK
Payakumbuh. Agar peserta didik mengetahui bagaimana cara memaksimalkan
proses pembelajaran daring di sekolah dan Guru dapat memperbaiki proses
pembelajaran dengan memaksimalkan proses pembelajaran daring menggunakan
media yang lebih efektif dan efisian dalam proses pembelajaran daring.
Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktif dengan jenis penelitian
deskriptif. Data penelitian diperoleh dari hasil dokumentasi dan Isian Angket
Responden oleh 10 orang Guru dan 55 orang Siswa kelas XI dan XII Teknik
Mesin SMK Negeri 2 Payakumbuh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
persentase hasil respon Guru mendapatkan persentase nilai 96,25% termasuk
kedalam kategori sangat praktis dan hasil respon Siswa mendapatkan nilai
95,75% termasuk kedalam kategori sangat praktis. Berdasarkan hasil validasi
dan praktikalitas tersebut dapat di simpulkan bahwa modul pembelajaran ini
layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Kata Kunci: Kelebihan, Kekurangan, Daring, Guru, Siswa

KATA PEN GANTAR

x
Alhamdulillaahirabbbil‘Alamiin, Pujisyukurkepada Allah Subhanahu Wata’ala

atas segalakarunia yang selalu tercurah kepada penulis sehingga dengan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “KELEBIHAN DAN

KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DARING DARI

PERSPEKTIF GURU DAN SISWA DI SMK PAYAKUMBUH”. Shalawat

beserta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan

mengucapkan Allahhumaa Sholli’Ala Sayyidina Muhammad, yang telah

mengantarkan umat manusia kepada zaman sekarang ini dengan ilmu

pengetahuan yang canggih dan modern.

Selama pelaksanaan penelitian ini penulis banyak memperoleh bimbingan, saran,

motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Allah SWT atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada saya,

sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dalam keadaan sehat dan tanpa

kekurangan apapun.

2. Kedua orang tua dan keluarga saya tercinta yang telah memberikan support

yang besar sertado’a dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Ibu Primawati, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Bapak Dr. Waskito, M.T. Selaku Dosen Penguji I.

xi
5. Ibu Delima Yanti Sari, S.T., M.T., Ph.D Selaku Dosen Penguji II sekaligus

sebagai dosen pembimbing akademik penulis.

6. Bapak Drs. Purwantono, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Negeri Padang.

7. Bapak atau Ibu dosen beserta staf administrasi Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Negeri Padang.

8. Rekan-rekan seperjuangan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Negeri Padang.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amalan yang baik dan

mendapat imbalan dari Allah SWT, aminnn yaa robbal alaminn.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian

ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta komponen yang terkait dalam

kependidikan untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Padang, November 2020

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... ii

SURAT PERYATAAN TIDAK PLAGIAT................................................. iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4

C. Batasan Masalah ....................................................................... 5

D. Rumusan Masalah .................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian...................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian.................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Daring ................................................................ 7

1. Pengertian Pembelajaran ..................................................... 7

2. Pengertian Belajar Daring ................................................... 11

3. Konsep Dasar Pembelajaran Daring .................................... 12

4. Kelebihan dan Kekurangan Proses Belajar Daring ............. 12

5. Indikator yang Mempengaruhi Proses Belajar Daring ........ 14

xiii
B. Pengertian Perspektif................................................................. 17

C. Kerangka Pikir ........................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ..................................................................... 20

B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 22

1. Populasi .................................................................................. 22

2. Sampel.................................................................................... 22

C. Prosedur Penelitian ................................................................... 23

1. Penelitian Pendahuluan ...................................................... 23

2. Tahap Perencanaan ............................................................. 23

3. Tahap Pelaksanaan ............................................................. 23

D. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 46

1. Tempat Penelitian ............................................................... 24

2. Waktu Penelitian ................................................................ 24

E. Instrumen Penelitian ................................................................. 24

1. Dokumetasi......................................................................... 24

2. Angket ................................................................................ 24

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 30

B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 30

a. Respon Guru ........................................................................ 30

b. Respon Siswa ....................................................................... 37

xiv
BAB V Penutup

A. Kesimpulan............................................................................... 49

B. Saran ......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Siswa Kelas XI Teknik Pengelasan SMK Negeri 2 Payakumbuh ... 22

2. Indikator Angket Guru .............................................................................. 26

3. Indikator Angket Siswa ............................................................................ 26

4. Penilaian Presentase Kelayakan................................................................ 27

5. Ketentuan Pemberian Skor ....................................................................... 27

6. Koversi jumlah rata-rata skor ................................................................... 28

7. Rakapitulasi Respon Guru ....................................................................... 30

8. Persentasi Rakap Prindikator Respon Guru .............................................. 33

9. Rakapitulasi Respon Siswa ....................................................................... 37

10. Penilaian Aspek Bahasa dan Efek Bagi Strategi Pembelajaran ................ 42

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Batang Persentase Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran .... 33

2. Diagram Batang Persentase Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran ... 37

3. Diagram Batang Persentase Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran .... 41

4. Persentase Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring ................... 47

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendemi Covid-19 merupakan krisis kesehatan yang menyerang seluruh

negara, sehingga banyak kerugian yang terjadi akibat pendemi tersebut.

Kerugian tersebut terjadi di berbagai sektor tidak terkecuali dalam sektor

pendidikan hal ini dibuktikan dengan keputusan dari berbagai negara yang

memilih untuk menutup sekolah, perguruan tinggi dan universitas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang merupakan organisasi internasional

yang bermarkas di New York, Amerika Serikat menerangkan bahwa

pendidikan merupakan sektor yang paling terdampak oleh virus corona.

Parahnya lagi, hal tersebut terjadi dalam waktu yang cepat dan skala yang

sangat luas. Berdasarkan laporan ABC News pada tanggal 7 Maret 2020,

penutupan sekolah terjadi di puluhan negara yang terjangkit wabah Covid-19.

Menurut UNESCO, setidaknya ada lebih kurang 290,5 juta siswa diseluruh

dunia yang aktivitas belajarnya menjadi terganggu akibat sekolah yang di

tutup.

Dampak dari wabah Covid-19 juga mempengaruhi sektor pendidikan di

negara Indonesia. Saat sekarang ini di negara kita juga mengambil keputusan

untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hal ini

dilakukan agar mengurangi resiko penyebaran wabah Covid-19 meningkat.

Sejak diberlakukannya PSBB tersebut pemerintah juga banyak mengambil

keputusan yang bertujuan untuk menguragi interaksi sosial antar masyarakat,

selain itu juga dalam dunia pendidikan pemerintah mengambil kebijakan untuk

1
2

menutup sementara sekolah dan menghentikan proses pembelajaran di sekolah

dan menggantinya dengan proses pembelajaran secara online atau yang di

kenal dengan pembelajaran Daring (Dalam Jaringan). Dengan proses

pembelajaran daring semua siswa menerima kualitas yang sama dari instruksi

karena tidak ada ketergantungan pada instruktur tertentu. Menurut Ghirardini

(2011) pendekatan daring dapat menggabungkan berbagai jenis komponen

daring, termasuk daring content, interaktif e-lesson, simulasi elektronik, job

aids. Pembelajaran daring diharapkan bisa membantu para siswa dalam proses

pembelajaran pada saat sekarang ini dan bisa cocok untuk berbagai macam

mata pelajaran yang ada pada setiap jenjang pendidikan termasuk pada jenjang

pendidikan SMK.

Saat sekarang ini sekolah sudah mulai menggunakan metode

pembelajaran daring. Namun pengunaan teknologi bukan tidak ada masalah,

ada beberapa masalah yang menghambat terlaksananya proses pembelajaran

dengan metode daring. Berdasarkan observasi di lapangan, permasalahan yang

ada di lapangan yaitu, kurangnya penguasaan teknologi informasi oleh guru

dan siswa dikarenakan kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya paham

pengunaan teknologi dan ini bisa di lihat dari guru-guru yang lahirnya sebelum

tahun 1980-an. Sehingga kurangnya pemahaman teknologi informasi

membatasi mereka dalam menggunakan media daring. Begitu juga dengan

siswa yang kebanyakan siswa kurang paham dan mengerti dengan teknologi

pada saat sekarang ini. Selain itu permasalahan lainnya yang terjadi di sekolah

yaitu ada beberapa siswa yang tidak memiliki fasilitas yang bisa mendukung
3

pembelajaran daring yang di berikan oleh sekolah dalam proses pembelajaran,

seperti : Handphone Android dan Laptop. Hal ini mengakibatkan proses

pembelajaran yang seharusnya bisa berjalan dengan baik tidak bisa

dilaksanakan secara maksimal. Selain itu, banyaknya siswa yang terkena

gangguan jaringan atau tidak memiliki paket internet. Beberapa hal tersebut

mengakibatkan banyak siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara daring

dalam proses pembelajaran daring.

Selain beberapa kekurangan diatas, proses pembelajaran daring juga

memiliki berbagai kelebihan yang bisa menunjang kagiatan pembelajaran bagi

individu peserta didik seperti (1) Peserta didik dapat mengikuti pembelajaran di

tempat yang mereka sukai; (2) Peserta didik dapat menghemat pengeluaran

transportasi ke sekolah; (3) Peserta didik merasa lebih santai karena mereka

tidak perlu memakai seragam ketika mengikuti pembelajaran; (4) Peserta didik

merasa lebih santai karena dapat mendengarkan musik/makan/minum sambil

belajar; (5) Peserta didik merasa senang karena waktu berkumpul dengan

keluarga lebih banyak; dan, (6) Melatih peserta didik untuk lebih bertanggung

jawab, kreatif, dan juga mandiri. Sehingga membentuk pribadi yang lebih

percaya diri.

Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan model pembelajaran

yang berbasis teknologi. Penelitian yang dilakukan Zakaria (2007: 13)

menyatakan bahwa dengan menggunakan proses pembelajaran daring sebagai

bagian dari proses pembelajaran merupakan suatu upaya penting dalam

membantu peserta didik mendapatkan materi pembelajaran secara dini, melalui


4

pembelajaran daring penguasaan kompetensi siswa pada setiap substansi

pembelajaran dapat terus meningkat, jika disertai dengan strategi pembelajaran

yang tepat, media pembelajaran yang mampu mengakomodasi berbagai

keperluan mendasar dalam proses pembelajaran. Meskipun metode ini dapat

mempermudah dalam pembelajaran, tidak semua materi dapat menggunakan

proses pembelajaran daring. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti

“Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembelajaran Daring dari Perspektif Guru

dan Siswa di SMK Payakumbuh”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa

masalah, yaitu:

1. Kurangnya penguasaan teknologi oleh siswa dan guru untuk memenuhi

kebutuhan pembelajaran daring.

2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk mendukung proses

pembelajaran daring.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar permasalahan yang

dibahas tidak meluas maka peneliti hanya membatasi permasalahan penelitian

ini pada “ Mendeskripsikan Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembelajaran

Daring dari Perspektif Guru dan Siswa di SMK Payakumbuh ”.

D. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini adalah “Bagaimana Deskripsi Kelebihan dan Kekurangan Sistem

Pembelajaran Daring dari Perspektif Guru dan Siswa di SMK Payakumbuh”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

kelebihan dan kekurangan sistem pembelajaran daring dari perspektif guru

dan siswa di SMK Payakumbuh.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Manfaat Bagi Peserta didik

a. Agar peserta didik mengetahui bagaimana cara memaksimalkan proses

pembelajaran daring di sekolah

b. Agar peserta didik bersemangat meningkatkan hasil belajar dengan

menggunakan proses pembelajaran daring di sekolah.

c. Agar peserta didik dapat memetik pelajaran dari kasus-kasus yang

ditemui dalam proses pembelajaran.

d. Agar peserta didik terampil dalam Praktik PDTM.

e. Agar peserta didik menjadi profesional dalam bidang Teknik Mesin.

2. Manfaat Bagi Guru

a. Dapat memperbaiki proses pembelajaran dengan memaksimalkan

proses pembelajaran daring dalam proses belajar mengajar.


6

b. Dapat menambah inovasi-inovasi guru untuk mencari media

pembelajaran yang efektif dan efesien dalam proses pembelajaran

daring.

3. Manfaat Bagi Sekolah

a. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan

kompetensi, sarana prasarana dan kebutuhan lain agar peserta didik dan

guru bisa meningkatkan kemampuan guru dan siswa dalam bidang ICT.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan

belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah

siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi

pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai

sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai

komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.

Darsono (Darsono, 2002)secara umum menjelaskan pengertian

pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian

rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut:

a. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon

(tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang

berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).

b. Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat

mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Teori Gestalt,

menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk

7
8

memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih

mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola

bermakna).

c. Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Arikunto

(Arikunto, 2006)mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan

yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan,

keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut

Arikunto (Arikunto, 2006)mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah

bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di

bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”.

d. Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor

20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”.

Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli:

a. Warsita (Warsita, 2008)“Pembelajaran adalah suatu usaha untuk

membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan

peserta didik”.

b. Sudjana (Sudjana, 2004)“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap

upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi

kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik
9

(warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan

membelajarkan”.

c. Corey (Corey, 1986)“Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus

atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran

merupakan subset khusus dari pendidikan”.

d. Dimyati dan Mudjiono (Mudjiono & Dimyati, 1999), Pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar”.

e. Trianto (Trianto, 2010), Pembelajaran merupakan aspek kegiatan

manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang

guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang

diharapkan.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat

menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan
10

saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber

pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber

pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen

proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran

ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru,

siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media. Proses belajar sendiri

merupakan kegiatan yang terjadi selama proses belajar berlangsung

(Rustaman, 2007) proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya

terdapat kegiatan interaksi antar guru-siswa dan komunikasi timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimplan bahwa proses belajar

merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat interaksi antar “guru”

atau merupakan orang yang kemudian memberikan pembelajaran kepada

“siswa” atau orang yang menerima pembelajaran yang bertujuan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Proses belajar inilah yang kemudian

menentukan hasil pembelajaran atau pengaruh yang akan didapatkan oleh

individu yang terlibatdalam proses pembelajaran tersebut. Adapun hasil

pembelajaran adalah tujuan akhir dari proses pembelajaran yang diharapkan

berorientasi positif kepada anak didik. Akhir dari proses belajar adalah suatu

hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan

hasil belajar. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu
11

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggalian dan puncak proses belajar

(Mudjiono & Dimyati, 1999). Hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar(Sudjana, 2004).

Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa

hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke

arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan

dengan pendapat itu, maka (Wahidmurni, 2010)menjelaskan bahwa

sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu

menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan

tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya,

atau sikapnya terhadap suatu objek.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah akhir dari proses belajar yang kemudian mendapatkan hasil

berupa perubahan dalam diri individu tersebut yang berorientasi positif serta

relatif permanen serta dapat menunjukkan perubahan tersebut, perubahan ini

sendri dapat berupa kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau

sikapnya.

B. Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah desain pembelajaran yang disusun dalam

bentuk interaktif yang memungkinkan kegiatan belajar dapat dilaksanakan


12

tanpa tatap muka antara guru dan peserta didik, dapat dilakukan kapan saja,

dan di mana saja sepanjang tersedia koneksi internet. Materi pembelajaran

dibuat dalam bentuk multimedia, yang didalamnya mencakup lapisan teks,

audio, dan video. Menurut Thorne (2003), pembelajaran daring adalah

pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD

ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks

online animasi, dan video streaming online. Tujuan Secara umum,

pembelajaran daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu

secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk

menjangkau audiens yang lebih banyak dan lebih luas.

2. Konsep Dasar Pembelajaran Daring

Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran

di sekolah di Indonesia semakin kondusif dengan munculnya sistem

perkuliahan daring. Istilah daring merupakan akronim dari “dalam

jaringan“. Jadi perkuliahan daring adalah salah metode pembelajaran online

atau dilakukan melalui jaringan internet. Sistem perkuliahan daring ini

dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia melalui Program Kuliah Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu

(KDITT). KDITT merupakan program pemerintah dalam menjangkau

pelajar skala nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014).

3. Kelebihan dan Kekurangan Proses

Pembelajaran Daring dalam Proses Belajar Mengajar

Kelebihan media pembelajaran daring :


13

a. Fleksibel daring memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat

untuk mengakses pembelajaran.

b. Belajar Mandiri daring memberi kesempatan bagi peserta didik secara

mandiri memegang kendali atas keberhasilan belajar.

c. Pembelajaran daring memberi efisiensi biaya bagi administrasi

penyelenggara pembelajaran, efisiensi penyediaan sarana dan fasilitas

fisik untuk belajar dan efisiensi biaya bagi siswa adalah biaya

transportasi dan akomodasi.

Proses pembelajaran daring juga tidak terlepas dari berbagai

kekurangan, yaitu sebagai berikut :

a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa

itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar

mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial.

c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada

pendidikan.

d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran

konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan

menggunakan ICT (Information Communication Technology).

e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung

gagal.
14

f. Kurangnya fasilitas internet (berkaitan dengan masalah tersedianya

listrik, telepon, dan komputer) serta sarana dan prasarana untuk

mendukung proses pembelajaran daring (Taufik.net, 2010).

Menurut Sigit Haryanto (2018), secara umum pembelajaran daring

memiliki nilai plus dalam proses belajar mengajar, khususnya pada saat

pendami sekarang ini. Kelebihan seperti: mudah diakses, fiturnya banyak,

dapat untuk berbagai macam pengiriman, bisa long distance learning, efektif

dan efisien, submit tugas bisa dari mana saja, dll menjadikan pembelajaran

daring menarik dan cocok untuk students centered learning. Tentunya media

ini juga memiliki kelemahan yakni: tergantung pada sambungan internet,

tidak ada internet maka pembelajaran tidak bisa berjalan. Kedua, jika

menggunakan handphone sebagai alat operasionalnya kadang kala kendala

sinyal yang menghambat jalannya kegiatan pembelajaran. Ketiga, plagiasi

dan kerjama dapat terjadi dalam pengiriman tugas.

4. Indikator Yang Mempengaruhi Proses

Pembelajaran Daring.

Pendidikan atau pembelajaran secara daring telah menciptakan

perubahan yang signifikan dimana yang dulunya proses pembelajaran hanya

mengandalkan tatap muka dan masih terbatas oleh jarak dan waktu, tetapi

hal tersebut tdak lagi menjadi masalah pada saat sekarang ini. Hal ini

dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat telah mampu untuk

menyediakan suatu aplikasi yang mendukung untuk melakukan

pembelajaran daring seperti WA, E-Learning dan lainnya. Oleh karena itu
15

untuk menjadikan proses pembelajaran daring menjadi efektif berikut 3 hal

yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran daring menurut C. L. Dillon

and C. N. Gunawardena dalam bukunya yang berjudul “ A Framework for

the evaluation of telecommunication – based distenced education “ (1995),

yaitu :

1) Teknologi, secara khusus pengaturan jaringan harus memungkinkan

untuk terjadinya pertukaran sinkronisasi dan asinkronisasi, siswa harus

memiliki akses yang mudah, dan jaringan seharusnya membutuhkan

waktu minimal untuk pertukaran dokumen.

2) Karakteristik pengajar, pengajar memainkan peran sentral dalam

efektifitas pembelajaran secara daring, bukan sebuah teknologi yang

penting tetapi penerapan instruksional teknologi dari pengajar yang

menentukan efek pada pembelajaran.

3) Karakteristik siswa, D. E Leidner and S. L. Jarvenpaa dalam bukunya

yang berjudul, “ The information age confrontseducation : Case Studies

on elektronic calssrooms.” (1993), mengungkapkan bahwa siswa tidak

memiliki keterampilan dasar dan disiplin diri yang tinggi dapat

melakukan pembelajaran lebih baik lagi dengan metode yang

disampaikan secara konvensional, sedangkan siswa yang cerdas

memiliki disiplin serta kepercayaan diri yang tinggi akan mampu untuk

melakukan pembelajaran dengan metode daring.

4) Sumber Daya Manusia, pada saat sekarang ini bisa dikatakan bahwa

masih kurangnya kemampuan dan pemahaman dari guru dan siswa


16

mengenai proses pembelajaran daring dan penggunaan media

pembelajaran daring seperti laptop dan hp android yang bisa

mendukung proses pembelajaran daring. Selain itu juga masih kurang

nya pemahaman dari guru dalam membuat media pembelajaran daring.

Dalam penerapan dilapangan bisa dikatakan saat sekarang ini guru

banyak yang kesulitan dalam menggunakan aplikasi yang diluncurkan

oleh pemerintah untuk mendukung proses pembelajaran daring seperti

rumah belajar.

5) Sarana Prasarana, sarana dan prasarana di sector pendidikan Indonesia

saat sekarang ini masih kekurangan dalam hal sarana dan prasarana. Hal

ini disebabkan karena wabah covid-19 yang menyerang Indonesia,

sehingga pemerintah mau atau tidak terpaksa harus mengambil

kebijakan dalam rangka mengurangi penyebaran wabah yang terus

meningkat. Sehingga pemerintah belm bisa melengkapi sarana

pendukung untuk proses pembelajaran daring seperti laptop, website

dan lain sebagai nya untuk mendukung proses pembelajaran. Meskipun

begitu saat ini pemerintah telah meluncurkan dan mencoba untuk

bekerjasama suatu perusahaan yang menyediakan jasa layanan

pembelajaran sebagai mitra untuk mendukung proses pembelajaran

daring disekolah. Selain itu juga pemerintah tidak bisa menyediakan

peralatan pendukung seperti laptop atau hp android untuk memfasilitasi

guru dan siswa proses pembelajaran.


17

6) Kuota dan Jaringan, kuota dan jaringan yang mendukung dalam proses

pembelajaran harus stabil agar tidak terjadi gangguan dalam proses

pembelajaran. Akan tetapi saat sekarang ini masih banyak daerah yang

tidak bisa mendukung proses pembelajaran daring karena lokasi daerah

yang terpencil dan daerah yang lokasinya tersembunyi dan banyak

gangguan untuk jaringan. Selain itu harga dari paket kuota yang ada

cukup mahal terutama bagi siswa yang masih mendapatkan uang beli

kuota dari orang tua mereka. Sehingga hal ini perlu diperhatikan agar

proses bisa didukung secara maksimal.

7) Kebijakan Pemerintah, pemerintah telah memutuskan untuk

memberlakukan PSBB dan memberlakukan pembelajaran daring untuk

menghindari penyebaran wabah yang semakin meningkat. Dari

kebijakan pemerintah daerah masih juga memberlakukan pembelajaran

daring. Terutama untuk proses pembelajaran di semester 1 tahun ajaran

2020/2021.

B. Pengertian Perspektif

Perspektif merupakan sudut pandang atau cara pandang kita terhadap

sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan

untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh serta melakukan suatu

penilaian. Perspektif berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan bahwa

manusia aktif memilih dan mengubah aturanaturan yang menyangkut

kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik antar individu


18

yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan

lambang-lambang.

C. Kerangka Pikir

Penelitian tentang kelebihan dan kekurangan model pembelajaran

daring ditinjau dari perspektif siswa dan guru terdiri dari satu variabel bebas

dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas

adalah kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran daring, sedangkan

variabel terikatnya adalah menurut perspektif guru dan siswa di SMK

Payakumbuh.

Pembelajaran daring adalah desain pembelajaran yang disusun dalam

bentuk interaktif yang memungkinkan kegiatan belajar dapat dilaksanakan

tanpa tatap muka antara guru dan peserta didik, dapat dilakukan kapan saja,

dan di mana saja sepanjang tersedia koneksi internet. Materi pembelajaran

dibuat dalam bentuk multimedia, yang didalamnya mencakup lapisan teks,

audio, dan video. Menurut Thorne (2003), pembelajaran daring adalah

pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD

ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks

online animasi, dan video streaming online. Tujuan Secara umum,

pembelajaran daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu

secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk

menjangkau audiens yang lebih banyak dan lebih luas. Pada tahap ini, guru

melakukan proses pembelajaran secara online dan memberikan sebuah


19

permasalahan dan soal tugas yang akan dipecahkan oleh para peserta didik

secara mandiri atau berkelompok dirumah mereka masing-masing. Adanya

kegiatan bepikir secara mandiri atau secara berkelompok akan

mengakuibatkan siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah dan

memicu semangat siswa untuk mengomunikasikan hasil berpikirnya dengan

baik dalam proses pembelajaran secara daring tersebut. Pada kegiatan

diskusi dalam proses pembelajaran daring, siswa dituntut untuk dapat

mengembangkan kemampuan menggambarkan situasi masalah dan

menyatakan solusi masalah, menjelaskan ide, dan solusi dari permasalahan

yang diberikan oleh guru.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sugiyono (2012:3) menyatakan metode penelitian diartikan sebagai

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dan

metode penelitian pendidikan diartikan sebagai sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,

dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

dalam bidang pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktif dengan jenis

penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran

yang akurat mengenai sebuah kelompok dan mekanisme dalam sebuah proses

atau hubungan. Metode penelitian deskriptif dilakukan dengan melakukan

penelitian dan pengumpulan data untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan metode pembelajaran daring. Berdasarkan observasi yang

dilakukan dalam proses pembelajaran secara daring materi pembelajaran

diberikan oleh guru dalam bentuk berbagai tugas yang diberikan secara online

kepada siswa dan juga dalam bentuk bahan ajar serta multimedia, yang

didalamnya mencakup lapisan teks, audio, video. Menurut Thorne (2003),

pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi

multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan

telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online. Selain

20
21

materi, latihan dan pembelajaran remedi juga disediakan dalam bentuk

daring. Baik materi pembelajaran, latihan, maupun materi pembelajaran

remedi ketiganya disajikan melalui sarana medsos. Ada dua jenis media sosial

yang dipilih, yaitu, WAG (group whattsapp) dan YT (Youtube). Pemilihan

jenis medsos tersebut telah sesuai dengan kondisi dilapangan pada saat

dilakukannya observasi.

Proses pengumpulan data akan dilakukan dengan teknik angket dan

kuesioner yang disebar dalam bentuk google form yang disebarkan kepada

para siswa melalui aplikasi Whatsapp dan diisi oleh para siswa secara online.

Google form digunakan untuk mengungkapkan kesan dan penilaian siswa

terhadap jenis medsos dan tanggapan terhadap rancangan model

pembelajaran daring yang diberikan oleh guru. Semua instrumen penelitian

yang digunakan sebelumnya akan melalui uji validitas terlebih dahulu

sebelum disebarkan kepada siswa untuk diisi.

Setelah melalui uji validitas angket dan kuesioner tersebut akan

disebarkan kepada siswa utuk diisi. Hasil kuesioner tersebut akan didapatkan

melalui google form yang selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan

aplikasi Microsoft Excel. Uji keefektifan model pembelajaran daring

dilakukan dengan menilai kerangka, penampilan, dan konten yang disajikan

dalam platform medsos tertentu. Jenis medsos dipilih berdasarkan hasil

angket, yakni YT dan WAG. Kemudian, materi diunggah pada kedua medsos

terpilih, dengan tampilan dan isi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah
22

untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran daring di

SMK Payakumbuh.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2012:117) mengungkapkan populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya selanjutnya Arikunto (2010:173)

menyebutkan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Teknik Pengelasan

SMK Negeri 2 Payakumbuh yang terdiri dari 2 kelas. Jumlah siswa dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Data Siswa Kelas XI Teknik Pengelasan SMK Negeri 2


Payakumbuh.
Kelas Jumlah Siswa
XI Las 1 31 Siswa
XII Las 1 24 Siswa
Jumlah 55 Siswa
Sumber : Guru SMK Negeri 2 Payakumbuh

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013:118), sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya Rikunto

(2010:134) mengemukakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

berdasarkan penjelasan tersebut, sampel penelitian ini adalah semua

populasi dari seluruh Siswa Kelas X Teknik Pengelasan SMK Negeri 2


23

Payakumbuh yang berjumlah 55 siswa. Karena situasi dan kondisi yang

tidak memungkinkan maka uji coba sampel penelitian tidak bisa

dilaksanakan. Kemudian dalam proses penelitian ini siswa kelas X tidak

dimasukkan kedalam sampel penelitian hal ini dikarenakan para siswa

kelas X masih tergolong baru merasakan proses pembelajaran daring di

SMK Negeri 2 Payakumbuh, sehingga masih dinilai kurang memahami

dan kurang pengalaman dalam menggunakan metode pembelajaran daring.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu penelitian pendahuluan,

perencanaan dan tahap pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari

setiap tahapan tersebut adalah:

1. Penelitian Pendahuluan

a. Peneliti membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah

b. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah,

jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

c. Menentukan sampel yanga akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi indikator yang mempengaruhi proses daring.

b. Menyiapkan instrumen penelitian mulai dari berbagai pertanyaan

penelitian yang jawaban harus dicari menggunakan data dari lapangan

dan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian.

c. Menentukan jenis informasi yang dibutuhkan.

d. Menentukan prosedur pengumpulan data dan pengolahan data.


24

e. Merencanakan jadwal kegiatan penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai.

b. Melaksanakan penelitian dan pengumpulan data pada kelas yang akan

diuji.

c. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil pengumpulan

data penelitian dan mengolahnya menggunakan SPSS.

d. Membuat kesimpulan dari hasil kegiatan pembelajaran dengan metode

pembelajaran daring.

e. Membuat laporan hasil penelitian

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Payakumbuh, Kota

Payakumbuh.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanaan pada tanggal 1 bulan Juli 2020 sampai

dengan Desember 2020.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Angket

Angket yang diberikan kepada siswa berisi mengenai pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan keefektivan proses pembelajaran

daring dan bagaimana tingkat pemahaman siswa saat menggunakan

metode pembelajaran daring. Data angket dimaksudkan untuk mengetahui


25

tingkat efektivitas dari metode pembelajaran daring yang dilaksanakan di

SMK Negeri 2 Payakumbuh. Data angket yang dibuat dalam bentuk

google form yang akan dikirim melalui metode daring dengan

menggunakan aplikasi whatsapp group.

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2011: 142).

Angket digunakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari

proses pembelajaran daring yang diberlakukan disektor pendidikan

Indonesia. Untuk memperoleh data dari guru dan siswa sebagai bahan

untuk mengevaluasi proses pembelajaran daring.

Angket penilaian proses pembelajaran daring meliputi beberapa aspek

dengan indikatornya masing-masing. Indikator tiap aspek memiliki jumlah

yang berbeda. Validasi instrumen ini menghasilkan angket yang siap

digunakan dalam data penelitian.

Penelitian ini skala yang digunakan adalah skala dengan 4 alternatif

jawaban. Agar diperoleh data kuantitatif, maka setiap alternatif jawaban

diberi skor yakni sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat

tidak setuju = 1. Angket pendapat atau respon akan dibagikan kepada guru

sebagai responden. Angket ini bersifat kombinasi antara terbuka dan

tertutup serta dibuat guna mengetahui pendapat atau respon Guru dan

Siswa mengenai proses pembelajaran daring yang telah dibuat.


26

Butiran angket yang akan diberikan kepada para siswa berisi

pertanyaan mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran daring. Pertanyaan yang diberikan kepada Guru dan Siswa

dibuat berdasarkan beberapa indikator yaitu:

Tabel 3.2. Indikator Angket Guru


No Indikator Jumlah Butir
1 Sumber Daya Manusia (SDM) 1-5
2 Sarana dan Prasarana 6-9
3 Kuota dan Jaringan 10 -12
4 Kebijakan Pemerintah 13 - 16
5 Karakteristik Pengajar dan Siswa 17 - 22

Tabel 3.3 Indikator Angket Siswa


No Indikator Jumlah Butir
1 Sumber Daya Manusia (SDM) 1-5
2 Sarana dan Prasarana 6-9
3 Kuota dan Jaringan 10 - 17
4 Kebijakan Pemerintah 18 - 27
5 Karakteristik Pengajar dan Siswa 28 - 33

F. Validitas Angket

Data uji coba yang diperoleh selanjutnya di analisis tingkat

validitasnya dan reabelitasnya sehingga memenuhui kiteria alat ukur yang

baik. Tingkat validitas dan rebilitasnya angket diuji dengan mengunakan

bantuan komputer dengan program SPSS versi 25.0

Analisis dimulai dengan menguji validitas butir yang dilakukan butir

pernyataan. Hal ini bertujuan untuk menguji apakah butir pernyataan tersebut

sudah valid atau belum Dasar pengambilan keputusan butir dinyatakan valid

adalah sebagai berikut:

1) Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka butir pernyataan

tersebut dinyatakan valid, yaitu dengan r tabel 0, 359.


27

2) Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel, maka butir pernyataan

tersebut dinatakan tidak valid.

G. Uji Reabilitas Angket

Setelah kevalidan instrumen diuji maka dilakukan keandalan alat ukur.

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha sebagai berikut

(Riduwan,2015:115):

=( ) (1- )

Dimana:
= Nilai Reliabilitas
k = Jumlah Item
= Jumlah Varians
= Varians Total
Sebagai tingkat reliabilitas soal digunakan skala yang dikemukakan

oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 276), seperti tabel bertikut:

Tabel 3.8. Skala Tingkat Reliabilitas Soal


No Indeks Reliabilitas Klasifikasi
1 0,00 – 0,20 Sangat Rendah
2 0,20 – 0,40 Rendah
3 0,40 – 0,60 Sedang
4 0,60 – 0,80 Tinggi
5 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

H. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik statistik deskriptif dengan perhitungan persentase. Menurut Nasution

(1986: 15) bahwa “ Bila suatu penelitian bertujuan mendapatkan gambaran

atau menentukan sesuatu, sebagaimana adanya tentang objek yang diteliti,


28

maka analisis yang dibutuhkan cukup dengan hitungan persentase.”

Perhitungan persentase yang dilakukan dengan rumus Nana Sujana (1989:

131) sebagai berikut:

Dimana : P = Persentase Jawaban

F = Frekuensi jawaban yang muncul

N = Jumlah frekuensi responden (Jumlah Sampel)

Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif

yang disajikan dalam distribusi skor dan persentase terhadap kategori

dengan skala penilaian yang telah ditentukan. Persentase penilaian

kelayakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4. Penilaian Persentase Kelayakan


Persentase Penilaian Interpretasi (+) Interpretasi (-)
76-100% Layak Tidak Layak
51-75% Cukup Layak Kurang Layak
26-50% Kurang Layak Cukup Layak
<26% Tidak Layak Layak
Sumber: Suharsimi Arikunto dalam Rohmi Julia P (2012: 3)

1) Mengubah penilaian kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan yang

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3.5. Ketentuan pemberian Skor


Kategori Skor
SS (Sangat Setuju) 4
S (Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Sumber: Eko Putro Widoyoko (2011: 236)

2) Menghitung rata-rata skor tiap indikator dengan rumus:


29

Keterangan: skor

X̅ = Rata-Rata

∑ = Jumlah Skor

N = Subjek Penelitian

(Eko Putro Widoyoko, 2011: 237)

Menginterpretasikan secara kualitatif jumlah rerata skor tiap aspek dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.6 Konversi jumlah rata-rata skor


Nilai Skor Rata-Rata Kriteria (+) Kriteria (-)
4 3,26 - 4,00 Baik Tidak Baik
3 2,26 – 3,25 Cukup Baik Kurang Baik
2 1,76 – 2,25 Kurang Baik Cukup Baik
1 1 – 1,75 Tidak Baik Baik
Sumber: Eko Putro Widoyoko (2011: 236)
30

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil Penelitian tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring

di SMK Negeri 2 Payakumbuh. Didapatkan data jumlah siswa yang akan

dilibatkan dalam penelitian adalah siswa kelas XI sebanyak 31 orang siswa

dan Siswa kelas XII sebannyak 24 orang jadi total siswa semuannya adalah

55 orang. Penelitian ini juga melibatkan 10 orang guru kejuruan Teknik

Mesin SMKN 2 Payakumbuh sebagai responden dalam menilai kelebihan

dan kekurangan proses pembelajaran daring.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil data penelitian tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran

daring yang diperoleh dari isian angket responden Guru dan Siswa dapat

digambarkan sebagai berikut:

a. Respon Guru

Data Angket Respon 10 orang Guru Teknik Mesin SMKN 2

Payakumbuh dapat di lihat dari table 4.1, Sebagai Berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Respon Guru


NILAI
NO INDIKATOR
(+) (-)
Sekolah memberikan pelatihan
1 kepada Guru mengenai 3,3
sistematika pembelajaran daring
Guru memahami cara
2 menggunakan aplikasi 3,7
pembelajaran daring
Guru memahami cara pembuatan
3 3,6
media pembelajaran daring
4 Guru mampu untuk menggunakan 3,2
31

aplikasi dan komputer dalam


waktu yang lama
Dalam proses pembelajaran guru
mampu menjelaskan dan
5 3,8
menguasai pembelajaran secara
daring
Sekolah memberikan kuota
6 kepada guru sebagai sarana media 2
pembelajaran
Proses pembelajaran daring
memberikan efisiensi dana kepada
7 sekolah dalam hal administrasi 2
pembelajaran, dansarana
prasarana
Sekolah menyediakan media
pendukung sebagai sarana proses
8 2
pembelajaran daring seperti e-
learning
Pembelajaran daring menambah
hambatan bagi para siswa yang
sudah sulit untuk mengakses
pendidikan, maka itu diversifikasi
9 3,4
media penyampaian selain
internet perlu dipertimbangkan.
Contohnya : Program radio dan
televise
Guru memiliki kuota internet
10 yang cukup untuk melakukan 3,3
proses mengajar
Jaringan di tempat tinggal guru
memiliki jaringan yang
11 3,9
mendukung untuk proses
pembelajaran daring
Lokasi tempat tinggal guru masih
kekurangan sumber listrik
12 2,1
sehingga susah dalam proses
pembelajaran daring
Pemerintah memberlakukan
13 2
proses pembelajaran dari rumah
Pemerintah menjalin Kerjasama
dengan pihak penyedia jasa
telekomunikasi dalam hal
14 3,5
memenuhi kebutuhan
infrastruktur pendukung
pembelajaran daring
15 Pemerintah daerah menyediakan 3,3
32

dukungan dana dan panduan


teknis lebih lanjut untuk sekolah
yang ada di daerah masing-
masing
Pemerintah pusat harus
mempertimbangkan pelaksanaan
16 proses pembelajaran daring, 3,7
karena perbedaan karakteristik
setiap daerah
Kurangnya interaksi antara
pengajar dan siswa atau bahkan
antara siswa itu sendiri, bisa
17 3,5
memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar
mengajar
Kecenderungan mengabaikan
aspek akademik atau aspek sosial
18 3,1
dan sebaliknya mendorong aspek
bisnis atau komersial
Proses belajar dan mengajarnya
19 cenderung ke arah pelatihan dari 3,4
pada pendidikan
Berubahnya peran guru dari yang
semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini
20 dituntut untuk menguasai teknik 3,4
pembelajaran dengan
menggunakan ICT (Information
Communication Technology)
Siswa yang tidak mempunyai
21 motivasi belajar yang tinggi 3,4
cenderung gagal
Sering terjadi plagiasi dan
22 3,4
kerjama dalam pengiriman tugas
NILAI TOTAL 39,1 29,9
NILAI RATA-RATA 3,25 2,99
PERSENTASE 81,25% 74,75%

Hasil Rekapitulasi angket respon Guru Teknik Mesin secara

keseluruhan yaitu, kelebihan pembelajaran daring mendapatkan nilai total

39,1 dari 12 butir pernyataan, dengan rata-rata 3,25 termasuk nilai Cukup

Baik dan mendapatkan nilai presentase 81,25% termasuk kategori layak,


33

sedangkan kekurangan pembelajaran daring. mendapatkan nilai total 29,9

dari 10 butir pernyataan, dengan rata-rata 2,99 termasuk nilai Kurang Baik

dan mendapatkan nilai presentase 74,75% termasuk kategori kurang layak.

Berdasarkan data hasil rekap respon guru tersebut, dapat penulis

simpulkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan

pembelajaran Daring. Diperlukan bebrapa perbaikan dan inovasi untuk

meningkatkan kualitas kelayakan pembelajaran daring disekolah.

Hasil persentase rekapitulasi kelebihan dan kekurangan pembelajaran

daring dapat digambarkan dengan diagram batang pada gambar 4.1

berikut:

Gambar 4.1 Diagram Batang Persentase kelebihan dan kekurangan


pembelajaran daring keseluruhan Respon Guru

Hasil rekap kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring dari

angket respon 10 orang Guru Teknik Mesin SMKN 2 Payakumbuh pada

setiap indicator dapat dilihat pada table 4.2, sebagai berikut:

Tabel 4.2. Persentase Rekap Perindikator Respon Guru


:NO INDIKATOR TERBUKA TERTUTUP
SUMBER DAYA MANUSIA (+) (-)
Sekolah memberikan pelatihan
1 kepada Guru mengenai 3.3
sistematika pembelajaran daring
34

Guru memahami cara


2 menggunakan aplikasi 3.7
pembelajaran daring
Guru memahami cara pembuatan
3 3.6
media pembelajaran daring
Guru mampu untuk
menggunakan aplikasi dan
4 3.2
komputer dalam waktu yang
lama
Dalam proses pembelajaran guru
mampu menjelaskan dan
5 3.8
menguasai pembelajaran secara
daring
JUMLAH 10,6 7
RATA-RATA 3,53 3,5
PERSENTASE 88,25% 87,5%
SARANA DAN PRASARANA (+) (-)
Sekolah memberikan kuota
6 kepada guru sebagai sarana 2
media pembelajaran
Proses pembelajaran daring
memberikan efisiensi dana
7 kepada sekolah dalam hal 2
administrasi pembelajaran,
dansarana prasarana
Sekolah menyediakan media
pendukung sebagai sarana proses
8 2
pembelajaran daring seperti e-
learning
Pembelajaran daring menambah
hambatan bagi para siswa yang
sudah sulit untuk mengakses
pendidikan, maka itu
9 3.4
diversifikasi media penyampaian
selain internet perlu
dipertimbangkan. Contohnya :
Program radio dan televise
JUMLAH 4 5,4
RATA-RATA 2 2,7
PERSENTASE 50% 67,5%
KUOTA DAN JARINGAN (+) (-)
10 Guru memiliki kuota internet
yang cukup untuk melakukan 3,3
proses mengajar
11 Jaringan di tempat tinggal guru 3,9
35

memiliki jaringan yang


mendukung untuk proses
pembelajaran daring
12 Lokasi tempat tinggal guru masih
kekurangan sumber listrik
2,1
sehingga susah dalam proses
pembelajaran daring
JUMLAH 7,20 2,10
RATA-RATA 3,60 2,10
PERSENTASE 90% 52,2%
KEBIJAKAN PEMERINTAH (+) (-)
13 Pemerintah memberlakukan
2
proses pembelajaran dari rumah
14 Pemerintah menjalin Kerjasama
dengan pihak penyedia jasa
telekomunikasi dalam hal
3,5
memenuhi kebutuhan
infrastruktur pendukung
pembelajaran daring
15 Pemerintah daerah menyediakan
dukungan dana dan panduan
teknis lebih lanjut untuk sekolah 3,3
yang ada di daerah masing-
masing
16 Pemerintah pusat harus
mempertimbangkan pelaksanaan
proses pembelajaran daring, 3,7
karena perbedaan karakteristik
setiap daerah
JUMLAH 10,50 2
RATA-RATA 3,50 2
PERSENTASE 87,50% 50%
KARAKTERISTIK PENGAJAR
(+) (-)
DAN SISWA
17 Kurangnya interaksi antara
pengajar dan siswa atau bahkan
antara siswa itu sendiri, bisa
3,5
memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar
mengajar
18 Kecenderungan mengabaikan
aspek akademik atau aspek sosial
3,1
dan sebaliknya mendorong aspek
bisnis atau komersial
19 Proses belajar dan mengajarnya 3,4
36

cenderung ke arah pelatihan dari


pada pendidikan
20 Berubahnya peran guru dari yang
semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini
dituntut untuk menguasai teknik 3,4
pembelajaran dengan
menggunakan ICT (Information
Communication Technology)
21 Siswa yang tidak mempunyai
motivasi belajar yang tinggi 3,4
cenderung gagal
22 Sering terjadi plagiasi dan
3,4
kerjama dalam pengiriman tugas
JUMLAH 6,8 13,4
RATA-RATA 3,4 3,35
PERSENTASE 85% 83,75%
Sumber : data primer yang di olah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase kelebihan dan

kekurangan pembelajaran daring dari masing-masing indicator, sebagai

berikut:

1) Sumber Daya Manusia (SDM) mendapatkan nilai persentase

kelebihan 88,25% termasuk kategori Layak dan kekurangan 87,5%

Termasuk Kategori Tidak Layak

2) Sarana dan Prasarana mendapatkan nilai persentase kelebihan 50%

termasuk kategori Kurang Layak dan kekurangan 67,5% termasuk

kategori Kurang Layak

3) Kuota dan Jaringan mendapatkan nilai persentase kelebihan 90%

termasuk kategori Layak dan kekurangan 52,2% termasuk kategori

Kurang Layak.
37

4) Kebijakan Pemerintah mendapatkan nilai persentase kelebihan

87,50% termasuk kategori Layak dan kekurangan 50% termasuk

kategori Cukup Layak.

5) Karakteristik Pengajar dan Siswa mendapatkan nilai persentase

kelebihan 85% termasuk kategori Layak dan kekurangan 83,75%

termasuk kategori Tidak Layak.

Berikut disajikan diagram batang nilai persentase kelebihan dan

kekurangan pembelajaran Daring perindikator, sebagai berikut:

Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Kelebihan dan Kekurangan


Pembelajaran Daring dari Masing-Masing Indikator Respon Guru.

b. Respon Siswa

Data Angket Respon 55 orang Siswa Teknik Mesin SMKN 2 Payakumbuh

dapat di lihat dari table 4.3, sebagai berikut:

Tabel 4.3. Rekapitulasi Respon Siswa


Kelas XII Kelas XI
NO INDIKATOR
(+) (-) (+) (-)
Siswa memahami konsep
1 3 2,9
pembelajaran daring
Siswa mampu cara
2 menggunakan aplikasi 2,7 3
pembelajaran secara daring
38

Siswa bisa memahami materi


3 dari pembelajaran daring secara 2,8 2,9
maksimal
Pembelajaran daring mampu
membuat siswa untuk menjadi
4 3 3,3
mandiri dalam proses
pembelajaran
Pembelajaran daring
5 memberikan kemudahan dalam 3,5 3,5
waktu saat proses pembelajaran
Siswa memiliki Hp atau Laptop
6 yang bisa mendukung proses 3,1 3,4
pembelajaran
Sekolah memberikan kuota
7 kepada siswa sebagai sarana 2,4 2,3
media pembelajaran
Sekolah menyediakan laptop
8 atau hp untuk siswa sebagai 2,1 2,2
media pembelajaran daring
Guru menyediakan media
9 pembelajaran yang interaktif 2,5 2,6
dan tidak membosankan
Kuota internet siswa mencukupi
10 untuk melakukan proses 2,8 3,2
pembelajaran daring
Jaringan di tempat tinggal siswa
memiliki jaringan yang
11 2,9 3,2
mendukung untuk proses
pembelajaran daring
Siswa mampu menyediakan
12 secara rutin kuota internet untuk 2,7 2,8
proses pembelajaran daring
Lokasi tempat tinggal siswa
masih kekurangan sumber
13 3,2 3,6
listrik sehingga susah dalam
proses pembelajaran daring
Proses pembelajaran banyak
14 3,2 3,3
memakan kuota internet
Sering terganggunya jaringan
15 menyebabkan siswa sering tidak 3,5 3,6
mengumpulkan tugas
Proses pembelajaran sering
16 tidak berjalan karena gangguan 3,5 3,7
jaringan
17 Banyak siswa yang tidak 3,3 3,3
menghadiri proses pembelajaran
39

karena gangguan jaringan


Pemerintah memberlakukan
18 2,9 2,9
proses pembelajaran dari rumah
Pemerintah menutup sekolah
19 selama semester 1 pada tahun 2,6 2,5
ajaran 2020 / 2021
Pemerintah menyediakan portal
20 khusus untuk proses 3,1 3,1
pembelajaran
Pemerintah menyediakan portal
21 khusus untuk proses 3,5 3,8
pembelajaran
Pemerintah memberikan kuota
atau akses internet gratis bagi
822 3,6 3,7
siswa untuk mengakses portal
pembelajaran
Proses pembelajaran daring
mengakibatkan kurangnya
interaksi sosial antar siswa
23 3,7 3,9
dengan siswa, siswa dengan
guru dan siswa dengan
masyarakat
Proses pembelajaran daring
menghambat perkembangan
24 3 2,9
kemampuan dan kreatifitas
siswa
25 Ujian nasional ditiadakan 3,3 3,2
Pemerintah perlu menjalin
Kerjasama dengan pihak
penyedia jasa telekomunikasi
26 3,6 3,5
dalam hal memenuhi kebutuhan
infrastruktur pendukung
pembelajaran daring
Pemerintah daerah harus
menyediakan dukungan dana
27 dan panduan teknis lebih lanjut 3,6 3,7
untuk sekolah yang ada di
daerah masing-masing
Pemerintah pusat harus
mempertimbangkan
pelaksanaan proses
28 3,6 3,6
pembelajaran daring, karena
perbedaan karakteristik setiap
daerah
29 Kurangnya interaksi antara 3,3 3,4
pengajar dan siswa atau bahkan
40

antara siswa itu sendiri, bisa


memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar
mengajar
Kecenderungan mengabaikan
aspek akademik atau aspek
30 sosial dan sebaliknya 2,9 3
mendorong aspek bisnis atau
komersial
Siswa yang tidak mempunyai
31 motivasi belajar yang tinggi 3,4 3,5
cenderung gagal
Proses belajar dan mengajarnya
32 cenderung ke arah pelatihan dari 3,1 3,3
pada pendidikan
Sering terjadi plagiasi dan
33 kerjama dalam pengiriman 3,3 3,5
tugas
NILAI TOTAL 45,2 57,8 46,7 56,4
NILAI RATA-RATA 3,22 3,04 3,33 3,13
PERSENTASE 80,5% 76% 83,25% 78,25%

Hasil Rekapitulasi angket respon Siswa Teknik Mesin SMKN 2

Payakumbuh secara keseluruhan dari 2 kelas yaitu, dari 24 orang responden

siswa kelas XII mendapatkan nilai kelebihan pembelajaran daring total 45,2

dari 14 butir pernyataan, dengan rata-rata 3,22 termasuk nilai Cukup Baik dan

mendapatkan nilai presentase 81,25% termasuk kategori layak, sedangkan

pada kekurangan pembelajaran daring mendapatkan nilai total 57,8 dari 19

butir pernyataan, dengan rata-rata 3,04 termasuk nilai Kurang Baik dan

mendapatkan nilai presentase 76% termasuk kategori Tidak layak.

Hasil responden 31 orang siswa kelas XI mendapatkan nilai kelebihan

pembelajaran daring total 46,7 dari 14 butir pernyataan, dengan rata-rata 3,33

termasuk nilai Baik dan mendapatkan nilai presentase 83,25% termasuk

kategori layak, sedangkan pada kekurangan pembelajaran daring


41

mendapatkan nilai total 56,4 dari 19 butir pernyataan, dengan rata-rata 3,13

termasuk nilai Kurang Baik dan mendapatkan nilai presentase 78,25%

termasuk kategori Tidak layak.

Berdasarkan data hasil rekap nilai responden 24 siswa kelas XII dan 31

Siswa Kelas XI tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa masih terdapat

kesenjangan atau kekurangan dalam pelakasanaan proses pembelajaran

Daring. Penulis menyarankan solusi mengatasi hal tersebut diperlukan

tinjawan kembali oleh pihak sekolah dan dinas pendidikan untuk

mempertimbangkan dalam memutuskan melaksanakan pembelajaran daring

disemester selanjutnnya. Perbaikan dan inovasi diperlukan untuk

meningkatkan kualitas kelayakan pembelajaran daring disekolah, agar dapat

memudahkan siswa dalam belajar dan memahami pembelajaran secara

mandiri dalam proses pembelajaran daring.

Hasil persentase rekapitulasi kelebihan dan kekurangan pembelajaran

daring dapat digambarkan dengan diagram batang pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.3 Diagram Batang Persentase Kelebihan dan Kekurangan


Pembelajaran Daring kesluruhan berdasarkan Respon Siswa
42

Hasil rekap kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring dari angket

respon Siswa Teknik Mesin SMKN 2 Payakumbuh pada setiap indikator,

sebagai berikut:

Tabel 14. Penilain Aspek bahasa dan efek bagi strategi pembelajaran
:NO INDIKATOR Kelas XII Kelas XI
SUMBER DAYA MANUSIA (+) (-) (+) (-)
Siswa memahami konsep
1 3 2,9
pembelajaran daring
Siswa mampu cara
2 menggunakan aplikasi 2,7 3
pembelajaran secara daring
Siswa bisa memahami
3 materi dari pembelajaran 2,8 2,9
daring secara maksimal
Pembelajaran daring
mampu membuat siswa
4 3 3,3
untuk menjadi mandiri
dalam proses pembelajaran
Pembelajaran daring
memberikan kemudahan
5 3,5 3,5
dalam waktu saat proses
pembelajaran
JUMLAH 6,2 8,8 6,5 9,1
RATA-RATA 3,1 2,93 3,25 3,03
PERSENTASE 77,5% 73,25% 81,25% 75,75%
SARANA DAN PRASARANA (+) (-) (+) (-)
Siswa memiliki Hp atau
Laptop yang bisa
6 3,1 3,4
mendukung proses
pembelajaran
Sekolah memberikan kuota
7 kepada siswa sebagai 2,4 2,3
sarana media pembelajaran
Sekolah menyediakan
laptop atau hp untuk siswa
8 2,1 2,2
sebagai media
pembelajaran daring
Guru menyediakan media
pembelajaran yang
9 2,5 2,6
interaktif dan tidak
membosankan
JUMLAH 5,5 4,6 5,7 4,8
43

RATA-RATA 2,75 2,3 2,85 2,4


PERSENTASE 68,75% 57,5% 71,25% 60%
KUOTA DAN JARINGAN (+) (-) (+) (-)
10 Kuota internet siswa
mencukupi untuk
2,8 3,2
melakukan proses
pembelajaran daring
11 Jaringan di tempat tinggal
siswa memiliki jaringan
2,9 3,2
yang mendukung untuk
proses pembelajaran daring
12 Siswa mampu
menyediakan secara rutin
2,7 2,8
kuota internet untuk proses
pembelajaran daring
13 Lokasi tempat tinggal
siswa masih kekurangan
sumber listrik sehingga 3,2 3,6
susah dalam proses
pembelajaran daring
14 Proses pembelajaran
banyak memakan kuota 3,2 3,3
internet
15 Sering terganggunya
jaringan menyebabkan
3,5 3,6
siswa sering tidak
mengumpulkan tugas
16 Proses pembelajaran sering
tidak berjalan karena 3,5 3,7
gangguan jaringan
17 Banyak siswa yang tidak
menghadiri proses
3,3 3,3
pembelajaran karena
gangguan jaringan
JUMLAH 3,2 21,9 3,6 23,1
RATA-RATA 1,6 3,12 3,6 3,3
PERSENTASE 40% 78% 90% 82,5
KEBIJAKAN PEMERINTAH (+) (-) (+) (-)
18 Pemerintah
memberlakukan proses 2,9 2,9
pembelajaran dari rumah
19 Pemerintah menutup
sekolah selama semester 1
2,6 2,5
pada tahun ajaran 2020 /
2021
44

20 Pemerintah menyediakan
portal khusus untuk proses 3,1 3,1
pembelajaran
21 Pemerintah menyediakan
portal khusus untuk proses 3,5 3,8
pembelajaran
22 Pemerintah memberikan
kuota atau akses internet
gratis bagi siswa untuk 3,6 3,7
mengakses portal
pembelajaran
23 Proses pembelajaran daring
mengakibatkan kurangnya
interaksi sosial antar siswa
3,7 3,9
dengan siswa, siswa
dengan guru dan siswa
dengan masyarakat
24 Proses pembelajaran daring
menghambat
3 2,9
perkembangan kemampuan
dan kreatifitas siswa
25 Ujian nasional ditiadakan 3,3 3,2
26 Pemerintah perlu menjalin
Kerjasama dengan pihak
penyedia jasa
telekomunikasi dalam hal 3,6 3,5
memenuhi kebutuhan
infrastruktur pendukung
pembelajaran daring
27 Pemerintah daerah harus
menyediakan dukungan
dana dan panduan teknis
3,6 3,7
lebih lanjut untuk sekolah
yang ada di daerah masing-
masing
28 Pemerintah pusat harus
mempertimbangkan
pelaksanaan proses
3,6 3,6
pembelajaran daring,
karena perbedaan
karakteristik setiap daerah
JUMLAH 24,3 12,2 24,6 12,2
RATA-RATA 3,47 3,05 3,51 3,05
PERSENTASE 86,75% 76,25% 87,75% 76,25%
KARAKTERISTIK
(+) (-) (+) (-)
PENGAJAR DAN SISWA
45

29 Kurangnya interaksi antara


pengajar dan siswa atau
bahkan antara siswa itu
3,3 3,4
sendiri, bisa memperlambat
terbentuknya values dalam
proses belajar mengajar
30 Kecenderungan
mengabaikan aspek
akademik atau aspek sosial 2,9 3
dan sebaliknya mendorong
aspek bisnis atau komersial
31 Siswa yang tidak
mempunyai motivasi
3,4 3,5
belajar yang tinggi
cenderung gagal
32 Proses belajar dan
mengajarnya cenderung ke
3,1 3,3
arah pelatihan dari pada
pendidikan
33 Sering terjadi plagiasi dan
kerjama dalam pengiriman 3,3 3,5
tugas
JUMLAH 6 10 6,3 10,4
RATA-RATA 3 3,33 3,15 3,46
PERSENTASE 75% 83,25% 78,75% 86,5%
Sumber : data primer yang di olah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase kelebihan dan

kekurangan pembelajaran daring dari masing-masing indicator, sebagai

berikut:

1) Sumber Daya Manusia (SDM) mendapatkan persentase nilai dari 24 siswa

kelas XII dengan kelebihan 77,5% termasuk kategori Layak dan

kekurangan 73,25% termasuk kategori Kurang Layak. Sedangkan dari 31

siswa kelas XI mendapatkan persentase nilai kelebihan 81,25% termasuk

kategori Layak dan kekurangan 75,75% termasuk kategori kurang layak.

2) Sarana dan Prasarana mendapatkan persentase nilai dari 24 siswa kelas XII

dengan kelebihan 68.75% termasuk kategori Cukup Layak dan kekurangan


46

57,5% termasuk kategori Kurang Layak. Sedangkan dari 31 siswa kelas XI

mendapatkan persentase nilai kelebihan 71,25% termasuk kategori Cukup

Layak dan kekurangan 75,75% termasuk kategori kurang layak.

3) Kuota dan Jaringan mendapatkan persentase nilai dari 24 siswa kelas XII

dengan kelebihan 40% termasuk kategori Kurang Layak dan kekurangan

78% termasuk kategori Tidak Layak. Sedangkan dari 31 siswa kelas XI

mendapatkan persentase nilai kelebihan 90% termasuk kategori Layak dan

kekurangan 82,5% termasuk kategori Tidak Layak.

4) Kebijakan Pemerintah mendapatkan persentase nilai dari 24 siswa kelas

XII dengan kelebihan 86,75% termasuk kategori Layak dan kekurangan

76,25% termasuk kategori Tidak Layak. Sedangkan dari 31 siswa kelas XI

mendapatkan persentase nilai kelebihan 87,75% termasuk kategori Layak

dan kekurangan 76,25% termasuk kategori Tidak layak.

5) Karakteristik Pengajar dan Siswa mendapatkan persentase nilai dari 24

siswa kelas XII dengan kelebihan 75% termasuk kategori Layak dan

kekurangan 83,25% termasuk kategori Kurang Layak. Sedangkan dari 31

siswa kelas XI mendapatkan persentase nilai kelebihan 78,75% termasuk

kategori Layak dan kekurangan 86,5% termasuk kategori kurang layak.

Berikut disajikan diagram batang nilai persentase kelebihan dan

kekurangan pembelajaran Daring perindikator, sebagai berikut:


47

Gambar 4.4. Persentase Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring


dari Masing-Masing Indikator berdasarkan Respon Siswa.
48
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian yang telah dijabarkan penulis dapat

menyimpulkan bahwa masih terdapat kesenjangan atau kekurangan dalam

pelakasanaan proses pembelajaran Daring. Perbaikan dan inovasi diperlukan

untuk meningkatkan kualitas kelayakan pembelajaran daring disekolah, agar

dapat memudahkan siswa dalam belajar dan memahami pembelajaran secara

mandiri dalam proses pembelajaran daring

B. Saran

Penulis menyarankan solusi mengatasi hal yang telah digambarkan dalam

penelitian, diperlukan tinjawan kembali oleh pihak Sekolah dan Dinas

Pendidikan untuk mempertimbangkan dalam memutuskan melaksanakan

pembelajaran daring disemester selanjutnnya, agar proses pembelajaran dapat

berjalan lebih efektif.

49
50

DAFTAR PUSTAKA

Baharin, R., Halal, R., dll, 2020, Impact of Human Resource Investment on Labor
Productivity in Indonesia, Iranian Journal ofManagement Studies, 13(1), hal. 139-164.
Basori, B. (2017). Efektifitas Komunikasi Pembelajaran Online Dengan Menggunakan
Media E-Learn- ing Pada Perkuliahan Body Otomotif. Jurnal Il- miah Pendidikan
Teknik Dan Kejuruan, 7(2), 39–45. https://doi.org/10.20961/jiptek.v7i2.12722.

Caroline Hodges Persell, 1979, Educations and Inequality, The Roots and Results of
Strattification in America's Schools, United States of America: The Free Press.
Dakwah, S. F., Uin, K., & Fatah, R. (n.d.). SISTEM MANAJEMEN PEMBELAJARAN
ONLINE, MELALUI. 60–76.
Gibbsons, M. (2002). The Self-Directed Learning Hand- book. John Wiley and Sons.
Hartanto, W. (2016). Penggunaan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18.
Harun Nasution, (1986) Dedaktik Azas-azas Mengajar, Bandung : Jemmars
Haugey & Anderson, 1998 dalam buku Networked Learning: The Pedagogy of The
Internet
Kemdikbud RI. (2020). Edaran Tentang Pencegahan Wa- bah COVID-19 di Lingkungan
Satuan Pendidikan Seluruh Indonesia.
Kementerian Kesehatan. (2020). Pedoman Pence- gahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19). 3, 1–116.
Maudiarti, Santi. (2018). Penerapan E-Learning di Perguruan Tinggi. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 32 (1), 53-68.
Nadeem, S. (2020). Coronavirus COVID-19 : Available Free Literature Provided By
Various Companies , Journals and Organizations Around the Literature Provided
By Various Companies, Journals and Or- ganizations Around the World. March.
https:// doi.org/10.5281/zenodo.3722904.
Riyana, C., & Pd, M. (n.d.). Konsep Pembelajaran Online. Sriwihajriyah, N. ;, Ruskan, E.
L. ;, & Ibrahim, A. (2012). Sistem pembelajaran dengan e-learning untuk persiapan
ujian nasional pada SMA Pusri Palembang. Jurnal Sistem Informasi (JSI), 4(1),
450–449.
Sriwihajriyah, N. ;, Ruskan, E. L. ;, & Ibrahim, A. (2012). Sistem pembelajaran dengan e-
learning untuk persiapan ujian nasional pada SMA Pusri Palembang. Jurnal Sistem
Informasi (JSI), 4(1), 450–449.
Sudjana, Nana, 2005, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Algesindo.
Waryanto, N. H. (2006). On-line Learning Sebagai Salah Satu Inovasi Pembelajaran. In
Pythagoras (Vol. 2, Issue 1, 10–23).
51

Wicaksono, S. R. (2012). Kajian Pembelajaran Online Berbasis Wiki Di Lingkup


Perguruan Tinggi. Journal of Education and Learning (EduLearn), 6(1), 51.
https://doi.org/10.11591/edulearn. v6i1.190

Anda mungkin juga menyukai